Anda di halaman 1dari 14

MODERNISASI DAN SEKULARISASI

Dosen pengampu: Mujiburrohman, M.Hum.

Disusun Oleh:

Siti Aisah (21.01.01.0073)


Juwariyah (21.01.01.0076)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NIDA EL ADABI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Modernisasi dan Sekularisasi. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada
Rasulullah SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya kelak.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pemikiran Modern Dalam Islam.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan


dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Mujiburrohman, M.Hum., selaku dosen mata kuliah Pemikiran
Modern Dalam Islam, serta teman-teman yang sudah memberikan konstribusinya
dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari dalam penyusunan malakah ini masih banyak


kekurangannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan tentang Modernisasi dan Sekularisasi.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tangerang, 24 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1. LatarBelakangMasalah............................................................................ 1
1.2. RumusanMasalah.................................................................................... 1
1.3. Tujuanpenulisan...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 2
2.1. Modernisasi............................................................................................. 2
2.1.1. PengertianModernisasi.................................................................. 2
2.1.2. Awal MunculnyaModernisasi....................................................... 3
2.1.3. DampakModernisasi...................................................................... 5
2.2. Sekularisasi.............................................................................................. 7
BAB III PENUTUP.................................................................................................... 10
3.1. Kesimpulan................................................................................................... 10
3.2. Saran.............................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Modernisasi merupakan bentuk transformasi dari keadaan yang kurang
maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan
tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang dan makmur.
Modernisasi juga merupakan hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terus berkembang sekarang ini. Tingkat teknologi dalam
membangun modernisasi sangat dirasakan dan dinikmati oleh semua lapisan
masyarakat dari masyarakat perkotaan hingga masyarakat pedesaan. Menurut
Wilbert E Moore (dalam Ninik Masrurah dan Umiarso, 2011) yang menyebutkan
bahwa modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama yang
tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial kea rah
polapola ekonomis dan politis yang menjadi ciri negara barat yang stabil.
Menurut J W School (dalam Ninik Masrurah dan Umiarso, 2011) menyatakan
bahwa modernisasi adalah suatu transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam
segala aspek-aspeknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa modernitas merupakan
sebuah transformasi yang dialami oleh masyarakat yang dimana terjadi
perubahan yang mengarah kepada perkembangan dan perubahan kearah yang
lebih baik.

1.2. Rumusan Masalah


Dalam makalah ini penulis akan membahas:
1. Bagaimana pengertian, awal munculnya, dan dampak Modernisasi?
2. Bagaimana pengertian Sekularisasi?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:


1. Mengetahui pengertian, awal munculnya, dan dampak Modernisasi.
2. Mengetahui pengertian Sekularisasi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Modernisasi

2.1.1. Pengertian Modernisasi

Modernisasi berasal dari kata modern yang berarti terbaru,


mutakhir, atau sikap dan cara berpikir yang sesuai dengan tuntutan zaman.
Selanjutnya modernisasi diartikan sebagai proses pergeseran sikap dan
mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan
tuntutan masa kini.
Menurut Nurcholish Madjid, pengertian modernisasi hampir
identik dengan pengertian rasionalisasi, yaitu proses perombakan pola
berpikir dan tata kerja lama yang tidak rasional dan menggantinya dengan
pola berpikir dan tata kerja baru yang rasional. Hal itu dilakukan dengan
menggunakan penemuan mutakhir manusia di bidang ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu sesuatu bisa disebut modern kalau ia bersifat rasional,
ilmiah, dan kesesuaian hukum-hukum yang berlaku dalam alam. Contoh:
sebuah mesin hitung termodern dibuat dengan rasionalitas yang optimal,
menurut penemuan ilmiah yang terbaru, dan karena itu penyesuaiannya
dengan alam paling mendekati kesempurnaan.
Menurut Koentjaraningrat, sebagaimana dikutip Faisal Ismail,
mendefinisikan modernisasi sebagai suatu usaha secara sadar yang
dilakukan oleh suatu bangsa atau negara untuk menyesuaikan diri dengan
konstelasi dunia pada suatu kurun tertentu di mana bangsa itu hidup.
Sementara itu Harun Nasution juga memberikan pandangannya
tentang pembaharuan yang berafiliasi dengan kata modernisasi dengan arti
terbaru, mutakhir, atau sikap dan cara berpikir serta bertindak dengan
tuntutan zaman. Pembaharuan atau modernisasi yang dimaksud Harun
Nasution lebih tepat dikatakan sebagai sebuah proses pergeseran sikap dan
mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan
tuntutan hidup masa kini. Modern bukan hanya membaharui paham-paham,
sikap atau adat istiadat, melainkan lebih luas lagi mencakup pembaharuan
institusi-institusi yang dipandang lama untuk disesuaikan dengan pendapat-
pendapat dan keadaan-keadaan yang baru.

2.1.2. Awal munculnya Modernisasi

Dari uraian definisi di atas, modernisasi bisa dikatakan sebagai


suatu usaha secara sadar dari suatu bangsa atau negara untuk menyesuaikan
diri dengan konstelasi dunia pada suatu kurun tertentu dengan
mempergunakan kemajuan ilmu pengetahuan. Oleh karenanya, usaha dan
proses modernisasi itu selalu ada dalam setiap zaman dan tidak hanya
terjadi pada abad ke-20 ini. Hal ini secara historis dapat diteliti dan dikaji
dalam perjalanan sejarah bangsa-bangsa di dunia.
Antara abad ke-2 Sebelum Masehi sampai abad ke-2 Masehi,
kerajaan Romawi menentukan konstelasi dunia. Banyak kerajaan di sekitar
laut Mediteranian, kerajaan-kerajaan di Eropa Tengah dan Eropa Utara,
secara sadar berusaha menyesuaikan diri dengan kerajaan Romawi, baik
dalam kehidupan ekonomi, politik, dan kebudayaan. Dalam melaksanakan
program-program modernisasi, tiap-tiap kerajaan tetap memelihara dan
menjaga kekhasan masing-masing.
Antara abad 4-10 Masehi, kerajaan-kerajaan besar di Cina dan India
menentukan konstelasi dunia. Pada abad-abad tersebut banyak kerajaan di
Asia Timur dan kerajaan di Asia Tenggara (termasuk kerajaan di
Nusantara) berusaha secara sadar menyesuaikan diri dengan kehidupan
ekonomi, politik, dan kebudayaan yang pada waktu itu ditentukan oleh
kerajaan-kerajaan besar di Cina dan India. Dalam melaksanakan
modernisasi itu, tiap-tiap kerajaan di Asia Timur dan di Asia Tenggara
memelihara dan menjaga kekhasannya sendiri-sendiri, sehingga walaupun
dipengaruhi oleh kerajaan-kerajaan besar di Cina dan India, tetapi kelihatan
kebudayaan kerajaan-kerajaan Sriwijaya dan Majapahit berbeda dengan
kerajaan-kerajaan di India. Begitu pula kebudayaan-kebudayaan Vietnam,
Jepang, dan Korea berbeda dengan kebudayaan kerajaan-kerajaan di Cina.
Antara abad 7-13 Masehi, baik daulat Islam di dunia Timur yang
berpusat di Baghdad (Irak) maupun daulat Islam di dunia Barat yang
berpusat di Cordoba (Spanyol), menentukan konstelasi dunia. Pada abad-
abad tersebut banyak kerajaan termasuk kerajaan-kerajaan di Eropa Kristen
yang menyesuaikan diri dengan daulat Islam. Dalam melaksanakan
modernisasi itu, kerajaan-kerajaan di Eropa-Kristen tetap memelihara sifat
dan kekhasannya sendiri, bahkan dalam hal agama mereka. Mereka hanya
mau memetik buah-buah budaya Islam, tetapi tidak mau menerima agama
Islam.
Pada abad ke-20 ini, konstelasi dunia ditentukan oleh negara-negara
besar yang telah memperoleh kemajuan pesat di bidang ekonomi. Sebelum
Perang dunia II, negara-negara itu adalah negara-negara di Eropa dan
Amerika Serikat. Sesudah Perang dunia II, kekuatan yang menentukan
konstelasi dunia bervariasi, yaitu Negara-negara yang tergabung dalam
pasar bersama Eropa, Amerika Serikat, Uni Soviet (sebelum mengalami
kehancuran seperti sekarang ini), dan Jepang. Dalam pergaulan dan
interaksi internasionalnya, bangsa kita lebih condong ke Barat. Menurut
Maryam Jameelah, modernisasi di Barat telah berkembang pesat pada abad
ke-18 yang menghasilkan para filosuf pencerahan Prancis dan mencapai
puncaknya pada abad ke-19 munculah tokoh-tokoh seperti Charles Darwin,
Karl Mark, dan Sigmund Freud. Semua ideologi kaum modernis bercirikan
penyembahan manusia dengan kedok ilmu pengetahuan. Kaum modernis
yakin bahwa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan akhirnya bisa
memberikan kepada manusia semua kekuatan Tuhan, sehingga mereka
kemudian menolak nilai-nilai transendental.
Dari uraian diatas, jelaslah pada hakikatnya modernisasi sudah ada
sejak abad ke-2 sebelum masehi yang berlanjut hingga sekarang, dan
modernisasi yang dilakukan oleh bangsa-bangsa terdahulu bukan berarti
mengambil semua perubahan yang sedang berkembang, akan tetapi
mengambil nilai positifnya dengan tanpa membuang ciri khasnya.

2.1.3. Dampak Modernisasi


Usaha dan proses modernisasi akan selalu membutuhkan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern (IPTEK), yang pada mulanya
dikembangkan dan berasal dari dunia Barat. Secara faktual, banyak bangsa
di berbagai belahan dunia yang telah membeli, mengadaptasi, dan
mempergunakan teknologi Barat dalam usaha mempercepat modernisasi
yang sedang dilakukannya, karena bangsa-bangsa itu belum dapat mencipta
dan menghasilkan teknologi dan ilmu pengetahuan seperti yang dicapai di
Barat.
Akan tetapi, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi Barat itu
tidak selamanya berakibat positif, namun juga menimbulkan berbagai
akibat negatif yang sebenarnya tidak dikehendaki dari adanya modernisasi
tadi.
Diantaranya dampak positif dari modernisasi adalah kesadaran
masyarakat akan pentingnya ilmu pengetahuan dalam kehidupan, kesiapan
masyarakat dalam menghadapi perubahan-perubahan dalam segala bidang,
keinginan masyarakat untuk selalu mengikuti perkembangan situasi di
sekitarnya, serta adanya sikap hidup mandiri.
Sementara beberapa dampak negatif dari modernisasi adalah
bercampurnya kebudayaan-kebudayaan di dunia dalam satu kondisi dan
saling mempengaruhi satu sama lain, baik yang baik maupun yang buruk,
materialisme mendarah daging dalam tubuh masyarakat modern,
merosotnya moral dan tumbuhnya berbagai bentuk kejahatan,
meningkatnya rasa individualistis dan merasa tidak membutuhkan orang
lain, serta adanya kebebasan seksual dan meningkatnya eksploitasi
terhadap wanita.
Affandi Kusuma membagi dua bagian tentang dampak modernisasi
tersebut, yaitu;
a. Dampak Positif
1) Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya
menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua
irasional menjadi rasional.
2) Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong
untuk berpikir lebih maju.
3) Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi
dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha
mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat

b. Dampak Negatif
1. Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan
barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat
mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan
yang ada.
2. Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju
membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam
beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk
sosial.
3. Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di
Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah
anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja,
dan lain-lain.
4. Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada
beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan
globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu
dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan
sosial.

2.2. Sekularisasi

Sekuler berasal dari kata latin seculum yang berati “masa” karena itu
“sekuler berorientasi pada masa sekarang”. Sekulerisme adalah sebuah doktrin,
semangat atau kesadaran yang menjunjung tinggi prinsip kekinian mengenai ide,
sikap, keyakinan, serta kepentingan individu yang mendapat momentumnya di
abad pertengahan ketika munculnya penemuan ilmu pengetahuan dan teknoogi
yang menyudutkan pihak gareja katolik dan memicu bangkitnya gerejareormis
yang dipimpin oleh Martin Luter.
Konsep sekularisasi mengandung sejumlah makna dan dimensi. Dari
sudut soslologis, sekularisasi mengandung pengertian dan aspek desakralisasi,
suatu proses pembebasan atau penidak-keramatan alam. Dari segi politik,
sekularisasi merupakan pemisahan antara urusan agama dan urusan negara atau
pemerintahan. Dalam aspek keagamaan, sekularisasi merupakan antitesis
terhadap agama, yang menekankan kehidupan semata-mata sebagai bersifat
duniawi. Dari segi fiisafat, sekularisasi menekankan pada segi rasionalistik dan
materiaiistik yang mengenyampingkan aspek spiritual dan transendentai. Dari
segi historis terutama daiam konteks peradaban Barat, sekularisasi berkembang
sebagai interaksi dari faktor-faktor individuaiisme, iiberalisma, kritisme,
rasionaiisme, materialisme, dan modernisme yang menyertai Reanaisans,
ReformasI, dan Protestantlsme dl Eropa (Pardoyo, 1993: 243-244).
Harvey Cox menjelaskan mengenai perbedaan antara sekularisasi dan
sekularisme. Menurutnya, sekularisme adalah nama sebuah ideologi ( isme )
yang tertutup. Sedangkan sekularisasi artinya membebaskan masyarakat dari
kekangan agama dan pandangan alam metafisik yang tertutup ( closed
metphysical worldviews ).
Sekularisme, dalam karakteristiknya seperti yang ada di Barat, adalah
formulasi ide yang menegaskan bahwa antara agama dan negara merupakan dua
entitas yang berbeda dan terpisah. Pengertian ini berdasarkan pada pengakuan
bahwa ”Agama merupakan sebuah keyakinan yang dipegang teguh manusia
meskipun dalam pandangan yang berbeda.” Orang bisa saja berbeda tentang
agama tetapi mereka bisa menjadi warga dari sebuah negara yang sama, dan
mereka bisa seperti ini dengan lebih nyaman apabila negara tidak ikut campur
dalam urusan agama. Oleh karena itu, sekularisme tidak hanya sekedar konsep
politik, tetapi juga sebuah filsafat hidup dan cita-citanya adalah kemajuan dalam
kehidupan manusia di dunia ini, tanpa memandang agama, aliran, maupun warna
kulit seseorang. Sedangkan sekularisasi adalah transformasi dari seseorang,
lembaga, atau hal-hal yang bersifat spiritual kedalam keduniaan. Hal ini menarik
perhatian sebagaian orang karena adanya anggapan yang keliru bahwa materi
lebih member pemenuhan kehidupan, hargadiri dan prestise ketimbang menjadi
seorang idealis sebagaimana yang ada pada doktrin-dokrtin keagamaan.
Sebagai sebuah proses sosial, yang terjadi dibawah control seseorang,
sekularisasi berusaha menyingkirkan perang otoritas keagamaan dalam
kehidupan manusia. Oleh karena itu, sebuah masyarakat menjadi sekular ketika
agama termarjinalkan dalam kehidupan individu maupun masyarakat. Dalam
kaitan ini, sekularis adalah orang yang percaya bahwa persoalan-persoalan sosial
kemasyarakatan harus terbebas dari semua aturan agama dan dogma. Jadi secara
umum sekularisme adalah paham yang berpandangan bahwa agama tidak
berurusan dengan persoalan keduniaan yaitu persoalan politik dan social budaya.
Agama cukup bergelut dengan ritual keagamaan .Dengan mendasarkan standar
etika dan tingkahlaku pada referensi kehidupan sekarang dan kesejahteraan social
tanpa merujuk pada agama. Atas dasar itu islam menentang sekularisasi karena
islam tidak memiliki potensi sama sekali terjadinya proses sekularisasi.
Pernyataan ini didukung oleh para ilmuwan islam yang tergabung di dalamnya
para teolog (mutakallim), mufassirin, muhaddisin, filosof islam, sejarawan dan
lain-lain, walaupun mereka cenderung (fokus) pada bidang-bidang tertentu dalam
kajian agama islam.
Dalam perkembangan pemikiran di Barat, faham sekular tumbuh dalam
corak yang moderat hingga ekstrem. Sekularisme moderat yang tumbuh pada
abad ke-17 dan ke-18, memandang agama sebagai masalah individuyang tidak
ada hubungannya dengan negara, kendati demikian negara masih berkewajiban
untuk memelihara Gereja (agama) seperti dalam hal upeti dan pajak. Pemlkir-
pemikir sekularisime moderat antara lain Voltaire, Leasing, John Locke, Leibniz,
Thomas Hobbes, David Hume, dan J.J. Rousseau. Sekularisme ekstrem yang
tumbuh pada abad ke-19, menunjuk pada pandangan yang menempatkan agama
tidak hanya sebagai urusan pribadi tetapi sekaligus dianggap sebagai musuh
negara. Faham sekular yang ekstrem ini dapat dirujukpada pemikiran Ludwig
Feuerbach dengan faham "ateis praktis dalam negara", Karl fVlarx dengan faham
"materialismehistoris ateis" dan memandang agama laksana "opium" atau candu
masyarakat yang meninabobokkan, dan Leninisme yang memusnahkan agama
dan menggantikannya dengan Bolsjewisme (Ai-Bahy, 1988,13-35).
Karena itu, faham sekularisme dalam berbagai bentuknya akan tetap
tumbuh menyertai alam pikiran manusia modern. Sekularisme akan berhimpitan
dengan modernisme dan rasionalisme. Sedangkan sekularisasi akan berhimpitan
dengan rasionalisasi dan modernisasi bahkan secara ekstrem dengan
Westrenisasi, kendati tidak sama dan sebangun. Dalam kehidupan modem abad
ke-21 diperkirakan sekularisasi akan mekar dan meluas melalui globalisasi dan
alam pikiran posmodernisme yang membawa nihilisme.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Hakikat modernisasi/pembaharuan di atas pada dasarnya mengajak untuk


mengambil perubahan demi menuju perbaikan yang sesuai dengan kapasitas
kondisi masyarakat sekitar. Kondisi yang sesuai dengan keadaan zaman dengan
tanpa meninggalakan makna kekhasan dan keasliannya.
Modernisasi sudah ada sejak abad ke-2 sebelum masehi yang berlanjut
hingga sekarang. Modernisasi yang dilakukan oleh bangsa-bangsa terdahulu
bukan berarti mengambil semua perubahan yang sedang berkembang, akan tetapi
mengambil nilai positifnya dengan tanpa membuang ciri khasnya.
Istilah sekularisasi dalam historisnya mengalami perkembangan, sehingga
seringkali diartikan dengan makna yang berbeda-beda tergantung pada topik,
sudut pandangan, tujuan dan objek kajian dari orang yang menggunakannya.
Konsep sekularisasi mengandung sejumlah makna dari sudut sosiologi, politik,
keagamaan, dan filsafat.

3.2. Saran
Demikian makalah ini penulis buat, semoga dapat memberi pemahaman
lebih mendalam tentang Modernisasi dan Sekularisasi. Penulis menyadari, masih
banyak kesalahan dan kekurangan dari segi isi, penulisan, maupun tata bahasa
yang digunakan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dalam makalah ini maupun makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud RI. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

https://jurnal.uii.ac.id/Unisia/article/download/5884/5310

Ismail. 2004. Paradigma Kebudayaan. Jakarta: Depag RI

Ismail, Faisal Ismail. 1998. Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi

Historis. Yogyakarta: Titian Ilahi Press.

Jameelah, Maryam. 1982. Islam dan Modernisme. Surabaya: Usaha Nasional

Madjid, Nurcholis. 1997. Islam Kemodernan, dan Keindonesiaan. Bandung: Mizan.

Nasution, Harun. 1975. Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan.

Jakarta: Penerbit Bulan Bintang.

Anda mungkin juga menyukai