Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH METODELOGI STUDI ISLAM

URBAN SUFISM
Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodelogi Studi
Islam
Dosen Pengammpu Dr. Mibtadin, S. Fil.I., M.S.I

Disusun Oleh :
M. Arif Marzuq ( 205221216)
Kelas 3F

PRODI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID
SURAKARTA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di era modernisasi saat ini, semua kalangan masyarakat mengandalkan

ilmu pengetahuan dan inovasi. Dengan demikian, telah terjadi perkembangan

pemikiran dari yang doktrinal menjadi bijaksana. Ilmu pengetahuan dan inovasi

berkembang pesat, terjadi perubahan hampir di semua bagian keberadaan

manusia. Orang-orang merasakan banyak keuntungan dari inovasi, ditandai

dengan keterusterangan dalam menyelesaikan latihan sehari-hari mereka.

Kehadiran inovasi tidak hanya membawa manfaat bagi umat manusia.

Ada juga banjir modernisasi yang mengerikan. Apa yang paling dapat diamati

adalah bahwa landasan yang dalam berada di bawah penundukan landasan

materi. Agama terisolasi dari keberadaan manusia (sekularisasi). Berakhirnya

agama dalam eksistensi manusia membuat manusia kehilangan penjelmaan dan

sarana hidup yang mana

Inovasi juga mempengaruhi produksi penderitaan hidup bagi umat

manusia, terutama jaringan metropolitan. Ketegangan tersebut disebabkan

karena adanya desain kehidupan mekanik yang statis total yang telah membuat

disiplin tubuh bagi para pionir.

Sejujurnya, keberadaan dunia tidak hanya mencari dan memuaskan

keinginan akan hal-hal materi yang sederhana. Semangat yang telah kurus dan

tidak berbuah tanpa terpenuhi kebutuhannya, meminta untuk diisi dan diurus
juga. Ini adalah momen yang menentukan yang akhir-akhir ini telah mendorong

munculnya keajaiban yang menarik bagi orang-orang metropolitan.

Perkembangan contoh kehidupan yang ketat yang memiliki wajah alternatif:

agama tidak hanya adat asli tetapi berubah menjadi kebiasaan ketat yang

mendorong suasana perhatian yang mendalam untuk cinta dan cara diri untuk

berurusan dengan Sang Pencipta.

Dr. KH. Hamdan Rasyid mengatakan bahwa keajaiban imajinasi bagi

individu-individu tertentu terhadap komunitas perkotaan besar saat ini adalah

bahwa mereka mulai tertarik untuk belajar dan berlatih cara hidup sufistik. Hal

ini terlihat dari maraknya buku-buku tasawuf di toko-toko buku, perkembangan

ilmu tasawuf dan maraknya tayangan-tayangan, baik di televisi maupun radio,

terutama karena banyak individu yang menggunakan perangkat, merekamnya

secara efektif untuk sampai pada penyelidikan tersebut. Ini adalah bukti,

kebetulan, agama telah diremajakan di ruang industri dan digitalisasi.

Pemberitahuan Sufisme Metropolitan atau Sufisme metropolitan adalah

jenis lain dari pencarian udara dan manusia yang ketat akan Sang Pencipta.

Tasawuf ini tidak dapat dibedakan dari pelajaran tasawuf gaya lama, namun

tidak memiliki keturunan langsung dari tasawuf tradisional. Tasawuf ditemukan

di wilayah metropolitan, mengambil pelajaran tasawuf dan menggabungkannya

ke dalam industri berbasis agama lain karena dibutuhkan oleh wilayah kota

setempat. Perendaman budaya metropolitan menuju kontes kehidupan telah

membuat pasar tasawuf berkembang dan memasuki ruang korespondensi massa

dan inovasi.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan Urban Sufism atau Tasawuf Kota ?

2. Bagaimana Sejarah adanya Urban Sufism atau Tasawuf Kota?

3. Bagaimana Kajian tentang Urban Sufism atau Tasawuf Kota ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu Urban Sufism atau Tasawuf Kota.

2. Untuk mengetahii sejarah adanya Urban Sufism atau Tasawuf Kota.

3. Untuk mengetahui kajian Urban Sufism atau Tasawuf Kota.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Urban Sufism atau Tasawuf Kota

Tasawuf Metropolitan/kota adalah sebuah keajaiban sosial yang

dipisahkan oleh meningkatnya antusiasme jaringan metropolitan terhadap

latihan tasawuf, misalnya, dzikir berjamaah, istighatsah, percakapan logis

tentang tasawuf, dll. Budaya metropolitan, sebagai masyarakat maju yang

langsung menghadapi langkah modernisasi yang cepat, tidak diragukan lagi

merasakan apa yang disebut sebagai kekonyolan dimana orang merasa

dijauhkan dalam realitasnya sendiri 1 . Mereka menerima bahwa tasawuf

metropolitan dapat digunakan sebagai pendekatan untuk memerangi

kekonyolan ini dan menemukan kembali bagian-bagian umat manusia yang

telah dihancurkan oleh kemajuan. Sufisme Metropolitan menawarkan

ketenangan yang signifikan atau ketenangan yang signifikan bagi individu

metropolitan yang sibuk setiap hari dengan pekerjaan dan lelah dengan hiruk

pikuk hiruk pikuk kota. Keunggulan mereka dalam tasawuf dibujuk oleh

berbagai proses pemikiran, yang mengarah pada berbagai kecenderungan

dalam mengejar arah tasawuf metropolitan yang saat ini sedang meluap.

Hampir semua Sufisme Metropolitan terjadi di komunitas perkotaan

besar. Ini merupakan indikasi perkembangan jaringan metropolitan yang

1
Universitas Indonesia Library. Urban sufisme: jalan menemukan kembali humanitas yang hilang

akibat modernitas. Artikel Jurnal


berbeda menuju dunia supranatural dan mendalam. Sufisme dikenal mudah

beradaptasi, lunak, dan patuh pada keyakinan dan kebiasaan lingkungan yang

ketat. Model ketat ini sangat diminati di kalangan Muslim metropolitan yang

lengkap.

Metropolitan Sufisme menjadi perbincangan yang menggelitik tentang

jagat raya ide politik Islam akhir-akhir ini, khususnya di Indonesia. Dalam

artikel yang disusun Arief Zamhari di NU Online-Indonesian Islam Home

berjudul "Tasufisme Metropolitan", Peningkatan Positif Dakwah Islam.

Perhatikan bahwa ini adalah jenis peningkatan positif dari dakwah Islam. Hal

ini menunjukkan bahwa tidak adanya perasaan dalam melakukan adat ketat

yang telah diselesaikan selama ini sehingga jaringan metropolitan perlu

menggarap sifat percaya diri mereka dengan teknik metodologi yang berbeda,

salah satunya melalui 'sufisme metropolitan'.

Tasawuf dalam arti yang sebenarnya diuraikan sebagai jenis refleksi

diri terhadap Tuhan Yang Mahakuasa dengan menyerahkan setiap kerinduan

umum. Tindakan meminta, memberi bantuan, dan lebih jauh lagi cinta kasih

lainnya saat ini tidak hanya di masjid dan ruang petisi. Tanda-tanda langsung

perkembangan tasawuf metropolitan di kalangan kelas pekerja metropolitan

adalah naiknya masjid dan musholla di tempat kerja dan mal, naiknya suguhan

Al-Qur'an melalui aplikasi ponsel, serta maraknya pembangunan syar'i. , dll.

Artinya, tasawuf metropolitan yang dimulai oleh kelompok kelas

pekerja metropolitan kemudian, pada saat itu, mengkoordinir perkembangan

implikasi baru legalisme dalam agama. Legalisme adalah prioritas yang lebih
tinggi daripada pengalaman ketat kitab suci karena barang-barangnya dapat

langsung dirasakan tanpa bantuan orang lain dan orang lain. Adanya

perkembangan ketat lain itu sendiri kemudian, pada titik itu, mengarahkan

pentingnya tasawuf itu sendiri menjadi lebih kecil, lebih spesifik sebagai

tatanan berpikir kritis.

2.2 Sejarah Singkat adanya Urban Sufism atau Tasawuf

Istilah sufisme metropolitan mulai dikenal setelah Julie d. Howell

(2003) memanfaatkannya dalam investigasi antropologis terhadap

perkembangan tasawuf yang merajalela di wilayah metropolitan di Indonesia,

seperti Paramadina, Tazkiya Sejati, ICNIS, IIMAN, dll. Jelas, ulasan Howell

sekitar saat itu tidak mengesampingkan keajaiban Ustaz Haryono, Ustaz Arifin

Ilham, dan Aa Exercise center, karena ketiga keajaiban itu muncul belakangan.

Bagaimanapun juga, mengingat sifat-sifat mendalam yang dibawa oleh ketiga

ustadz di atas, tidaklah sulit untuk menempatkan mereka ke dalam kelas

sufisme metropolitan2.

Hamka (1990 [1939]) dikenal sebagai orang pertama yang menekankan

pentingnya menyukai kualitas-kualitas tasawuf yang bermakna tanpa dibatasi

oleh tatanan tarekat. Belakangan ini, penulis Abdul Hadi WM juga tampak

2
Howell, Julie D., 2003, “Modernity and the Borderlands of Islamic Spirituality in Indonesia’s New

Sufi Networks”, makalah dalam International Conference on Sufism and the Modern in Islam,

Bogor, 4-6 September 2003.


seperti orang yang efektif menyanyikan soneta Sufi, khususnya Hamzah

Fansuri, dengan tujuan agar semakin banyak umat Islam yang tertarik pada

pelajaran tasawuf.

Mulai sekitar tahun 1980-an, latihan sufi di wilayah metropolitan mulai

diorganisir. Hal itu antara lain dilatarbelakangi oleh berdirinya Badan Wakaf

Paramadina yang dimotori oleh Nurcholis Madjid atau Cak Nur. Melalui

latihan pengajian dan kursus yang dikoordinirnya, Cak Nur mencoba

menggabungkan tasawuf ke dalam menu yang memikat untuk memuaskan

hasrat individu metropolitan yang mendambakan kualitas dunia lain. Yayasan

lain yang sebanding juga telah dikembangkan, misalnya Tazkiya Sejati yang

dimotori oleh Jalaluddin Rahmat, IIMAN sebagai tengah kemajuan tasawuf

positif di bawah koordinasi Haidar Bagir. Selain itu, sebagai Paramadina,

organisasi-organisasi ini juga mengadakan berbagai jenis latihan, seperti

kursus dan pelatihan dengan memperkenalkan materi yang terkait dengan

tasawuf. Terlepas dari kenyataan bahwa ada saat-saat baik dan buruk, latihan-

latihan dengan materi seperti itu sangat diminati oleh para anggota yang pada

umumnya berasal dari pusat hingga yang memiliki hak istimewa (kelas

pekerja).

Pendirian Paramadina menggabungkan investigasi tasawuf sebagai

komponen dari kumpulan kursus yang disajikan dalam ujian Islam. Demikian

pula Tazkiya Sejati, yang mengenalkan tasawuf dengan jaringan metropolitan

sebagai kursus singkat, seperti halnya dengan memberikan buku pegangan dan

arahan pengakuan yang Jalaluddin Rahmat dirikan. Persiapan dan refleksi


mendalam juga dikuatkan oleh munculnya tokoh-tokoh seperti Anand Krishna.

Alih-alih fondasi ketat di atas yang bergantung pada pelajaran Islam, Anand

Krishna dengan Padepokan Anand Ashram-nya menawarkan berbagai

persiapan dunia lain yang ia sebut tidak dibatasi oleh hambatan satu agama

tertentu, tetapi menggabungkannya ke dalam menu yang mendalam "A la

Anand" . "

Dengan berbagai pelajaran dunia lain, Anand Krishna kemudian

menarik analisis dari kalangan masyarakat tertentu. Beberapa menyalahkan

Anand karena menjual pelajaran suci dari berbagai agama untuk peningkatan

materi. Maka tidak heran jika buku-buku Anand yang telah dicetak oleh

Distributers Gramedia tersebut dihapus dari peredaran, karena dianggap

menimbulkan perlawanan dari daerah yang lebih luas, baik Muslim maupun

non-Muslim. Selain kasus Anand Krishna, yang jelas keajaiban keunggulan

budaya metropolitan dalam kualitas yang mendalam berkembang dengan kuat.

Tugas komunikasi luas yang menampilkan dan bahkan memiliki rubrik

tasawuf yang luar biasa. Bukan hal yang aneh untuk memasukkan karya atau

laporan yang terkait dengan alam tasawuf. Karya-karya yang berbeda di media

cetak, dikombinasikan dengan distribusi buku-buku tasawuf yang tak terbatas,

telah berkontribusi banyak pada cara paling umum untuk menggabungkan

bagian-bagian Islam yang tidak jelas ke jaringan metropolitan yang pada

umumnya akan memiliki akses yang luas ke sumber-sumber data ini.

Keajaiban penelitian tasawuf Islam yang tak terhindarkan secara

khusus, dan keduniawian sebagai aturan umum, di antara jaringan metropolitan


jelas menarik, karena sebelumnya tasawuf sering dikaitkan dengan latihan

tradisional pedesaan, dan bahkan dianggap sebagai gambar. keterbelakangan.

Saat ini, renungan tasawuf dilakukan di penginapan bintang lima, di kantor,

dan di rumah mewah. Selain itu, keajaiban pendakian tasawuf dan keduniawian

telah menjadi pola keseluruhan, baik di Indonesia maupun di berbagai bangsa

2.3 Transformasi Sufisme Tradisional menuju Urban Sufism

Tasawuf konvensional sendiri lebih dari sekedar pandangan adat sebagai

pendekatan kepada Tuhan. Sementara itu, tasawuf metropolitan berfokus pada

desain jawaban dengan menonjolkan kepuasan kebutuhan yang mendalam

sebagai alternatif. Keajaiban tasawuf metropolitan itu sendiri dapat dipilah

menjadi beberapa hal, misalnya tasawuf metropolitan yang bergantung pada

jamaah ta'lim dan diskusi keduniawian, mempelajari tasawuf itu sendiri dengan

munculnya perkumpulan halaqah dan usra', dan tasawuf konvensional yang

ketat3. Kelompok Sufi Ikhwan di Indonesia menggunakan tasawuf seperti yang

diperintahkan oleh Hassan Al Banna untuk didirikan di atas mursyid, ikhwan,

dan wazifah. Sufisme sangat penting untuk pekerjaan membingkai filosofi sufi

mulai dari ukhuwwah, halaqah, usrah, dll. Tasawuf persaudaraan difokuskan

pada latihan instruktif yang melakukan dekontaminasi Islam yang disajikan

3
Ahmad Najib Burhani, Sufisme Kota: Berpikir Jernih Menemukan Spiritual Positif (Jakarta:

Serambi Ilmu Semesta, 2001).


oleh kelas pekerja Muslim4. Penyempurnaan Islam yang diinstruksikan melalui

jenis alasan latihan sufi segera menyebar ke berbagai kalangan.

Penguatan Islam sebagai budaya kemudian, pada saat itu, menciptakan

dengan munculnya item-item sosial yang kemudian, pada saat itu,

memberdayakan pertumbuhan di sekolah-sekolah Islam tertentu. Kita dapat

melihat bahwa Islam telah menyebar ke dalam faksi-faksi yang berbeda seperti

Islam Wahhabi, para inovator Islam, Islam liberal, Islam konvensional, dll5.

Saat itulah tindakan cinta juga dikomoditikan ke dalam masyarakat arus utama.

Latihan sufi kemudian, pada saat itu, terletak pada kontestasi yang menarik

untuk melihat tentang tindakan cinta yang dilakukan. Tasawuf sendiri

sebenarnya merupakan praktik salafi yang kemudian berubah menjadi

kebutuhan ketat kelas pekerja yang maju saat ini.

2.4 Pengamalan Urban Sufism

Tasawuf digunakan sebagai karya untuk menemukan harmoni dan

menemukan jawaban singkat selamanya. Kondisi ini secara teratur membuat

pengamalan tasawuf itu sendiri disinggung sebagai idealisme (pemutusan

sementara dari persoalan). Faktanya adalah, tasawuf itu sendiri hanya diuraikan

segera dan praktis sebagai jenis pengaturan korektif sementara untuk

memperoleh kasih sayang dan simpati untuk orang lain dengan memuja.

4
Yon Macmudi, Islamising Indonesia: The Rise of Jemaah Tarbiyah and the Prosperous Justice

(PKS) (Canbera: ANU Press, 2008), 139

5
As’ad Said Ali, Ideologi Gerakan Paska Reformasi (Jakarta: LP3ES, 2012)
Perilaku tasawuf dalam jaringan metropolitan seperti itu pasti tidak dapat

dibedakan dari tingkat stres yang signifikan sepanjang kehidupan sehari-hari.

Kehidupan kelas pekerja metropolitan yang bergantung pada pengejaran materi

secara signifikan mempengaruhi perkembangan sikap pemikir bebas penduduk.

Berkembangnya watak rasionalis di kancah publik merupakan kesan

berkurangnya derajat kepercayaan daerah yang benar-benar mencari bagian

dari realisme. Kelas pekerja Muslim, seperti kelas pekerja lainnya pada

umumnya, adalah kelas individu yang baik-baik saja dengan status dan

kekuatan material. Kehadiran sisi Islam yang terpasang di kelas pekerja

Muslim adalah untuk mengenalinya dari fragmen kelas pekerja lainnya. Di

masa postmodern sekarang, seperti yang digambarkan oleh Naisbitt tentang

sentuhan tinggi, sedikit kepercayaan kini menjadi keharusan untuk dibahas.

Ini adalah periode postmodernis di mana pentingnya agama dianggap

sebagai tanda dan yang berarti. Kondisi ini mendukung kelas pekerja

metropolitan bahwa agama bukanlah tipe karakter atau komitmen 6. Dengan

segala pertimbangan, agama dihadirkan sebagai wahana pembebasan dari

jebakan persoalan kehidupan di planet ini. Alasan ini kemudian, pada saat itu,

berlaku dengan mempertimbangkan penekanan adanya cinta sunnah yang

harus ditiru daripada cinta wajib. Karena berbagai jenis pengajian dan

istigatshah yang diadakan di berbagai bagian ibu kota, penekanan pada

shalwatan menjadi perhatian utama untuk mengarahkan wilayah lokal kelas

6
Pals, daniel L. 2001. Seven Theories of Religion, terj. Ali Noer Zaman. Yogyakarta : qalam.
pekerja metropolitan untuk memperoleh harmoni internal. Maka dengan

tercapainya kerukunan, maka akan dibuat pula jawaban yang harus dipenuhi.

Susunan tasawuf yang dihadirkan oleh berbagai menteri seperti Arifin Ilham,

Maulana, AA Exercise center, dll memiliki kualitas yang berbeda satu sama

lain.

Para peneliti yang biasanya disinggung sebagai komponen gerbong

televangelisme di kalangan kelas pekerja Muslim mencoba untuk

memperkenalkan permohonan setiap hari dan cinta yang murah hati sebagai

pengisi semangat keyakinan. Misalnya, Ustadz Arifin Ilham memanfaatkan

strategi dzikir, Ustadz Yusuf Mansyur melalui peristiwa supranatural Sadaqah,

Ustadz Alm. Jeffrey Al Buchori lewat penampilan yang stylish, Ustadz

Maulana lewat kabar gembira "Jamaah Rahmat Jamaah", seperti halnya Ustadz

Haryono melalui pengobatan pilihan. Pesan-pesan sufi ditampilkan dalam gaya

baru dan kosmopolitan, secara alami membawa dampak ketat yang serbaguna

untuk modernisasi dan lebih kuat lagi.

2.5 Perbedaan Urban Sufism dan Tasawuf Konvensional

Intinya dalam dua hal tasawuf dan tasawuf biasa dapat bertemu:

pertama dalam pengenalan yang cukup lama, dan juga sejauh hati (tahdhib al-

nafs). Dengan mempertimbangkan segala sesuatunya, para penggagas tasawuf

metropolitan dan para sufi biasa sama-sama menginstruksikan dan pentingnya

pengakuan. Dalam tasawuf metropolitan, aksentuasi pada bagian rekognisi

ditemukan pada contoh Arifin Ilham, Ustaz Haryono, dan selanjutnya Aa

Latihan Center. Sekolah Pengalaman Hidup Islami Darut Tauhid yang dimotori
oleh Aa Rec center, misalnya, telah mencanangkan pepatah kelembagaannya

dengan pengakuan, pemikiran, upaya, dan niat untuk membentuk individu

yang ramah, perhatian, definitif, ulet, berbakat, cekatan, dan tidak ' t duduk

diam 7 . Ustaz Haryono menuangkan pengakuan ini ke dalam menu untuk

menyembuhkan berbagai penyakit. Cukup banyak tanpa gagal, dari pasien di

rumah di Bekasi. Menu pengenalan dan pembenahan Ustaz Haryono menjadi

daya tarik utama agar bisa membangkitkan banyak pengagum untuk mengikuti

kebiasaan pengakuannya, baik di pesantrennya di Pasuruan maupun di

berbagai tempat di mana ia disambut oleh perkumpulannya. Sementara itu,

Arifin Ilham mantap dengan kemajuannya dalam pengakuan penebusan dosa.

Arifin Ilham menegaskan bahwa dirinya berdzikir untuk mengenal Tuhan lebih

dalam. Gagasan tentang pengakuan juga merupakan perhatian dan pengajaran

yang signifikan dalam tasawuf tradisional. Oleh para sufi, pengakuan bahkan

dianggap sebagai pintu masuk utama (a‟zamu babin) untuk mencapai

pemahaman makrifat di al-Haq. Akibatnya, dalam pelajaran tasawuf adat,

khususnya setelah berkembangnya tarekat-tarekat yang berbeda, sistem

pengenalan dan aturan wiridnya menjadi bagian utama dan menjadi unsur

pembeda antara tarekat yang satu dengan tarekat yang lain.

Meskipun demikian, ada beberapa perbedaan yang jelas antara ide dan

resep pengakuan yang diciptakan oleh para penggagas tasawuf metropolitan

7
Zulkarnain, Tengku, 2004, Salah Faham: Penyakit Umat Islam Masa Kini; Jawaban atas Buku

Rapot Merah Aa Gym, Jakarta: Penerbit Yayasan Al Hakim


dan tasawuf biasa. Meskipun pedoman pengakuan yang pada umumnya akan

kaku dan keras dengan alasan bahwa mereka harus didahului dengan janji dan

bai'at, pengakuan dalam rincian para sufi biasanya sering digunakan sebagai

cara untuk mencapai semangat fana. fi Allah (memantapkan diri dalam Allah)

dan bahkan fana fi fanaih (fana in fana itu sendiri). ). Sejalan dengan itu, standar

paling penting dari pengakuan itu sendiri adalah memperoleh keyakinan

langsung akan keesaan Allah dan membanjiri-Nya, dengan tujuan agar tipe

pekerja menjadi hilang dan tidak ada lagi.

Selain konvergensi, antara tasawuf metropolitan dan tasawuf biasa juga

terdapat berbagai kontras. Jenis perkumpulan yang paling mencolok adalah

kontras yang paling mencolok dalam pergaulan. Jika yang sebelumnya berada

dalam alternatif, yang terakhir adalah arti dari sebuah perkumpulan yang

dilambangkan sebagai tarekat. Tidaklah mengherankan bahwa dalam ranah

tasawuf biasa ada kebiasaan leluhur dan sanad yang memperjelas hubungan

dunia lain antara mursyid dan siswa, sesuatu yang tidak tercipta dalam

keajaiban tasawuf metropolitan. Demikian pula, dalam tasawuf tradisional,

para penyembah mengendalikan kehidupan dan aktivitas duniawi ('uzla). Hal

ini mulai sirna ketika tasawuf masuk ke dalam neo-sufisme, dengan alasan

bahwa sebagian besar tokoh-tokoh neo-sufisme adalah para aktivis yang terkait

dengan kehidupan sosial-politik. kerabatnya. Kekurangan bagian uzla ini

secara signifikan lebih diartikulasikan dalam tasawuf metropolitan, di mana

para penyembahnya benar-benar dari kelas pekerja yang sangat sibuk dengan

urusan umum, namun memiliki minat pada tasawuf.


2.6 Bentuk Urban Sufism

Ada empat cara pandang alasan Sufism semakin berkembang di kota

kota besar di Indonesia8:

1. Sufisme diminati oleh masyarakat perkotaan karena menjadi sarana

pencarian makna hidup.

2. Sufisme menjadi sarana pergulatan dan pencerahan intelektual

3. Sufisme sebagai sarana terapi psikologis.

4. Sufisme sebagai sarana untuk mengikuti trend dan perkembangan wacana

keagamaan.

Alasan pelaksanaan ajaran ini adalah untuk memahami pembentukan

adat dan pengabdian sosial. Hal ini dikutip dari Munir Mulkhan yang

mengatakan bahwa intisari ketakwaan Islam adalah sebagai kewajiban standar

moral yang dibawa ke dunia pengalaman magis dan mendalam.

Sufisme Metropolitan menggabungkan keajaiban perkembangan

mendalam yang berbeda yang telah muncul di tengah jaringan metropolitan.

Sebuah perkembangan mendalam yang berfokus pada upacara dzikir dan

permohonan tanpa ikatan terikat. Apalagi semua tasawuf metropolitan

dikenang karena klasifikasi perkembangan tasawuf biasa yang masih melekat

pada asosiasi. Dengan demikian, tasawuf metropolitan tersusun dalam

beberapa struktur, antara lain:

8
Voll, John O., 2003, "Sufism in the Perspective of Contemporary Theory",makalah

dalam International Conference on Sufism and the Modern in Islam, Bogor, 4-6 September 2003.
1. Sufisme Metropolitan yang Tersistematisasi. Diantaranya adalah pendirian

wakaf paramidin. Melalui latihan-latihan pengajian dan kursus-kursus

yang dikoordinasikan oleh lembaga ini, ia mencoba untuk menggabungkan

tasawuf menjadi hal-hal yang menarik untuk ditelaah untuk memuaskan

kerinduan jaringan metropolitan yang menginginkan kualitas dunia lain.

Ada juga beberapa lembaga, misalnya tazkiyah sebagai wadah

pengembangan tasawuf positif di bawah koordinasi Haidar Bagir. Seperti

paradina, yayasan ini menggabungkan berbagai jenis latihan, misalnya

kursus dan persiapan dengan memperkenalkan materi yang diidentifikasi

dengan tasawuf. Perusahaan-perusahaan dengan materi seperti ini sangat

diminati oleh para anggota yang pada umumnya berasal dari kelas pekerja

atas. Cara organisasi menyajikan pelajaran tasawuf adalah unik dalam

kaitannya dengan dunia tasawuf biasa. Beberapa lembaga menggabungkan

penyelidikan tasawuf sebagai komponen dari kumpulan kursus yang

disajikan dalam ujian Islam. Persiapan juga diadakan dalam kursus ini

untuk melahirkan sufi yang canggih.

2. Tasawuf Metropolitan yang lebih menekankan pada kekuatan dzikir dan

doa tanpa ikatan dengan ikatan ikatan tertentu. Adat tasawuf ini dilayani

oleh Ustadz Haryono, Ustadz Arifik dan Aa Rec center serta Ustadz

Mansur. Para pendidik sufi pada umumnya membuat persamaan dan resep

dzikir secara eksplisit sehingga menjadi kontras antara ikatan yang

diperintahkan dengan ikatan lainnya. Itu adalah pembersihan diri yang


diselesaikan oleh mereka sebagai tujuan definitif dari banyak relatif

pelajaran yang diberikan oleh para peneliti sufi masa lalu.

3. Tasawuf Metropolitan dengan perkumpulan terikat tradisional, misalnya

majelis khalwatiyah, qadiriyah-naqsyabandiyah, tijaniah dan lain-lain.

Asosiasi ini awalnya muncul di wilayah metropolitan, kemudian pindah ke

wilayah pedesaan.

4. Sufisme Metropolitan dengan beragam pelajaran dunia lain dilakukan

dengan model persiapan dan perenungan mendalam seperti yang diamati

oleh Anand Krishna. Berbeda dengan pendirian yang berbeda, Anand

Krishna dan pengasingannya memberikan pelatihan mendalam yang

berbeda yang tidak terikat pada batasan satu agama tertentu. Keajaiban

praktik dan penyelidikan tasawuf Islam yang tak terhindarkan secara

khusus dan keduniawian secara keseluruhan di antara jaringan

metropolitan jelas sesuatu yang dipikirkan mengingat fakta bahwa

sebelum tasawuf secara teratur terkait dengan latihan adat daerah pedesaan.

Saat ini mempertimbangkan tasawuf sedang dilakukan di antara ujung atas.

Selain itu, keajaiban pendakian tasawuf dan keduniawian telah menjadi

pola yang mendunia.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Urban sufism merupakan sebuah fenomena sosial yang ditandai

dengan meningkatnya gairah masyarakat urban terhadap praktik-praktik

sufisme, seperti dzikir secara berjamaah, istighatsah, diskusi ilmiah

mengenai sufisme, dan sebagainya. Masyarakat urban, sebagai masyarakat

modern yang secara langsung merasakan proses modernisasi secara cepat,

tentunya merasakan apa yang diistilahkan sebagai absurditas di mana

manusia merasa terasing dalam dunianya sendiri. Mereka meyakini bahwa

urban sufisme dapat dijadikan sebagai jalan untuk melawan absurditas

tersebut dan menemukan kembali aspek humanitas yang sudah terkikis oleh

modernitas. Urban sufisme menawarkan ketenangan hati atau ketentraman

jiwa bagi masyarakat urabn yang setiap hari disibukkan dengan urusan

pekerjaan dan bosan dengan kebisingan hirukpikuk keramaian kota.

Ketertarikan mereka terhadap sufisme dilatarbelakangi oleh motif-motif

yang berbeda, sehingga menimbulkan kecenderungan yang berbeda pula

dalam mengikuti trend urban sufisme yang sedang marak belakangan ini.
DAFTAR PUSTAKA

Howell, Julie D., 2003, “Modernity and the Borderlands of Islamic Spirituality in

Indonesia’s New Sufi Networks”, makalah dalam International Conference

on Sufism and the Modern in Islam, Bogor, 4-6 September 2003.

Bruinessen, Martin van, 1996, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, cetakan

keempat, Bandung: Mizan

Al Mukaffi, Abdurrahman, 2003, Rapot Merah Aa Gym, MQ di Penjara Tasawwuf,

Jakarta: Darul Falah

Voll, John O., 2003, "Sufism in the Perspective of Contemporary Theory",makalah

dalam International Conference on Sufism and the Modern in Islam, Bogor,

4-6 September 2003.

Zulkarnain, Tengku, 2004, Salah Faham: Penyakit Umat Islam Masa Kini;

Jawaban atas Buku Rapot Merah Aa Gym, Jakarta: Penerbit Yayasan Al

Hakim

Ahmad Najib Burhani, Sufisme Kota: Berpikir Jernih Menemukan Spiritual Positif

(Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2001).

Yon Macmudi, Islamising Indonesia: The Rise of Jemaah Tarbiyah and the

Prosperous Justice (PKS) (Canbera: ANU Press, 2008), 139

As’ad Said Ali, Ideologi Gerakan Paska Reformasi (Jakarta: LP3ES, 2012)

Universitas Indonesia Library. Urban sufisme: jalan menemukan kembali

humanitas yang hilang akibat modernitas. Artikel Jurnal


Pals, daniel L. 2001. Seven Theories of Religion, terj. Ali Noer Zaman. Yogyakarta :

qalam.

Ritzer. 2009. Teori Sosiologi: dari teori sosiologi klasik sampai perkembangan

mutakhir teori posmodern. Terj. Nurjadi. Yogyakarta: kreasi wacana

Anda mungkin juga menyukai