Anda di halaman 1dari 17

PROBLEMA DAN JIWA KEAGAMAAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang
yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya
terhadap agama.
Sikap agama tersebut oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap
agama sebagai unsure kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsure konatif.
Jadi sikap keagamaan merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan
agama, perasaan serta tindak keagamaan dalam diri seseorang. Hal ini
menunjukkan bahwa sikap keagamaan menyangkut atau berhubungan erat dengan
gejala kejiwaan.
1.2. Rumuan Maala!
Dari pembahasan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. agaimana sikap keagamaan dan pola tingkah laku diperoleh !
". agaimana sikap keagamaan yang menyimpang !
#. $actor apa saja yang mempengaruhi sikap keagamaan yang menyimpang.!
1.". #u$uan
Dari %umusan masalah di atas maka dapat dicapai tujuan pokok yaitu:
1. &ntuk mengetahui sikap keagamaan dan pola tingkah laku diperoleh
". &ntuk mengetahui sikap keagamaan yang menyimpang
#. &ntuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi sikap keagamaan yang
menyimpang
BAB II
PROBLEMA DAN JIWA KEAGAMAAN
2.1. Pr%&lema 'an J()a Kegamaan .
'gama menyangkut kehidupan batin manusia. (leh karena itu kesadaran
agama dan pengalaman agama seseorang lebih menggambarkan sisi)sisi batin
dalam kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu yang sacral dan dunia gaib.
Dari kesadaran agama dan pengalaman agama ini pula kemudian muncul sikap
keagamaan yang ditampilkan seseorang.
*ada garis besarnya teori mengungkapkan bahwa sumber jiwa keagamaan
berasal dari factor intern dan factor interen manusia
*endapat pertama menyatakan bahwa manusia adalah : Homo +elegius
,maklhuk agama- karena manusia sudah memiliki potensi untuk beragama.
*otensi tersebut bersumber dari factor interen manusia yang termuat dalam aspek
kejiwaan manusia seperti naluri, akal, perasaan maupun kehendak.
.eory kedua menyatakan bahwa jiwa keagamaan manusia bersumber dari
factor ekstern manusia terdorong untuk beragama karena factor luar darinya
seperti rasa takut, rasa ketergantungan ataupun rasa bersalah. ,Sense of guilty-
factor)faktor inilah yang menurut pendukung teori tersebut mendorong manusia
menciptkan suatu tata cara pemujaan yang kemudian di kenal dengan agama..
2.2. *(ka+ Keagamaan 'an P%la #(ngka! Laku
/engawali pembahasan mengenai sikap keagamaan. maka terlebih dahulu
akan dikemukakan pengertian mengenai sikap itu sendiri. Dalam pengertian
umum, sikap dipandang sebagai seoerangkat.. reaksi)reaksi afektif terhadap objek
tertentu berdasarkan hasi0 penalaran, pemahaman clan penghayatan indi1idu
,/ar2at, 134": 13-. Dengan demikian, sikap terbentuk dari hasil belajar dan
pengaiaman seseorang dan bukan sebagai pengaruh bawaan ,faktor intern-,
seseorang, serta tergantung kepacia cbjek tertentu. (bjek sikap o eh 5dwards
disebut sebagai psychological object ,/ar2at. 134": "1-.
/enurut *rof. Dr. /ar2at. meskipun belum lengkap 'llport telah
menghimpun sebanyak 1# pengertian mengenai sikap. Dari 1# pengertian itu
dapat dirangkum menjadi 11 rumusan mengenai sikap. %umusan umum tersebut
adalah bahwa:
1. Sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan
interaksi yang terus)menerus dengan lingkungan (attitudes are learned).
". Sikap selalu dihubungkan dengan objek seperti manusia, wawasan,
peristiwa ataupun ide (attitudes bare referenl).
#. Sikap dipercleh dalam berinteraksi dengan manusia lain baik di rumah,
sekolah, tempat ibadat ataupun tempat lainnya melalui nasihat, teladan
atau percakapan (attitudes are social learnings).
6. Sikap sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak dengan cara)cara
tertentu terhadap objek (attitudes have readiness to respond).
7. agian yang dominan dari sikap adalah perasaan dan afektif, sepeni yang
tampak dalam menentukan pilihan apakah positif, negatif atau ragu
(attitudes are affective).
8. Sikap merniliki tingkat intensitas terhadap objek tertentu yakni kuat atau
lemah (attitudes are very intensive).
9. Sikap bergantung kepacia situasi dan waktu, sehingga dalam situasi cocok
(attitudes have a time dimension).
4. Sikap dapat bersifat relatif consistent dalam sejarah hidup indi1idu
(attitudes have duration factor).
3. Sikap merupakan bagian dari konteks. persepsi ataupun kognisi indi1idu
(attitudes are complex).
1:. Sikap merupakan peniiaian terhadap sesuatu yang mungkin rnern)pun1ai
konsekuensi tertentu bagi seseorang atau 1ang bersang)kutan (attitudes
are evaluations).
11. Sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi
indikator yang sempurna atau bahkan tidak memadai (attitudes are
infened).
%umusan tersebut menunjukkan ba2m1a sikap merapakan predisposisi untuk
bertindak senang atau tidak senang terhadap objek tertentu yang mencakup
komponen kognisi, afeksi, dan konasi. Dengan demikian sikap merupakan
interaksi dari komponen)komponen tersebut secara kompleks.
/erujuk kepada rumusan di atas, terlihat bagaimana hubungan sikap
dengan pola tingkah laku seseorang. .iga komponen psikologis yaitu kognisi,
afeksi dan konasi yang bekerja secara kompleks merupakan bagian 1ang
menentukan sikap seseorang terhadap sesuatu objek, baik yang berbentuk konkret
maupun objek yang abstrak. +omponen kognisi akan menjawab tentang apa yang
dipikirkan atau dipersepsikan tentang objek. +omponen afeksi dikaitkan dengan
apa yang dirasakan terhadap objek ,senang atau tidak senang-. Sedangkan,
komponen konasi berhubungan dengan kesediaan atau kesiapan untuk bertindak
terhadap objek ,/ar2at. 134": "1-. Dengan demikian, sikap iangditampilkan sese)
orang merupakan hasil dari proses berpikir, merasa. dan pemilihan motif)motif
tenentu sebagai reaksi terhadap sesuatu objek.
agaimana bentuk sikap keagamaan seseorang dapat dilihat se)berapa jauh
keterkaitan komponen kognisi, afeksi, dan konasi seseorang dengan masalah)
masalah yang menyangkut agama. Hubungan tersebut jelasnya tidak ditentukan
oleh hubungan sesaat, melainkan sebagai hubungan. proses, sebab. pembentukan
sikap melalui hasil belajar dari interaksi dan pengalaman. Dan pembentukan sikap
itu sendiri tern1ata tidak semata)mata tergantung sepenuhnya kepada faktor
eksternal melainkan juga dipengaruhi oleh kondisi faktor internal seseorang.
%eaksi yang timbul dari sikap tertentu terhadap objek ditentukan oleh
pengaruh faal, kepribadian. dan faktor eksternal: situasi, pengalaman dan
harnbatan ,/ar2at, 134": ""-. Hal ini mengisyaratkan ketiga faktor tersebut, yaitu
pengaruh faal, kepribadian, dan faktor eksternal. Dalam kaitan. ini sikap
didasarkan atas konsep e1aluasi berkenaan dengan objek tertentu, menggugah
motif untuk bertingkah laku. Sedangkan rnenunjt pandangan psikologi, sikap
mengandung unsur penilaian dan reaksi afektif sehingga menghasilkan motif.
/otif menentukan tingkah laku nyata (overt behaviour) sedangkan, reaksi afektif
bersifat tertutup ; cover tulis /ar2at ,/ar2at, 134":19-.
/ata rantai hubungan antara sikap dan tingkah laku terjalin dengan
hubungan faktor penentu, yaitu motif yang mendasari sikap. /otif sebagai tenaga
pendorong arah sikap negatif atau positif akan terlihat dalam tingkah laku nyata
(oven behaviour) pada diri seseorang atau kelompok Sedanngkan motif yang
dengan pertimbangan)pertimbangan tertentu dapai diperkuat oleh komponen
afeksi biasan1a akan menjadi lebih stabil. *ada tingkat tertentu motif akan
berperan sebagai central attitude 1ang akhimya akan membentuk predisposisi.
*roses ini terjadi dalam diri seseonng terutama pada tingkat usia dini. *redisposisi
menurut /ar2at merupakan sesuatu yang telah dimiiiki seseorang semenjak kecil
sebagai hasil rembentukan dirinya sendiri ,/ar2at, 134":14-. Dalam hubungan ini
tergambar bagaimana hubungan pembentukan sikap keagamaan sehingga dapat
menghasilkan bentuk pola tingkah laku keagamaan dengan jiwa keagamaan.
.elaah psikologi dan psikologi agama tampaknya sudah mulai menyadari
potensi)potensi dan daya psikis manusia yang berkaitan dengan kehidupan
spiritual. +emudian menempatkan potensi dan daya psikis tersebut sebagai
sesuatu yang penting dalarn kehidupan manusia. Selain itu, mulai tumbuh suatu
kesadaran bar) mengenai hubungan antara potensi dan daya psikis tersebut dengan
sikap dan pola tingkah <aku manusia.
erangkat dari telaah dan pandangan tersebut akan membawa pada
kesimpu2an bahwa jiwa keagamaan sebenarnya merupakan bagian dari komponen
intern psikis manusia. *embentukan kesadaran agama pada diri seseorang pada
hakikatnya tak lebih dari usaha untuk menum.huh dan mengembangkan potensi
dan daya psikis. =amun. yang menjadi permasalahan krusial adaiah bagaimana
usaha yang dilakukan agar bimbingan yang diberikan sejalan dengan hakikat
potensi yang luhur tersebut.
/enurut >ordon 'llport. bahwa memang manusia memiiiki sifat)sifat dasar
atau tabiat yang sarna. Sifat)sifat dasar ini ditampilkan dalam sikap yang secara
totalitas ternhat sebsgai ciri)ciri kepribadian indi1idu dan kemudian terangkum
dalam sikap kelompok. 'danya perbedaan indi1idu pada dasarnya disebabkan
oleh adanya perbedaan situasi ling)kungan yang dihadapi masing)masing ,*hilip
>. ?imbardo.l393:"38-.
/erujuk kepada temuan ini. barangkali pemahaman sifat)sifat dasar yang
merupakan ciri khas yang ada pada manusia dapat dikaitkan dengan konsep fitrah
dalam pandangan <slam, jika hal ini dapat diterima, maka pembentukan sikap dan
tingkah laku keagamaan dapat dilakukan sejaian dengan fitrah tersebut bila situasi
lingkungan dibentuk sesuai dengan ketentuan ajaran agama yang prinsipil, yaitu
ketauhidan.
2.". *(ka+ Keagamaan ,ang Men,(m+ang
Dalam pandangan psikologi agama. ajaran agama memuat norma norma
yang dijaciikan pedoman oleh pemeluknya dalam bersikap dan bertingkah laku.
=orma)norma tersebut. mengacu kepada pencapaian nilai)nilai luhur yang
mengacu kepada pembentukan kepribadian dan keserasian hubungan sosial dalam
upaya memenuhi ketaatan. kepada ?at @ang Supernatural. Dengan demikian.
sikap keagamaan merupakan kecenderungan untuk memenuhi tuntutan dimaksud.
.etapi, dalam kenyataan hidup sehari)hari tak jarang dijumpai adanya
penyimpangan yang terjadi.
Sikap keagamaan yang menyimpang terjadi bila sikap seseorang terhadap
kepercayaan dan keyakinan terhadap agama yang dianutnya mengalami
perubahan. *erubahan sikap seperti itu dapat terjadi pada. orang per orang ,dalam
diri indi1idu- dan) juga pada kelompok atau masyarakat. Sedangkan perubahan
sikap itu memiliki tingkat kualitas dan intensitas yang mungkin berbeda dan
bergerak secara kontinyu dari positif melalui areal netral ke arah negatif ,/ar2at,
134":19-. Dengan demikian, sikap keagamaan yang menyimpang, sehubungan
dengan perubahan sikap tidak selalu berkonotasi buruk Sikap keagamaan yang
menyimpang dan tradisi keagamaan yang cenderung keliru mungkin akan
menimbulkan suatu pemikiran dan gerakan pembaruan. seperti halnya /artin
Auther. Demikian pula, Sidharta >autama yang meninggalkan agama Hindu
kemudian menjadi pelopor lahimya agama udha. +eduanya merupakan contoh
dari sekian banyak kasus sikap keagamaan yang menyimpang, namun yang
positif.
Selain itu, tak kurang pula kasus)kasus negatif yang bersumber dari adanya
sikap keagamaan yang menyimpang ini, Sikap kurang toleran, fanatisme,
fundamentals maupun sikap menentang merupakan sikap keagamaan yang
rnenyimpang ; Seseorang atau sekelompok penganut suatu agama mungkin saja
bersikap kurang toleran terhadap agama lain ataupun aliran lain yang berbeda dari
aliran agama yang dianutnya. Demikian pula, misalnya, terjadi sikap fanatik yang
menyebabkan seseorang atau kelompok beranggapan bahwa hanya agama yang
di) peluknya ssia sebagai yang paling benar. Selain itu, dapat pula terjadi 1 sikap
yang fundamentals berupa sikap menentang terhadap agama yang berbeda dengan
agama yang mereka anut.
Sikap keagamaan yang menyimpang seperti itu merupakan masalah yang
pada tingkat tertentu dapat menimbulkan tindakan yang negatif dari tingkat yang
terendah hingga ke tingkat yang paling tinggi, seperti sikap regresif ,menarik diri-
hingga ke sikap yang demonsiratif ,unjuk rasa-. Sikap menyimpang seperti itu
umumnya berpeluang untuk terjadi dalam diri seseorang maupun kelompok pada
setiap agama. *erseteruan antar agama yang teriadi seperti peristiwa *erang Salib,
munculnya gerakan <%' di <nggris ,<riandia &tara-, hingga ke aliran)aliran
keagamaan yang dianggap menyimpang misalnya, Children of God di 'merika
maupun sekte kiamat di Jepang yang menamakan kelompoknya Awn Sbimiyd
,+ebenaran .ertinggi-.
Selain dalam bentuk kelompok, sikap keagamaan yang menyimpang juga
dapat rerjadi pada orang per orang. Dan biasanya sikap keagamaan yang
menyimpang dalam bentuk kelompok aliran ataupun sekte berawal dari pengaruh
sikap seorang tokoh. Seorang yang mempunyai pengaruh terhadap kepercayaan
dan keyakinan orang lain, sebagai bagian dan tingkat pikir yang transendental
%eligius ,+asmiran Buryo, 134": 1:6-.
/asalah yang menyangkut sikap keagamaan ini umumnya tergan)tung
hubungan persepsi seseorang mengenal kepercayaan dan keyakinan. +epercayaan
adalah tingkat pikir manusia dalam mengalami proses berpikir yang telah dapat
membebaskan manusia dari segaia unsur)unsur yang terdapat di luar pikirannya.
Sedangkan keyakinan adaiah suatu tingkat pikir yang dalam proses berpikir
manusia telah menggunakan kepercayaan dan keyakinan ajaran agama sebagai
penyempurnaan proses, pencapaian kebenaran, dan kenyataan yang terdapat di
luar jang)kauan pikir manusia. ,+asmiran Buryo, 134": 1:6-. +epercayaan dan
keyakinan merupakan hal yang abstrak sehingga. secara empirik sulit dibuktikan
secara nyata mengenai kebenarannya. (leh karena itu, pengauh yang ditimbulkan
terhadap seseorang cenderung berwujud pengaruh psikologis. *engaruh tingkat
pikir ini memang memiliki 1ariasi yang luas misalnya aliran sepeni sekularisme,
liberalisme, sosialisme, fasisme, maCerialisme, dan sebagainya. .etapi di luar itu,
ada juga pengaruh terhadap tingkat pikir yang lain seperti totemisme. magico,
mistisisme, animisme. cinamisme, politeisme maupun monoteisme. .ingkat pikir
yang kedua ini disebut dengan tingkat pikir atau tingkat berpikir transendental.
religius ,+asmiran DEuiyo, 134": 1:7-.
S
:
ikap keagamaan yang menyimpang dapat terjadi, bila terjadi penyimp
angan pada kedua tingkat pikir dimaksud, sehingga dapat memberi kepercayaan
dan keyakinan baru pada seseorang atau kelompok. 'pabila tingkat pikir tersebut
mencapai tingkat kepercayaan serta keyakinan yang tidak sejalan dengan ajaran
agama tertentu maka akan terjadi sikap keagamaan yang menyimpang, baik dalam
diri orang per orang ,indi1idu- kelompok atau pun masyarakat. Sebab, sikap
mcmiliki sasaran tertentu baik konkret maupun abstrak ,/arFat, 134":14-. 7ikap
keagamaan yang menyimpang boleh dikatakan dapat terjadi
pada hampir semua bidang kehidupan manusia dan kaitannya dengan nilai)
nilai ajaran agama. *enyimpangan tersebut mungkin menyangkut bidang
keyakinan, ritual, doktrin. ataupun perangkat keagamaan. +ehadiran aliran
ataupun sekte baru, dan ke luar dari nilai)nilai dasar ajaran agama formal, dapat
dianggap sebagai sebuah penyimpangan. *enyimpangan sepeni ini laGimnya akan
berkembang ke bentuk gerakan keagamaan.
Di luar itu, sikap keagamaan yang menyimpang juga bisa termanifestasikan
dalam pelanggaran terhadap nilai)nilai moral ataupun norma)norma agama.
*erilaku penyimpangan ini disebut sebagai tindakan amoral. ahkan bisa
meningkat ke tindakan yang mengarah pada Hper)mainan moralH ,moralgames-,
yang di dalamnya batas baik)buruk, benar)salah, pantas )tidak pantas dibuat)jadi
samar. +ecenderungan ini akan menggiring pada situasi imoralitas ,@asrif 'mir
*iliang. +ompas. "1 =o1ember "::7-. @asrif menyebutnya sebagai moralitas
minimalisH. <ndikatornya, yang pertama, berupa tindakan melanggar atau
melawan moral ,a)morality-. dengan melakukan aneka tindakan Dan.g jahat, tak
pantas atau tak arif. +edua, tindakan HmempermainkanH prinsip atau nilai)nilai
moral itu sendiri (immorality! dengan cara memutarbalikkan atau mempermainkan
batas)batas moral antara baik;2jahat, benar;salah, atau pantas;tak pantas.
erangkat dari pemahaman ini. agaknya pelaku tindak korupsi dapat
digolongkan sebagai pribadi yang terjangkit moralitas minimalis. Secara harfiah.
korupsi berarti kebusukan. keburukan. kebejatan, ketidakjujuran. dapat disuap,
tidak bermoral, penyimpangan diri kesucian (jut" Audi #am$ab! %&&'"(). +orupsi
didefinisikan sebagai Denyelewengan atau penggelapan ,uang negara, perasahaan
dan sebagain1a- untuk keun)tungan pribadi atau orang lain ()**+! ,--&"(.%j.
Diiihat dari pendekatan normatif, tindak korupsi bukan saja menyangkut
pelanggaran. ncrma hukum, tetapi juga norma)norma agama. kebiasaan dan
kesusilaan /ur. Andi #am$ab0.%1). Sebagai fenomena sosial. korupsi bisa didekati
daiam berbagai kajian ilmu)ilmu sosiai sepeni sosiologi. antropologi, politik.
psikologi. dan ekonomi (AliefAulia 2e$$a. )ompas. ,, 3ovember %&&'). termasuk
psikologi agama.
.indak korupsi merupakan perbuatan yang akan menimbulkan dampak
negatit bersifat ganda. Dalam <slam perbuatan ini tergolong sebagai fabsy ,keji-,
yang mana mudharatnya tidak hanya menimpa diri pelakunya, tetapi juga orang
lain (Al4ur5an dan 6erjemabannya. ,--&" -7). *ada hakikatnya, pelaku kompsi
telah melakukan perbuatan nista yang menganiaya dirinya sendiri dan sekaligus
menimpakan petaka bagi orang lain. Disebut menganiaya diri sendiri karena
pelaku tindak korupsi adalah sosok yang telah kehilangan jati dirinya sebagai
manusia yang beradab. Sistem nilai yang ada dalam dirinya ,moral, hukum, adat
istiadat. maupun agama:- dihancurkan oleh keserakahan yang bersumber dari
dorongan nafsunya.
Dengan menggunakan pendekatan psikoanalisis, pelaku tindak korupsi
adalah pribadi yang egonya dikalahkan oleh <d (8as 9s). +esadaran dirinya
di
t
undukkan oleh dorongan naluriah. Hanya karena ingin memenuhi kenikmatan
)hidup dan kesenangan pleasure principle-. pelakunya bersedia mengorbankan
unsur moral dan keadilan yang ada.
/enurut /urtadha /uthahhari, dalam diri manusia tersembunyi dorongan
untuk berpegang kepada nilai)nilai moral. Dorongan yang termasuk nilai)nilai
utama (sinnmum bonum) ini biasa disebut sebagai akhlak yang baik. Dengan
adan1a dorongan ini maka manusia sejatinya memiliki kecenderungan untuk
memanifestasikan nilai)nilai yang dimaksud dalam kehidupannya. Bujud
konkritnya antara lain berupa kejujuran, amanah, ketakwaan, kesucian dan
kehajikan lainnya ,/urtadha /uthahhari, 1334: 7"-. =ilai)nilai utama ini
merupakan bagian dari fitrah manusia. Dengan demikian tindak korupsi hanya
mungkin terjadi, bila nilai)nilai utama yang dimaksud dimanipulasi dengan
mendesekralisasikann1a.
.erlepas dari bagaimana bentuk dan caranya (modus operandi-, tindak
korupsi dilakukan secara sadar. /ungkin saja ada pengaruh luar (motif
estririsi). =amun yang jelas dorongan intern pelaku (motif intrinsi) terkesan
lebih dominan. Sumbernya adalah ada semacam perasaan 22tidak puasH terhadap
kondisi yang ada. ingin memiliki sesuatu yang belum dimiliki. Dorongan seperti
ini akan Hmembenih.H sifat rakus yang apabila tidak dapat dibendung. laGimnya
akan mendorong sese)orang untuk melakukan tindak korupsi.
'gama sebagai sistem nilai. seben)m1a berisi khasanah yang cukup lengkap
untuk mengantisipasi muncuir.1a gejolak sifat rakus itu. Dalani nilai)nilai ajaran
<slam tindakan antisipasi: itu termuat antara lain di ibadah puasa. Setidaknya ada
dua target utami yang terangkum di dalamnya, yakni imsa bi dan imsa :an.
+msa bi berkaitan dengan upaya untuk menahan diri agar tidak melanggar
ketentuan puasa itu sendiri. 'tas dasar keyakinan, tetap berpegang teguh erusa
tegak di atas keyakinan itu, serta akan tetap mempertahankannya dengan seluruh
hidupnya ,Jalaiuddin %ahmat, 1331:16"-.
Dijelaskan selanjutnya, bahwa imsa :an ,menahan.diri- dari pengaruh luar
sebagai latihan dalarn rembentuk sikap lahir dan batin. /ewujudkan sosok pribadi
takwa yang sejalan dengan capaian akhir dari ibadah puasa itu sendiri. /eminjan
konsep imam >haGali, Jalaluddin %ahmat menyebut enam tahapan dalam imsa
:an . /ulai dari menahan pandangan. menjaga lidah ,ucapan-, menahan
pendengaran, menahan seluruh anggta. menahan selera, menahan suasana hati
antara harap dan cemas terhadap ganjaran 'llah.
Di balik itu semua, sifat rakus dapat diantisipasi dengan bersukur.
/ewujudkan rasa syukur teihadap nikmat 'llah. ;8i antara nimat0nimat itu ada
yang binal bagaian hewan0bewan hutan yang liar. <leb sebab itu maa iatlah
nimat itu dengan bersyuur epada Allah. ;#indarilah sifat raus! arena raus
itu merupaan emisinan yang nyata ,'bdullah bin =uh. 1348: #7#-. *esan
%asul Saw. ini mengindikasikan adanya tindakan koruptif dengan kondisi
psikologis pelakunya. +ufur nikmat ,tidak bersyukur- dan sifat rakus ,tak pernah
merasa cukup.
2.-. .akt%r/0akt%r ,ang Mem+engaru!( *(ka+ Keagamaan ,ang
Men,(m+ang
Sikap berfungsi menggugah motif untuk bertingkah laku. baik dalam
bentuk tingkah laku nyata (overt behavior)! maupun tingkah laku tertutup (coier
behavior). Dengan demikian, sikap mempengaruhi dua bentuk reaksi seseorang
terhadap objek, yaitu dalam bentuk nyata dan terselubung. +arena sikap diperoleh
dari hasil belajar atau pengaruh lingkungan maka sikap dapat diubah, walaupun
sulit ,/ar2at, 134": <S-.
.erjadinya sikap keagamaan yang menyimpang berkaitan erat dengan
perubahan sikap. eberapa teori psikologis mengungkapkan mengenai perubahan
sikap tersebut, antara lain: teori stimulus dan respons. teori pertimbangan sosial,
teori konsistensi dan teori fungsi ,/ar2at, 13S": "8)"9-. /asing)masing teori
didasarkan atas pendekatan aliran psikologis tersebut.
.eori stimulus dan repon yang memandang manusia sebagai organisme
menyamakan perubahan sikap dengan proses belajar. /enurut teori ini ada tiga
1ariabel yang)mempengaruhi terjadinya perubahan sikap, yaitu pengertian dan
penerimaan ,/ar
F
at, 134": "9-.
/engacu kepada teori ini, jika seseorang atau sekelompok memiliki
perhatian terhadap sesuatu objek dan memahami objek dimaksud serta
menerimanya. maka akan terjadi perubahan sikap. (bjek itu sendiri menurut teori
ini harus difungsikan sebagai stimulus agar dapat merespons perhatian, pengertian
serta penerimaan oleh seseorang atau kelompok. Jadi, perubahan sikap
sepenuhnya bergantung pada kemampuan lingkungan untuk mendapatkan
stimulus yang dapat menimbulkan reaksi dalam bentuk respons. Hal ini
menun.jukkan untuk mengubah sikap diperlukan kemampuan untuk merekayasa
objek sedemikian rupa hingga menarik perhatian memberi pengertian hingga
dapat diterima.
Dalam kaitannya dengan sikap keagamaan yang menyimpang maka
pengaruh stimulus yang rele1an adalah segala bentuk objek yang berhubungan
dengan keagamaan. /isalnya saja di dalam suatu masyarakat muncul aliran)aliran
keagamaan tertentu yang berbeda dengan tradisi keagamaan yang berjalan.
+ehadiran aliran tersebut kemudian menarik perhatian. sehingga terdorong untuk
mengetahuinya lebih jauh. Hasil dari proses itu kemungkinan dapat memberi
pengertian baru bagi mereka yang terlibat. ila ada di antara yang ikut terlibat
mcmpelajari aliran tersebut maka ada manfaat bagi dirinya, mereka akan
menerimanya, sedangkan bagi yang menganggapnya tidak bermanfaat akan
rnenolaknya. +elompok yang pertama biasanya akan melangkah ke tingkat
penerimaan dan dengan demikian akan terjadi perubahan pada diri mereka dalam
menyikapi aliran baru yang mereka terima itu. Dilihat dari sudut tradisi
keagamaan yang berlaku, sikap mereka ini dapat dikelompokkan sebagai sikap
keagamaan yang menyimpang.
Selanjutnya, teori kedua yaitu teor pertimbangan sosial melihat ) perubahan
sikap dari pendekatan psikologi sosial. /enurut teori ini perubahan sikap
ditentukan oleh faktor internal dari faktor eksternal faktor internal yang
mempengaruhi perubahan sikap adalah: 1- persepsi sosial "- posisi sosial dan
proses belajar sosial. Sedangkan faktor eksternal terdiri atas 1- faktor penguatan
(ret iforcement)= "- komunikasi persuasifI dan #- harapan yang di inginkan.
*erubahan sikap menurut teori ini ditentukan oleh keputusan)keputusan sosiai
sebagai hasil interaksi faktor internal dan eksternal ,/ar2at, 134": #7)#8I.
*erubahan sikap dalam kaitannya dengan sikap keagamaan yang
menyimpang merujuk kepada teori pertimbangan sosial ini tampaknya
menyangkut faktor status sosial seseorang dalam masyarakat. *enyimpangan
sikap keagamaan yang dipengaruhi oleh status sosial ini cenderung dilatar
belakangi harapan untuk mengembalikan kedudukan di dalam masyarakat.
/isaln1a seseorang yang semula dihormati dalam rnasyarakat kemudian
mendapat saingan dari tokoh lain. +arena kalah dalam persaingan tersebut
pandangan masyarakat beralih kepada tokoh pendatang baru. /aka untuk
mengembalikan status yang pernah diperolehnya kemungkinan besar ia cenderung
untuk melakukan suatu yang menyimpang guna menarik kembali perhatian
masyarakat, yaitu untuk mengisi kekosongan wibawa yang hilang.
Di lain pihak kemungkinan pula sikap keagamaan yang menyimpang
ditampilkan seseorang tokoh dalam masyarabt daiam bentuk positif, atas dasar
pertimbangan untuk kepentingan masyarakat banyak. Sikap keagamaan yang
menyimpang seperti ini terlihat daiam kasus pembaharuan pemikiran keagamaan.
*ara tokoh reformer ,mujaddid- umumnya menampilkan sikap keagamaan yang
menyimpang dari tradisi keagamaan yang berjalan di masyarakat. Sikap
keagamaan 1ang menyimpang seperti ini dalam sejarah keagamaan umumnya
diakhiri dengan munculnya kelompok baru yang mampu mengubah tatanan tradisi
keagamaan yang ada. eberapa contoh yang mengacu kepada kasus ini antara lain
seperti yang dilakubn oleh Sidharta >autama. /artin Auther, +aisar +onstamin,
dan sejumlah tokoh pembaharuan dalam pemikiran keagamaan lainnya.
.eori yang ketiga, yaitu teori konsistensi. /enurut teori ini perubahan sikap
lebih ditentukan oleh faktor intern

yang tujuannya untuk menyeimbangkan antara
sikap dan perbuatan. (leh karena itu teori konsistensi ini oleh $ritG Heider disebut
balance theory ,/ar2at, 134":#9-,(sgood dan .annenbaum menamakan conguity
,keharmonisan-, $estinger menyebutkan
kan cognitive dissonance! serta rohm menamakannya reactance ,/ar2at,
134":#9)69-. Balaupun berbeda dalam penamaan, namun intisari dari teori
konsistensi ini adalah bahwa perubanan sikap merupakan proses yang terjadi pada
diri seseorang dalam upaya untuk mendapatkan keseimbangan antara sikap dan
perbuatan. erdasarkan berbagai pertimbangan, maka seseorang kemudian
memilih sikap tertentu sebagai dasar untuk bereaksi atau bertingkah laku.
Dalam kehidupan keagamaan barangkali perubahan sikap ini berhubungan
dengan kon1ersi agama. Seseorang yang merasa bahwa apa yang dilakukan
sebelumnya adalah keliru. berupaya untuk mcmpertimbangkan sikapnya.
*ertimbangan tersebut melalui proses dari munculnya persoalan hingga
tercapainya suatu keseimbangan. +eempat fase dalam proses terjadinya perubahan
sikap itu adalah.:
1. /unculnya persoalan yang dihadapi.
". /unculnya beberapa pengertian yang harus dipilih
#. /engambil keputusan berdasarkan salah satu pengertian yang dipilih.
6. .erjadi keseimbangan.
*crubahan sikap seperti ini. /enurut Heider dilatarbelakangi oleh perasaan
senang dan tidak senang. sedangkan (sgood dan .annenbaum menekankan pada
penyamaan persepsi. $estinger lebih menekankan pada peran kognitif seperti
halnya rohm. /engacu kepada teori ini perubahan sikap yang menyangkut
kehidupan beragama dapat terjadi oleh karena adanya pengaruh dalam diri
seseorang. *engaruh tersebut menimbulkan persoalan hingga terjadi
ketidakseimbangan dalam batin)nya. &ntuk mengembalikan agar terjadi
keseimbangan seperti semula, maka dilakukan pemilihan dari berbagai alternatif
yang memungkinkan. *emilihan alternatif dapat didasarkan atas pertimbangan
aspek efektif maupun kognitif. *ilihan yang terbaik biasanya adalah yang paling
cocok dan dapat memberi kestabilan pada diri seseorang. +ondisi tersebut dapat
menimbulkan keharmonisan dan keseimbangan.
*erubahan sikap yang dihubungkan dengan sikap keagamaan yang
menyimpang menurut teori konsistensi ini terdapat dalam kasus)kasus kon1ersi
agama. +on1ersi pada dasarnya bersumber dari konflik yang terjadi dalam diri
seseorang. +onflik tadi pada tingkat tertentu menimbulkan semacam kegelisahan
batin sebagai persoalan yang harus mendapat pemecahan. Selanjutnya timbul
beberapa kemungkinan untuk dijadikan pertimbangan dalam menemukan jalan ke
luar. *emilihan jalan ke luar 1ang cocok dan tepat biasan1a adalah yang paling
dapat memberikan ketenangan batin bagi yang bersangkutan.
/enurut teori fungsi perubahan sikap seseorang dipengaruhi oleh
kebutuhan seseorang. siap memiliki suatu fungsi untuk menghadapi dunia luar
agar indi1idu senantiasa menyesuaikan dengan lingkungan menurut kebutuhannya
,/ar2at, 134": 63-. +atG berpendapat bahwa sikap memiliki empat fungsi yaitu, 1-
fungsi instrumentalI "- fungsi penahanan diriI #- fungsi penerima dan peniberi
artiI dan 6- fungsi nilai ekspresif.
erdasarkan fungsi instrumental, manusia dapat membentuk sikap positif
maupun negatif terhadap objek yang dihadapinya. 'dapun fungsi pertahanan diri
berperan untuk melindungi diri dari ancaman luar. +emudian fungsi penerima dan
memberi arti berperan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Selanjutnya,
fungsi nilai ekspresif terlihat dalam pernyataan sikap sehingga tergambar
bagaimana sikap seseorang atau kelompok terhadap sesuatu ,/ar2at, 134": 64-.
.eori fungsi ini mengungkapkan bahwa terjadinya perubahan sikap tidak
berlangsung secara serta merta. melainkan melalui suatu proses penyeimbangan
diri dengan lingkungan. +eseimbangan tersebut merupakan penyesuaian diri
dengan kebutuhan.
BAB III
PENU#UP
".1. Ke(m+ulan
Sikap keagamaan dan interen diperoleh dari dari faktor interen dan
eJternmanusia. *endapat pertama menyatakan bahwa manusia adalah Homo
%eligius ,maklhuk agama- karena manusia sudah memiliki potensi untuk
beragama. *otensi tersebut bersumber dari factor interen manusia yang termuat
dalam aspek kejiwaan manusia seperti naluri, akal, perasaan maupun kehendak.
Sikap keagamaan yang menyimpang terjadi bila sikap seseorang terhadap
kepercayaan dan keyakinan terhadap agama yang dianutnya mengalami
perubahan. *erubahan sikap seperti itu dapat terjadi pada. orang per orang ,dalam
diri indi1idu- dan) juga pada kelompok atau masyarakat.
Selain itu, tak kurang pula kasus)kasus negatif yang bersumber dari adanya
sikap keagamaan yang menyimpang ini, Sikap kurang toleran, fanatisme,
fundamentals maupun sikap mcnentang merupakan sikap keagamaan yang
rnenyimpang
$aktor yang mempengaruhi sikap keagamaan yang menyimpang adalah
faaktor internal dan faktor eksternal.
$aktor internal yang mempengaruhi perubahan sikapI persepsi sosial,
posisi sosial danproses belajar sosial. Sedangkan penguatan komunikasi persuasif
harapan yang diinginkan
".2. *aran
Dalam pembuatan makalah ini apabila ada keterangan yang kurang bisa
dipahami mohon maaf yang sebesar)besarnya dan kami sangat berterima kasih
apabila ada kritik dan saran yang bersifat membangun seebagai penyempurna.
DA.#AR PU*A#AKA
'l K /aliky, /uhammad, 'lawy. >aham0>aham ?ang >erlu 8ilurusan.
.erj: <ndri /ahally $ikry. JakartaI $ikahati 'neska.1336.
'l)Syaibany. (mar. /ohammad 'l) .oomy. @alsafah >endidian +slam
.erj. Hasan Aanggulung. Jakarta: ulan intang .

Anda mungkin juga menyukai