MAKALAH
Disusun oleh:
IYAN NOPIYANTO
NIM. 20086030008
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Ilahirabbi, pemilik seluruh
alam semesta, yang menguasai siang dan malam karena atas limpahan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul: “Konsep Dasar Tarbiyah”.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas individual pada mata kuliah Tafsir &
Hadits Tarbawi di Program Pascasarjana Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati
Cirebon.
Kami menyadari terselesainya makalah ini adalah berkat dorongan dan
arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami
mengucapkan terima kasih.
Kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat
banyak kekurangan yang dilatarbelakangi oleh keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki kami. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang.
Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi setitik
sumbangan bagi ilmu pengetahuan.
Iyan Nopiyanto
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI .....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Tarbiyah 3
B. Term yang semakna dengan Tarbiyah 7
C. Tujuan Tarbiyah 12
D. Tarbiyah dan Kematangan dalam beragama...........................................15
BAB III PENUTUP 17
DAFTAR PUSTAKA 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua umat. Pendidikan selalu
menjadi tumpuan harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat. Memang
pendidikan merupakan alat untuk memajukan peradaban,
mengembangkan masyarakat dan membuat generasi mampu berbuat banyak bagi
kepentingan mereka. 1
Dalam Islam pendidikan merupakan kewajiban bagi manusia. Karena Islam
memandang pendidikan sebagai proses yang terkait dengan upaya mempersiapkan
manusia untuk mampu memikul taklif (tugas hidup) sebagai khalifah Allah di muka
bumi. Untuk maksud tersebut, manusia diciptakan lengkap dengn potensinya berupa
akal dan kemampuan belajar. Sebagaimana firman Allah sebagai berikut :
1
Hery Noer Aly dan Munzier, Watak Pendidikan Islam, cet. 1 (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), h. 1.
3
Oleh karena itu, makalah ini dimaksudkan untuk menyingkap dan
membahas hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Tarbiyah dengan judul
makalah “Konsep Dasar Tarbiyah”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai
berikut:
1. Apa pengertian tarbiyah?
2. Apa term yang semakna dengan tarbiyah?
3. Apa tujuan tarbiyah?
4. Bagaimana tarbiyah dan kematangan dalam beragama?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini agar kita dapat mengetahui
pengertian tarbiyah, term yang semakna dengan tarbiyah, tujuan tarbiyah,
tarbiyah dan kematangan dalam beragama.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tarbiyah
Tarbiyah adalah satu kata bahasa Arab yang digunakan dalam bidang
pendidikan yang diartikan sebagai pendidikan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia
tarbiyah juga diartikan dengan pendidikan.2
Jika istilah tarbiyah diambil dari fi’il madhi-nya ( rabbayani) maka ia
memiliki arti memproduksi, mengasuh, menanggung, memberi makan,
menumbuhkan, mengembangkan, memelihara, membesarkan, dan
menjinakkan. Istilah tarbiyah mencakup tiga domain pendidikan, yaitu kognitif
(cipta), efektif (rasa) dan psikomotorik (karsa) dan dua aspek pendidikan yaitu
jasmani dan rohani.
Tarbiyyah adalah proses pengembangan dan bimbingan jasad, akal dan jiwa
yang dilakukan secara berkelanjutan sehingga mutarabbi (anak didik) bisa dewasa dan
mandiri untuk hidup di tengah masyarakat (Thabary, 1988): 67).
Tarbiyah juga dapat diartikan dengan “proses transformasi ilmu
pengetahuan dari pendidik (rabbani) kepada peserta didik,agar ia memiiki
sikap dan semangat yang tinggi dalam memahami dan menyadari
kehidupannya, sehingga terbentuk ketakwaan, budi pekerti, dan kepribadian
yang luhur.” Sebagai peroses, tarbiyah menuntut adanya penjenjangan dalam
transformasi ilmu pengetarhuan, mulai dari pengetahuan yang dasar menuju
pada pengetahuan yang sulit.
Dalam mu’jam bahasa arab, kata al-tarbiyah memeliki tiga akar
kebahasaan, yaitu :
a. Rabba, yarbu, tarbiyah : yang memiliki makna “tambah” (zad) dan “
berkembang” (nama). Pengertian ini juga di dasarkan QS.Ar-rum ayat 39:
“dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sis allah. “artinya,
pendidikan (tarbiyah) merupakan peroses menumbuhkan dan
mengembangkan apa yang ada pada diri peserta didik, baik secara
fisik,psikis,sosial, maupun spiritual.
b. Rabba, yurbi, tarbiyah : yang bermakna “ tumbuh” (nasya’a). Artinya,
2
Tim Penyusun Kamus, Kamus besar Bahasa Indonesia, h. 1144. lihat juga Zakiyah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan
Islam, cet. 5 (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 25.
pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untuk menumbuhkan dan
mendewasakan peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun
spiritual.
c. Rabba, yarubbu, tarbiyah : yang memiliki makna memperbaiki (ashlaha)
menguasai urusan, memelihara dan merawat, memperindah, memberi
makan, mengasuh, tuan, memiliki, mengatur, dan menjaga kelestarian
maupun eksistensinya. Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha
untuk memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki, dan mengatur
kehidupan, peserta didik, agar ia dapat survive lebih baik dalah
kehidupannya.
Dalam pengertian tarbiyah ini, terdapat lima kata kunci yang dapat
dianalisis :
a. Menyampaikan (al-tabligh). Pendidik dipandang sebagai usaha
menyampaikan, pemindahan, dan trasformasi dari orang yang tahu
(pendidik) pada orang yang tidak tahu (peserta didik) dan dari orang
dewasa kepada orang yang belum dewasa.
b. Sesuatu (al-syay). Adalah kebudayaan, baik material maupun nonmaterial
(ilmu pengetahuan, seni, estetik, etika, dll) yang harus diketahui dan
diinternalisasikan oleh peserta didik.
c. Sampai batas kesempurnaan (ila kamalihi). Maksudnya adalah bahwa
proses pendidikan itu berlangsung terus-menerus anpa henti, sehingga
peserta didik memperoleh kesempurnaan baik dalam pembentukan
karakter dengan nila-nilai tertentu maupun memiliki kompetensi tertentu
dengan ilmu pengetahuan.
d. Tahap demi tahap (syay fa syay). Maksudnya, transformasi ilmu
pengetahuan dan nilai dilakukan dengan berjenjang menurut tingkat
kedewasaan peserta didik, baik secara biologis, psikologis, sosial, maupun
spiritual.
3
Prof.Dr.Abdul Mujib M.Ag(Ilmu pendidikan islam;2010)
4
Ahmad Syah. 2008. Term Tarbiyah, Ta'lim Dan Ta'dib Dalam Pendidikan Slam: Tinjauan dari Aspek
Semantik. Jurnal Ilmiah Keislaman. 7(1): 145-147.
orang tua ketika anak masih kecil. Setelah dewasa, hendaknya orang belajar
secara mandiri sampai ia tidak mampu lagi meneruskan belajarnya, baik
karena meninggal atau karena usia tua renta.
Kedua, proses ta'lim tidak berhenti pada pencapaian pengetahuan dalam
domain kognisi semata, tetapi terus menjangkau wilayah psikomotor dan
afeksi. Pengetahuan yang hanya sampai pada batas- batas wilayah kognisi
tidak akan mendorong seorang untuk mengamalkannya, dan pengetahuan
semacam itu biasanya diperoleh atas dasar prasangka atau taklid. Padahal al-
Qur'an sangat mengecam orang yang hanya memiliki pengetahuan semacam
ini.
Ruang lingkup pengertian ta'lim yang tidak terbatas pada aspek kognisi saja
menurut Jalal didasarkan pada firman Allah SWT yang terjemahannya
sebagai berikut:
"…Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul di antara kamu
dan menyucikan kamu dan mengajarkan kamu al-Kitab dan al-Hikmah, serta
mengajarkan kamu apa yang belum kamu ketahui"5.
Berdasarkan ayat tersebut, pendidikan tilawah al-Qur'an tidak terbatas
pada kemampuan membaca harfiah, tetapi lebih luas darti itu adalah membaca
dengan perenungan yang sarat dengan pemahaman dan pada gilirannya
melahirkan tanggung jawab moral terhadap ilmu yang diperoleh melalui
bacaan itu. Melalui pendidikan semacam ini Rasulullah telah mengantarkan
para sahabatnya untuk mencapai tingkat tazkiyah (proses penyucian diri) yang
membuat mereka berada pada kondisi siap untuk mencapai tingkat al-hikmah.
Pada tingkat terakhir ini, ilmu, perkataan, dan perilaku seseorang telah
terintegrasi dalam membentuk kepribadian yang kokoh.6
2) al-Ta'dib
Ta’dib berasal dari kata addaba ()أ ّدب, yuaddibu (بVّ )يأدdan ta’dib ()تأديب,
biasa diartikan dengan ‘allama atau mendidik. Addaba ( )أ ّدبditerjemahkan
oleh Ibnu Manzhur merupakan padanan kata allama dan oleh Azzat dikatakan
sebagai cara Tuhan mengajar Nabi-Nya, sehingga Al- Attas mengatakan
bahwa kata addaba (ta’dib) mendapatkan rekanan konseptualnya di dalam
istilah ta’lim.
5
Al-Qur'an, Surat al-Baqarah/2:151.
6
Heri Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Logos, 1999), hlm 8-9.
Arti dasar istilah ini yaitu "undangan kepada suatu perjamuan" Ibn
Mandzur juga menyebutkan ungkapan "addabahu fataaddaba" berarti
allamahu (mendidiknya). Gagasan ke suatu perjamuan mengisyaratkan bahwa
tuan rumah adalah orang yang mulia dan adanya banyak orang yang hadir,
dan bahwasanya yang hadir adalah orang-orang yang menurut perkiraan tuan
rumah pantas mendapatkan kehormatan untuk diundang dan, oleh karen itu,
mereka adalah orang-orang bermutu dan berpendidikan tinggi yang
diharapkan bisa bertingkah laku sesuai dengan keadaan, baik dalam berbicara,
bertindak maupun etiket7. Pengertian seperti itu sejalan dengan hadis Nabi
yang diriwayatkan oleh Ibn Mas'ud:
"Al-Qur'an ini adalah undangan/perjamuan (ma'dibah) Allah SWT di muka
bumi, maka pelajarilah (santaplah) hidangan tersebut".
Qur'an suci adalah undangan Tuhan kepada suatu perjamuan
ruhaniyah, dan pencapaian ilmu yang benar tentangnya berarti memakan
makanan yang baik di dalamnya. Pendidikan menurut al- Attas, dalam
kenyataannya adalah ta'dib karena adab sebagimana didefenisikan di atas
sudah mencakup ilmu dan amal sekaligus.
Keterkaitan konseptual kedua istilah itu, 'ilm dan adab, di dalam
hadis lain lebih langsung sehingga mengisyaratkan identitas antara adab dan
ilmu.
"Addabani Rabbi fa ahsana ta'dibi" (Tuhanku telah mendidikku dan
dengan demikian menjadilah pendidikanku yang terbaik).
Di dalam hadis ini secara eksplisit digunakan istilah ta'dib (yang
diartikan pendidikan) dari kata addaba yang berarti mendidik. Kata ini,
menurut al-Zajjaj, dikatakan sebagai cara Tuhan mendidik Nabi-Nya, tentu saja
mengandung konsep pendidikan yang sempurna.
Dengan penjelasan di atas al-Attas selanjutnya menguraikan
pengertian hadis ini sebagai berikut: "Tuhanku telah membuatku mengenali
dan mengakui, dengan apa (yaitu adab) yang secara berangsur-angsur telah
ditanamkan ke dalam diriku, tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di
dalam penciptaan, sehingga hal itu membmbingku ke arah pengenalan dan
pengakuan tempat-Nya yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian
7
Muhammad al-Naquib al-Attas, The Concept of Education in Islam: A Frame Work for an Islamic
Phylosophy of Education, Terj. Haidar Bagir (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 56-57.
dan sebagai akibatnya, Ia telah membuat pendidikanku yang paling baik".
Sehingga, dengan demikian tidak perlu ada keraguan bahwa konsep dan
proses pendidikan telah tercakup di dalam istilah ta'dib dan bahwa istilah
yang tepat untuk menunjukkan "pendidikan" di dalam Islam sudah cukup
terungkapkan olehnya. Istilah ta'dib mengandung arti ilmu, pengajaran (ta'lim)
dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Tidak ditemui unsur penguasaan
pemilikan terhadap objek atau anak didik, di samping tidak juga
menimbulkan interpretasi mendidik makhluk selain manusia, misalnya
binatang dan tumbuh-tumbuhan. Karena, menurut konsep Islam, yang dapat
dan harus dididik hanyalah manusia, al- hayawan al-natiq.
Selanjutnya al-Attas mendefenisikan pendidikan, termasuk proses
pendidikan, sebagai pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang tepat
dari segala sesuatu di dalam keteraturan penciptaan sedemikian rupa,
sehingga hal itu membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat-
tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud kepribadian8.
Akhirnya penjelasan al-Attas dapat disimpulkan bahwa tarbiyah
dalam pengertian aslinya dan dalam penerapan dan pemahaman kaum
Muslimin pada masa-masa awal tidak dimaksudkan untuk menunjukkan
pendidikan maupun proses pendidikan. Penonjolan kualitatif pada konsep
tarbiyah adalah kasih sayang (rahmah) dan bukannya pengetahuan ('ilm).
Sementara dalam kasus ta'dib pengetahuan lebih ditonjolkan dari pada unsur
kasih sayang. Dalam struktur konseptualnya ta'dib sudah mencakup unsur-
unsur pengetahuan ('ilm), pengajaran (ta'lim) dan pengasuhan yang baik
(tarbiyah). Oleh karen itu, ta'dib, ungkapnya lebih lanjut, merupakan istilah
yang paling tepat dan cermat untuk menunjukkan pendidikan Islam.
Konsekwensinya yang timbul akibat tidak dipakainya konsep ta'dib
sebagai pendidikan dan proses pendidikan adalah hilangnya adab, yang berarti
hilangnya keadilan yang pada gilirannya menimbulkan kebingungan dan
kesalahan dalam pengetahuan, yang kesemuanya itu terjadi di kalangan
Muslimin masa kini.
8
al-Attas, The Concept of Education, hlm. 61
3) Tadris
Tadris dari akar kata daras – darras, artinya pengajaran, adalah upaya
menyiapkan murid (mutadaris) agar dapat membaca, mempelajari dan
mengakaji sendiri, yang dilakukan dengan cara mudarris membacakan,
menyebutkan berulang-ulang dan bergiliran, menjelaskan, mengungkapkan
dan mendiskusikan makna yang terkandung didalamnya sehingga mutadrris
mengetahui, mengingat, memahami, serta mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari dengan tujuan mencari ridho Allah (definisi secara
luas dan formal).9 Al-Juzairi memakai tadarrsu dengan membaca dan
menjamin agar tidak lupa, berlatih dan menjamin sesuatu. Menurut Rusiadi
dalam tadris tersirat adanya mudarris. Mudarris berasal dari kata darasa-
yadrusu-darsan-durusan-dirasatan yang artinya terhapus, hilang bekasnya,
mengahapus, melatih dan mempelajar. Artinya guru adalah orang yang
berusaha mencerdaskan peserta didiknya, menghilangkan ketidaktahuan
atau memberantas kebodoha, serta melatih keterampilan peserta didik sesuai
dengan bakat dan minatnya.10 Mudarris adalah orang yang memiliki kepekaan
intelektual dan informasi serta memperbaruhi pengetahuan dan keahliannya
secara berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya,
memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan sesuai dengan
bakat, minat, dan kemampuannya.11
Tadris adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh
mudarris untuk membacakan dan menyebutkan suatu kepada mutadarris
(murid) dengan berulang-ulang dan sering. Tadris bertujuan agar
materi yang dibacakan atau disampaikan itu mudah dihapal dan diingat. Ia
merupakan kegiatan pewarisan kepada murid dari para leluhurnya.
a. Kegiatan dalam tadris tidak sekedar membacakan tau menyebutkan
materi, tetapi juga disertai dengan mempelajari, mengungkap,
menjelaskan, dan mendiskusikan isi dan maknanya.
b. Tadris adalah suatu upaya menjadikan dan membelajarkan murid
(mutadarris) supaya mau membaca, mempelajari, dan mengakaji
sendiri.
9
Syihabudin. 2019. Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan Al-Sunnah : Kajian Atas Istilah
Tarbiyah, Taklim, Tadris, Ta’dib Dan Tazkiyah. Indonesian Journal of Islamic Education. 6(2): 204-206.
10
Rusiadi, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Cet. Ke II, (Jakarta: Sedaun, 2012), hal. 13
11
Yayan Ridwan, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. Ke I, (Jakarta: Sedaun, 2011), 65
11
c. Dalam tadris, seorang murid (mutadarris) diharapkan mengetahui dan
memahami benar yang disampaikan oleh mudarris (guru) serta dapat
mengamalkan di dalam kehidupan sehari-hari.
d. Tadris dilakukan dengan niat beribadah kepada Allah SWT dan
mendapat ridhaNya.
e. Kegiatan belajar dalam tadris bisa berlangsung dengan cara saling
bergantian atau bergilirian, yaitu sebagian membaca sebagian lainnya
memperhatikan dengan saing mengoreksi, emmbenarkan kesalahan lafal
yang dibaca sehingga terhindar dari kekeliruan dan lupa.
f. Tadris menunjukan kegiatan yang terjadi pada diri manusia dalam arti
yang umum.
Tadris merupakan taklim secra mendalam dan dengan kajina
khusus Al- Kitab. Makna kata tadris dapat kita baca dalam pertikan firman
Allah berikut:
“Adakah kamu kamu mempunyai sebuah kitab (yang diturunkan Allah)
yang kamu membacanya?” (Q.S. al-Qalam: 37)
“Dan Kami tidak pernah memberikan kepada mereka kitab-kitab yang
mereka baca…” (Q.S. Saba’: 44)
“Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu
mengajarkan al- Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (Q.S. Ali Imran:
79)
Kata tadris berkonotasi pada proses mempelajari al-Kitab (atau al-
Qur’an). Kata ini telah diserap dalam khazanah bahasa dan budaya bangsa
dengan istilah ngeder’s, atau tadarusan. Ngeder’s itu belajar dengan cara
mengulang, menghapal, dan melestarikan ide, nilai, dan ajaran yang bersifat
absolut. Tempat untuk mempelajari kitab suci Al- Qur’an itu disebut
madrasah. Dari sisi bahasa Arab, madrasah adalah bentuk isim makan dari
kata tadris yang berarti tempat ngeders. Meskipun demikian, penggunaan
kata madrasah di Indonesia sama sekali berbeda dengan penggunaannya
dalam tradisi Islam klasik. Dalam bahasa Indonesia modern, madrasah
menunjuk pada lembaga pendidikan dasar dan menengah orang Islam untuk
mempelajari bahasa Arab dan isi kandungan al-Qur’an serta ilmu keislaman
lainnya secara klasikal. Dalam sejarah keemasan Islam klasik, madrasah
merujuk pada suatu institusi pendidikan tinggi yang secara luas mulai dikenal
12
sejak abad ke-5/11, seperti Madrasah Nidzamiyah. Madrasah juga berarti
madzhab (aliran pemahaman keagamaan tertentu), yang kemudian diajarkan
di madrasah. Madrasah pada umumnya menganut madzhab tertentu para
pendirinya, khususnya dalam madzhab syafi’i. Pendidik di madrasah –
Perguruan Tinggi Ilmu Hukum – itu disebut Mudarris, meliputi: Syaikh (guru
besar), Naib (asisten dosen dengan kualifikasi setara guru besar), Mu’id
(mahasiswa pascasarjana senior yang dipercaya guru besar), dan Mufid
(mahasiswa reguler yang dipercaya syeikh membantu mahasiswa pemula) dan
Muthalib (mahasiswa) (Asari, 1994: 39), yang memiliki perlengkapan
akademis tingkat tinggi (Tim Dosen, 2019: 52), mempertahankan
kelangsungan hidup- nya dan meraik sukses (Buzan, 2005: 130).
C. Tujuan Tarbiyah
12
Muhammad Azka. 2016. Tujuan Tarbiyah Islamiyah.
https://gratis326.wordpress.com/2016/03/18/tujuan-tarbiyah-islamiyah/. ( 30 September 2020)
13
performa, dan perilaku. Dan akidah islamiyah adalah dasar pembentukan dari
semua komponen tersebut.
Tarbiyah ilamiyah diharapkan menghasilkan buah yang baik. Buah yang
diharapkan dari pembinaan islami (tarbiyah islamiyah) adalah terciptanya sosok
pribadi Muslim yang ideal, pribadi muslim yang kaffah. Yaitu pribadi muslim
yang mengimplemetasikan nilai-nilai Islam secara keseluruhan, tidak hanya bagian
per bagian.
Beberapa deskripsi tentang pribadi muslim yang kaffah yang harus
diketahui oleh seorang muslim, antara lain :
1. Lurus aqidahnya
Kelurusan akidah merupakan pokok terpenting bagi pribadi muslim.
Demikian pula yang dilakukan Rasulullah SAW pertama kali dapat ditelusuri
bahwa ayat-ayat Al Qur’an Makiyyah turun selama 13 tahun yang menjelaskan
kalimat Laailaaha illallah. Yang demikian itu karena din ini seluruhnya tegak di
atas kalimat Laa ilaaha illallah. Memahamkan pada manusia bukan membuat
tertarik pada cabang-cabang Islam saja, namun dengan pemahaman akidah dalam
hati mereka yang kemudian secara otomatis akan melaksanakan segala syariatnya.
2. Benar Ibadahnya
Ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah SWT, baik
berupa perkataan, kepasrahan, dan ketundukan yang sempurna serta membebaskan
diri dari segala yang bertentangan. Dengan demikian serang muslim harus paham
bahwa ibadah kepada Allah merupakan kebutuhan dan kepentingan manusia, baik
ibadah khusus (khashah), shalat, puasa, zakat, dsb. Ataupun ibadah umum
(ammah), menuntuk ilmu, jual beli, dsb. Seorang muslim dalam beribadah haruslah
benar yaitu niat ikhlas karena Allah dan berdasar atas syariat Islam.
3. Terpuji Akhlaknya
Islam mengatur dalam segala aspek dari mulai bangun tidur smpai pada
pagi berikutnya. Sehingga gerak langkah seorang muslim senantiasa indah karena
mengikuti irama kehidupan yang diatur oleh Allah SWT. Seorang muslim yang
berakhlak membawa dampak tidak hanya pada dirinya sendiri tapi juga lingkungan
sekitar. Sehingga nantinya akan tercipta umat yang berakhlak mulia.
Kesempurnaan iman seseorang dapat dilihat dari kualitas akhlaknya.
4. Berwawasan Luas
Wawasan disini bermaksud senantiasa memikirkan sesuatu yang
14
membangun, memperbaiki bukan membuat hal yang tidak berguna, dan
menjauhkan diri dari sifat yang merendahkan. Karena pentingnya berwawasan luas
inilah maka setiap muslim diwajibkan untuk senantiasa menuntut ilmu, baik ilmu
keagamaan maupun ilmi-ilmu alam dan ilmu yang lainnya.
5. Kuat Fisiknya
Rasulullah bersabda “ Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai
Allah daripada mukmin yang lemah pada keduanya ada kebajikan” (HR. Muslim)
Rasulullah telah menegaskan pentingnya pembentukan badan yang sehat dan
menjaga dari berbagai penyakit. Kewajiban dan tanggung jawab pribadi muslim
ideal tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya badan/fisik yang sehat.
13
Gordon Willard Allport .The Individual and His Religion: A Psychological Interpretation.New, (York:
The Macmillan Co.1950).232
14
Gordon Willard Allport. The Individual And His Religion: A Psychological Interpretation.242
15
Jalaluddin, Psikologi Agama. (Jakarta : PT Grafindo Persada, 2016).117
15
Dalam dunia pendidikan tentunya amat di perlukan kematangan dalam beragama,
karena jika tidak ada kematangan dalam beragama di khawatirkan akan timbul sikap
sombong, ujub atau bahkan menyesatkan. Ada beberapa tokoh yang juga memberikan
pendapatnya tentang ilmu dan agama “Albert Einstein, seorang ilmuwan Yahudi
pernah mengatakan “ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh” Ada
dua entry point disini pertama tentang pentingnya agama untuk
melambari ilmu pengetahuan dan yang kedua perlunya ilmu dalam
pengamalan agama.16
16
Dedi Kusmayadi. 2010. Ilmu tanpa Agama Buta, Agama Tanpa Ilmu Lumpuh.
https://www.kompasiana.com/dediekusmayadi. ( 30 September 2020)
16
BAB III
PENUTU
P
A. Kesimpulan
1. Tarbiyah dapat diartikan dengan “proses transformasi ilmu pengetahuan dari
pendidik (rabbani) kepada peserta didik,agar ia memiiki sikap dan semangat
yang tinggi dalam memahami dan menyadari kehidupannya, sehingga
terbentuk ketakwaan, budi pekerti, dan kepribadian yang luhur.” Sebagai
peroses, tarbiyah menuntut adanya penjenjangan dalam transformasi ilmu
pengetarhuan, mulai dari pengetahuan yang dasar menuju pada pengetahuan
yang sulit.
2. Term yang semakna dengan Tarbiyah diantaranya adalah
a. Ta'lim
b. Ta’dib
c. Tadris
3. Secara umum terbiyah bertujuan membentuk manusia yang hanya beribadah
kepada Allah SWT dan memakmurkan bumi hanya dengan aturan-aturan Allah
baik yang berupa wahyu atau pun sunatullah, sehingga lahir suasana kehidupan
yang islami di bumi ini.
4. Kematangan dalam beragama, yaitu kemampuan seseorang untuk memahami,
menghayati serta mengaplikasikan nilai-nilai luhur agama yang dianutnya
dalam kehidupan sehari-hari.
B. Saran
Saran saya melalui makalah ini mudah-mudahan menambah ilmu dan
wawasan kita terhadap Tarbiyah yang ada di sekitar kita. Dan di harapakan
semuanya dapat menggali lebih dalam lagi tentang materi yang kita bahas.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran Kareem
Ahmad Syah. 2008. Term Tarbiyah, Ta'lim Dan Ta'dib Dalam Pendidikan Slam:
Tinjauan dari Aspek Semantik. Jurnal Ilmiah Keislaman. 7(1): 145-147.
Dedi Kusmayadi. 2010. Ilmu tanpa Agama Buta, Agama Tanpa Ilmu Lumpuh.
https://www.kompasiana.com/dediekusmayadi. ( 30 September 2020)
Gordon Willard Allport .The Individual and His Religion: A Psychological
Interpretation.New, (York: The Macmillan Co.1950).
Hery Noer Aly dan Munzier, Watak Pendidikan Islam, cet. 1 (Jakarta: Friska
Agung Insani, 2000).
Jalaluddin, Psikologi Agama. (Jakarta : PT Grafindo Persada, 2016).
M. Thalib. 1996. Pendidikan Islam Metode 30 T, Bandung: Irsyad Baitus Salam.
Muhammad al-Naquib al-Attas, The Concept of Education in Islam: A Frame Work for
an Islamic Phylosophy of Education, Terj. Haidar Bagir (Bandung: Mizan,
1996),
Muhammad Azka. 2016. Tujuan Tarbiyah Islamiyah.
https://gratis326.wordpress.com/2016/03/18/tujuan-tarbiyah-islamiyah/.
(30 September 2020)
Prof. Dr. Abdul Mujib M.Ag (Ilmu pendidikan islam;2010)
Rusiadi, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Cet. Ke II, (Jakarta: Sedaun,
2012)
Syihabudin. 2019. Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan Al-Sunnah :
Kajian Atas Istilah Tarbiyah, Taklim, Tadris, Ta’dib Dan
Tazkiyah. Indonesian Journal of Islamic Education. 6(2): 204-206.
Al-Thabary, Abu Ja’far Muhammad Ibn Jaris, Jami’ul Bayan ‘an Ta’wil ayat al-
Qur’an, Beirut: Dar al-Fikr, 1988.
Tim Penyusun Kamus, Kamus besar Bahasa Indonesia, h. 1144. lihat juga
Zakiyah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, cet. 5 (Jakarta: Bumi
Aksara, 2004)
Yayan Ridwan, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. Ke I, (Jakarta: Sedaun, 2011)