Anda di halaman 1dari 8

Jurnal RISALAH, Vol. 26, No.

3, September 2015: 151-158

DAKWAH ISLAM DI ERA MODERN

Zulkarnaini1)
1)
Dosen Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi,UIN Suska Riau,
Jl. HR Soebrantas Km 15 Simpangbaru, Tampan, Pekanbaru 28293
Email: habibiezoelvi@yahoo.com

Abstrak

Dakwah Islam di era modern memiliki dua tantangan. Pertama adalah tantangan keilmuan
dakwah yang hingga sekarang belum tampak perkembangannya yang menggembirakan.
Kedua, problem atau tantangan praksis dakwah. Ilmu dakwah tampak stagnan dalam
tataran pengembangan keilmuannya. Jika mengacu pada dimensi pengembangan keilmuan
tersebut pada tulisan-tulisan ilmu dakwah yang sangat menonjol, maka rasanya tidak kita
jumpai karya akademis outstanding tentang dakwah tersebut. Banyaknya buku atau jurnal
yang di dalamnya menjadi instrumen bagi pengembangan ilmu dakwah maka tentu akan
menjadi ajang bagi pengembangan ilmu dakwah tersebut. Masyarakat modern memiliki ciri-
ciri : a) hubungan antar manusia terutama didasarkan atas kepentingan pribadi; b)
hubungan dengan masyarakat lain dilakukan secara terbuka dengan suasana yang saling
mempengaruhi; c) kepercyaan yang kuat akan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai
sarana untuk meningkatkan kesejahateraan masyarakat; d) masyarakat modern tergolong
ke dalam bermacam-macam profesi yang dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga
pendidikan, ketrampilan, dan kejuruan; e) tingkat pendidikan formal pada umumnya tinggi
dan merata; f) hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang sangat kompleks, dan g)
ekonomi hampir seluruhnya merupakan ekonomi pasar yang didasarkan atas penggunaan
uang dan alat-alat pembayaran lain. Dakwah modernitas adalah dakwah yang
pelaksanaannya menyesuaikan materi, metode, dan media dakwah dengan kondisi
masyarakat modern (sebagai objek dakwah) yang mungkin saja situasi dan kondisi yang
terjadi di zamana modern itu tidak terjadi pada zaman sebelumnya, terutama di zaman
klasik.

Kata kunci: Dakwah Islam; Masyarakat modern

Pendahuluan akan mempunyai arti lain lagi, bila


Untuk memahami konsep modern akan dibubuhi dengan “isme”. Karena menunjukkan
lebih mudah kalau dilacak dari akar katanya. paham, kredo, atau aliran, maka modernisme
Secara etimologis term modern berasal dari mempunyai makna paham tentang modernitas.
bahasa Latin “moderna” yang berarti sekarang, Kalau sudah mengkrucut menjadi paham
baru, atau saat ini. Atas dasar itu, manusia (modernisme), maka unsur-unsur nilai di
dikatakan modern sejauh kekinian menjadi dalamnya sudah cenderung idiologis. Idiologi
pola kesadarannya. modern inilah yang nantinya menjadikan
Dalam bahasa Indonesia istilah modern sebuah gerakan modernisasi.
sendiri adalah adjektive (kata sifat), di mana Namun yang perlu diketahui bahwa
dalam gramatikal Indonesia sebuah adjektive modernitas tidak hanya menyangkut soal
apabila ditambahi dengan “isasi” berarti waktu, tetapi juga tentang pembaharuan.
mempunyai makna proses, jadi modernisasi Artinya, selain seseorang menjadikan kekinian
merupakan sebuah proses modern. Kata sifat ini sebagai basis kesadarannya, ia juga harus

151
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 3, September 2015: 151-158

mempunyai pola-pola pembaharuan dalam majalah ilmiah seperti Muslim World, Studia
kehidupannya. Karena modernisasi secara Islamica … dan sebagainya, kemudian dalam
implikatif, cenderung merupakan proses yang bentuk buku seperti Islam and modernism in
di dalamnya komitmen pola-pola lama dikikis, Egypt yang dikarang oleh CC. Adams tahun
kemudian menyuguhkan pola-pola baru dan 1933, Modern Islam in India, yang ditulis oleh
pola-pola baru inilah yang diberi status modern. W.C. Smith di tahun 1943, Modern Trends in
Modernisme dalam masyarakat Barat Islam yang disusun oleh H.A. R Gibb di tahun
mengandung arti fikiran, aliran, gerakan dan 1946. Hasil penyelidikan kaum Orientalis Barat
usaha untuk mengubah faham-faham, adat- ini segera melimpah ke dunia Islam. Kaum
istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya, terpelajar Islam mulailah pula memusatkan
untuk disesuaikan dengann suasana baru yang perhatian pada perkembangan modern dalam
ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahauan Islam dan kata moderrnisme pun mulai
dan teknologi modern. Pikiran dan aliran ini diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa yang
segera memasuki lapangan agama dan dipakai dalam Islam seperti al-tajdid
modernisme dalam hidup keagamaan di Barat dalam bahasa Arab, dan pembaharuan dalam
mempunyai tujuan untuk menyesuaikan ajaran- bahasa Indonesia. Karna kata modernisme
ajaran yang terdapat dalam agama Katholik dan dianggap mengandung arti-arti negatif di
Protestan dengan ilmu pengetahuan dan filsafat samping arti-arti positif, maka untuk menjauhi
modern. Aliran ini akhirnya membawa kepada arti-arti negatif itu, lebih baik kiranya dipakai
timbulnya sekularisme di masyarakat Barat. terjemahan Indoensia yaitu pembaharuan
Kemajuan ilmu pengetahuan dan (Harun Nasution, 1975: 11).
teknologi modern memasuki dunia Islam,
terutama sesudah pembukaan abad kesembilan Ciri-Ciri Modernitas
belas, yang dalam sejarah Islam dipandang Masyarakat modern adalah masyarakat
sebagai permulaan periode modern. Kontak yang sebagian besar warganya mempunyai
dengan dunia Barat selanjutnya membawa ide- orientasi nilai budaya yang terarah kepada
ide baru ke dunia Islam seperti rasionalisme, kehidupan dalam peradaban masa kini. Pada
nasionalisme, demokrasi, dan sebagainya. umumnya masyarakat modern tinggal di daerah
Semua ini menimbulkan persoalan-persoalan perkotaan, sehingga disebut masyarakat kota,
baru, dan pemimpin-pemimpin Islam pun mulai walaupun tidak semua masyarakat kota dapat
memikirkan cara mengatasi persoalan-persoalan disebut masyarakat modern karena ia tidak
baru itu (Harun Nasution, 1975: 11). memiliki orientasi ke masa kini.
Sebagai halnya di Barat, menurut Harun Modernitas sendiri dicirikan oleh tiga hal
Nasution di dunia Islam juga timbul pikiran yaitu : Subjektivitas, kritis, dan kemajuan.
dan gerakan untuk menyesuaikan faham-faham 1. Dengan konsep subjektivitas
keagamaan Islam dengan perkembangan baru dimaksudkan bahwa manusia harus menyadari
yang ditimbulkan ilmu pengetahuan dan dirinya subjectum, yaitu sebagai
teknologi modern itu. Dengan jalan demikian, pusat realitas. Dengan paham inilah maka
pemimpin-pemimpin Islam modern mengharap abad modern ditandai oleh menyeruaknya
akan dapat melepaskan umat Islam dari suasana paham-paham antroposentrisme. Nilai-nilai
kemunduran untuk selanjutnya dibawa kepada yang sifatnya antroposentris ini tidak lain
kemajuan. adalah antitesis dari nilai-nilai lama yang
Kaum orientalis, yang sejak lama sifatnya teosentris.
mengadakan studi tentang Islam dan umat Dalam ranah sosial, salah satu implikasi
Islam, mempelajari perkembangan modern yang nyata kuatnya adalah unsur subjektivitas
tersebut. Hasil penyelidikan itu pada mulanya dalam kehidupan modern adalah munculnya
mereka siarkan dalam bentuk artikel di majalah- individualisme. Individualimse akhirnya juga

152
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 3, September 2015: 151-158

sekaligus menjadi ciri khusus dari kehidupan modernitas, dalam semangat kritik ini adalah
modern. Sebuah masyarakat apabila upaya untuk melepaskan rasio dari cengkraman
sudah menginjak atau memasuki rimba raya agama (gereja), dan merekonstruksi peradaban
modernitas maka pola kehidupannya dunia baru berdasarkan rasionalitas murni.
cenderung individualistik. Ini tentu berbeda Dengan demikian, modernitas dalam konteks
dengan kehidupan tradisional-teosentris yang di ini adalah untuk membersihkan debu-debu
dalamnya unsur-unsur sosial masih sangat spiritual dan mistisisme era kegelapan dari
kental. Jadi dalam konteks ini modernitas bisa panggung sejarah peradaban manusia. Pada
berarti lahirnya otonomi dan independensi akhirnya kedua unsur di atas bertujuan untuk
manusia dari sesamanya dalam kehidupan. menciptakan kemajuan.
Bahkan lebih jauh, secara filosofis, pakar Kemajuan dalam modernitas ditandai
postmodernisme, David Griffin dengan megahnya ilmu pengetahuan dan
mengatakan bahwa individualimse sebenarnya teknologi. Dampak rasionalitas secara langsung
berarti suatu penolakan bahwa diri pribadi adalah maraknya penemuan-penemuan baru
manusia secara internal berhubungan hal-hal dalam ilmu penegetahuan dan teknologi. Sains-
lain, bahwa setiap individu manusia sangat positivistik, sebagai dampak dari semangat
ditentukan oleh hubungannya dengan orang rasionalitas, telah menjadi pedoman hidup baru
lain, dengan lembaga, dengan alam, dan masyarakat modern. Di era modern, Sains telah
dengan masa lalunya atau mungkin dengan menjadi “agama” baru yang dijadikan sebagai
Pencipta. standar utama untuk mengukur absah
2. Kritik. Kritik ini juga masih dalam tidaknya kebenaran. Bahwa sebuah kebenaran
pengertian subjektivitas tersebut, sejauh baru bisa dianggap sebagai kebenaran manakala
dihadapkan pada otoritas. Dimensi rasionalitas ia memenuhi kualifikasi yang digariskan oleh
dalam kerangka kritis ini secara konkrit sains. Maka saintisme dan positivisme berarti
terefleksi dalam kemajuan ilmu pengetahuan. bahwa metode ilmu pengetahuan alam modern
Modernitas berasumsi bahwa knowledge is yang membatasi dari hanya sampai menetapkan
power. Dengan semangat kritis ini modernitas fakta-fakta (bukannya nilai-nilai) adalah satu-
mempunyai ambisi untuk mendekonstruksi satunya cara untuk menentukan kebenaran.
paham-paham tradisional yang dianggapnya Sedangkan menurut S.C. Dube (1988)
menyesatkan, penuh dengan takhyul, mitos, bahwa ciri manusia modern ditentukam oleh
kejumudan, dan keterbelakangan. struktur, institusi, sikap, dan perubahan nilai
Oleh karena itu, misi utama modernisme pada pribadi, sosial, dan budaya. Masyarakat
adalah mendobrak teradisi lama yang penuh modern mampu menerima dan menghasilkan
mitologi dan takhyul tersebut untuk digantikan inovasi baru, membangun kekuatan bersama
dengan tradisi baru yang berbasis rasionalitas serta meningkatkan kemampuannya dalam
dan ilmu penegetaahuan ilmiah, mengganatikan memecahkan masalah. Oleh karenanya
mitos dengan logos. Dalam rangka modernisasi sangat memerlukan hubungan yang
demitologisasi inilah, akal secara penuh selaras antara kepribadian dan sistem sosial
difungsikan sebagai panglima untuk budaya. Kemampuan berfikir secara rasional
mendobrak paham lama yang berada di bawah sangat dituntut dalam prosoes modernisasi.
rezim agama (gereja) dan mencoba Masyarakat modern tidak mengenal lagi
bereksperimen menemukan tradisi-tradisi baru penjelasan yang irasional seperti yang dikenal
lewat metode ilmiah. Walaupun sebelumnya oleh masyarakat tradisional. Rasionalitas
otoritas agama (gereja) menjadi dasar dan karakter pada hubungn
dalam menentukan kebenaran di setiap sektor individu dan pandangan masyarakat terhadap
kehidupan demikian kuatnya, sehingga masa depan yang mereka idam-idamkan
rasionalitas menjadi terbonsai. Maka lahirnya (Slamet Widodo, 2008).

153
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 3, September 2015: 151-158

Selain itu, implikasi lain dari relatif kurang terasa dan tampak dalam
modernisme ini adalah terjadinya mekanisasi kehidupan sehari-hari, diakibatkan karena
kehidupan. Ini merupakan konsekuensi logis sekularsme. b) Pranata ekonomi: 1)
dari teknologi sebagai dampak majunya sains Bertumpu pada sektor industri pembagian
modern. Karakter utama teknologi adalah kerja yang lebih tegas dan memiliki batas-
sifatnya yang mekanaistik dan batas nyata. 2) Kesempatan kerja antarpria
instrumentalistik. Hal ini tercermin dalam dunia dan wanita sangat tinggi. 3) Kurang
industri modern yang sarat dengan teknologi mengenal gotong royong. 4) Hampir
sebagai alat produksinya. semua kebutuhan hidup masyarakat
Di samping yang disebutkan di atas, diperoleh melalui pasar dengan
masyarakat modern memiliki ciri-ciri sebagai menggunakan uang sebagai alat tukar yang
berikut : Pertama, hubungan antarmanusia sah.
terutama didasarkan atas kepentingan pribadi. 4. Pranata keluarga: a) Ikatan kekeluargaan
Kedua, hubungan dengan masyarakat lain sudah mulai melemah dan longgar, karena
dilakukan secara terbuka dengan suasana yang cara hidup yang cenderung individualistis.
saling mempengaruhi. Ketiga, kepercyaan yang b) Rasa solidaritas berdasarkan
kuat akan ilmu pengetahuan dan teknologi kekerabatan umumnya sudah mulai
sebagai sarana untuk meningkatkan menipis.
kesejahateraan masyarakat. Keempat, 5. Pranata pendidikan: Tersedianya fasilitas
masyarakat modern tergolong ke dalam pendidikan formal mulai dari tingkat
bermacam-macam profesi yang dapat dipelajari rendah hingga tingkat tinggi, di samping
dan ditingkatkan dalam lembaga pendidikan, ketrampilan khusus lainnya.
ketrampilan, dan kejuruan. Kelima, tingkat 6. Pranata Politik: Adanya pertumbuhan dan
pendidikan formal pada umumnya tinggi dan perkembangan kesadaran berpolitik
merata. Keenam, hukum yang berlaku adalah sebagai wujud demokratisasi masyarakat.
hukum tertulis yang sangat kompleks. Ketujuh, Dari uraian di atas dapat dipahami
ekonomi hampir seluruhnya merupakan bahwa modernisme pada awal kemunculannya
ekonomi pasar yang didasarkan atas difungsikan untuk menggugat mitos, sekarang
penggunaan uang dan alat-alat pembayaran lain. justru menjadi mitos baru. Hal ini terjadi karena
Masyarakat modern dapat pula dilihat sistem paradigmatik modern oleh para
dari berbagai aspek : pemeluknya dijadikan sebagai satu-satunya
1. Aspek mental: a) Cenderung didasarkan kebenaran dan menafikan kebenaran dari sudut
pola pikir serta pola perilaku rasional, pandang lain.
dengan ciri-ciri menghargai karaya orang
lain, menghargai waktu, menghargai mutu, Dakwah Modernitas
berfikir kreatif, efisien, produktif, percaya 1. Pengertian Dakwah
pada diri sendiri, disiplin, dan bertanggung Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah
jawab. b) Memiliki sifat keterbukaan, yaitu berasal dari kata Arab yang merupakan bentuk
dapat menerima pandangan dan gagasan mashdar dari kata da’a, yad’u, yang berarti
orang lain. seruan, ajakan, atau panggilan (Ilyas Ismail,
2. Aspek Teknologi: a) Teknologi merupakan 2006: 144). Seruan ini dapat dilakukan melalui
faktor utama untuk menunjang kehidupan suara, kata-kata, atau perbuatan. Dakwah juga
ke arah kemajuan atau modernisasi. b) bisa berarti do’a yakni harapan, permohonan
Sebagai hasil ilmu pengetahuan dengan kepada Allah swt. sebagaimana tercantum
kemampuan produksi dan efisiensi yang dalam firman Allah QS. Al-Baqarah [2] : 186.
tinggi. Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku
3. Aspek Pranata Sosial: a) Pranata agama bertanya kepadamu tentang Aku, (maka

154
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 3, September 2015: 151-158

jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku yang ma’ruf dan melarang mereka berbuat
mengabulkan permohonan orang yang berdo’a mungkar, agar mereka mendapatkan
apaabila ia berdo’a kepada-Ku, maka hendaklah kebahagiaan di dinia dan akhirat.
mereka itu memenuhi perintah-Ku dan b. M. Isa Anshary (1984: 17) memberikan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar definisi bahwa dakwah Islamiyah artinya
mereka selalu dalam keadaan kebenaran menyampaikan seruan Islam, mengajak dan
(Departemen Agama RI, 1990: 51). memanggil umat manusia agar menerima
Kata dakwah juga berarti mengajak dan mempeprcayai keyakinan dan
kepada kebaikan, dan juga ada yang berarti pandangan hidup Islam.
mengajak kepada keburukan. Kata dakwah c. M. Amin Rais (1991: 25) berpendapat
yang berarti mengajak kepada kebaikan, dapat bahwa dakwah adalah setiap usaha
dilihat dalam al-Qur’an antara lain Surah al- rekonstruksi masyarakat yang masih
Nahl (16): 125, Surah Yunus (10): 25. mengandung unsur-unsur jahili agar menjadi
Sebaliknya, kata dakwah ada pula yang masyarakat yang Islami.
disandarkan pada jalan keburukan atau jalan Dari beberapa pengertian dan definisi
setan atau jalan ke neraka, misalnya dalam dakwah tersebut di atas, dapat disimpulkan
Surah Luqman (31): 21, Surah Fathir (35): 6. Di bahwa dakwah mempunyai dua pengertian
samping itu, term dakwah dalam satu ayat al- dasar yaitu : Pertama, bermakna sempit
Qur’an terdapat penggunaan kata dakwah untuk (lughawy) yang hanya terbatas pada seruan dan
arti kedua-duanya, yakni jalan kebaikan ajakan pada yang baik (khair) yang bentuknya
(syurga) dan jalan keburukan (neraka) secara umum dengan bi al-lisan, yaitu
sekaligus, seperti terdapat dalam surah al- ceramah/pidato dan juga bisa bi al-kitabah
Baqarah (2): 221. (tulisan). Kedua, bermakna luas (istilah) yang
Jadi, makna dakwah menurut bahasa bisa tidak terbatas pada anjuran dan ajakan melalui
berarti ajakan kepada kebaikan dan bisa kepada lisan saja, akan tetapi juga perbuatan nyata
kejahatan. Namun dalam penggunaannya secara (da’wah bi al-hal) yang bentuknya bisa berupa
peristilahan di lingkungan masyarakat Islam, pendidikan, ekonomi, sosial, dan politik, serta
term dakwah lebih dipahami sebagai usaha dan lainnya.
ajakan kepada jalan kebenaran atau jalan Dakwah yang berpangkal dari pengertian
Tuhan, bukan jalan setan. Bahkan dalam sempit ini (bi al-lisan) lebih menunjukkan
perspektif ini, ajakan dan seruan itu tidak kepada cara-cara dalam pengutaraan
dinamai dakwah bila tidak dimaksudkan untuk dan penyampaian dakwah yang lebih
membawa manusia ke jalan kebaikan. berorientasi pada ceramah agama, yang pada
Adapun pengertian dakwah menurut saat sekarang ini berkembang menjadi disiplin
istilah telah banyak dikemukakan oleh para ahli retorika. Kemudian dakwah bi al-lisan
atau pakar dakwah yang memberikan definisi (retorika) operasionalnya berkembang menjadi
menurut sudut pandang masing-masing, antara dakwah bi al-kitabah, yaitu
lain : dengan tulisan seperti di buku, tulisan-tulisan
a. Menurut Syech Ali Mahfudh, dakwah di surat kabar, majalah, dan lain-lain.
ialah : Selanjutnya, dakwah bi al-hal, yaitu
dakwah yang mengarah kepada upaya
‫حث النا س علً الخير والهذي واال مر با المعروف‬ mempengaruhi dan mengajak orang seorang,
(‫والنهي عن المنكر ليفى )زوا بسعا دة العا جل واال جل‬ atau kelompok manusia (masyarakat) dengan
(Syekh Ali Mahfudh, 1952: 17) keteladanan dan amal perbuatan,
Artinya: perkembangannya menjadi populer dengan
Mendorong manusia agar berbuat kebajikan nama dakwah pembangunan.
dan petunjuk, menyuruh mereka berbuat

155
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 3, September 2015: 151-158

Dari uraian di atas, maka menurut memang mendominasi terhadap percaturan


penulis: dakwah adalah segala aktivitas yang dakwah di Indonesia. Ada banyak tokoh yang
bertujuan untuk mengajak orang (masyarakat) mengembangkan dakwah bil lisan ini. Baik
kepada kebaikan dan melarang kepada dakwah bil lisan yang dilakukan melalui
kejahatan, baik secara lisan, tulisan, lukisan, aktivitas bertajuk dakwah atau yang berupa
maupun perbuatan dengan metode dan media sisipan dakwah dalam acara-acara yang khusus,
yang sesuai dengan prinsip Islam dengan tujuan misalnya peristiwa pernikahan, khitanan,
mencapai kebahagiaan manusia di dunia dan di jumatan, atau lainnya. Selain ini juga ada
akhirat. dakwah yang dilakukan melalui media massa,
Secara historis dapat diketahui bahwa seperti televisi, radio, atau media massa
proses Islamisasi di nusantara terjadi karena lainnya. Tentu saja semuanya memiliki
aktivitas dakwah. Tanpa usaha yang dilakukan sejumlah pengaruh bagi para audiennya.
oleh para dai, maka rasanya tidak mungkin akan Dakwah Islam memang merupakan usaha yang
terjadi ke pengantar terbesar umat Islam di dilakukan oleh para dai kepada masyarakat agar
Indonesia sebagaimana yang kita ketahui etika menjadi penganut Islam yang benar.
sekarang. Melalui dakwah Islam, maka masyarakat akan
Dakwah Islam memiliki dua tantangan dapat menjadi pemeluk Islam yang menaati
sekaligus. Pertama adalah tantangan keilmuan ajaran agamanya. Dan melalui dakwah Islam
dakwah yang hingga sekarang belum tampak maka masyarakat yang memegangi prinsip
perkembangannya yang menggembirakan. Ilmu kehidupan berdasarkan ajaran agama akan
dakwah tampak stagnan dalam tataran didapatkan.
pengembangan keilmuannya. Jika mengacu Meskipun secara general bahwa
pada dimensi pengembangan keilmuan tersebut masyarakat Indonesia adalah umat Islam
pada tulisan-tulisan ilmu dakwah yang sangat terbesar di dunia, akan tetapi dari sisi
menonjol, maka rasanya tidak kita jumpai karya kehidupannya belumlah menjadi masyarakat
akademis outstanding tentang dakwah tersebut. yang ideal. Yaitu masyarakat yang memiliki
Banyaknya buku atau jurnal yang di dalamnya keyakinan keagamaan yang kuat, memiliki
menjadi instrumen bagi pengembangan ilmu prinsip kehidupan yang benar dan memiliki
dakwah maka tentu akan menjadi ajang bagi ketercukupan secara ekonomis. Banyak
pengembangan ilmu dakwah tersebut. masyarakat Indonesia yang belum seperti
Ada banyak pengkaji ilmu dakwah yang gambaran ini.
kemudian berubah pikiran untuk Ada banyak masyarakat Indonesia yang
mengembangkan ilmu komunikasi atau beragama Islam dalam keadaan masih miskin
community development atau bahkan kajian atau kaum mustadafin. Mereka yang masih
konseling. Akibatnya, orang lebih melihat pada terasa di bawah garis kemiskinan dan masih
cabang-cabangnya dan bukan pada pohon atau terpinggirkan. Oleh karena itu, gerakan ke arah
akarnya. Jika kita lihat di lapangan, maka tidak mengembangkan ekonomi umat Islam saya kira
banyak kajian tentang dimensi-dimensi merupakan gerakan yang tepat bagi masyarakat
ontologis dan epistemologis keilmuan dakwah. Islam di Indonesia.
Melalui diskusi atau kajian yang mendasar Dakwah Islam memang sudah
tentang hal ini, maka pengembangan keilmuan menggunakan pendekatan yang modern.
dakwah akan menjadi lebih semarak. Harus kita Dakwah sudah menggunakan medium
ingat bahwa hanya dengan diskusi atau kajian informasi yang mutakhir. Dakwah sudah
yang hangat saja maka pengembangan ilmu dikemas dengan medium televisi, radio, surat
dakwah akan menjadi kenyataan. kabar dan sebagainya. Dakwah sudah
Kedua, problem atau tantangan praksis dakwah. menghiasi halaman demi halaman surat kabar,
Harus kita akui bahwa dakwah bil lisan dakwah sudah menghiasi tayangan demi

156
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 3, September 2015: 151-158

tayangan medium televisi. Akan tetapi dakwah bagus, tetapi metode atau media yang
yang berpusat pada peningkatan ekonomi umat digunakan tidak sesuai dengan kondisi
tentu belumlah menjadi arus utama bagi masyarakat modern, maka dakwah akan
masyarakat kita. mengalami kegagalan. Begitu pula sebaliknya,
Dakwah dengan menggunakan mungkin saja media atau metode yang
pendekatan ekonomi memang masih menjadi digunakan sesuai dengan kondisi masyarakat
keinginan dan belum memperoleh sentuhan modern, akan tetapi materi yamg disampaikan
yang maksimal. Memang sudah ada gerakan kurang tepat, apalagi bila tampilan kemasannya
dakwah melalui ekonomi, misalnya yang kurang menarik, juga dakwah akan mengalami
dilakukan oleh yayasan-yayasan yang memang kegagalan.
bergerak di bidang perekonomian. Namun Oleh karenanya, untuk mencapai tujuan
demikian, gerakannya belumlah lincah di dalam dakwah yang efektif di era modern maka Juru
mempercepat peningkatan kualitas ekonomi dakwah seyogainya adalah orang yang memiliki
umat. pengetahuan dan wawasan yang luas,
Ke depan saya kira harus semakin menyampaikan materi atau isi pesan dakwah
banyak dakwah melalui pemberdayaan ekonomi yang aktual, dengan menggunakan metode yang
umat, sehingga upaya untuk mempercepat tepat dan relevan dengan kondisi masyarakat
tujuan dakwah yakni terbentuknya masyarakat modern, serta menggunakan media komunikasi
Islami yang berkecukupan secara ekonomi akan yang sesuai dengan kondisi dan kemajuan
dapat dicapai. Jika kita menggunakan ukuran masyarakat modern yang dihadapinya.
bahwa kesejahteraan ekonomi adalah indikator
kebahagiaan, maka dengan ketercukupan Penutup
ekonomi maka akan lebih cepat untuk Dari urian yang dikemukakan di atas,
menggapai kebahagiaan tersebut. maka dapatlah ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
2. Strategi Dakwah Modernitas 1. Modernisme adalah suatu gerakan atau
Sebelum membicarakan dakwah faham mengandung arti fikiran, aliran,
modernitas, sebaiknya apabila lebih dahulu gerakan dan usaha untuk mengubah faham-
membahas tentang komponen/unsur-unsur faham, adat-istiadat, institusi-institusi lama
pokok dakwah sebagai sistem komunikasi yang dan sebagainya, untuk disesuaikan dengan
efektif dalam proses pelaksanaan dakwah. Oleh suasana baru yang ditimbulkan oleh
karena itu, dakwah modernitas adalah dakwah kemajuan ilmu pengetahauan dan teknologi
yang dilaksanakan dengan memperhatikan modern. Sedangkan modernitas adalah
unsur-unsur penting dakwah tersebut, kemudian proses menyesuaikan faham-faham
subjek atau juru dakwah menyesuaikan materi, keagamaan dengan perkembangan baru yang
metode, dan media dakwah dengan kondisi ditimbulkan ilmu pengetahuan dan teknologi
masyarakat modern (sebagai objek dakwah) modern. Jika dikaitkan dengan keagamaan
yang mungkin saja situasi dan kondisi yang Islam, maka itulah yang dikenal dengan
terjadi di zaman modern terutama dalam bidang pembaharuan dalam Islam.
keagamaman, tidak pernah terjadi pada zaman 2. Masyarakat modern memiliki ciri-ciri : a)
sebelumnya, terutama di zaman klasik. hubungan antarmanusia terutama didasarkan
Dengan demikian, berarti dakwah di era atas kepentingan pribadi; b) hubungan
modern adalah dakwah yang pelaksanaannya dengan masyarakat lain dilakukan secara
disesuaikan dengan kondisi dan keadaan terbuka dengan suasana yang
masyarakat modern, baik dari segi materi, saling mempengaruhi; c) kepercyaan
metode, dan media yang akan digunakan. Sebab yang kuat akan ilmu pengetahuan dan
mungkin saja materi yang disampaikan itu teknologi sebagai sarana untuk

157
Jurnal RISALAH, Vol. 26, No. 3, September 2015: 151-158

meningkatkan kesejahateraan masyarakat; Mahendra, Yusril Ihza. Modernisme dan


d) masyarakat modern tergolong ke dalam Fundamentalisme dalam Politik Islam.
bermacam-macam profesi yang dapat Cet.I; Jakarta: Paramadina, 1999.
dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga Munawar, Budhy Rachman. Ensiklopedi
pendidikan, ketrampilan, dan kejuruan; Nurcholish Madjid. Cet. I; Bandung:
e) tingkat pendidikan formal pada Mizan, 2006.
umumnya tinggi dan merata; f) hukum yang Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam
berlaku adalah hukum tertulis yang sangat Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Cet.I;
kompleks, dan g) ekonomi hampir Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
seluruhnya merupakan ekonomi pasar yang _______________. Islam Ditinjau Dari
didasarkan atas penggunaan uang dan alat- Berbagai Aspeknya. Jilid I, Cet.V;
alat pembayaran lain. Jakarta: UI Press, 1985.
3. Dakwah modernitas adalah Noer, Deliar. Islam dan Masyarakat. Cet. I;
dakwah yang pelaksanaannya menyesuaik Jakarta: Yayasan Risalah, 2003.
an materi, metode, dan media dakwah Rais, M. Amien. Cakrawala Islam Antara Cita
dengan kondisi masyarakat modern dan Fakta. Cet. III; Bandung: Mizan,
(sebagai objek dakwah) yang mungkin saja 1991.
situasi dan kondisi yang terjadi di Shaleh, A. Rosyad. Management Da’wah
zamana modern itu tidak terjadi pada Islam. Cet.I; Jakarta: Bulan Bintang,
zaman sebelumnya, terutama di zaman 1977.
klasik. Sunanto, Musyrifah. Sejarah Islam Klasik
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam.
Daftar Pustaka Cet. I; Jakarta: Prenada media, 2003.
Abdul Majid, bin Aziz Al-Zindani, et.al. Yahya, Umar Toha. Ilmu Dakwah. Jakarta:
Mukjizat Al-Qur’an dan As-Sunnah Wijaya, 1971.
tentang IPTEK. Jilid I, II, Cet. I; Jakarta:
Gema Insani Press, 1997.
Anshari, H. Endang Saifuddin. Ilmu, Filsafat
dan Agama. Cet.VII; Surabaya: Bina
Ilmu, 1987.
Butt, Nasim. Sains & Masyarakat Islam.
Diterjemahkan oleh : Masdar Helmy,
dengan judul asli: Science and
Muslim Society. Cet. I; Bandung:
Pustaka Hidayah, 1996.
Kuper, Adam dan Jessica Kuper. Ensiklopedi
Ilmu-ilmu Sosial. Cet. I; Edisi kedua,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.
Madjid, Nurcholish. Islam Doktrin dan
Peradaban: Sebuah Telaah kritis tentang
Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan
Kemodernan. Cet. IV; Jakarta: Yayasan
Wakaf paramadina, 2000.
-----------------------. Islam Kemodrenan dan
Keindonesiaan. Cet. XII; Jakaarta:
Mizan, 1999.

158

Anda mungkin juga menyukai