Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MODERNISASI DAN SEKULARISASI


(Makalah Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemikiran Modern dalam Islam)

Dosen Pembimbing:
Ning Siti Khurotin, M.PdI

Disusun oleh:
Ana Maslihatul Izzah (202086010027)
Nuril Maulidyah (202086010030)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi kita rahmat serta
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah
ini membahas mengenai “Modernisasi dan Sekularisasi” dalam Mata Kuliah Pemikiran
Modern Dalam Islam.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik dari segi
penulisan maupun yang lainya. Namun dengan bantuan dari berbagai pihak kami dapat
menyelesaikan tugas kami, terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu serta
membimbing dalam penyusunan makalah kami semoga mendapat balasan baik dari Allah
SWT.
Kritik dan saran bagi pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya, semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pasuruan, 28 Desember 2023


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Modernisasi pemikiran Islam di Indonesia merupakan fakta empirik yang sinergis
dengan dinamika historis umat Islam. Gerakan modernisasi ini pada dasarnya telah muncul
sejak akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20, sebagai konsekuensi logis dari modernisasi
yang terjadi di berbagai belahan dunia, yang meliputi berbagai aspek kehidupan manusia.
Modernisasi yang berasal dari kata "modern" yang berarti "baru" adalah salah satu fase dari
zaman yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena ilmu
pengetahuan dan teknologi menjadi ikon dari zaman ini, maka dapat dipastikan
bahwasanya zaman ini sangat menonjolkan watak rasional dan premis-premis ilmiah yang
bertolak dari fakta empirik dan logika.1
Pada awal abad kedua puluh, AE Crawley mengatakan bahwa agama dapat bertahan
hidup hanya pada tahap primitif, dan kepunahan hanya soal waktu saja. Beberapa tahun
kemudian, Max Weber menjelaskan modernisasi hanya akan menyebabkan "kekecewaan"
dari dunia, dan Sigmund Freud meyakinkan murid-muridnya bahwa agama merupakan
ilusi neurotik akan mati pada sofa terapis. Berbagai teori agama masa klasik tersebut
menyimpulkan masa hilangnya agama dari peradaban masyarakat. Kemudian kapan masa
itu akan terjadi? Tidak ada satu ilmuwan pun yang bisa memastikannya. Namun hal itu
akan terjadi “segera”. Ada satu kesamaan mengenai kapan terjadinya kepunahan agama
yaitu ketika kemajuan atau modernisasi terjadi pada masyarakat. Modernisasi
mengakibatkan sekularisasi. Tema sekularisasi ini beberapa tahun terakhir kembali hangat
dibicarakan.
Di Indonesia kata sekularisasi ataupun sekularisme merupakan kata yang ‘haram’ untuk
dibicarakan. Seringkali masyarakat di Indonesia menyamaratakan kedua kata tersebut
sebagai suatu paham yang anti agama. Di Indonesia sendiri isu mengenai sekularisasi
pertama dilontarkan pada tahun 1970-an oleh Nurcholish Majid dan telah menimbulkan
perdebatan yang cukup berkepanjangan. Pada akhirnya perdebatan tersebut memunculkan
dikotomi kelompok, ada yang pro dan ada kelompok yang kontra. Kelompok yang pro
sering juga disebut dengan kelompok reformis, sedangkan kelompok yang kontra disebut
kelompok konservatif.2

1
. Sulfiana. 2005. Modernisasi Pemikiran Islam di Indonesia. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. h. 6.
2
Choirul Fuad Yusuf. 2013. Analisis Buku Kontemporer: The Sociology of Secularisation: A Critique of A
Concept. Diedit oleh Fakhriati. Jakarta: Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan.
Berdasarkan latar belakang di atas masih banyak pengetahuan dan makna yang harus
dipahami lebih dalam. Oleh karena itu Untuk itu makalah ini akan mencoba menjelaskan
mengenai modernisasi dan sekularisme secara terperinci.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian modernisasi dan sekularisasi?
1.2.2 Bagaimana perkembangan modernisasi dan sekularisasi dalam Islam?
1.2.3 Apa pengaruh dan dampak modernisasi dan sekularisasi?
1.2.4 Apa saja contoh modernisasi dan sekularisasi?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan dan manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah serta memperdalam
wawasan dan pengetahuan mengenai modernisasi dan sekularisasi dalam Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Modernisasi
Modernisasi secara etimologis berasal dari bahasa latin modo danernus. Modo artinya
cara sedangkan ernus berarti menunjuk pada adanya periode waktu masa kini. Modernisasi
berasal dari kata modern yang berarti terbaru, mutakhir, atau sikap dan cara berpikir yang
sesuai dengan tuntutan zaman. Selanjutnya modernisasi diartikan sebagai proses pergeseran
sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan masa
kini.
Menurut Wilbert E Moore modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan
bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial kearah
pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri negara barat yang stabil.3
Menurut J W School menyatakan bahwa modernisasi adalah suatu transformasi, suatu
perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya.4
Menurut Nurcholish Madjid, pengertian modernisasi hampir identik dengan pengertian
rasionalisasi, yaitu proses perombakan pola berpikir dan tata kerja lama yang tidak rasional
dan menggantinya dengan pola berpikir dan tata kerja baru yang rasional. Hal itu dilakukan
dengan menggunakan penemuan mutakhir manusia di bidang ilmu pengetahuan. Oleh karena
itu sesuatu bisa disebut modern kalau ia bersifat rasional, ilmiah, dan kesesuaian hukum-hukum
yang berlaku dalam alam. Contoh: sebuah mesin hitung termodern dibuat dengan rasionalitas
yang optimal, menurut penemuan ilmiah yang terbaru, dan karena itu penyesuaiannya dengan
alam paling mendekati kesempurnaan.5
Menurut Koentjaraningrat, sebagaimana dikutip Faisal Ismail, mendefinisikan
modernisasi sebagai suatu usaha secara sadar yang dilakukan oleh suatu bangsa atau negara
untuk menyesuaikan diri dengan konstelasi dunia pada suatu kurun tertentu di mana bangsa itu
hidup.
Sementara itu Harun Nasution juga memberikan pandangannya tentang pembaharuan
yang berafiliasi dengan kata modernisasi dengan arti terbaru, mutakhir, atau sikap dan cara
berpikir serta bertindak dengan tuntutan zaman. Pembaharuan atau modernisasi yang dimaksud
Harun Nasution lebih tepat dikatakan sebagai sebuah proses pergeseran sikap dan mentalitas
sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan hidup masa kini. Modern

3
Soerjono Soekanto. 1970. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: UI Press. h 357.
4
Ninik Masrurah dan Umiarso. 2011.
5
Nurcholis Madjid. 1997. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan. Bandung: Mizan.
bukan hanya membaharui paham-paham, sikap atau adat istiadat, melainkan lebih luas lagi
mencakup pembaharuan institusi-institusi yang dipandang lama untuk disesuaikan dengan
pendapat-pendapat dan keadaan-keadaan yang baru.6
Modernisasi merupakan bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau
kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan
masyarakat yang lebih maju, berkembang dan makmur. Modernisasi juga merupakan hasil dari
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sekarang ini. Tingkat
teknologi dalam membangun modernisasi sangat dirasakan dan dinikmati oleh semua lapisan
masyarakat dari masyarakat perkotaan hingga masyarakat pedesaan. Dapat dikatakan bahwa
modernitas merupakan sebuah transformasi yang dialami oleh masyarakat yang dimana terjadi
perubahan yang mengarah kepada perkembangan dan perubahan kearah yang lebih baik.

2.2 Perkembangan Modernisasi


Pemikiran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam timbul terutama sebagai hasil
kontak yang terjadi antara dunia Islam dan Barat. Dengan adanya kontak itu, umat Islam abad
20 sadar bahwa mereka telah mengalami kemunduran dibandingan dengan Barat. Kesadaran
itu membuat umat Islam berusaha mengejar ketertinggalan serta memulihkan kembali kekuatan
Islam seperti sebelumnya, upaya ini pada umumnya didorong oleh dua faktor yang saling
mendukung. Faktor yang pertama yaitu pemurnian ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang
dipandang sebagai penyebab kemunduran Islam.
Pembaharuan ini ditandai dengan kemunculan gerakan Wahhabiyah yang dipelopori
oleh Muhammad bin Abdul Wahhab (1703 – 1787 M) di Arabia, kemudian gerakan Sanusiyah
di Afrika Utara yang dipimpin oleh Said Muhammad Sanusi (1787 – 1859 M) asal Aljazair.
Faktor yang kedua yaitu gagasan untuk menimba ilmu pengetahuan dari barat, ini tercermin
dari pengiriman para pelajar muslim oleh penguasa Turki Utsmani dan Mesir serta juga India
ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan yang dilanjutkan dengan
penterjemahan karya-karya barat ke dalam bahasa Islam. Gerakan pembaharuan ini pun
akhirnya merambah pula ke dunia politik. Gagasan politik yang pertama kali muncul adalah
gagasan Pan Islamisme (persatuan Islam sedunia) yang awalnya gagasan ini di usung oleh
Wahhabiyah dan Sanusiyah. Namun baru disuarakan dengan lantang oleh tokoh pemikir Islam
terkenal, Jamaludin Al-Afgani (1839-1897 M) asal Afganistan. Meskipun lahir di Afghanistan,

6
Harun Nasution. 1975. Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta: Penerbit Bulan
Bintang.
usianya dihabiskan di berbagai bagian Dunia Islam: India, Mesir, Iran, dan Turki. Dia
mengembara ke Eropa, dari Saint Petersburg sampai Paris dan London. Di mana pun dia tinggal
dan ke mana pun dia pergi, Jamaluddin senantiasa mengumandangkan ide-ide pembaharuan
dan modernisasi Islam.
Bersama muridnya, Syaikh Muhammad Abduh (1849–1905) dari Mesir, Jamaluddin
pergi ke Paris untuk menerbitkan majalah Al-`Urwah al-Wutsqa (Le Lien Indissoluble), yang
berarti “ikatan yang teguh”. Abduh menjadi pemimpin redaksi, dan Jamaluddin menjadi
redaktur politik. Nomor perdana terbit 13 Maret 1884 (15 Jumad al-Ula 1301), memuat artikel-
artikel dalam bahasa Arab, Perancis, dan Inggris. Terbit setiap Kamis, majalah itu penuh
dengan artikel-artikel ilmiah dan mengobarkan semangat umat untuk kembali kepada Al-
Qur’an dan Sunnah Nabi, serta menyerukan perjuangan umat Islam agar terlepas dari belenggu
penjajahan Eropa. Majalah Al-`Urwah al-Wutsqa tersebar di kawasan Timur Tengah, Afrika
Utara, India, dan kota-kota besar di Eropa. Sayangnya, majalah ini hanya sempat beredar 28
nomor saja dan terpaksa berhenti terbit pada bulan Oktober 1884. Hal ini disebabkan
pemerintah kolonial Inggris melarang majalah itu masuk ke Mesir dan India, lalu pemerintah
Turki Usmani juga melarangnya beredar di wilayah kekuasaannya, sehingga Al-`Urwah al-
Wutsqa kehilangan daerah pemasarannya. Namun dalam masa delapan bulan beredar, majalah
Muslim pertama di dunia itu berhasil menanamkan benih-benih modernisasi di kalangan umat
Islam.
Muhammadiyah pada awal abad ke-20 sekitar tahun 1911-1932 juga melakukan
modernisasi pendidikan. Modernisasi pendidikan yang dilakukan oleh Muhammadiyah
ditempuh dengan cara mengadaptasi sistem pendidikan Belanda dalam pendidikan Islam.
terbentuknya model sekolah Muhammadiyah seperti model sekolah Belanda istilah Azra,
sebagai “Sekolah Umum (Belanda) Plus”, atau Streenbrink sebagai “Sekolah Ultra
Konservatif”. Dalam sekolah baru dan modern itu, selain pelajaran agama, diajarkan juga
pelajaran umum; instrument belajar diadopsi langsung seperti cara Belanda; diberlakukan
sistem penjenjangan dan pembayaran sekolah dari siswa; serta yang paling fenomenal adalah
para guru telah diberikan insentif berupa gaji. Semua hal ini, yang kita lihat sekarang sebagai
sesuatu yang biasa, pada saat itu merupakan sesuatu yang sangat baru, aneh dan bahkan luar
biasa.7

7
Palahuddin. 2018. Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia Awal Abad Ke-XX: Kasus Muhammadiyah. Jurnal
Kajian Sosial Keagamaan: Universitas Muhammadiyah Mataram. 1 (01). h 62.
Dari uraian diatas, jelaslah pada hakikatnya modernisasi sudah ada sejak abad ke-2
sebelum masehi yang berlanjut hingga sekarang, dan modernisasi yang dilakukan oleh bangsa-
bangsa terdahulu bukan berarti mengambil semua perubahan yang sedang berkembang, akan
tetapi mengambil nilai positifnya dengan tanpa membuang ciri khasnya.

2.3 Pengaruh dan Dampak Modernisasi


Pengaruh positif dari modernisasi adalah kesadaran masyarakat akan pentingnya ilmu
pengetahuan dalam kehidupan, kesiapan masyarakat dalam menghadapi perubahan-perubahan
dalam segala bidang, keinginan masyarakat untuk selalu mengikuti perkembangan situasi di
sekitarnya, serta adanya sikap hidup mandiri. Sementara beberapa pengaruh negatif dari
modernisasi adalah bercampurnya kebudayaan-kebudayaan di dunia dalam satu kondisi dan
saling mempengaruhi satu sama lain, baik yang baik maupun yang buruk, materialisme
mendarah daging dalam tubuh masyarakat modern, merosotnya moral dan tumbuhnya berbagai
bentuk kejahatan, meningkatnya rasa individualistis dan merasa tidak membutuhkan orang
lain, serta adanya kebebasan seksual dan meningkatnya eksploitasi terhadap wanita.
Affandi Kusuma membagi dua bagian tentang dampak modernisasi tersebut, yaitu;
a. Dampak Positif
1) Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya
menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua
irasional menjadi rasional.
2) Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong
untuk berpikir lebih maju.
3) Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan
transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi
penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

b. Dampak Negatif
1) Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang
kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah
tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.
2) Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju
membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam
beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk
sosial.
3) Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di
Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah
anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan
lain-lain.
4) Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa
individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka
akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain
yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.

2.4 Contoh Modernisasi


Gerakan modern Islam merupakan jawaban yang ditujukan terhadap krisis yang
dihadapi umat Islam pada masanya. Kemunduran kerajaan Utsmani yang merupakan
pemangku khalifah Islam setelah abad ke-17 M telah melahirkan kebangkitan Islam dikalangan
warga Arab dipinggiran imperium Utsmani. Gerakan pembaharuan ini akhirnya menyebar luas
ke berbagai belahan dunia muslim, termasuk salah satunya ke Indonesia.
Adapun bentuk-bentuk modernisasi Indonesia yaitu:
a. Gerakan Puritanisme
Gerakan ini pertama kali diprakarsai oleh Muhammad bin Abdul Wahhab di
Nejd. Gerakan puritanisme ini masuk ke Indonesia melalui tiga orang yang baru
pulang dari haji ditanah suci, yaitu Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang.
Mereka melakukan penentangan terhadap praktek kehidupan beragama masyarakat
Minangkabau yang telah banyak terpengaruh oleh unsur-unsur takhayul, khurafat
dan bid’ah. Karena aktifitas mereka di anggap cukup membahayakan keberadaan
kaum tua atau kaum adat, maka kaum tua meminta bantuan Belanda. Pada tahun
1821-1837 M terjadilah Perang Paderi.
Dalam pertempuran yang tak seimbang itu kaum ulama mengalami kekalahan.
Kekalahan ulama dalam Perang Paderi dalam menghadapi Belanda tidaklah
membuat patah semangat para tokoh pejuang pembaharu itu, tetapi gerakannya
semakin hebat. Gerakan pembaharuan itu tidak lagi bersifat politik agama, tetapi di
alihkan ke dalam gerakan pembaharuan pendidikan.
b. Gerakan Reformisme
Gerakan reformis adalah suatu gerakan pembaharuan yang dilakukan untuk
kembali kepada dasar Islam yang asli. Kelompok ini berusaha menerapkan sistem
ajaran Islam seperti yang ada pada zaman Nabi SAW.
c. Gerakan Radikalisme
Gerakan ini merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh para pembaharu
Islam untuk membangkitkan kembali semangat masyarakat Islam, sehingga mereka
akan menjadi masyarakat yang maju. Namun sebelum itu, unsur-unsur yang
terdapat dalam ajaran Islam yang tercemar oleh takhayul, bid’ah dan khurafat harus
dibersihkan terlebih dahulu.
Dalam tatanan pelaksanaan pembaharuan seperti ini, biasanya cara yang ditempuh
melalui bentuk-bentuk radikal yang tak jarang dengan menggunakan kekerasan.
Pada umumnya, gerakan ini menentang kekuasaan Barat yang kafir.
d. Gerakan Neo-sufisme
Gerakan ini merupakan kelanjutan dari gerakan yang dilakukan para pembaharu
dari kelompok tarekat atau tasawuf dengan mengambil bentuk baru. Bentuk baru
itu adalah aktifisme.
Bentuk aktifisme dalam gerakan ini membuat masyarakat menjadi dinamis.
Bahkan dengan gerakan ini masyarakat dapat mengembangkan diri tanpa banyak
bergantung kepada uluran kelompok atau bangsa lain.
Di antara unsur aktifisme adalah jihad. Melalui kata kunci inilah umat Islam
melakukan pembaharuan, terutama menentang segala bentuk penjajahan dan
keterbelakangan. Gerakan ini banyak mewarnai berbagai pemberontakan Islam di
tanah air dalam masa-masa penjajahan, misalnya pemberontakan petani Banten
pada tahun 1888 M.8

8
Murodi, M.A. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: Karya Toha Putra. h. 196-198.
2.5 Pengertian Sekularisasi
Sekuler berasal dari kata latin seculum yang berati “masa” karena itu “sekuler
berorientasi pada masa sekarang”. Sekulerisme adalah sebuah doktrin, semangat atau
kesadaran yang menjunjung tinggi prinsip kekinian mengenai ide, sikap, keyakinan, serta
kepentingan individu yang mendapat momentumnya di abad pertengahan ketika munculnya
penemuan ilmu pengetahuan dan teknoogi yang menyudutkan pihak gareja katolik dan memicu
bangkitnya gerejareormis yang dipimpin oleh Martin Luter.
Sekularisasi yang dipakai dalam bahasa Indonesia, berasal dari kata dalam bahasa
Inggris secularization, yang berasal dari bahasa Latin saeculum yang biasanya di artikan
sebagai the temporal world (dunia temporal) sebagai lawan dari the Kingdom of God (Kerajaan
Tuhan) .9 Berdasarkan penelusuran etimologis dari asal katanya pengertian umum dari
sekularisasi secara etimologis sebagai suatu proses penduniawian, profanisasi dan pelepasan
dari nilai-nilai keagamaan.
Istilah sekularisasi dalam historisnya mengalami perkembangan, sehingga seringkali di
artikan dengan makna yang berbeda-beda tergantung pada topik, sudut pandangan, tujuan dan
objek kajian dari orang yang menggunakannya.10
Selanjutnya perlu dijelaskan juga istilah sekularisme, agar didapatkan perbedaannya
dengan istilah sekularisasi. Istilah sekularisme secara historis pertama kali diperkenalkan oleh
George Jacob Holyoale pada tahun 1841. Pada awalnya sekularisme merupakan perluasan
kebebasan berfikir dalam bidang etika. Dengan demikian jelas bahwa sekularisme tidak lain
merupakan suatu sistem etika yakni sistem yang menyodorkan mengenai prinsip- prinsip
kehidupan tentang apa, bagaimana,dan harus kemana manusia hidup atau bagaimana
seharusnya manusia itu bertindak dalam kehidupan sehari-hari.11
Konsep sekularisasi mengandung sejumlah makna dan dimensi. Dari sudut soslologis,
sekularisasi mengandung pengertian dan aspek desakralisasi, suatu proses pembebasan atau
penidak-keramatan alam. Dari segi politik, sekularisasi merupakan pemisahan antara urusan
agama dan urusan negara atau pemerintahan. Dalam aspek keagamaan, sekularisasi merupakan
antitesis terhadap agama, yang menekankan kehidupan semata-mata sebagai bersifat duniawi.
Dari segi historis terutama daiam konteks peradaban Barat, sekularisasi berkembang sebagai

9
Choirul Fuad Yusuf. 2000. Peran Agama Dalam Masyarakat. Universitas Indonesia. h. 25.
10
Choirul Fuad Yusuf. 2000. Peran Agama Dalam Masyarakat. Universitas Indonesia. h. 27.
11
Yusuf. Sekularisasi Dan Sekularisme Tinjauan Filsafati Mengenai Perubahan Persepsi Tentang Peran Agama
Dalam Masyarakat. h. 18.
interaksi dari faktor-faktor individuaiisme, iiberalisma, kritisme, rasionaiisme, materialisme,
dan modernisme yang menyertai Reanaisans, ReformasI, dan Protestantlsme dl Eropa.12
Harvey Cox menjelaskan mengenai perbedaan antara sekularisasi dan sekularisme.
Menurutnya, sekularisme adalah nama sebuah ideologi ( isme ) yang tertutup. Sedangkan
sekularisasi artinya membebaskan masyarakat dari kekangan agama dan pandangan alam
metafisik yang tertutup ( closed metphysical worldviews ).
Sekularisasi berusaha menyingkirkan perang otoritas keagamaan dalam kehidupan
manusia. Oleh karena itu, sebuah masyarakat menjadi sekular ketika agama termarjinalkan
dalam kehidupan individu maupun masyarakat. Dalam kaitan ini, sekularis adalah orang yang
percaya bahwa persoalan-persoalan sosial kemasyarakatan harus terbebas dari semua aturan
agama dan dogma. Jadi secara umum sekularisme adalah paham yang berpandangan bahwa
agama tidak berurusan dengan persoalan keduniaan yaitu persoalan politik dan social budaya.
Agama cukup bergelut dengan ritual keagamaan .Dengan mendasarkan standar etika dan
tingkah laku pada referensi kehidupan sekarang dan kesejahteraan social tanpa merujuk pada
agama.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sekularisme adalah suatu paham yang memisahkan
antara kehidupan dunia dengan akhirat dalam semua aspek kehidupan, baik dari sisi agama,
ekonomi, pendidikan, politik, sosial dan lain sebagainya. Selain itu, sekularisme juga
memperjuangkan hak untuk bebas dari berbagai aturan-aturan dari ajaran agama, di samping
juga memberikan sifat toleransi yang tidak terbatas, termasuk juga antar agama. Dengan kata
lain, sekularisme merujuk kepada kepercayaan bahwa semua kegiatan dan keputusan yang
keseluruhannya berada dan dibuat oleh manusia, tidak boleh ada peran dan campur tangan
agama di dalamnya.

2.6 Perkembangan Sekularisasi


Awal bergulirnya sekularisasi adalah akibat westernisasi (pembaratan) ajaran Nabi Isa.
Sebagaimana diketahui pada awalnya ajaran Nabi Isa itu masih orisinil, yakni ajaran tauhid.
Banyak orang tidak menyenanginya sehingga pengikut Nabi Isa selalu dikejar-kejar dan hidup
tertekan mencapai rentang waktu sekitar 200 tahun lamanya.
Istilah sekularisme dan maknanya muncul setelah gereja memberlakukan pembatasan
terhadap pemikiran dan penemuan ilmiah. Gereja Eropa telah menghukum ilmuwan seperti
Copernicus, Gradano, Galileo dll. yang mengungkapkan temuan ilmiah yang bertentangan

12
Pardoyo. 1993. h. 243-244.ardoyo, 1993: 243-244.
dengan ajaran gereja. Munculnya kepercayaan tersebut juga disebabkan oleh tindakan pihak
gereja yang menyelenggarakan upacara keagamaan yang dianggap bertentangan dengan nilai-
nilai pemikiran dan moralitas seperti penjualan surat pengampunan, yaitu seseorang dapat
membeli surat pengampunan dengan nilai uang yang tinggi dan mendapatkan jaminan surga
meskipun ia melakukan kejahatan di dunia.
Di samping itu bahwa lahirnya sekularisasi juga dilatar belakangi oleh penolakan
terhadap dogma-dogma gereja yang cenderung memusuhi rasionalitas dan pengetahuan.
Pemberangusan kaum rasionalis oleh gereja dengan mengatasnamakan pembasmian terhadap
gerakan. heretic (bid'ah) dikemudian hari justru mengakibatkan perubahan radikal struktur
masyarakat pada abad pertengahan. Di tengah kondisi yang timpang itulah, timbul kesadaran
baru ditengah-tengah masyarakat kota untuk merubah kondisi ini. Gejala ini kemudian diikuti
dan dilanjutkan dengan serentetan protes dan perlawanan sosial yang menentang dominasi dan
eksploitasi kaum gereja.
Protes dan gerakan anti gereja tidak hanya muncul diranah sosial, tapi juga merambah
kawasan biara. Protes bermula dari biara Benedict, di Cluny yang kemudian dikenal dengan"
Reformasi Cluny ". Gerakan ini menentang praktek-praktek menyimpang para pendeta,
moralitas serta arogansi kaum pendeta di biara. Pada tahun 1073 meletus sebuah peristiwa
pembaharuan hildebrande". Perlawanan ini dilatar belakangi oleh pemberontakan melawan
kemapanan dan sikap eksploitatif kaum gereja. Gerakan-gerakan inilah yang kemudian
menuntut terjadinya proses reformasi dan sekularisasi, yaitu pemisahan gereja dengan
kekuasaan yang feodalistik.13
Gerakan inilah yang kemudian membangkitkan semangat sekularisasi di dunia Barat.
Dan dari semenjak peristiwa inilah mereka beranggapan bahwa agama harus dipisahkan dari
urusan kekuasaan dan Negara, bahkan harus dipisahkan dari kehidupan umat manusia.
Awal mula penggunaan kata sekularisme ini pertama kali digunakan oleh penulis
agnostik Inggris George Holyoake pada tahun 1851. Dia menganggap "Ateisme" terlalu
menganggu. Untuk mengganti istilah tersebut, George mencari istilah lain untuk
menggambarkan sikap yang menganjurkan untuk menjalani hidup berdasarkan pertimbangan
naturalistik (sekuler), tetapi tanpa harus menolak agama, sehingga memungkinkan kerjasama
dengan orang-orang yang beragama.

13
Syamsuddin Ramadhan. Majalah Islam. h. 8.
Dikutip dari situs The Humanist Heritage, George memberikan definisi sekularisme
mirip dengan definisi modern humanisme. Sehingga definisi sekularisme adalah pemisahan
gereja dan negara dibandingkan sebagai sebuah kepercayaan pribadi.
Dalam perkembangan pemikiran di Barat, faham sekular tumbuh dalam corak yang
moderat hingga ekstrem. Sekularisme moderat yang tumbuh pada abad ke-17 dan ke-18,
memandang agama sebagai masalah individu yang tidak ada hubungannya dengan negara,
kendati demikian negara masih berkewajiban untuk memelihara Gereja (agama) seperti dalam
hal upeti dan pajak. Pemlkir-pemikir sekularisime moderat antara lain Voltaire, Leasing, John
Locke, Leibniz, Thomas Hobbes, David Hume, dan J.J. Rousseau. Sekularisme ekstrem yang
tumbuh pada abad ke-19, menunjuk pada pandangan yang menempatkan agama tidak hanya
sebagai urusan pribadi tetapi sekaligus dianggap sebagai musuh negara. Faham sekular yang
ekstrem ini dapat dirujukpada pemikiran Ludwig Feuerbach dengan faham "ateis praktis dalam
negara", Karl fvlarx dengan faham "materialismehistoris ateis" dan memandang agama laksana
"opium" atau candu masyarakat yang meninabobokkan, dan Leninisme yang memusnahkan
agama dan menggantikannya dengan Bolsjewisme. Karena itu, faham sekularisme dalam
berbagai bentuknya akan tetap tumbuh menyertai alam pikiran manusia modern. Sekularisme
akan berhimpitan dengan modernisme dan rasionalisme. Sedangkan sekularisasi akan
berhimpitan dengan rasionalisasi dan modernisasi bahkan secara ekstrem dengan Westrenisasi,
kendati tidak sama dan sebangun. Dalam kehidupan modem abad ke-21 diperkirakan
sekularisasi akan mekar dan meluas melalui globalisasi dan alam pikiran posmodernisme yang
membawa nihilisme.

2.7 Pengaruh dan Dampak Sekularisasi


Pada masa ini, sekularisme menjadi tren di kalangan anak muda dengan gaya hidup
barat yang jauh dari nilai sosial budaya yang berlaku di Indonesia. Efek mendasar dari
sekularisme pada kehidupan beragama adalah untuk menekankan pemahaman antara agama
dan dunia. Dulu, beberapa nilai agama yang banyak dipahami dan diterapkan oleh masyarakat
adalah akrilah. Namun, banyak orang saat ini menghargai kebebasan individu untuk
melepaskan diri dari praktik keagamaan yang muncul sebagai akibat dari sekularisme.
Akibatnya, beberapa nilai penting yang dulunya diyakini oleh masyarakat menjadi hilang,
sehingga mengharuskan pemeluk agama tersebut berbicara baik kepada masyarakat maupun
dirinya sendiri tentang bagaimana nilai-nilai agamanya dapat diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Bagi umat Islam, sekularisme adalah ideologi atau ideologi yang
dianggap menyesatkan. Karena agama tidak bisa mencampuri urusan dunia.
Di zaman ini, kuatnya pengaruh sekularisme membuat anak-anak muslim sulit
menegakkan prinsip-prinsip agama. Misalnya, kafe dan bar pada umumnya dilarang dalam
Islam. Namun, pemuda Muslim mungkin merasa tidak diterima di kalangan teman sebayanya
jika mereka enggan mengunjungi tempat-tempat seperti itu bersama teman sebayanya. Salah
satu dampak sekularisme yang paling signifikan adalah betapa banyak pemuda Muslim yang
mulai mengubah perilaku dan prinsip-prinsip mereka berdasarkan agama mereka.
Beberapa remaja mungkin mulai mempraktikkan liberalisme atau positivisme agar
dapat menyesuaikan diri dengan dunia sekuler. Mereka mungkin berpendapat bahwa segala
sesuatu tentang pelayanan agama harus diperiksa dan dipertanyakan dan tidak ada yang dapat
diterima begitu saja. Sehingga, banyak dari mereka yang rela mengorbankan nilai-nilai yang
diajarkan agamanya. Selain itu, efek sekularisme juga dapat dilihat dalam konteks institusi
ritual keagamaan.
Adapun dampak sekularisasi tersebut, yaitu;
a. Dampak Positif
1) Mengurangi kemungkinan penyalah gunaan agama
Adanya sekularisasi terkadang disalahgunakan sebagai alat untuk
mengontrol masyarakat melalui agama.
2) Menstimulasikan pola pikir
Menstimulasikan pola pikir sekuler dan mendorong masyarakat
untuk menggunakan nalar, logika, sains, dan bukti yang kongkrit.

b. Dampak Negatif
1) Menghilangkan Jati Diri Bangsa
Penerapan sekularisme di beberapa negara tanpa disadari dapat
menghilangkan jati diri bangsa. Jika sekularisme terjadi Indonesia, maka
bisa menghilangkan jati diri bangsa Indonesia yang sudah mendarah
daging dengan ideologi Pancasila. Misalnya, jika diterapkan kebebasan
untuk tidak beragama, maka akan melanggar undang-undang,
sebagaimana bunyi sila ke-1 Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Keterbatasan Logika Manusia
Kehidupan manusia tentu memiliki logika yang terbatas yang
membuat pemikiran manusia menjadi terbatas juga. Mengingat tidak
semua pemikiran manusia dapat dibenarkan, karena terkadang ada
kesalahan dalam berpikir.
3) Perubahan Sikap Masyarakat
Sikap masyarakat menjadi semakin materialistik, rasional,
pragmatik, serta menuntut akan terwujudnya segala sesuatu dalam
kehidupan.

2.8 Contoh Sekularisasi


Paham sekularisme yang sudah berkembang dalam masyarakat Indonesia ini sangat
berpengaruh pada kehidupan agama.14 Di Indonesia, contoh bentuk sekularisme ternyata ada
banyak, yakni:
a. Tidak Peduli dengan Urusan Duniawi
Contohnya, ada orang yang "mengaku" beragama tidak mau memberikan
sedekah untuk hal-hal duniawi seperti pembangunan jalan raya atau rumah sakit
sebagai fasilitas umum. Mereka menganggap, hal-hal semacam itu adalah urusan
negara, bukan urusan agama. Apabila hendak memberikan sedekah pun, harus
berkaitan dengan hal-hal yang berbau agama seperti pembangunan gereja,
pembangunan masjid, pembangunan pondok pesantren, dan ritual keagamaan
lainnya.
b. Kondisi Ekonomi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kapitalisme adalah
"penjelmaan" dari adanya ideologi ini di bidang ekonomi. Prinsip-prinsipnya
mengajarkan adanya kebebasan individu, persaingan bebas, mekanisme pasar,
terutama dalam terjadinya pasar bebas.Sebenarnya, Indonesia itu menganut sistem
ekonomi pancasila alias demokrasi ekonomi. Namun pada kenyataannya,
masyarakat lebih melakukan praktik pasar bebas ini.
c. Media Masa
Media masa Indonesia pada zaman ini sudah banyak dalam bentuk sekularisme
hal itu ditandai dengan adanya kebebasan yang tanpa batas dalam mengemukakan
pendapat. Bukan jarang, koran-koran nasional sekarang pun sudah banyak adanya
dukungan terhadap pornografi dan porno aksi, hingga adanya insiden pengolok-
olokan terhadap beberapa agama. Media massa sudah tidak mengenal batasan
ketentuan.

14
Fransiska Febrina Ayu Saraswati. artikel Kebudayaan Sekularisme dan Kehidupan Beragama.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Modernisasi merupakan bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau
kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan
masyarakat yang lebih maju, berkembang dan makmur. Modernisasi juga merupakan hasil dari
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sekarang ini. Tingkat
teknologi dalam membangun modernisasi sangat dirasakan dan dinikmati oleh semua lapisan
masyarakat dari masyarakat perkotaan hingga masyarakat pedesaan. Dapat dikatakan bahwa
modernitas merupakan sebuah transformasi yang dialami oleh masyarakat yang dimana terjadi
perubahan yang mengarah kepada perkembangan dan perubahan kearah yang lebih baik.
Pemikiran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam timbul terutama sebagai hasil
kontak yang terjadi antara dunia Islam dan Barat. Dengan adanya kontak itu, umat Islam abad
20 sadar bahwa mereka telah mengalami kemunduran dibandingan dengan Barat. Kesadaran
itu membuat umat Islam berusaha mengejar ketertinggalan serta memulihkan kembali kekuatan
Islam seperti sebelumnya.
Pengaruh positif dari modernisasi adalah kesadaran masyarakat akan pentingnya ilmu
pengetahuan dalam kehidupan, kesiapan masyarakat dalam menghadapi perubahan-perubahan
dalam segala bidang, keinginan masyarakat untuk selalu mengikuti perkembangan situasi di
sekitarnya, serta adanya sikap hidup mandiri. Sementara beberapa pengaruh negatif dari
modernisasi adalah bercampurnya kebudayaan-kebudayaan di dunia dalam satu kondisi dan
saling mempengaruhi satu sama lain, baik yang baik maupun yang buruk.
Adapun bentuk-bentuk modernisasi Indonesia yaitu:
a. Gerakan Puritanisme
b. Gerakan Radikalisme
c. Gerakan Neo-sufisme
Sedangkan sekuler berasal dari kata latin seculum yang berati “masa” karena itu
“sekuler berorientasi pada masa sekarang”. Sekulerisme adalah sebuah doktrin, semangat atau
kesadaran yang menjunjung tinggi prinsip kekinian mengenai ide, sikap, keyakinan, serta
kepentingan individu yang mendapat momentumnya di abad pertengahan ketika munculnya
penemuan ilmu pengetahuan dan teknoogi yang menyudutkan pihak gareja katolik dan memicu
bangkitnya gerejareormis yang dipimpin oleh Martin Luter.
Dalam perkembangan pemikiran di Barat, faham sekular tumbuh dalam corak yang
moderat hingga ekstrem. Sekularisme moderat yang tumbuh pada abad ke-17 dan ke-18,
memandang agama sebagai masalah individu yang tidak ada hubungannya dengan negara,
kendati demikian negara masih berkewajiban untuk memelihara Gereja (agama) seperti dalam
hal upeti dan pajak.
Di zaman ini, kuatnya pengaruh sekularisme membuat anak-anak muslim sulit
menegakkan prinsip-prinsip agama. Salah satu dampak sekularisme yang paling signifikan
adalah betapa banyak pemuda Muslim yang mulai mengubah perilaku dan prinsip-prinsip
mereka berdasarkan agama mereka.
Di Indonesia, contoh bentuk sekularisme ternyata ada banyak, yakni:
a. Tidak Peduli dengan Urusan Duniawi
b. Kondisi Ekonomi, adanya kapitalisme
c. Adanya kebebasan yang tanpa batas dalam mengemukakan pendapat di media
masa.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami
menyarankan kepada teman-teman sesama mahasiswa untuk mencari informasi lain sebagai
tambahan dari apa yang telah kami uraikan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Madjid, Nurcholis. 1997. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan. Bandung: Mizan.
Masrurah, Ninik dan Umiarso. 2011.
Murodi, M.A. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: Karya Toha Putra.
Nasution, Harun. 1975. Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta:
Penerbit bulan bintang
Pardoyo. 1993.
Palahuddin. 2018. Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia Awal Abad Ke-XX: Kasus
Muhammadiyah. Jurnal Kajian Sosial Keagamaan: Universitas Muhammadiyah
Mataram. 1 (01).
Ramadhan, Syamsuddin. Majalah Islam.
Saraswati, Fransiska Febrina Ayu. artikel Kebudayaan Sekularisme dan Kehidupan
Beragama
Soekanto, Soerjono. 1970. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: UI Press.
Sulfiana. 2005. Modernisasi Pemikiran Islam di Indonesia. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Yusuf, Choirul Fuad. 2000. Peran Agama Dalam Masyarakat. Universitas Indonesia.
Yusuf, Choirul Fuad. 2013. Analisis Buku Kontemporer: The Sociology of Secularisation: A
Critique of A Concept. Diedit oleh Fakhriati. Jakarta: Puslitbang Lektur dan Khazanah
Keagamaan.
Yusuf. Sekularisasi Dan Sekularisme Tinjauan Filsafati Mengenai Perubahan Persepsi
Tentang Peran Agama Dalam Masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai