Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ILMU NEGARA

DISUSUN OLEH
Ade Hafizh Julianto Putra (A1012231001)
Muhamad Dzaki Nuryadin (A1012231015)
Velisa Maharani Natarsa (A1012231008)
Risma Hari Debe (A1012231012)
Ridho Adha (A1012231017)

KELAS A REGULER B
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Al-Quran Solusi
Peradaban Modern untuk Manusia Abad 21” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Agama Islam bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Bakran Suni selaku dosen mata
kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan Agama yang kami yakini. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga
Kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang Kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan Kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Pontianak, 16 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1. LATAR BELAKANG.................................................................................................1

1.2. TUJUAN PENULISAN..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

2.1. PENGERTIAN MODERN..........................................................................................3

2.2. PENDEKATAN SINERGI: MENINGKATKAN KOMPETENSI INTI...................5

2.3. PRINSIP-PRINSIP SOSIAL ETIKA GLOBAL.........................................................7

2.4. AL-QUR’AN MEMPERKENALKAN MANUSIA...................................................7

2.5. RELEVANSI AL-QUR’AN TERHADAP MODERNITAS......................................9

2.6. AL-QUR’AN SOLUSI DAMPAK NEGATIF MODERNITAS..............................10

BAB III PENUTUP..................................................................................................................13

3.1. KESIMPULAN.........................................................................................................13

3.2. SARAN......................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Dunia abad 21 rupanya tidak mudah untuk diamati dan dipahami, ia tidak
seperti dulu abad-abad setelahnya. Dunia di abad 21, setiap hari penuh dengan
perubahan otonomi yang lebih besar, sebagaimana dia juga mengupayakan
kemerdekaan yang lebih besar. Kemajuan sains dan penemuan-penemuan teknologi
telah memberikan tanda mata bagi masa depan manusia, kado indah turut
menjanjikan dunia dalam sudut pandangan manusia abad 21. Dunia abad 21 sering
dilebelkan peradaban modern, sebuah peradaban yang menjadikan pola hidup
manusia berubah lebih nyaman, semua kebutuhan hidup terbantukan.
Modernisasi memiliki konotasi yang positif, yaitu pencapaian makna dan
menerima prinsip-prinsip modernitas, yaitu, rasionalitas, perubahan kemajuan
tehnologi dan kemerdekaan. Namun dibalik modernitas peradaban dunia sekarang
ini, banyak terlihat hari-hari berlalu dipenuh dengan ketotolan manusia.
Pertengkaran, kriminalitas dan yang semisalnya kerap terjadi, bersamaan dengan
ancaman besar yang menghantui modernitas itu sendiri, berupa sekulerisasi,
globalisasi, meterialisasi, invidualis dan bahkan dekadensi moral menjadi ancaman
bringas. Sekaligus kesemuanya itu bisa meledak meluluh-lantahkan sendi-sendi
semua unsur kehidupan harmonis manusia yang diimpi-impikan, raib.
Dengan kata lain, ajaran dan konsep Al-Qur’an yang menjawab tantangan
barat dan modernisasi, serta relevansi Al-Qur’an dengan etika global dan inspirasi
ilmu pengetahuan, hingga dunia mengerti bahwa Islam dengan Al-Qur’annya tidak
selemah yang mereka kira dan tidak seburuk yang mereka sangkakan sebagai agama
teroris. Inilah Al-Qur’an penuh solusi untuk manusia abat 21.

1.2. TUJUAN PENULISAN


Umat Islam yang sekarang termarginalkan, ia tersungkur kalah dengan
kemajuan peradaban lain yang penuh dengan degap gempita kemenangan dan
menguasai hampir setiap lini sendi kehidupan umat Islam, baik sector ekonomi,
perpolitikan dan juga budaya yang menghegemoni, kesemuanya merupakan
kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Padahal kesuksesan dunia juga merupakan
penentu terhadap kenyamanan ukhrawi. Agama yang benar harus mampu

1
merealisasikan konsep Tuhan ideal menjelma dalam kesuksesan dunia. Sehingga
tolak ukur kebenaran agama tersebut mampu bisa di uji dan dirasakan secara nyata.
Jika agama Islam mengatakan Rahmatan lil-‘Alamîn, maka harus mampu
membuktikan sebagai penguasa adidaya, dalam menciptakan stabilitas keamanan,
kenyamanan dan kalau perlu sebagai barisan penentu kebijakan dunia. Hingga bumi
ini sampai seakar-akarnya merasakan keindakan berislam. Satu diantara mewujudkan
itu semua adalah kembali berupaya membumikan Al-Qur’an secara terus menerus,
ide dan gagasan yang ada dalam Al-Qur’an harus bisa dipahami secara komprehensif
dan berkembang, memenuhi kebutuhan setiap jaman. Tidak terkecuali Al-Qur’an
juga harus mampu membangkitkan kaum Muslimin kembali modern dan sekaligus
menjawab tantangan modernitas. Maka secara garis besar tulisan ini diharapkan bisa
menjelaskan:
1. Al-Qur’an menggugah kesadara kaum Muslimin untuk kembali bangkit
memenuhi barisan terdepan dalam dinamika peradaban modern.
2. Memaparkan peran Al-Qur’an dalam mengemban misi peradaban, terkait
dengan hubungan Tuhan dan manusia, serta relevansi Al-Qur’an dengan
prinsip-prinsip etika global.
3. Upaya merevisi persepsi negative Barat terhadap Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1.3. PENGERTIAN MODERN


Secara etimologi modern berarti terbuka, demokrasi, dan partisipatif. Dalam
aliran filsafat, modern adalah kesadaran atas individu atau yang kongkrit. Kata
modern juga merupakan istilah yang menjadi model awal abad ke-20 dan masih
tersinyalir memasuki awal abad ke-21. Maka kata modern itu sendiri harus ditelusuri
dalam beberapa kaitan. Pertama: dihubungkan dengan kurun sejarah. Kedua:
dihubungkan dengan penemuan-penemuan dalam keilmuan (sains dan teknologi).
Ketiga: dihubungkan dengan pemikiran ideology.
a. Kurun Sejarah Menuju Modern
Periodesasi sejarah lazimnya terbagi dalam tida periode yaitu zaman
klasik, zaman pertengahan dan zaman modern. Zaman klasik terdiri dari dua
periode yaitu, (1) zaman pra sejarah yang dimulai era paleolitik, peradaban
Mesir, Mesopotania, Babilonia, Persia kuno dan Yahudi. Dan (2) masa klasi
Yunani dan Romawi yang memberi warna arah pada peradaban selanjutnya.
Sedangkan zaman pertengahan dimulai pada abad ke-6 sampai abad ke-16 yang
bertumpu pada peradaban Yunani.
Adapun menemukan berakhirnya abad pertengahan teramat sulit, ada
banyak kontroversi pendapat, demikian pula awal zaman modern. Namun satu
hal yang pasti bahwa abad ke-14 telah terjadi krisis zaman pertengahan hingga
abad ke-15. Pada abad ke-15 dan abad ke-16 muncul gerakan Renaissance, yaitu
gerakan perubahan yang terlahir kembali dalam keadaban. Dari sinilah awal
mula zaman modern yang ditandai dengan penemuan dan kejadian monumental.
b. Penemuan dalam Keilmuan Modern
Di masa modern inilah berbagai macam penemuan-penemuan dalam
keilmuan sains dan teknologi berkembang. Mulai dari dunia Islam adanya
tokoh-tokoh ilmuwan yang memberikan kontribudi pada perkembangan Barat,
seperti al-Khawarizmi (W. 863 M), Muhammad Ibnu Zakariya (W. 925 M),
Ibnu Sina (W. 1037 M) dan lain sebagainya. Sedangkan di Barat sendiri muncul
tokoh seperti Nikolas Copernicus (W. 1543 M), Galileo Galilei (W. 1642 M)
sampai pada Francis Baicon (W. 1626 M) yang telah berhasil meletakkan

3
rumusan sistematis secara logis prosedur ilmiah, dan dengan itu menghasilkan
banyak penemuan ilmiah selanjutnya.
Rumusan sistematis secara logis sebagai prosedur ilmiah yang
diletakkan oleh Baicon adalah filsafat harus memisahkan diri dari teologi[8]
terlebih dahulu, baru kemudian secara metodis dapat dilakukan penelitian ilmiah
dengan tahapan-tahapan: (1) alam diwawancarai, (2) orang bekerja dengan
metode yang benar, (3) orang harus berasumsi netral terlebih dahulu (meragu-
ragukan segala sesuatu). Hal ini diperkuat juga oleh tokoh yang lain, Rene
Descartes (W. 1650 M). Dengan rumusan sistematis prosedur ilmiah penelitian
gencar dilakukan hingga menemukan banyak produk ilmu pengetahuan.
c. Dampak Ideology Modern
Modern kalau dihubungkan dengan pemikiran ideology, bahwa
modernisasi akan melahirkan dampak positif perubahan tata nilai dan sikap,
mengganti cara berpikir masyarakat yang irasional menjadi rasional,
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, tingkat kehidupan yang lebih
baik dengan indutrialisasi maju.
Dibalik semua kemajuan modernisme tersebut, menyimpan segudang
permasalahan yang membahayakan. Paling tidak:
Pertama: rasionalisme dengan beberapa aspek negativnya dan positivnya. Yang
dimaksud rasionalisme merupakan kepercayaan pada kekuatan rasio, dengan
kata lain menuntut agar semua claim dan wewenang dipertanggungjawabkan
secara argumentative. Dengan demikian maka konsekwensi logisnya secara
berangsur akan menolak tradisi, dan dogma agama sekalipun, hingga pada
akhirnya memunculkan sekulerisme dan menurunkan peran wahyu tuhan dari
singgasananya.
Kedua: memunculkan pola hidup konsumtif. Perkembangan teknologi industri
yang sudah modern dan semakin pesat membuat penyediaan barang kebutuhan
masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk
menkonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, sesuai dengan kebutuhan
masing–masing. Bahkan sampai dalam kondisi terparah, ekspoitasi alam besar-
besaran.
Ketiga: gaya hidup kebarat-baratan. Padahal tidak semua budaya Barat baik dan
cocok diterapkan di Indonesia misalkan. Budaya negatif yang mulai menggeser

4
budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas
remaja, dan lain-lain.
Keempat: kesenjangan sosial. Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya
ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi
maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu
lainnya. Dengan kata lain individu yang dapat terus mengikuti perkembangan
jaman memiliki kesenjangan tersendiri terhadap individu yang tidak dapat
mengikuti suatu proses modernisasi tersebut. Hal ini dapat menimbulkan
kesenjangan sosial antara individu satu dengan lainnya, yang bisa disangkutkan
sebagai sikap individualistik.
Kelima: sikap individualistik. Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi
maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam
beraktivitas. Padahal manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Terlihat jelas
imbas revolusi industry dengan merubah bantuan tangan manusia digantikan
dengan kinerja mesin, maka mengakibatkan pola intraksi sosial kian
manyempit.
Keenam: kriminalitas. Kriminalitas sering terjadi di kota-kota besar karena
menipisnya rasa kekeluargaan, sikap yang individualisme, adanya tingkat
persaingan yang tinggi dan pola hidup yang konsumtif.
Dari berbagai permasalahan era modern yang telah dipaparkan di atas,
sudah seyogyanya Islam dengan al-Qurannya harus mampu memberikan solusi,
yang bisa menetralisir resiko negative yang membersamai modernisasi, namun
juga sekaligus harus meningkatkan dan memelihara aspek positive yang dimiliki
modernisasi. Sebelum membahas tersebut, pemakalah akan mencoba untuk
memberikan perspektif Barat terhadap Islam, hal ini penting untuk dilakukan
mengingat seakan ada kesenjangan hubungan Islam dan dunia Barat apalagi
adanya tuduhan Islam adalah teroris. Karena dalam tulisan ini hendak untuk
menampilkan wajah Islam tidak seperti yang Barat sangka.

1.4. PENDEKATAN SINERGI: MENINGKATKAN KOMPETENSI INTI


Kenapa Barat (Eropa Kristen) membangun citra dan persepsi yang keliru
terhadap Islam, yang lebih diwarnai permusuhan, dan kebencian ketimbang
kebenaran? Ada beberapa tulisan yang bertanggung jawab terhadap membentuk
persepsi negative terhadap Islam. Tulisan kalangan orang Kristen Byzatium tentang

5
Islam pada abad ke-8 hingga abad ke-13 M., yang pernah diteliti oleh Adel-
Theodora Khoury, menyebutkan bahwa dalam tulisan-tulisan tersebut Islam
digambarkan tidak hanya sebuah aliran murtad (dari Kristen), tetapi juga sebagai
agama sesat yang cenderung kearah pemujaan berhala (idolatry). Bahkan,
Muhammad dipandang para teologi Kristen Byzantium sebagai nabi dan rasul palsu.
Muhammad sebagai utusan setan (emissary of devil), yang diilhami “bapak-bapak
kebohongan” (father of lies), dan anti-Yesus. Al-Quran pun dipandang sebagai kitab
suci yang palsu. Muhammad mengambil bahan dari Perjanjian Lama, Perjanjian
Baru, dan ajaran-ajaran murtad, seperti kaum Manicheans, serta ditambah dengan
pikiran-pikiran (Muhammad) sendiri.
Karya Peter the Venerable dan Tomas Aquinas juga berperan penting dalam
mengokohkan citra buruk terhadap Islam. Aquinas dalam karyanya Summa contra
Gentiles, De rationibus fidei contra Saeacenos, Grecos et Armenos, misalnya, tidak
hanya memperlajari Islam, tetapi ia sadar tentang perlunya para teolog Kristen
membantah dan menolak Islam. Dengan mengungkapkan kekeliruan ajaran Islam,
bahkan kalau perlu kaum Muslimin beralih ke Kristen. Dan masih banyak lagi citra
barat terhadap Islam dan al-Qurannya, yang secara garis besar bisa dirangkumkan
sebagai berikut:
1. Al Quran adalah kitab suci palsu, yang telah memutar balikkan kebenaran
Kristen.
2. Al Quran dengan ajaran Islamnya disebarluaskan melalui kilatan pedang dan
peperangan.
3. Islam adalah agama hawa nafsu, dan penebar terror.
4. Muhammad adalah anti-Kristus.
Sebelum abad ke-19 Barat menganggap Islam sebagai rival Kristen. Namun
pada permulaan abad ke-19 sudah berubah. Model pencitraan Barat terhadap Islam,
menganggap Islam sebagai bentuk pencapaian akal dan perasaan manusia dalam
usaha mereka untuk mengetahui dan merumuskan sifat Tuhan dan alam. Penilaian
Barat terhadap Islam lebih bersifat kultural. Namun anggapan ini tidak bertahan
lama.
Pasca runtuhnya Blok Timur komunisme dibawah pimpinan Uni Soviet, Barat
yang tidak memiliki lawan bertarung, maka menjadikan Islam sebagai sasaran lawan
berikutnya (kembali terjadi permusuhan), apalagi menyususulnya penyerangan 11
September 2001 gedung WTC. [10] Di akhir-akhirabat ke-19 memasuki abad ke-21,

6
pencitraan Barat terhadap Islam membangkitkan luka permusuhan lama. Sebagai
mana yang dikatakan Hangtington bahwa konflik antara peradaban Islam dan Barat
telah berlangsung selama 1300 tahun. Barat mempersepsikan Islam kembali
negative. Islam sebagai agama teroris. Islam adalah menebar terror, dan juga dokrin-
dokrin al Quran adalah penghambat kemajuan ilmu pengetahuan.

1.5. PRINSIP-PRINSIP SOSIAL ETIKA GLOBAL


Hans Kung dalam bukunya Global Responsibility: In Search of a New World
Ethic, memaparkan berkaitan dengan Deklarasi Dewan Parlemen Agama-agama
menegaskan empat rumusan kesepakatan yang disetujui. Keempat kesepakatan
tersebut semuanya dibutuhkan bagi setiap manusia untuk mencapai sebuah tatanan
gobal yang diimpikan, yaitu meliputi: pertama adalah komitmen pada budaya anti
kekerasan dan hormat pada kehidupan. Kedua adalah komitmen pada budaya
solidaritas dan tatanan ekonomi yang adil. Kegita adalah komitmen pada budaya
toleransi dan hidup yang tulus. Dan yang keempat adalah komitmen pada budaya
kesejajaran hak dan kerjasama antar laki-laki dan perempuan.
Dan ternyata keempat etika global tersebut memiliki kesesuaian dengan apa
yang ada dalam al-Quran. Sebagaimana tertuang dalam al-Quran yang menolak
segenap kejahatan (Q.S. 41:33-35, 29:46). Islam yang dalam al-Quran menggunakan
term al-silmu atau al-salmu berarti al-sulh, perdamaian (Q.S. 2:208, 5:32). Dengan
demikian, kesucian hidup merupakan misi utama al-Quran.
Selain Islam juga komitmen pada budaya solidaritas dan tata ekonomi yang
adil (Q.S. 5:8, 51:19, 70:24), Islam juga berkomitmen terhadap budaya toleransi dan
hidup yang lurus (Q.S. 10:99, 5:8, 29:46). Islam juga memberi perhatian pada
kesejahteraan hak antara laki-laki dan perempuan (Q.S. 3:195, 49:13). Dengan
merujuk langsung pada al-Quran, maka sudah jelaslah bahwa sesungguhnya Islam
tidaklah seperti yang orang-orang Barat sangkakan. Begitu indah Islam dengan
segenap janji-janjinya, sekarang yang tersisa adalah janji kaum Muslimin yang harus
merealisasikan terhadap keberislamannya.

1.6. AL-QUR’AN MEMPERKENALKAN MANUSIA


Al-Qur’an hadir memperkenalkan manusia dengan sudut pandang yang
mungkin berbeda dengan yang lain. Al-Qur’an menjelaskan sebagai berikut:

7
Pertama: manusia sebagai makhluk termulia, mampu memperoleh ilmu pengetahuan
melalui potensi akal (Q.S. 95:4). Jika manusia tidak memberdayakan potensi itu,
maka dia sungguh telah kehilangan sebagian besar nilai kemanusiaannya, maka
Islam sangat mendukung rasionalisasi dan tidak menyia-nyiakan akal.
Kedua: Sebagai hamba yang beribadah Allah (Q.S.2: 21 dan 51: 56). Ibadah secara
harfiyah berarti “rasa tunduk dan taat, melakukan pengabdian, merendahkan diri dan
menghinakan diri dihadapan Tuhan”. Al-Maraghi mengartikan ibadah sebagai sikap
tunduk yang timbul dari kesadaran jiwa akan kebenaran yang disembah karena
percayaan bahwa dia pemilik kekuasaan. Dari segi sasaran ibadah mencakup tiga
sasaran, yaitu: (1) Ibadah personal, dalam pelaksanaannya tidak melibatkan orang
lain, bisa dikatakan sebagai “amaliah ritus”. (2) Ibadah antar personal, yang dalam
pelaksanaannya melibatkan orang lain. (3) Ibadah social, merupakan kegiatan ibadah
interaktif antar seorang individu dengan pihak lain yang dibarengi dengan kesadaran
diri sebagai hamba Allah, pertimbangan ibadah ini tergantung pada kemaslahatan
obyektif dan rasional. Kesemua bentuk ibadah tersebut memiliki nilai keselamatan
dan kesejahteraan dunia, mendorong mensukseskan kehidupan akhirat, dan
memadukan integrasi kepentingan dunia dan akhirat. Kalau ditinjau belih jauh maka
sesungguhnya ibadah merupakan refleksi iman dan amal dalam tindakan. Islam
sendiri berasal dari kata “aslama” yang mengandung arti “menyelamatkan”, jika
dikaitkan dengan ibadah maka memiliki kesamaan makna, ibadah sama dengan
Islam, sebab memiliki kesamaan maksud menyerahkan diri kepada Tuhan, yang asal
muaranya adalah iman.
Ketiga: sebagai khalifah Allah di bumi yang berbuat kebajikan. [18] Kata khalifah
memiliki arti “mengganti”, maka khalifah adalah pengganti, juga bisa berarti
imaarah (kepemimpinan) dan berarti sulthan (kekuasaan). [19] Aristoteles
menyatakan manusia adalah “zoon politicon” atau “social animal”. [20] Untukitulah
maka “Manusia adalah makhluk yang dibebani kewajiban, yang bertanggung
jawab.” [21] (Q.S. 2:30) Kalau dipahami manusia adalah khalifah, maka dia dalah
tuan rumah dimuka bumi ini, ia adalah yang terkuat dari makhluk Tuhan. Maka
tidak heran kalau Allah hanya memerintahkan untuk sembah sujud dan meminta
pertolongannya hanya kepadaNya, tidak pada yang lain dalam rangka menjadi
kehormatan dan harga diri manusia itu sendiri.
Keempat: manusia sebagai makhluk pedagogik. Dalam ensiklopedi dijelaskan
bahwa pedagogi menekankan pendidikan atau pengajaran secara tersusun dan

8
menyangkut dengan tujuan, asas, serta metode. [22] (Q.S. 17:24, 26:18). Lafat
‘allama muncul dalam al-Quran sebanyak 42 kali (diantaranya Q.S. 2:31, 96:25,
23:12-14, 7:179). Bekal pertama yang diberikan pada manusia ketika ia diciptakan
adalah ilmu pengetahuan. Allah mengajarkannya seluruh nama-nama semua (Q.S.
2:31). Dengan itu manusia menjadi makhluk yang memiliki keunikan dan
berperadaban tinggi.
Kelima: manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani. Menurut Al-Quran, roh dan
jasad adalah dua esensi pokok manusia, dan dengan keduanya manusia dikatakan
hidup. [23] Manusia adalah makhluk biologis. [24] yang hidup di dunia
bermetabolisme sebagaimana makhul lainnya (Q.S. 86:5-6, 80:24, 55:1-4, 96:5,
51:56), dan secara bersamaan manusia juga sebagai makhluk rahani (Q.S. 47:24,
15:29, 89:27-28) yang ke mengantarkan kehidupannya menembus akhirat.
Keenam: manusia sebagai makhluk Hayawaan Naathik. Symbol linguistic adalah
ekspresi lahiriah dari hakekat yang lebih dalam dan abstrak, yaitu akal (Q.S. 53:3-6).
[25] Dengan inilah manusia menciptakan peradaban dan kehidupan yang jauh
berbeda dengan makhluk yang lain.
Dari beberapa sifat dasar manusia tersebut, bisa memberikan bukti kepada kita
bahwa manusia begitu mulia dihadapan Allah. Sesungguhnya karakter special itulah
yang menjadikan manusia memiliki peradaban yang tinggi, yang tidak dimiliki oleh
mahluk lainnya. Dengan karakteristik itu manusia memasuki abad demi abad, waktu
demi waktu dan terus merkembang dari jaman ke jaman.

1.7. RELEVANSI AL-QUR’AN TERHADAP MODERNITAS


Sebagaimana yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa modernitas muncul satu
diantaranya adalah karena tingkat daya berfikir dan produk kreativitas akal manusia
mencapai kemajuan yang pesat, sehingga menumbuhkan penemuan tehnologi maju.
Rumusan tersebut sudah ada dalam Al-Quran sebagaimana berikut
a. Rasionalitas dalam Al-Quran
Akal dalam Al-Qur’an berasal dari kata ‘aqala, yang secara bahasa
berarti menahan dan menawan. Al ‘Aqil yaituseorang yang melaksanakan
aktivistas akalnya, secara etis dimaksudkan dengan orang menahan dan
mengekang atau mengikat hawa nafsunya.
Al Ghazali mendefinisikan akal sebagai berikut:
1) Akal adalah sifat yang membedakan manusia dengan hewan.

9
2) Hakekat akal adalah ilmu pengetahuan yang dapat membedakan baik buruk.
3) Akal adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman dan
percobaan observasi.
4) Akal adalah kekuatan gharizah atau tabiat untuk mengetahui akibat dari
segala sesuatu dan mencegah nafsu serta menundukkannya.
Dengan ini maka jelaslah sudah bahwa sesungguhnya Al-Qur’an
menempatkan akal pada posisi sangat penting yang dimiliki manusia. Ia adalah
sumber daya untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Maka Al-Qur’an begitu
mendukung terhadap kemajuan dan perkembangan modernitas jaman. Bahkan
tidak jarang Al-Qur’an dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan modern. Al-
Qur’an memerintahkan kepada manusia untuk memperhatikan apa yang ada di
langit dan bumi dengan kemampuan daya pikirnya, akal (Q.S. 3: 190-191).
b. Al-Qur’an dan Sains Teknologi
Al-Quran mengarahkan manusia agar mengembangkan Sains untuk
mengetahui sifat dan tingkah laku alam sekitarnya pada kondisi tertentu, dan
dengan penguasaan Sains ini manusia dapat membuat kondisi yang sedemikian
rupa hingga alam bereaksi, yang mengarahkan pada hasil menguntungkannya,
manusia menciptakan teknologi.
Dengan Sains dan Teknologilah manusia memanfaatkan serta
melestarikan alam sekelilingnya, mencari ketetapan hukum alam yang dibuat
oleh Allah, dengan ini manusia bisa berkomuniskasi dengan Tuhannya melalui
pamahaman terhadap sunah-sunah alam semesta (Q.S. 6:165, 10:101, 77:17-20).
Maka sudah seharusnyalah kaum muslimin mendekatkan diri dengan Al-Quran
kalau hendak menguasai bumi ini.

1.8. AL-QUR’AN SOLUSI DAMPAK NEGATIF MODERNITAS


Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa dibalik semua
kemajuan modernisasi, menyimpan segudang permasalahan yang membahayakan,
baik berbau ideology maupun yang berbentuk material. Empat belas abad yang lalu
Al-Qur’an sudah memprediksi dan sekaligus memberi solusi cerdas formula ampuh
yang mampu menyelesaikan permasalahan realistis yang terjadi di era modern
sekarang ini. Beberapa permasalahan modern yang mencuat adalah sebagai berikut.
a. Gersang dari Spiritualitas

10
Al-Qur’an tidak menyuruh manusia untuk memusuhi dunia, tidak pula
menghabiskan waktu semata-mata hanya untuk ritus ibadah saja kepada Allah.
Al-Qur’an juga tidak ambisius pada pencapaian dunia secara total dan
penumpukan material harta sebanyak-banyaknya dan lupa pada Tuhannya.
Namun, keunikan Al-Qur’an adalah terletak pada keseimbangan dan keadilan
dalam segala hal, antara akal dan hati, antara dunia dan akhirat, serta antara
menerima dan memberi. Sederhananya Al-Qur’an berpesan kepada manusia
untuk hidup proporsional.
b. Pola Hidup Konsumtif
Qarun yang diceritakan dalam Al-Qur’an mengingatkan manusia akan
sosok makhluk penuh gelimang harta, namun sayangnya memiliki paradigma
yang salah dalam kehidupan dunia, ia mengira dunia tidak lain penumpukan
harta dan tidak ada kaitannya dengan kekuasaan Tuhan (Q.S. 88: 81).
Al-Qur’an memperbolehkan manusia untuk bersenang-senang, namun
harus sesuai dengan kebutuhannya, baik makan-minum, berpakaian, tempat
tinggal dan lain sebagainya, dengan catatan tidak berlebih-lebihan dan tidak
kikir (Q.S. 7: 31-32 dan ayat 157, 23:51, 2: 172).
Disamping lain Al-Qur’an juga menuntut manusia untuk bekerja keras
dalam hidup dan memberi peringatan kepada orang-orang pemalas (Q.S. 67:
15). Termasuk banyak ibadah dalam Al-Qur’an yang memerlukan harta benda
(Q.S. 22:27-28). Dari sini jelaslah sudah bahwa Al-Qur’an memberikan para
digma yang bertolak belakang dengan pengaruh modernism berupa ekspoloitasi
dan mengurah alam besar basaran, tampa mengindahkan penghematan dan asas
standat kebutuhan. Al-Qur’an melarang membelanjakan harta yang semata-mata
untuk kesenangan sehingga manusia benar-benar tergiur dan keranjingan untuk
menguasai dan menumpuk harta karena adanya anggapan harta bisa
mewujudkan segalanya (Q.S. 3:14, 57:20).
c. Weternisasi
Al-Qur’an merupakan kebutuhan pokok dalam mengatur komunikasi
manusia, yaitu komunikasi dengan Tuhannya, diri sendiri dan masyarakat.
Sebuah masyarakat bahkan individu memiliki budaya dan tradisi masing-
masing, setiap satu sama lain terdapat persamaan dan perbedaannya. Fungsi
keberadaan Al-Qur’an salah satu diantaranya adalah menyusun konsep tentang

11
keneragaran, pedoman berperilaku yang luhur, dan aturan moral mayarakat,
yang kesemuanya itu dalam rangka merealisasikan kebenaran.
Oleh karena itu maka Al-Qur’an mengharapkan kepada setiap mukmin
memiliki kepribadian yang menomor satukan kepentingan ketaatan kepada
Tuhan dan mengutamakan kepentingan umum (Q.S. 50:13-14).
d. Kesenjangan Sosial dan Sikap Individualistic
Keberadaan Al-Qur’an di muka bumi ini bukan hanya untuk kaum
muslimin semata, namun nilai pengaruhnya untuk segenap alam semesta (Q.S.
27:76-77, 21:107, 17:9). Kesemua manusia dihadapan Al-Qur’an dalah sama-
sama berhak untuk mendapatkan pelayanan perbuatan kebaikan. Kebaikan yang
menyeluruh dalam konsep Al-Qur’an akan bisa diterapkan dengan
menghilangkan sifat “keakuan” (egoistis) hingga selalu mencapai kebahagiaan
bagi segenap umat manusia (Q.S. 49:13). Dengan mendekatkan diri pada
prinsip-prinsip Al-Qur’an manusia akan berada pada jalur rel yang aman,
nyaman, saling tolong–menolong dan mencapai kesejahteraan antar sesama.
e. Kriminalitas
Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah merupakan sumber hukum yang
mampu membentuk stabilitas kemanan. bahkan menginspirasi untuk
terbentuknya undang-undang beberapa Negara di belahan dunia. Dalam hukum
perundang-undangan yang ada di dalam Al-Qur’an meletakkan asas hukum
pada prinsip keadilan, dan tidak mentolerir segala bentuk tindak kriminalitas.
Al-Qur’an juga menjelaskan hubungan antar sesama manusia muslim dan non
muslim agar selalu menekankan terwujudnya perdamaian. sebagaimana solat
mencegah dari perbuatan keji dan munkar, puasa dalam menciptakan kepedulian
membantu orang miskin, dan lain sebagainya. Yang pada puncaknya
kesempurnaan manusia tertinggi adalah yang paling banyak memberikan
manfaat bagi orang lain, dan dalam itulah Rasulullah diutus untuk
menyempurnakan akhlak, hingga bentuk kriminalitas yang ada di muka bumi ini
sirna dengan adanya kebaikan antar sesama manusia, itu bisa di wujudkan hanya
dengan membumikan Al-Qur’an.
Berdasarkan dari Al-Qur’an sendiri yang berbicara, ia mendukung
terhadap kemajuan modernitas dan sekaligus memberikan solusi dari perluang
kerusakan yang mamungkinkan muncul akibat modernitas tersebut. Al-Quran
mengingatkan dan menekanan bahwasannya pada tingkat tertentu manusia

12
senantiasa terancam oleh resiko dari setiap apapun yang ia lakukan tidak
terkecuali modernisasi. Al-Quran hadir sebagai ide modernisasi dan solusi
modernitas, hingga pada akhirnya inilah Al-Qur’an untuk manusia abad 21.

13
BAB III
PENUTUP

Tentu saja, goresan tinta ini masih belum selesai untuk membahas al-Qur’an dan
manusia era modern abad 21. Perlu banyak usaha dalam rangka mengembalikan stamina
kaum Muslimin kembali memimpin peradaban terdepan, mengembalikan sejarah emas yang
lalu, hingga dunia tahu bahwa Islam dengan al-Qurannya bukanlah hanya omong kosong.
Memang tidaklah mudah untuk menjawab apakah Islam dan kaum Muslim dengan Al-Quran
dalam genggamannya akan ikut serta dalam kereta kemajuan modernisasi yang telah
dikembangkan di Barat. Itu tergantung pada penganut Islamnya sendiri.
Butuh kerja keras dari semua komponen, keterlibatan segenap disiplin ilmu
pengetahuan yang kesemuanya harus bertumpu pada al-Quran. Eropa Barat maju karena
mereka meniggalkan agamanya, namun tidak dengan kaum Muslimin, ia akan maju dengan
mendekati Agamanya. Agama Islam yang ternyata sangat relevan dengan kemajuan jaman,
bahkan lebih dari itu, dengan Kitab Sucinya merupakan rumusan kunci dari Sains dan
Teknologi yang ada. Kitab suci yang datang dari Tuhan yang benar tidak akan besebrangan
dengan rumusan teori alam yang diciptakan Tuhan, itulah al-Quran.
Sederhananya adalah aturan langit harus dibumikan. Islam sebagai rahmatan lil’alamin,
dan al-Quran sebagai hudan linnas. Dunia harus mengetahui bahwa Islam dengan Al-
Qur’annya tidak seperti yang Barat kira dan tidak seperti Kristen sangkakan sebagai agama
teroris dan lain sebagainya. Justru kebalikannya. Islam memiliki relevansi kuat dalam
memajukan nilai modernitas dan sekaligus mampu memberi solusi yang mengancam
modernisasi. Inilah Al-Qur’an solusi untuk manusia abat 21.

1.9. KESIMPULAN
Pendidikan islam merupakan usaha orang dewasa muslim dan bertakwa secara
sadar untuk mengarahkan serta membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah
atas kemampuan dasar generasi milenial melalui ajaran islam mengarah kearah
maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. untuk itu, dalam pendidikan islam
serta menghadapi tantangan modernitas abad 21 ini perlu dilakukan perombakan
strategi lama menuju strategi baru. seperti al-quran terdapat 99 asma’ul husna agar
kita bisa meniru sifat sifatnya , misalnya sifat al-Mushawwir membentuk atau
merubah sehingga keadaannya berbeda dengan sebelumnya (Dinamis). Sifat allah al-
khaliq menciptakan sesuatu yang baru atau usaha keinginan sendiri(kreatif) dan sifat

14
allah Al-Baari memberikan keleluasaan untuk melakukan sesuatu yang tanpa terikat
pada contoh sebelumnya (inovatif) dan Al-Mubdi memulai sesuatu yang baru atas
usaha dan keinginan diri sendiri ( kreatif) .
Pendidikan islam diera disrupsi digital saat ini, terutama dalam menghadapi
tantangan modernitas, tentu harus memiliki keterampilan abad 21 meliputi 5C yaitu:
communication, collaboration, creativity, critical thingking, compassion. Dalam hal
ini masyarakat dituntut untuk kelima hal tersebut , Jika generasi milenial mampu
menguasainya maka tantangan modernitas yang datang dari luar akan terfiler ,
sehingga budaya atau perubahan yang bersifat negatif tidak akan masuk begitu saja.
Generasi saat ini harus bersikap terbuka pada teknologi digitalisasi saat ini, dengan
cara manfaatkan digital dengan sebaik baiknya . membuang yang negatif mengambil
yang positif, menggunakan internet untuk hal-hal yang bermanfaat saja, sehingga
dalam kehidupan ini kita hidup tetap pada koridor ajaran islam.

1.10. SARAN
Demikianlah makalah yang kami buat, apabila ada kekurangan maupun
kesalahan dalam penulisan kami mohon maaf. Kritik dan saran yang mendukung
senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Crown, & Dirgantoro. (2001). Manajemen Strategis. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

David, F. R., & David, R. F. (2016). Manajemen Strategis: Suatu Pendekatan Keunggulan Bersaing (15
ed.). Jakarta: Salemba Empat.

Pearce II, J. A., & Robinson Jr, R. B. (2018). Manajemen Strategis: Formulasi Implementasi dan
Pengendalian (12 ed., Vol. 1). Jakarta: Salemba Empat.

16

Anda mungkin juga menyukai