Anda di halaman 1dari 6

BAB 3

Contoh Studi Kasus

(CONTOH KASUS GEOPARK CILETUH YANG BERKELANJUTAN)


Jawa Barat memiliki potensi sumber daya geologi yang luar biasa, dalam bentuk sebuah
bentangalam yang indah di kawasan Ciletuh, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Calon
Geopark Ciletuh, memiliki beberapa warisan singkapan geologi yang dihasilkan dari subduksi
antara lempeng benua Eurasia dengan lempeng samudera Indo-Australia selama jaman pra-Tersier
yang diyakini sebagai batuan tertua yang tersingkap di permukaan bumi Jawa bagian barat.
Kawasan Ciletuh telah ditetapkan menjadi Geopark Nasional yang tidak hanya menawarkan
keuntungan ekonomi untuk pembangunan kawasan, namun juga mendukung perlindungan untuk
kelestarian sumber daya geologi dan sumber daya alam dan lingkungan di kawasan tersebut.
Secara khusus, pembangunan Geopark Ciletuh memiliki beberapa tujuan, yang diantaranya adalah
untuk melindungi keberagaman geologi, biologi dan budaya, mempromosikan warisan geologi dan
mendorong perkembangan ekonomi berkelanjutan di kawasan, sejalan dengan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Karya ilmiah ini secara deskriptif menjabarkan bagaimana
pembangunan Geopark Ciletuh merupakan pendorong untuk penggerak utama dari pembangunan
kawasan di Jawa Barat bagian selatan, yang mana pembangunannya lebih lambat dibandingkan
dengan Jawa Barat bagian utara. Selanjutnya, paper ini menggaris besarkan perencanaan multi-
dimensi yang digunakan terhadap situs-situs dalam kawasan. Memfokuskan tidak hanya pada
pembangunan warisan geoligi di lapangan, namun juga membangun berbagai aspek lainnya seperti
keberagaman biologi dan budaya (termasuk situs-situs arkeologi, sejarah dan budaya) melalui
prinsip konservasi dan perencanaan tata ruang kawasan. Aspek-aspek ini merupakan landasan
untuk pembangunan di Geopark Ciletuh menuju desitinasi wisata kelas dunia. Terakhir, paper ini
membahas penggunaan metode nilai ekonomi seperti biaya perjalanan dan contingent
valuation untuk mengukur nilai dari situs
tipe masyarakat yang relatif homogen di wilayah Geopark yang meliputi 8 kecamatan yang
distudi, dimana kelompok masyarakat kebanyakan adalah masyarakat petani. Pada umumnya
(100%) setuju dan mendukung pengembangan Geopark di daerah mereka, walaupun ada sebagian
kecil (12%) menunjukkan kekhawatiran akan adanya perubahan sosial masyarakat, sementara 9%
mengkhawatirkan kehilangan mata pencaharian mereka sebagai penambang mineral, dan sebagai
petani, dan sisanya tidak ada kekhawatiran apapun. Institusi yang terlibat dalam pengembangan
Geopark adalah pemerintah, swasta, akademisi dan masyarakat. Tipe keterlibatan ini sejalan
dengan evolusi inovasi mengalami proses dari yang bersifat inward looking dalam sistem tertutup
menjadi lebih kolaboratif dan fokus pada eksternal, sampai akhirnya menjadi lebih ekosistem
sentris yang dilakukan bersama-sama lintas institusi. Kondisi Infrastruktur seperti jalan, hotel,
koneksi internet dan air bersih menurut persepsi turis baik lokal maupun manca negara masih jauh
dari sempurna, lebih dari 50% turis menyatakan ketidak puasannya.
Dari hasil ordinasi RAP-Geopark terhadap dimensi infrastruktur dalam pengembangan
kawasan Geopark Ciletuh-Palabuharatu , diperoleh nilai indeks keberlanjutan untuk delapan
kecamatan berkisar anatara 39,07 %-51,48 % dengan rata-rata sebesar 43,65 %. Hal ini
menunjukkan bahwa status keberlanjutan untuk dimensi infrastruktur dan teknologi dikategorikan
“Buruk” tidak berkelanjutan.
indeks keberlanjutan infrastruktur dan teknologi yaitu:
1. infrastruktur jalan desa/kecamatan,
2. koneksi internet,
3. infrastruktur jalan kabupaten. Ketiga antribut sensitif tersebut menjadi penentu dalam yang
menentukan keberlanjutan pengembangan geo park Ciletuh-Palabuhanratu ke depannya.
Dalam hal pengembangan berkelanjutan Geopark Ciletuh– Palabuhanratu, Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah tidak dapat berjalan sendiri, sebaiknya memberdayakan peran dan
fungsi seluruh stakeholders pembangunan sesuai dengan potensi, kapasitas dan fungsinya masing-
masing. Pembangunan infrastruktur yang lemah menjadi dorongan bagi seluruh institusi yang
berkepentingan, terutama Pemerintah Daerah Kabupaten untuk meningkatkan alokasi anggaran
bagi kepentingan pembangunan infrastruktur.

Pengembangan infrastruktur hijau dan berkelanjutan menjadi pilihan pembangunan di


kawasan Geopark Ciletuh. Hal ini untuk mengimbangi sifat dari pariwisata geologi yang lebih
mengutamakan perlindungan dan pelestarian warisan geologi yang ada. Transportasi umum yang
rendah karbon menjadi pilihan yang tepat untuk dikembangkan, misalnya kereta api. Selain itu
pengembangan hotel dan bangunan yang ramah lingkungan dan rendah energy juga menjadi
pilihan kebijakan yang tepat.
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus dapat memberikan kesempatan dan situasi
yang kondusif termasuk menyusun regulasi sehingga tingkat partisipasi stakeholders
pembangunan dari waktu ke waktu semakin meningkat dalam Pengembangan Geopark Ciletuh–
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi. Penelitian menyangkut jenis dan pola transportasi yang tepat
untuk pengembangan kawasan Geopark Ciletuh perlu dilakukan, mengingat karakteristik wilayah
yang unik, dan relatif lahannya yang tidak rata, serta kemungkinan potensi geohazard yang ada di
wilayah ini. Penelitian mengenai kemampuan daya dukung lingkungan kawasan juga perlu
dilakukan, agar pengembangan Geopark tidak malah mendorong terjadinya degradasi lingkungan
dan potensi geologi di wilayah ini.
BAB 4
Kesimpulan

Pengertian pembangunan berkelanjutan yang telah disepakati oleh Komisi Brundtland adalah
pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan
generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Banyak upaya telah dilakukan untuk
mengembangkan pedoman dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Membuat
pedoman atau prinsip-prinsip tersebut merupakan suatu tantangan yang menarik, karena
sistem sosial dan ekonomi serta kondisi ekologi tiap negara sangat beragam. Jadi tidak ada
model solusi umum yang dapat dibuat. Setiap negara harus menyusun model solusinya sendiri,
yang disesuaikan dengan konteks, kebutuhan, kondisi dan peluang yang ada.Dari sisi etika
lingkungan, pembangunan berkelanjutan lebih mengikuti pandangan ekosentrisme, dan bukan
pandangan anthroposentrisme. Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dewasa ini telah
menjadi agenda internasional, termasuk Indonesia. Walaupun demikian, tidak ada sebuah
cetak biru untuk pembangunan berkelanjutan. Setiap negara harus mengembangkan
pendekatannya sendiri. Dalam konteks ini, muncul anggapan dan penekanan yang berbeda
antara negara maju dan berkembang.
Pada kenyataannya, pembangunan yang dijalankan di Indonesia selama ini dirasakan
kurang atau bahkan dapat dikatakan, tidak memperhatikan kaidahkaidah
konsep pembangunan berkelanjutan. Hal ini dapat terlihat antara lain dalam masalah kerusakan
hutan, konversi lahan, pencemaran udara, pembuangan limbah, kesenjangan sosial, tingginya
jumlah penduduk miskin dan menjamurnya budaya korupsi. Dalam mengimplementasikan
konsep pembangunan berkelanjutan, diperlukan adanya segitiga kemitraan antara pemerintah,
dunia bisnis dan masyarakat madani dalam hubungan kesetaraan dengan mengindahkan hokum
ekonomi, alam-ekologi dan peradaban.
Daftar pustaka

Djajadiningrat, Surna T. 2001. Pemikiran, Tantangan dan Permasalahan Lingkungan. Studio


Tekno Ekonomi, Fakultas Teknologi Industri ITB Bandung.
Soemarwoto, Otto. 2001. Atur-Diri-Sendiri Paradigma Baru Pengelolaan Ligkungan Hidup.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Soerjani, M., R. Ahmad, dan R. Munir. 1987. Lingkungan: Sumberdaya Alam dan
Kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Hmjanfisipunsoed.blogspot.com Blog Prinsip-Prinsip dan Implementasi kriemhild.uft.uni-
bremen.com Blog Latar belakang Informasi pada Pembangunan Berkelanjutan
Rizkiamaliafebriani.wordpress.com Blog Pembangunan Ekonomi dalam konsep Pembangunan
Berkelanjutan
Barber, dkk. 2005. Meluruskan Arah Pelestarian Keanekaragaman Hayati dan Pembangunan di
Indonesia . Jakarta : Obor Indonesia.
Sugandhy,dkk.2000. Prinsip Dasar Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Smith C Stephen, Todaro P. Michael. 2006. Pembangunan Ekonomi. Munandar, dkk,
penerjemah. Jakarta: PT Erlangga. Terjemahan dari: Economic Development.
Wardhana, Wisnu Arya.2008.Dampak Pencemaran Lingkungan.Penerbit Andi:Yogyakarta.
Medizton.wordpress.com Blog Contoh Kasus Amdal Kawasan Lingkungan Industri Kecil di
Semarang

Anda mungkin juga menyukai