Anda di halaman 1dari 9

A.

Pendahuluan
Perbincangan tentang modernisasi telah menyita konsentrasi para sarjana baik
Muslim maupun non-Muslim dibuktikan dengan telah lahirnya beragam karya dan
pemikiran dibidang ini menunjukkan modernisasi telah mendapat tempat yang cukup
proporsional dalam kajian global, bahkan ditambah lagi dengan intensnya upaya-upaya
pembaruan tersebut dilakukan secara serentak dan kompak baik dunia Islam sendiri
maupun di luar dunianya merupakan suatu arus deras yang tidak dapat dihentikan demi
menciptakan perbaikan dalam segala bidang kemanusiaanya.
Semakin hari kian terasa bahwa kehidupan manusia makin menjurus kearah
pengejaran segala sesuatu yang bermakna fisik-material, di mana dalam kajian sosiologi
kecenderungan semacam ini disebut sebagai proses reifikasi, yaitu ketika manusia
saling mengejar apa saja yang bernilai material. Bagi mereka kehidupan ini dimaknai
hanya sekedar untuk mengisi perut dan memenuhi segala macam kesenangan yang
nyaris mengabaikan segala aspek yang berdimensi spiritual.
Agama hampir dapat dipastikan akan mengalami dampak yang cukup mengancam
kelangsungan hidupnya, ketika sekularisasi besar-besaran telah menggusur ikatan yang
bersifat sakral, suci dan transenden, sehingga afinitas keagamaan makin pudar dan
luntur, bahkan kadar keberagamaan dapat menghilang sama sekali dalam pergaulan hidup
manusia era modern, inilah salah satu ciri dan dampak dari era yang disebut Zaman
Teknik.
Memang harus diakui bahwa manusia telah melalui suatu perjalanan panjang
dalam pencarian hakekat dan makna hidupnya. Pengalaman demi pengalaman telah
dilalui yang pada akhirnya manusia telah sampai kepada puncak kemajuan melalui
pengemangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dimana IPTEK mendominasi
segala aspek kehidupan.
Kemoderenan selalu identik dengan kehidupan keserbaadaan, sedangkan
modernisasi itu sendiri merupakan salah satu cirri umum peradaban maju yang dalam
sosiologi berkonotasi perubahan sosial masyarakat yang kurang maju atau primitive
untuk mencapai tahap yang telah dialami oleh masyarakat maju atau berperadaban.
Mungkin modernitas memang suatu keharusan sejarah manusia, modernisasi
merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam kehidupan, baik individual maupun

kemasyarakatan. Tidak kurang filosof eksistensialis menyebut era ini sebagai


kehancuran,

kendatipun membuka

berbagai kemungkinan

baru.

T.S.

Elliot

menyebutnya sebagai era kecemasan, bahkan bagi para seniman era ini disebut sebagai
keterasingan baru dan pemenjaraan yang paling menakutkan.

B. Agama Dan Modernisasi


1. Pengertian agama
Agama adalah suatu ajaran dimana setiap pemeluknya dianjurkan untuk selalu
berbuat baik. 1 Untuk itu semua penganut agama yang mempercayaai ajaran dan
melaksanakan ajarannya mereka akan senantiasa melaksanakan segala hal yang ada
dalam ajaran tersebut. Manusia tidak bisa dilepaskan dengan agama, oleh karena itu
agama dan manusia berhubungan sangat erat sekali. Ketika manusia jauh dari agama.
Maka akan ada kekosongan dalam jiwanya.
Menurut Zakiiah Daradjat, agama adalah yang dirasakan dengan hati, pikiran dan
dilaksanakan tindakan serta membentuk dalam sikap dan cara menghadapi hidup pada
umumnya.2

Agama merupakan tuntunan hidup. Dengan adanya agama kita dapat melakukan
perbuatan dengan batasan norma-norma. Jika tidak didasari oleh agama, manusia akan
bertindak semaunya yang akhirnya akan menyebabkan kekacauan dan runtuhnya
modernisasi di era globalisasi yang akan datang. Jika dipahami lebih mendalam Islam
pun termasuk agama yang modern (baru) dibandingkan dengan agama-agama samawi
lainnya. Hal ini dibuktikan terhadap penolakan kehadiran Islam di tengah-tengah
masyarakat arab kala itu, yang telah menganut agama pagan.
Walaupun modernasasi Islam terletak dalam bidang agama, tetapi Islam tidak
pernah melarang umatnya menjadi modern dalam arti ahli dibidang sains, justru umat
Islam diharuskan ahli dalam bidang tersebut agar tidak tertinggal dari Barat. Karena,
pengetahuan atau sains yang dikembangkan Barat banyak diadopsi dari para pemikir
Islam. Misalnya, ilmu kedokteran berasal dari Ibn Shina, teori evolusi dimunculkan
terlebih dahulu oleh Jalaluddin Rumi sebelum Darwin, al-Biruni jauh-jauh hari sebelum
1
2

http://mohamadrofiul.blogspot.com/2010/05/makalah-agama-dan-modernisasi.
http://nayawati.blogspot.com/2010/03/kumpulan-makalah-agama-dan-keberagamaan.html

copernicus telah mengatakan bahwa bumi mengelilingi matahari, dan sebagainya.


Artinya, untuk menjadi modern bukan dengan mengikuti budaya-budaya yang
dikembangkan oleh Barat, tetapi menciptakan sesuatu yang baru dalam bidang sains
(apapun bentuknya) yang dapat diamalkan dan dimanfaatkan bagi kehidupan orang
banyak.

2. Pengertian Modernisasi
Secara harfiah, istilah modern mengacu kepada pengertian sekarang ini. Istilah
ini dianggap sebagai lawan dari istilah traditional. Dengan demikian, kedua istilah ini
merupakan tipe ideal dari dua tatanan masyarakat yang berbeda. Pada umumnya, dalam
pengertian modern tercakup cirri-ciri masyarakat terent yang ditemui sekarang ini. Dalam
pengertian traditional, mencakup pengertian sisa (residual sense) dari ciri-ciri
masyarakat modern. Istilah modern kemudian berkembang menjadi salah satu istilah
teknis akademik. Perkembangan istilah tersebut tidak dapat dilepaskan dari sejarah
peradaban eropa. Istilah modern berkaitan dengan eropa abad pertengahan, renaissance,
aufklarung, hingga mencapai puncaknya pada abad ke 19 dan 20.3
Kata modenisasi secara etimologi berasal dari kata modern, kata moderndalam
kamus umum bahasa Indonesia adalah yang berarti: baru, terbaru, cara baru atau
mutakhir, sikap dan cara berpikir serta bertindak sesuai dengan tuntunan zaman, dapat
juga diartikan maju, baik. Kata modernisasi merupakan kata benda dari bahasa latin
modernus (modo:baru saja) atau model baru, dalam bahasa Perancis disebut
Moderne.Modernisasi ialah proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga
masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan hidup masa kini.

Secara teoritis di kalangan sarjana Muslim mengartikan modernisasi lebih


cenderung kepada suatu cara pandang meminjam defenisi Harun Nasution, modernisasi
adalah mencakup pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk merubah faham-faham, adat
istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainnya untuk disesuaikan dengan suasana baru
yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dadang Khamad, Sosiologi Agama, Remaja Mandiri, bandung, 200. Hal. 148-185
http://hanimtsuroy.blogspot.com/2012/05/v-behaviorurldefaultvmlo.

Sedangkan Fazlur Rahman, sarjana asal Pakistan mendefenisikan modernisasi


dengan usaha-usaha untuk melakukan hormonisasi antara agama dan pengaruh
modernisasi dan westernisasi yang berlangsung di dunia Islam dan Mukti Ali, tepat
disebut disebut mewakili sarjana Indonesia mengartikan modernisasi sebagai upaya
menafsirkan Islam melalui pendekatan rasional untuk mensesuaikannya dengan
perkembangan zaman dengan melakukan adaptasi dengan perubahan-perubahan yang
terjadi di dunia modern yang sedang berlangsung. 5

C. Hubungan Agama dan Modernisasi


Agama dan modernisasi sering menjadi fokus kajian para sarjana sosiologi dan
antropologi sejak awal abad ke 18. Mereka tertarik untuk membicarakan bagaimana nasib
agama ketika berhadapan dengan modernisasi yang sedang melanda semua masyarakat di
dunia ini. Hampir semua sarjana sosiologi dan antropologi menganggap bahwa ketika
agama berhadapan dengan modernisasi, ia akan tersisihkan peranannya sebagai faktor
legitimasi utama dalam masyarakat, digantikan oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan
yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri yang didasarkan pada ilmu pengetahuan.
Dalam hal ini modernisasi selalu berakibat munculnya sekularisasi dalam keberagaman
dan individualisasi dalam hubungan social pada masyarakat tersebut. Cikal bakal
modernisasi ini berasal dari munculnya gerakan pemikiran abad pertengahan yang
membawa implikasi perubahan mendasar hampir dalam semua kehidupan manusia. Sejak
zaman itu, dunia ilmu pengetahuan bersifat positivistic dengan meletakkan dominasi
ilmu-ilmu empiris, eksak beserta metodologinya sebagai paradigma.
Di zaman modernisasi dan globalisasi sekarang ini, manusia di Barat sudah
berhasil mengembangkan kemampuan nalarnya (kecerdesan intelektualnya) untuk
mencapai kemajuan yang begitu pesat dari waktu kewaktu di berbagai bidang kehidupan
termasuk dalam bidang sains dan teknologi yang kemajuannya tidak dapat dibendung lagi
akan tetapi kemajuan tersebut jauh dari spirit agama sehingga yang lahir adalah sains dan
teknologi sekuler. Manusia saling berpacu meraih kesuksesan dalam bidang material,
soial, politik, ekonomi, pangkat, jabatan, kedudukan, kekuasaan dan seterusnya, namun
5

http://rijalseventh.blogspot.com/2012/04/makalah-agama-dan-modernisasi.

tatkala mereka sudah berada dipuncak kesuksesan tersebut lalu jiwa mereka mengalami
goncangan-goncangan mereka bingung untuk apa semua ini. Kenapa bisa terjadi
demikian, karena jiwa mereka dalam kekosongan dari nilai-nilai spiritual, disebabkan
tidak punya oreintasi yang jelas dalam menapaki kehidupan di alam dunia ini. Sayyid
Hussein Nasr Menilai bahwa keterasingan (alienasi) yang di alami oleh orang-orang
Barat karena peradaban moderen yang mereka bangun bermula dari penolakan (negation)
terhadap hakikat ruhaniyah secara gradual dalam kehidupan manusia. Akibatnya manusia
lupa terhadap eksistensi dirinya sebagai abid (hamba) di hadapan Tuhan karena telah
terputus dari akar-akar spiritualitas.Hal ini merupakan fenomena betapa manusia
moderen memiliki spiritualitas yang akut. Pada gilirannya, mereka cenderung tidak
mampu menjawab berbagai persoalan hidupnya, dan kemudian terperangkap dalam
kehampaan dan ketidak bermaknaan hidup.
Keimanan atau kepercayaan pada agama (Tuhan) terutama Islam itu, secara
pragmatis merupakan kebutuhan untuk menenangkan jiwa, terlepas apakah objek kualitas
iman itu benar atau salah. Secara psikologis, ini menunjukkan bahwa Islam selalu
mengajarkan dan menyadarkan akan nasib keterasingan manusia dari Tuhannya. Manusia
bagaimanapun juga tidak akan dapat melepaskan diri dari agama, karena manusia selalu
punya ketergantungan kepada kekuatan yang lebih tinggi diluar dirinya (Tuhan) atau
apapun bentuknya dan agama diturunkan oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia sebagai makhluk rasional dan spiritul.

D. Peran Agama Dalam Modernisasi


Setiap analisis tentang kaitan antara agama dan modernitas dilihat dari sudut
agama, cenderung bersifat apologis. Sikap apologis dalam rumusan umum sering
menempatkan agama tidak ubahnya seperti suatu alat untuk membenarkan semua
perilaku kemodernan di suatu pihak, atau bahkan agama merupakan Palu Godam
untuk mengutuk apa saja yang berbau modern di lain pihak. 6 Kedua sikap ini sangat
merendahkan martabat agama sekaligus memantulkan kesan ketidakberdayaan agama
dalam menghadapi geombang besar transforemasi yang menyertai peradaban modern.
6

http://mandirajaagus.blogspot.com/2011/04/sosiologi-agama.

Dilihat dari spesifik islam, terjadinya alienasi sebagai bagian yangtidak


terpisahkan dari modernitas tersebut merupakan sesuatu yang wajar. Karena modernitas
yang kita hayati dalam kehidupan sehari-hari saat ini adalah diimpor dari dunia barat
yang memiliki system nilai dan logika perkembangan tersendiri, yang di dalamnya
mungkin terdapat unsur yang sinkorn dan saling melengkapi yang bersifat universal. Para
penulis besar seperti Sayyid Quthb, Al Maududi, Ali Syariati dan sebagainya yang telah
banyak mengajukan sikap apologisnya terhadap islam ketika islam bertekuk lutut kepada
barat.
Transformasi kepribadian.modernitas tersebut menurut Hardgrave gejalanya dapat
dilihat dalam tiga dimensi: teknologis, organisasional dan sikap. Aspek teknologinya
bisa dilacak pada dominasi industrialisasi sehingga masyarakat dapat dibedakan menjadi
praindustri dan industry. Di pihak lain pihak segi sikap dalam kemeoderenan
mencangkup rasionalitas dan sekularisasi dan pertentangan cara pandang ilmiah lawan
magis religius.7 Dari pandangan terakhir diatas jelas betapa marginal kedudukan agama
dalam madyarakat industri modern. Ada dua corak agama yang memiliki cara yang
berbeda dalam merespon tuntutan perkembangan masyarakat, yaitu agama-agama wahyu
yang relative bisa bertahan menghadapi arus gelombang modernisasi seperti Islam,
Yahudi dan Kristen juga agama-agama wahyu lain, yang begitu rentan terhadap amukan
modernisasi sehingga tidak mampu bertahan.Semua agama mempunyai klaim yang sama,
untuk dapat berlaku dalam semua situasi, dalam segala satuan social dan dalam rentangan
waktu yang tidak terbatas.
Setiap agama memiliki empat isi pokok, yaitu: doktrin, organisasi, ritual dan
pemimpin. Kecanggihan unsur-unsur tersebut sangat tergantung pada tingkat kemajuan
yang dialami oleh masyarakat pendukungnya. Karena itu agama yang mempunyai tingkat
kecanggihan abstraksi yang rendah biasanya sangat mudah terpengaruh oleh perubahan
yang dialami pemeluknya. Salah satu penyebab utama merosotnya peran agama dalam
peradaban industri modern adalah karena agama dianggap tidak memiliki kontribusi
langsung bagi upaya mengejar kehidupan fisik-material. Pada sisi lain, krisis peradaban
modern, meminjam istilah J.A Camilleri, juga menimbulkan keberantakan yang gejalanya
dapat dilihat dalam ketidak seimbangan psiko-sosial, structural, sistematis dan ekologis.
7

http://sosbud.kompasiana.com/2012/12/18/agama-dan-modernisasi.

Dari dampak yang telah dikemukakan diatas, terlihat jelas peran agama menjadi sangat
marginal, karena agama dianggap tidak dapat memberi kontribusi apapun dalam
menghadapi tuntutan hidup yang begitu keras dan penuh persaingan. Gejala kemerosotan
agama tampak dalam melemahnya doktrin-doktrin yang ada, organisasi agama tidak
mampu mengikuti irama dan ritme perubahan social, ritual agama makin sedikit
peminatnya, dan pemimpin agama juga menampakkan diri seperti kurang semangat
karena tidak berdaya berpacu dengan arus tuntutan hidup budaya materialisticindividualistik, bahkan sangat hedonistik, hal tersebut nampaknya juga merupakan suatu
gejala sosial pemimpin agama dewasa ini, dimana sebagian diantara mereka memahami
agama secara dangkal, hingga akhirnya membodohkan umat.

E. Kesimpulan
Secara harfiah, istilah modernisasi mengacu kepada pengertian sekarang ini.
Istilah ini dianggap sebagai lawan dari istilah tradisional. Dengan demikian kedua istilah
ini merupakan tipe ideal dari dua tatanan masyarakat yang berbeda. Kata modernisasi
secara etimologi berasal dari kata modern yang berarti baru, terbaru, cara baru atau
mutakhir, sikap dan cara berpikir serta bertindak sesuai dengan tuntunan zaman.
Sedangkan menurut istilah modernisasi adalah proses pergeseran sikap dan mentalitas
sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntunan hidup masa kini.
Walaupun arus globalisasi dan modernisasi deras mengalir membanjiri jalan
pikiran manusia, tetapi Setiap orang pasti memiliki agamanya masing-masing. Agama
harus lebih di utamakan dari segalanya. Kehidupan didunia hanyalah sementara, karena
Kehidupan akhirat adalah kehidupan yang abadi yang lebih kekal dari pada kehidupan
didunia.

AGAMA DAN MODERNISASI


Memenuhi Tugas Makalah ini Disusun Guna
Mata Kuliah Sosiologi Agama
Dosen Pengampu: Ahmad Abbas Mustofa M. Ag

Disusun Oleh: Kelompok VI

Sulistri : 212 342 8562

PRODI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


JURUSAN USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU
2013

DAFTAR PUSTAKA

http://mohamadrofiul.blogspot.com/2010/05/makalah-agama-dan-modernisasi.
http://nayawati.blogspot.com/2010/03/kumpulan-makalah-agama-dan-keberagamaan.
http://hanimtsuroy.blogspot.com/2012/05/v-behaviorurldefaultvmlo.
http://rijalseventh.blogspot.com/2012/04/makalah-agama-dan-modernisasi.
http://mandirajaagus.blogspot.com/2011/04/sosiologi-agama.
http://sosbud.kompasiana.com/2012/12/18/agama-dan-modernisasi.

Anda mungkin juga menyukai