Anda di halaman 1dari 19

INDONESIA TERHADAP WAKTU PEMERINTAHAN

K.H. ABDURRAHMAN WAHID DAN PENGARUHNYA


TERHADAP POLITIK PEMBANGUNAN, EKONOMI, SOSIAL
BUDAYA, ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
DALAM MEWUJUDKAN PERSATUAN DAN KESATUAN

DISUSUN OLEH:

NAMA : SAKHI ARYA RAMADHANENDRA


KELAS : XII MIPA 6
NIS : 2122110043

SMAT KRIDA NUSANTARA


JL DESA CIPADUNG, CIPADUNG, KEC CIBIRU, KOTA
BANDUNG, JAWA BARAT 40614
KATA PENGANTAR

Dalam perjalanan sejarahnya, Indonesia telah menghadapi berbagai fase yang


dipenuhi dengan tantangan dan perubahan yang signifikan. Salah satu periode yang
mencatat berbagai transformasi penting adalah masa pemerintahan Abdurahman Wahid,
atau yang lebih dikenal dengan Gus Dur, dari tahun 1999 hingga tahun 2001. Masa ini
ditandai dengan langkah-langkah krusial dalam perkembangan politik, ekonomi, sosial
budaya, dan ilmu pengetahuan serta teknologi (IPTEK) di Indonesia.

Tujuan tulisan ini adalah untuk mendalami dampak pemerintahan Abdurahman


Wahid terhadap pembangunan di berbagai sektor di Indonesia serta memahami
penerapan kebijakan yang dilakukan dari waktu ke waktu yang berkontribusi terhadap
terwujudnya persatuan dalam bangsa. Melalui pemahaman yang mendalam ini,
diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang dinamika dan
progresifitas Indonesia sebagai negara yang beragam.

Tulisan ini akan membahas secara rinci berbagai aspek, termasuk kebijakan
pembangunan yang melibatkan perubahan peraturan; dinamika ekonomi yang mencakup
pertumbuhan dan stabilitas; dampak kebijakan terhadap kehidupan sosial budaya dan
masyarakat; serta peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mewujudkan visi masa
depan Indonesia. Oleh karena itu, makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran
menyeluruh tentang capaian dan tantangan yang dihadapi Indonesia selama masa
pemerintahan Abdurahman Wahid.

Analisis ini akan didukung oleh berbagai sumber literatur, data statistik, dan
analisis kebijakan yang relevan. Pembahasan dalam tulisan ini akan diarahkan untuk
mengedepankan keberagaman sudut pandang dengan menggunakan uraian yang
seimbang dan komprehensif. Diharapkan tulisan ini dapat memberikan kontribusi yang
berarti dalam memperkaya pemahaman tentang perjalanan Indonesia selama periode ini,
serta memberikan wawasan tentang upaya yang dilakukan untuk mewujudkan persatuan
dan kesatuan bangsa.

Semarang, 29 Januari 2024


Penyusun

Sakhi Arya Ramadhanendra


DAFTAR ISI

KATA i
PENGANTAR ........................................................................ i
DAFTAR i
ISI ...................................................................................... i
i

BAB I 1
PENDAHULUAN ..................................................................
1.1 Pendahuluan ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan ….............................................................. 2
1.4 Keuntungan .......................................................................... 2

BAB II LANDASAN HUKUM 3


TEORI............................................
2.1 Sistem Pemerintahan ............................................................. 3
2.2 Demokrasi……........................................................................ 3

BAB III 6
PEMBAHASAN .................................................................
3.1 Terpilihnya Presiden… ......................................................... 6
3.2 Pengaruh Gus Dur......................................................................8
3.3 Kejatuhan Gus Dur…………………………………………...10

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.................................................13


4.1 Kesimpulan................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Pada tahun 1999, Indonesia mengalami perubahan besar dalam
pemerintahannya yang telah mengubah arah sejarah bangsa. Kehadiran
Abdurahman Wahid sebagai Presiden mengikuti pengunduran diri
Soeharto, menandai awal dari periode transisi yang krusial dalam politik
Indonesia. Masa pemerintahannya yang singkat, dari 1999 hingga 2001,
tidak hanya merupakan periode penting dalam sejarah politik Indonesia,
tetapi juga memegang peran yang signifikan dalam determinasi arah
pembangunan di berbagai sektor.
Dalam tulisan ini akan dipelajari dampak pemerintahan
Abdurahman Wahid terhadap perkembangan politik, ekonomi, sosial
budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi di Indonesia. Analisis mendalam
terhadap masa kepemimpinan Wahid akan memberikan wawasan yang
kaya tentang bagaimana kebijakan-kebijakan yang diimplementasikan
pada periode tersebut mempengaruhi dinamika pembangunan nasional,
serta bagaimana perubahan politik pada waktu itu membentuk landasan
untuk perubahan masa depan.
Akan dibahas pula berbagai kebijakan dan inisiatif yang diambil
oleh Abdurahman Wahid dalam upaya untuk membangun persatuan dan
kesatuan, serta dampaknya terhadap aspek-aspek kunci pembangunan di
Indonesia. Selain itu, akan dianalisis juga respons masyarakat terhadap
kebijakan-kebijakan tersebut, baik dalam konteks politik maupun sosial
budaya, serta implikasinya terhadap arah pembangunan masa depan.
Dengan memahami peran Abdurahman Wahid dalam konteks yang
lebih luas, diharapkan makalah ini dapat memberikan pemahaman yang
lebih mendalam tentang dinamika politik Indonesia pada periode transisi
ini, serta memberikan wawasan yang berharga tentang perubahan sosial
dan ekonomi yang terjadi di masa itu, yang pada gilirannya akan
membantu dalam merencanakan masa depan yang lebih baik bagi bangsa
Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah

Dalam konteks tersebut, rumusan masalah yang akan dibahas dalam


makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi politik, ekonomi, sosial budaya, IPTEK, dan


globalisasi pada masa pemerintahan Gus Dur?
2. Apa saja kebijakan yang diambil oleh pemerintahan Gus Dur
dalam menghadapi tantangan tersebut?
3. Bagaimana pengaruh masa pemerintahan Gus Dur terhadap
perkembangan politik, ekonomi, sosial budaya, IPTEK, dan
globalisasi di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman yang


lebih mendalam tentang masa pemerintahan Gus Dur dan pengaruhnya
terhadap perkembangan politik, ekonomi, sosial budaya, IPTEK, dan
globalisasi di Indonesia. Dengan mempelajari masa pemerintahan Gus Dur,
diharapkan kita dapat memahami peran dan kontribusi beliau dalam
membentuk Indonesia yang lebih demokratis, maju, dan berkeadilan.

1.4 Keuntungan

Pembahasan mengenai masa pemerintahan Gus Dur dan pengaruhnya


terhadap perkembangan politik, ekonomi, sosial budaya, IPTEK, dan
globalisasi di Indonesia memiliki manfaat penting, antara lain:
a. Memperkaya pengetahuan tentang sejarah politik Indonesia pasca
Orde Baru.
b. Memahami peran dan kontribusi pemerintahan Gus Dur dalam
membangun demokrasi yang lebih inklusif.
c. Menyadari tantangan dan dinamika politik yang dihadapi pada
masa transisi menuju demokrasi.
d. Menggali pengaruh kebijakan politik, ekonomi, sosial budaya,
IPTEK, dan globalisasi terhadap perkembangan Indonesia.
e. Mengidentifikasi pelajaran yang dapat diambil untuk membangun
masa depan yang lebih baik dalam konteks politik, ekonomi, sosial
budaya, IPTEK, dan globalisasi di Indonesia.
BAB II

LANDASAN HUKUM DAN TEORI

Pada bab ini, akan diajukan beberapa kerangka hukum dan teori
yang relevan terkait sistem pemerintahan presidensial dan demokrasi yang
berlaku pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid. Diskusi akan
mencakup sejumlah konsep yang dikemukakan oleh para ahli dalam bidang
ini, yang akan disajikan untuk memberikan pemahaman yang lebih
mendalam.

2.1 .Sistem Pemerintahan Presidensial


Sistem pemerintahan presidensial adalah suatu tatanan di mana
kekuasaan eksekutif terpusat pada seorang presiden yang dipilih langsung
oleh rakyat. Dalam kerangka ini, presiden memegang peran ganda sebagai
kepala negara dan kepala pemerintahan. Pemerintahan presidensial
ditandai dengan adanya pemisahan kekuasaan yang jelas antara cabang-
cabang kekuasaan, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

2.2 Demokrasi pada Masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid


Selama masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, Indonesia
menyaksikan kemajuan yang signifikan dalam memperkuat demokrasi.
Wahid, yang akrab disapa Gus Dur, menjabat sebagai presiden Indonesia
dari tahun 1999 hingga 2001, dan diakui sebagai pemimpin yang
memperjuangkan reformasi politik serta memperkokoh fondasi demokrasi
di negeri ini. Selama masa pemerintahannya, beberapa teori yang terkait
dengan demokrasi diterapkan, termasuk teori partisipasi politik yang
mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam proses politik dan
pengambilan keputusan. Selain itu, pentingnya kebebasan berpendapat dan
kebebasan pers juga ditekankan untuk memperkuat demokrasi.

Dalam konteks landasan hukum, UUD 1945 menjadi pijakan


konstitusional utama bagi sistem pemerintahan Indonesia pada masa
pemerintahan Wahid. Selain itu, berbagai undang-undang dan peraturan
lainnya juga memiliki peran penting dalam mengatur pelaksanaan
demokrasi di Indonesia. Dengan menggali sumber-sumber ini, bab ini
bertujuan untuk memberikan pemahaman yang holistik tentang landasan
hukum dan teori-teori yang membentuk sistem pemerintahan dan
pelaksanaan demokrasi pada masa tersebut.

Dalam bab ini, akan dijelaskan sumber-sumber mengenai teori-teori


yang disampaikan oleh para ahli terkait sistem pemerintahan presidensial
dan demokrasi pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid. Hal ini
bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai
landasan hukum dan teori-teori yang menjadi dasar dalam pembentukan
sistem pemerintahan dan pelaksanaan demokrasi pada masa tersebut.
Beberapa teori tersebut diantaranya adalah:

a).Dalam karya yang ditulis oleh Tjipta Lesmana tentang


komunikasi politik presiden-presiden RI dari Soekarno sampai
SBY, yang diterbitkan oleh Gramedia, fokus penelitiannya
cenderung lebih pada aspek fisik dari sosok Gus Dur. Namun, hal
ini menimbulkan kekurangan dalam objektivitas penilaiannya
terhadap kepemimpinan Gus Dur. Selain itu, karya tersebut juga
tidak terfokus secara khusus pada satu pemimpin saja, sehingga
ruang lingkup pembahasannya tetap bersifat umum.

b).Dalam karya biografi "The Authorized Biography of


Abdurrahman Wahid" yang ditulis oleh Greg Barton, pembaca
dibawa menelusuri perjalanan hidup Gus Dur mulai dari
kelahirannya hingga saat ia lengser dari kursi kepemimpinan
Republik Indonesia. Barton mengulas beragam aspek kehidupan
Gus Dur, termasuk kebijakan-kebijakan politik yang pernah
disuarakannya. Karya ini memberikan wawasan mendalam tentang
tokoh tersebut, memperkenalkan sisi-sisi yang kurang dikenal dari
Gus Dur dan menguraikan dampaknya terhadap politik Indonesia.
c).Dalam artikel karya Sismanto yang berjudul "Tipologi
Kepemimpinan Gus Dur" yang diterbitkan oleh Primagama
Educational Trendsetter, pembahasannya mengenai gaya
kepemimpinan Gus Dur menggunakan pendekatan tipe-tipe serta
gaya dalam teori kepemimpinan. Sismanto menjelaskan beragam
tipologi kepemimpinan yang diterapkan oleh Gus Dur dan
menganalisis gaya kepemimpinannya dengan menggunakan
kerangka konseptual yang ada dalam teori kepemimpinan. Artikel
ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang karakteristik
kepemimpinan Gus Dur serta bagaimana gaya-gaya
kepemimpinannya memengaruhi dinamika politik pada masa itu.

d).Dalam artikel karya Daniel Ronda yang berjudul "Telaah


Kepemimpinan Gus Dur" yang dipublikasikan di Kompasiana pada
tanggal 02 Januari 2010, pembahasannya secara umum mengenai
gaya kepemimpinan Gus Dur. Ronda menganalisis berbagai aspek
kepemimpinan Gus Dur, termasuk gaya komunikasi, strategi
politik, dan pendekatan dalam mengatasi tantangan-tantangan yang
dihadapi. Artikel ini memberikan tinjauan menyeluruh tentang
karakteristik kepemimpinan Gus Dur dan bagaimana gaya-gaya
kepemimpinannya mempengaruhi berbagai aspek kehidupan politik
di Indonesia.

e).Opini Ahmad Najib Burnani yang berjudul "Gus Dur, Pemimpin


Klenik atau Spiritualistik?" yang dimuat di Media Indonesia pada
tanggal 06 Februari 2010, menguraikan kepemimpinan Gus Dur
dari sudut pandang tasawuf dan dimensi spiritualnya. Burnani
membahas tentang bagaimana nilai-nilai dan praktik spiritualitas
Gus Dur memengaruhi gaya kepemimpinannya serta dampaknya
terhadap politik dan masyarakat. Artikel ini memberikan sudut
pandang yang menarik tentang bagaimana dimensi spiritualitas
memainkan peran dalam kepemimpinan Gus Dur dan bagaimana
hal tersebut diterima dan dipahami dalam konteks politik
Indonesia.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 TERPILIHNYA ABDURRAHMAN WAHID SEBAGAI PRESIDEN RI


KE-4

K. H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terpilih menjadi presiden RI


(Republik Indonesia) keempat setelah menang dalam Pemilu pada bulan Oktober
1999, ia terpilih setelah mengalahkan Megawati lewat pemungutan suara (voting)
yang tertutup dan rahasia, dari 691 anggota MPR yang mengikuti suara dalam
pemilihan presiden tersebut, K. H. Abdurrahman Wahid memperoleh 373 suara
sedangkan megawati memperoleh 313 suara. K. H. Abdurrahman Wahid yang
menang dalam voting tersebut akhirnya menjadi presiden, sedangkan Megawati
menjadi wakil presiden.55 Setelah menjadi Presiden, K. H. Abdurrahman Wahid
membentuk Kabinet yang disebut Persatuan Nasional, ini adalah kabinet koalisi
yang meliputi anggota berbagai partai politik antara lain PDI-P, PKB, Golkar,
PPP, PAN, dan Partai Keadilan (PK), non partisan dan juga TNI juga ada dalam
kabinet tersebut.

3.2 PENGARUH PADA MASA GUS DUR

1.Bidang Politik

Kebijakan awal pemerintahan Abdurrahman Wahid adalah membubarkan


Departemen Penerangan. Dimasa Orde Baru Departemen penerangan merupakan
alat bagi Presiden Soeharto untuk mengekang kebebasan pers, dengan
dibubarkannya Departemen tersebut maka kebebasan pers di Indonesia semakin
terjamin. Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah (PKM), yang
selama pemerintahan Habibie menjadi lokomotif ekonomi kerakyatan dijadikan
kementerian non portofolio alias menteri negara. Akibatnya Departemen Koperasi
dan Pengusaha. Kecil Menengah tak punya kaki di daerah Ini sekaligus menandai
disisihkanya kembali sistem ekonomi yang berpihak kepada rakyat banyak.
Keadaan ini berlangsung sampai sekarang. Lalu Panglima TNI, yang selama
puluhan tahun selalu dipegang Angkatan Darat, diberikan Abdurrahman Wahid
kepada Laksamana Widodo HS dari Angkatan Laut. Kemudian ada juga kebijakan
untuk mencabut TAP MPR-RI tentang larangan terhadap Partai Komunis, ajaran
Marxisme, Leninisme, dan Komunisme. Lawan politik KH. Abdurrahman Wahid
menganggap kebijakan ini hanya kepentingan KH. Abdurrahman Wahid semata,
untuk mendapat simpati dari para keluarga mantan tahanan politik yang terkait
dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada titik ini Abdurrahman Wahid mulai
membuka hubungan langsung dengan Israel dan tidaklah gampang dijalankan.
Protes dan unjuk rasa ketidak setujuan marak di seantero negeri. Akibat keinginan
membuka hubungan langsung dengan Israel itu Presiden Abdurrahman Wahid
yang sampai saat itu masih tercatat sebagai salah satu pendiri Yayasan Shimon
Peres yang berkedudukan di Tel Aviv, langsung dituduh sebagai agen Yahudi oleh
para demonstran. Melihat gelagat tidak menguntungkan itu,para wakil rakyat
lantas meminta Pemerintah menunda pembukaan hubungan tersebut. Pemerintah
memang menyatakan menundanya, tetapi Abdurrahman Wahid secara terbuka
menganggap pembukaan hubungan dagang dengan Israel itu sah-sah saja. Bagi
Presiden pembukaan kontak dagang dengan Israel lebih pantas ketimbang dengan
Rusia, Cina atau Korea Utara, Mereka terang-terangan atheis, menentang Tuhan
Sementara

orang Yahudi dan Nasrani masih mengakui adanya Tuhan. Agama Islam masih
satu rumpun dengan mereka, agama samawi. Membuka hubungan dagang dengan
Israel jauh lebih menguntungkan daripada membiarkannya berjalan sembunyi-
sembunyi sebagaimana terjadi selama ini.

Memang data resmi atas Perdagangan Israel di Singapura menunjukkan sepanjang


1999 nilai ekspor Indonesia ke Negeri Zionis itu mencapai US$

11 juta. Sedang impor Indonesia dari negeri itu mencapai US$ 6 juta. Semuanya
dilakukan melalui pihak ketiga, seperti Singapura dan Belgia. Kebijakan lain yang
dikeluarkan Presiden Abdurrahman Wahid Selama pemerintahannya adalah
mengeluarkan Peraturan Presiden No.6/2000 yang mencabut Instruksi Presiden
No.14/1967 yang dikeluarkan pemerintahan Suharto. Inpres itu melarang segala
bentuk ekspresi agama dan adat Tionghoa di tempat umum. Dengan pencabutan
larangan tersebut maka terbuka jalan bagi etnik Tionghoa untuk menghidupkan
budaya tradisional mereka. Dalam tahun 2000 itu juga Abdurrahman Wahid
mengumumkan Tahun Baru Imlek sebagai hari libur nasional. Dengan demikian
maka etnis Cina yang selama kekuasaan Orba mengalami diskriminasi.
2. Bidang Ekonomi

Untuk mengatasi krisis moneter dan memperbaiki ekonomi Indonesia,


dibentuk Dewan Ekonomi Nasional (DEN) yang bertugas untuk memecahkan
perbaikan ekonomi Indonesia yang belum pulih dari krisis ekonomi yang
berkepanjangan. Dewan Ekonomi nasional diketuai oleh Prof. Dr. Emil Salim,
wakilnya Subiyakto Tjakrawerdaya dan sekretarisnya Dr. Sri Mulyani Indraswari.
Presiden Abdurrahman Wahid mewarisi ekonomi Indonesia yang relatif lebih
stabil dari pemerintahan Habibie, nilaitukar Rupiah berada di kisaran Rp
6.700/US$. indeks harga saham gabungan (IHSG) berada di level 700.

Dengan bekal ini di tambah legitimasi yang dimilikinya sebagai presiden bersama
wapres yang dipilih secara demokratis, Indonesia mestinya sudah bisa melaju
kencang. Namun Presiden Abdurrahman Wahid bersama kabinetnya menolak
melanjutkan semua hasil kerja keras kabinet pemerintahan Habibie misalnya
Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah (PKM), yang selama
pemerintahan Habibie menjadi lokomotif ekonomi kerakyatan oleh Presiden
Abdurrahman Wahid dijadikan kementerian non portofolio atau menteri negara
non Departemen.

Meskipun begitu ditengah anggaran negara yang minus sekitar Rp 42 triliun,


sepanjang tahun 2000 ekonomi Indonesia menggeliat pasti. Bila tahun 1999
ekonomi Indonesia cuma membukukan pertumbuhan yang relatif rendah maka di
tahun 2000-an ketika Presiden Abdurrahman Wahid berkuasa pertumbuhan
ekonomi Indonesia mencapai 3-4%. Sementara inflasi bertengger pada angka
terkendali, sekitar 7%. Hal ini disebabkan oleh konsumsi yang Tertunda, dulu
orang menunda konsumsinya karena krisis dan menyimpan uangnya di bank
sekarang mereka mengonsumsikannya. Kemudian naiknya ekspor komoditas
pertanian dan elektronik, yang diuntungkan oleh rendahnya nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar. Naiknya harga minyak dan gas bumi juga menjadi faktor penting
dalam menambah pemasukan keuangan Negara. Selama pemerintahan
Abdurrahman Wahid IMF tak pernah mencairkan pinjamannya, Bagaimanapun
juga presiden Abdurrahman Wahid telah membuktikan kepada dunia luar, bahwa
Indonesia bisa diurus tanpa bantuan dana dari IMF. Pemerintahan Abdurrahman
Wahid juga memiliki gagasan sekuritisasi aset yaitu aset- aset negara, terutama
barang tambang bisa dinilai dulu, kemudian pemerintah bisa mengeluarkan saham
atas aset-aset Negara tersebut yang kemudian diperjual-belikan dipasar modal
untuk membiayai pembangunan nasional. namun sayangnya hal itu
tidak dapat terwujud karena Abdurrahman Wahid berhasil
dilengserkan oleh MPR melalui Sidang Istimewa kedudukannya kemudian
digantikan oleh Megawati.

3.Bidang Militer

Pemerintahan Abdurrahman Wahid untuk melanjutkan proses reformasi


militer mengambil tindakan untuk menciptakan supremasi sipil dengan cara
memilih Menteri Pertahanan dari kalangan sipil yaitu menunjuk Juwono
Sudarsono yang kemudian digantikan oleh Prof. Dr. Mahfud M.D. Salah satu
langkah lain yang diambil Abdurrahman Wahid adalah dengan memilih
Laksamana Widodo A. S yang berasal dari Angkatan Laut sebagai Panglima TNI.
Pemilihan Laksamana Widodo A.S ini merupakan suatu dobrakan atas tradisi
mengingat dari awal berdirinya organisasi. militer di Indonesia, Angkatan Darat
selalu menempati pucuk tertinggi. Di samping itu, ada lima kebijakan yang lain
diambil oleh Abdurrahman Wahid untuk mereformasi militer dan menciptakan
supremasi sipil, yaitu:
1). Mengurangi jumlah perwira yang duduk di jabatan publik baik di tingkat
pusat maupun di tingkat daerah seperti jabatan direktur jenderal, inspektur
jenderal, jabatan setingkat menteri lain yang menjadi langganan perwira
militer, gubernur, bupati, dan walikota.
2). Memisahkan secara tegas Polisi dari struktur militer sehingga Kapolri
Langsung berada di bawah komando Presiden.
3). Membentuk Komisi Penyelidik Pelanggaran Hak Asasi Manusia
(KPPHAM) dalam kaitannya dengan peristiwa Timor Timur, Tanjung
Priok, dan Trisakti yang diduga melibatkan personil TNI.
4). Penyelesaian masalah Gerakan Separatis di Aceh yang lebih
mengutamakan pendekatan dialogis daripada pendekatan dengan kekuatan
militer.
5). Pergantian Menko Polsoskam dari Jendral (Purn) Yudhoyono kepada
Jenderal (Purn) Agum Gumelar karena Yudhoyono ditengarai
membahayakan pemerintahan Wahid sebagai simbolisasi supremasi sipil.

3.3 KEJATUHAN ABDURRAHMAN WAHID DARI KURSI


KEPRESIDENAN

Kejatuhan pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid tidak terlepas dari


akumulasi berbagai gagasan dan keputusannya yang kontroversial dan mendapat
tantangan keras dari berbagai organisasi massa dan partai politik Islam yang
semula mendukungnya kecuali NU dan PKB. Keduanya merupakan pendukung
setia Presiden Abdurrahman Wahid hingga akhir masa pemerintahannya. Selain
gagasannya yang kontroversial mengenai pencabutan Tap. MPRS mengenai
pelarangan komunisme dan gagasan pembukaan hubungan dagang dengan Israel,
hubungan Presiden

Abdurrahman Wahid dengan DPR dan bahkan dengan beberapa menteri


dalam kabinet pemerintahannya terbilang tidak harmonis. Penyebab
ketidakharmonisan tersebut berawal dari seringnya presiden memberhentikan dan
mengangkat menteri tanpa memberikan keterangan yang dapat diterima oleh DPR.
Pemberhentian Laksamana Sukardi sebagai Menteri Negara Penanaman Modal
dan Jusuf Kalla sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan bahkan
menyebabkan DPR mengajukan hak interpelasinya.

Kepercayaan masyarakat terhadap Presiden Abdurrahman Wahid dan


jajaran pemerintahannya semakin menipis seiring dengan adanya dugaan bahwa
presiden terlibat dalam pencairan dan penggunaan dana Yayasan Dana
Kesejahteraan Karyawan (Yanatera) Bulog sebesar 35 miliar rupiah dan dana
bantuan Sultan Brunei Darussalam sebesar 2 juta dollar AS. DPR akhirnya
membentuk Panitia Khusus (Pansus) untuk melakukan penyelidikan keterlibatan
Presiden Abdurrahman Wahid dalam kasus tersebut.

Pada 1 Februari 2001 DPR menyetujui dan menerima hasil kerja Pansus.
Keputusan tersebut diikuti dengan memorandum yang dikeluarkan DPR
berdasarkan Tap MPR No. III/MPR/1978 Pasal 7 untuk mengingatkan bahwa
Presiden telah melanggar haluan negara yaitu melanggar UUD 1945 Pasal 9
tentang Sumpah Jabatan dan melanggar Tap MPR No. XI/MPR/1998 tentang
Penyelenggaraan Negara yang bebas KKN. Presiden Abdurrahman Wahid tidak
menerima isi memorandum tersebut karena dianggap tidak memenuhi landasan
konstitusional. DPR sendiri kembali mengeluarkan memorandum kedua dalam
rapat paripurna DPR yang diselenggarakan pada tanggal 30 April 2000. Rapat
tersebut memberikan laporan pandangan akhir fraksi-fraksi di DPR atas tanggapan
presiden terhadap memorandum pertama.

Hubungan antara presiden dan DPR semakin memanas seiring dengan


ancaman presiden terhadap DPR. Jika DPR melanjutkan niat mereka untuk
menggelar Sidang Istimewa MPR, maka presiden akan mengumumkan keadaan
darurat, mempercepat penyelenggaraan pemilu yang bermakna pula akan terjadi
pergantian anggota DPR, dan memerintahkan TNI dan Polri untuk mengambil
tindakan hukum terhadap sejumlah orang tertentu yang dianggap menjadi tokoh
yang aktif menyudutkan pemerintah. Situasi ini juga meningkatkan ketegangan
para pendukung presiden dan pendukung sikap DPR di tingkat akar rumput.
Ribuan pendukung presiden terutama yang tinggal di kota-kota di Jawa Timur
melakukan aksi menentang diadakannya Sidang Istimewa MPR yang dapat
menjatuhkan Abdurrahman Wahid dari kursi kepresidenan. Aksi ini berujung pada
perusakan dan pembakaran berbagai fasilitas umum dan gedung termasuk kantor
cabang milik sejumlah partai politik dan organisasi massa yang dianggap
mendukung DPR untuk mengadakan Sidang Istimewa MPR.

Dua hari menjelang pelaksanaan Sidang Paripurna DPR, Kejaksaan Agung


mengumumkan bahwa hasil penyelidikan kasus skandal keuangan Yayasan
Yanatera Bulog dan sumbangan Sultan Brunei yang diduga melibatkan Sejarah
Indonesia 167 Presiden Abdurrahman Wahid tidak terbukti. Hasil akhir
pemeriksaan ini disampaikan Jaksa Agung Marzuki Darusman kepada pimpinan
DPR tanggal 28 Mei 2001.

Ketegangan antara pendukung presiden dan pendukung


diselenggarakannya Sidang Istimewa MPR tidak menyurutkan niat DPR untuk
menyelenggarakan Sidang Istimewa MPR. Presiden sendiri menganggap bahwa
landasan hukum memorandum kedua belum jelas. DPR akhirnya
menyelenggarakan rapat paripurna untuk meminta MPR mengadakan Sidang
Istimewa MPR. Pada tanggal 21 Juli 2001 MPR menyelenggarakan Sidang
Istimewa yang dipimpin oleh ketua MPR Amien Rais. Di sisi lain Presiden
Abdurrahman Wahid menegaskan bahwa ia tidak akan mundur dari jabatan
presiden dan sebaliknya menganggap bahwa sidang istimewa tersebut melanggar
tata tertib MPR sehingga tidak sah dan illegal.

Menyadari posisinya yang terancam, presiden selanjutnya mengeluarkan


Maklumat Presiden tertanggal 22 Juli 2001. Maklumat tersebut selanjutnya
disebut Dekrit Presiden. Secara umum Dekrit tersebut berisi tentang pembekuan
MPR dan DPR RI, mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dan
mempersiapkan pemilu dalam waktu satu tahun dan menyelamatkan gerakan
reformasi dari hambatan unsur-unsur Orde Baru sekaligus membekukan Partai
Golkar sambil menunggu keputusan Mahkamah Agung. Namun isi Dekrit tersebut
tidak dapat dijalankan terutama karena TNI dan Polri yang diperintahkan untuk
mengamankan langkah-langkah penyelamatan tidak melaksanakan tugasnya.
Seperti yang dijelaskan oleh Panglima TNI Widodo AS, sejak Januari 2001, baik
TNI maupun Polri konsisten untuk tidak melibatkan diri dalam politik praktis.

Sikap TNI dan Polri tersebut turut memuluskan jalan bagi MPR untuk
kembali menggelar Sidang Istimewa dengan agenda pemandangan umum fraksi-
fraksi atas pertanggungjawaban Presiden Abdurrahman Wahid yang dilanjutkan
dengan pemungutan suara untuk menerima atau menolak Rancangan Ketetapan
MPR No. II/MPR/2001 tentang pertanggungjawaban Presiden Abdurrahman
Wahid dan Rancangan Ketetapan MPR No. III/ MPR/2001 tentang penetapan
Wakil Presiden Megawati Soekarno Putri sebagai Presiden Republik Indonesia.
Seluruh anggota MPR yang hadir menerima dua ketetapan tersebut. Presiden
dianggap telah melanggar haluan negara karena tidak hadir dan menolak untuk
memberikan pertanggungjawaban dalam Sidang Istimewa MPR termasuk
penerbitan Maklumat Presiden RI. Dengan demikian MPR memberhentikan
Abdurrahman Wahid sebagai Presiden dan mengangkat Wakil Presiden Megawati
Soekarnoputri sebagai presiden kelima Republik Indonesia pada tanggal 23 Juli
2001.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terpilih menjadi Presiden
RI keempat setelah memenangkan pemilihan umum pada bulan
Oktober 1999, mengalahkan Megawati melalui pemungutan suara
tertutup dan rahasia. Sejak awal pemerintahannya, Gus Dur
melakukan perubahan mendasar dalam peran militer,
menempatkannya secara profesional sebagai kekuatan pertahanan dan
keamanan nasional. Gus Dur dikenal sebagai sosok yang konsisten
dengan prinsip-prinsip Islam liberalnya, yang menekankan pada
rahmat, pengampunan, dan kasih sayang Tuhan serta pentingnya
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, terutama
dalam aspek keagamaan.

Salah satu perubahan signifikan yang dilakukan oleh Gus


Dur adalah penghapusan Departemen Sosial dan Departemen
Penerangan, walaupun keputusan ini kontroversial karena kedua
departemen tersebut memiliki peran penting dalam masa
pemerintahan sebelumnya. Gus Dur juga mengakui kepercayaan
Konghucu sebagai salah satu agama resmi di Indonesia, sebuah
langkah penting yang sebelumnya tidak dilakukan selama masa
pemerintahan Soeharto. Namun, kelemahan Gus Dur terletak pada
kondisi kesehatannya yang kurang baik dan gaya
kepemimpinannya yang terpengaruh oleh tradisi pesantren, yang
dianggap tidak cocok untuk kepemimpinan nasional.

Pada tanggal 23 Juli 2001, Gus Dur mengeluarkan sebuah dekrit


yang mengecam DPR-MPR, mengembalikan kekuasaan kepada
rakyat, dan merencanakan pemilu umum dalam satu tahun ke depan.
Namun, dekrit ini merupakan salah satu faktor yang memicu jatuhnya
pemerintahannya dan digantikan oleh Megawati Soekarnoputri
sebagai Presiden RI ke-5.
DAFTAR PUTSAKA

Abdurakhman, Arif Pradono, Linda Sunarti, Susanto Zuhdi: Sejarah


Indonesia SMA/MA Kelas XII, Jakarta: 2015

Nurhuda, A., & Agesti, Y. Z. (2021). Masa Pemerintahan


Abdurrahman Wahid (1999- 2001). Tarikhuna: Journal of History
and History Education, 3(1), 113-123.

Dinasti Ranti. (Januari 2021). Pemerintahan Abdurrahman Wahid


(Gus Dur) - Masa Reformasi Sejarah Indonesia. (Diakses tanggal 11
Februari 2024). https://youtu.be/uhiDZHVy47g?
si=qD97IhbEIpVjYOgU

peradaban.id.(25 Maret 2023). Gus Dur dan Kebijakan Libur Selama


Bulan Ramadan. (Diakses tanggal 11 Februari 2024)
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact

=8&ved=2ahUKEwjCsNvtpKOEAxUFwjgGHQrVBHoQFnoECA4
QAQ&url=https%3A

%2F%2Fperadaban.id%2Fgus-dur-dan-kebijakan-libur-selama-
bulan- ramadan
%2F&usg=AOvVaw1FG0LUa7QWqWay3dV1grz6&opi=89978449

Nuriel Shiami Indiraphasa. (1 Februari 2022). Jejak Gus Dur pada


Perayaan Imlek di Indonesia (Diakses tanggal 11 Februari 2024).
https://www.nu.or.id/nasional/jejak- gus-dur-pada-perayaan-imlek-
di-indonesia-CLcVY

Mulkham, A.M. (2010). Perjalanan Politik Gus Dur. Jakarta:


Kompas.

Efendi, Choirie. (2002). PKB Politik Jalan Tengah NU. Jakarta:


Pustaka Ciganjur. Ishak, Rafick. (2008). Catatan Hitam Presiden
Indonesia. Jakarta : PT. Cahaya Insan Suci.

Iskandar, Muhaimin. (2004). Gus Dur Yang Saya Kenal ; Sebuah


Catatan Transisi Demokrasi Kita Cet. I. Yogyakarta: LKis
Yogyakarta.

Kemal, Andrew. (2012). Spirit 5 Presiden RI. Yogyakarta: Syura


Media Utama. Muhaimin. (2008). Bambu Runcing dan Mesiu.
Yogyakarta: Tiara Wacana.

Suaedy, ahmad dan Abdalla, U.A. (2000). Gila Gus Dur. Jakarta:
Wacana Pembaca. Zaenuddin. (2008). Prospek Gerakan Oposisi
Dalam Era Pemerintahan Gus Dur- Megawati. Jakarta: PT. Rajawali
Pers.

Anda mungkin juga menyukai