DOSEN PENGAMPU :
Dr. Ni Kadek Sinarwati, S.E., M.Si., Ak
OLEH :
I KADEK DEDY SURYATNA 2129141007
PUTU CANDRA ARDIANA PUTRA 2129141021
PUTU SURYA WIDYAWATI 2129141022
A. Latar Belakang
Filsafat zaman modern yang kelahirannya didahului oleh suatu periode yang
disebut dengan “Renaissance” dan dimatangkan oleh “gerakan” Aufklaerung di
abad ke-18 itu, didalamnya mengandung dua hal yang sangat penting. Pertama,
semakin berkurangnya kekuasaan Gereja, kedua, semakin bertambahnya kekuasaan
ilmu pengetahuan. Pengaruh dari gerakan Renaissance dan Aufklaerung itu telah
menyebabkan peradaban dan kebudayaan zaman modern berkembang dengan pesat
dan semakin bebas dari pengaruh otoritas dogma-dogma Gereja. Terbebasnya
manusia barat dari otoritas Gereja dampak semakin dipercepatnya perkembangan
filsafat dan ilmu pengetahuan. Sebab pada zaman Renaissance dan Aufklaerung
perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan tidak lagi didasarkan pada otoritas
dogma-dogma Gereja, melainkan didasarkan atas kesesuaiannya dengan akal. Sejak
itu kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan didasarkan atas kepercayaan dan
kepastian intelektual (sikap ilmiah) yang kebenarannya dapat dibuktikan
berdasarkan metode, perkiraan, dan pemikiran yang dapat diuji. Kebenaran yang
dihasilkan tidak bersifat tetap, tetapi dapat berubah dan dikoreksi sepanjang waktu.
Kebenaran merupakan “a never ending process”, bukan sesuatu yang berhenti,
selesai dalam kebekuan normatif atau dogmatis.
Pada umumnya, para sejarawan sepakat bahwa zaman modern lahir sekitar
tahun 1500-an di Eropa. Peralihan zaman ini ditandai dengan semangat anti Abad
Pertengahan yang cenderung mengekang kebebasan berpikir. Sesuai dengan istilah
“modern” yang memiliki arti baru, sekarang, atau saat ini, filsafat modern
merupakan sebuah pemikiran yang menganalis tentang kekinian, sekarang,
subjektivitas, kritik, hal yang baru, kemajuan, dan apa yang harus dilakukan pada
saat ini. Semangat kekinian ini tumbuh sebagai perlawanan terhadap cara berpikir
tradisional Abad Pertengahan yang dianggap sudah tidak relevan.
Filsafat Abad Modern memiliki corak yang berbeda dengan periode filsafat
Abad Pertengahan. Perbedaan itu terletak terutama pada otoritas kekuasaan politik
dan ilmu pengetahuan. Jika pada Abad Pertengahan otoritas kekuasaan mutlak
dipegang oleh Gereja dengan dogma-dogmanya, maka pada zaman modern otoritas
kekuasaan itu terletak kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia pada zaman
modern tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun, kecuali oleh kekuasaan yang ada
pada dirinya sendiri. Para filosof modern pertama-tama menegaskan bahwa
pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau dogma-dogma Gereja, juga tidak
berasal dari kekuasaan feudal, melainkan dari diri manusia sendiri.
Adapun postmodernisme yang muncul diakibatkan karena kegagalan
Modernisme dalam mengangkat martabat manusia. Bagi postmodernisme, paham
modernisme selama ini telah gagal dalam menepati janjinya untuk membawa
kehidupan manusia menjadi lebih baik dan tidak adanya kekerasan. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi masa modernisme membawa kehancuran bagi
manusia, peperangan terjadi dimana-mana yang hal ini mengakibatkan manusia
hidup dalam menderita. Pandangan modernisme menganggap bahwa kebenaran
ilmu pengetahuan harus mutlak serta objektif, tidak adanya nilai dari manusia. Di
sinilah muncul suatu paham postmodernisme yang merupakan kelanjutan,
keterputusan, dan koreksi dari modernisme untuk memberikan suatu pemikiran baru
dan solusi dalam menjalani kehidupan yang semakin kompleks ini. Bagi
postmodernisme ilmu pengetahuan tidaklah objektif tetapi subjektif dan interpretasi
dari manusia itu sendiri, sehingga kebenarannya adalah relatif. Dalam penulisan ini
penulis akan membahas secara fokus dan rinci terhadap paham postmodernisme
yang merupakan pengembangan pemikiran tentang ilmu pengetahuan, yang
merupakan pergeseran, perkembangan bahkan kelanjutan dari modernisme itu
sendiri. Tentunya hal ini akibat dari pergolakan pemikiran dari para pemikir yang
peduli terhadap ilmu pengetahuan, sehingga memunculkan suatu pemikiran baru.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang, adapun beberapa rumusan masalah yang
dapat dirumuskan, yaitu:
1. Apa pengertian dari filsafat modern dan filsafat postmodern?
2. Bagaimana perkembangan dari filsafat modern dan filsafat postmodern?
3. Apa ciri-ciri dari filsafat modern dan filsafat postmodern?
4. Siapa saja filosof atau tokoh tokoh filsafat modern dan postmodern?
5. Apa kelebihan dan kelemahan filsafat postmodern?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan penulisan
sebagai berikut:
1. Mengetahui arti dari pada filsafat modern dan filsafat postmodern
2. Memahami tentang sejarah dan perkembangan filsafat modern dan filsafat
postmodern
3. Mengetahui ciri-ciri dari filsafat modern dan filsafat postmodern
4. Mengetahui siapa saja filosof pada masa filsafat modern dan filsafat postmodern
5. Mengetahui kelebihan dan kelemahan filsafat postmodern
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan yang telah dipaparkan, diperoleh manfaat
penulisan sebagai berikut:
- Bagi Penulis
Melalui proses penulisan ini, manfaat yang didapatkan oleh para penulis adalah
pemahaman yang lebih terhadap Filsafat Modern dan Filsafat Postmodern.
- Bagi Pembaca
Melalui makalah ini, para pembaca dapat memperoleh informasi dan pengetahuan
tentang Filsafat Modern dan Filsafat Postmodern.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Kritisisme
Isaac Newton (1642-1772) memberikan dasar-dasar berpikir dengan induksi, yaitu
pemikiran yang bertitik tolak pada gejala-gejala dan mengembalikan kepada dasar-dasar
yang sifatnya umum. Aliran ini muncul abad ke-18. Suatu zaman baru dimana seorang ahli
pikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dan empirisme.
Zaman baru ini disebut zaman Pencerahan (Aufklarung). Zaman pencerahan ini muncul
dimana manusia lahir dalam keadaan belum dewasa (dalam pemikiran filsafatnya). Akan
tetapi, setelah Kant mengadakan penyelidikan (kritik) terhadap peran pengetahuan akal.
Setelah itu, manusia terasa bebas dari otoritas yang datangnya dari luar manusia, demi
kemajuan atau peradaban manusia. Berikut adalah tokoh kriistisme meliputi:
a) Immanuel Kant (1724-1804 M)
Immanuel Kant (1724-1804) adalah seorang filsuf Jerman kelahiran Konigsberg, 22
April 1724 – 12 februari 1804. Ia dikenal sebagai tokoh kritisisme. Filsafat kritis
yang ditampilkannya bertujuan untuk menjembatani pertentangan antara kaum
Rasionalisme dengan kaum Empirisme. Bagi Kant, baik Rasionalisme maupun
Empirisme belum berhasil memberikan sebuah pengetahuan yang pasti berlaku
umum dan terbukti dengan jelas. Kedua aliran itu memiliki kelemahan yang justru
merupakan kebaikan bagi seterusnya masing-masing. Pikiran-pikiran dan tulisan-
tulisannya yang sangat penting dan membawa revolusi yang jauh jangkauannya
dalam filsafat modern. Ia terpengaruh oleh lahirnya piettisme dari ibunya, tetapi ia
hidup dalam zaman skeptisme serta membaca karangan-karangan Voltaire dan
Hume. Akibat dari itu semua ialah bahwa ia mempunyai problema : what can we
know? (apa yang dapat kita ketahui?) what is nature and what are the limits of
human knowledge? (apakah alam ini dan apakah batas-batas pengetahuan manusia
itu?) sebagian besar hidupnya telah ia pergunakan untuk mempelajari logical
process of thought (proses penalaran logis), the external world (dunia eksternal) dan
the reality of things (realitas segala yang wujud).
4. Positivisme
Positivisme adalah salah satu aliran filsafat modern. Secara umum boleh dikatakan bahwa
akar sejarah pemikiran positivisme dapat dikembalikan kepada masa Hume (1711-1776)
dan Kant (1724-1804). Hume berpendapat bahwa permasalahan-permasalahan ilmiah
haruslah diuji melalui percobaan (aliran empirisme). Sementara Kant adalah orang yang
melaksanakan pendapat Hume ini dengan menyusun Critique of pure reason (kritik
terhadap pikiran murni atau aliran kritisisme). Selain itu Kant juga membuat batasan-
batasan wilayah pengetahuan manusia dan aturan-aturan untuk menghukumi pengetahuan
tersebut dengan menjadikan pengalaman sebagai porosnya. Berikut adalah tokoh
positivisme meliputi:
a) Auguste Comte (1798-1857 M)
Bapak positivisme, Auguste Comte memiliki nama panjang Isidore Auguste
Marie Francois Xavier Comte. Ia lahir di Montpellier Prancis pada tanggal 19
Januari 1798 dari keluarga bangsawan Katolik. Namun, ia tidak mengikuti
kepercayaan keluarganya yaitu agama Katolik sejak usia muda, ia mendeklarasikan
dirinya seorang Atheis. Comte kecil mengenyam pendidikan lokal di Montpellier
dan mendalami matematika. Pada usia ke 25 tahun ia hijrah ke Paris dan belajar di
Echole Polytechnique dalam bidang psikologi dan kedokteran. Selain itu, di Paris ia
juga mempelajari pikiran-pikiran kaum ideolog.
Comte adalah mahasiswa yang brillian, namun ia tidak berhasil menamatkan
studi di perguruan tinggi. Ia adalah mahasiswa yang keras kepala dan suka
memberontak. Ia dikeluarkan karena gagasan politik dan pemberontakan dengan
teman sekelasnya. Selain dikenal dengan sifat pemberontak dan keras kepala,
Comte juga dikenal sebagai mahasiswa yang berfikiran bebas dan memiliki
kemauan keras untuk tidak ingin berada di bawah posisi orang lain yang
kemungkinan besar akan mengaturnya. Comte hidup pada masa Revolusi Perancis,
rezim Napoleon, pergantian monarki dan periode republik dimana pergolakan
sosial-politik terjadi cukup hebat. Hal tersebut yang melatar belakangi pemikiran
Comte. Walau mengalami masa yang sulit ia tetap bekerja keras diantaranya dengan
memberi les matematika dan aktif menulis. Dari sinilahlah, karir profesional Comte
dimulai.
5. Materialisme
Materialisme mengatakan bahwa realitas seluruhnya tediri dari materi. Itu berarti bahwa tiap-
tiap benda atau kejadian dapat dijabarkan kepada materi atau salah satu proses material atau
kiranya sudah jelas bahwa materialisme mengakui kemungkinan metafisika, karena
materialisme sendiri berdasarkan suatu metafisika. Berikut adalah tokoh materialism
meliputi:
a) Karl Marx (1818-1883 M)
Marx lahir di Trier Jerman pada tahun 1818. Ayahnya merupakan seorang Yahudi
dan pengacara yang cukup berada, dan ia masuk Protestan ketika Marx berusia
enam tahun. Setelah dewasa Marx melanjutkan studinya ke Universitas di Bonn,
kemudian Berlin. Ia memperoleh gelar doktor dengan desertasinya tentang filsafat
Epicurus dan Demoktirus. Kemudian, ia pun menjadi pengikut Hegelian sayap kiri
dan pengikut Feurbach. Dalam usia dua puluh empat tahun, Marx menjadi redaktur
Koran Rheinich Zeitung yang dibrendel pemerintahannya karena dianggap
revolusioner. Tahun 1847, Marx dan Engels bergabung dengan Liga Komunis, dan
atas permintaan liga komunis inilah, mereka mencetuskan Manifesto Komunis
(1848).
E. Pengertian Postmodernisme
Istilah postmodern secara harfiah berarti “setelah modern”. Istilah “modern”, yang
berarti zaman baru, berasal dari bahasa Latin modernus, yang telah digunakan sejak abad
ke-5 M untuk menunjuk batas antara era kekuasaan agama Kristen dan era Paganisme
Romawi (Smart, 1990). Istilah ini kemudian berkembang menjadi beberapa istilah turunan
yang kesemuanya menunjuk pada suatu kurun sejarah setelah era Abad Pertengahan.
Beberapa istilah tersebut adalah modernitas, modernisasi dan modernisme. Dalam
penggunaannya, seringkali terjadi tumpang tindih dan simplifikasi pengertian di antara
berbagai istilah ini. Meskipun demikian, diterima suatu kenyataan bahwa yang diacu oleh
istilah-istilah ini adalah suatu era kebudayaan baru yang ditegakkan oleh rasio, subjek dan
wacana antropomorfisme. Pengertian postmodern menurut beberapa ahli yaitu:
a) Jean-Francois Lyotard, merupakan orang yang memperkenalkan postmodernisme
dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan di tahun 1970-an dalam bukunya yang
berjudul “The Postmodern Condition: A Report on Knowledge”. Dia mengartikan
postmodernisme sebagai segala kritik atas pengetahuan universal, atas tradisi
metafisik, fondasionalisme maupun atas modernisme.
b) Louis Leahy, postmodernisme adalah suatu pergerakan ide yang menggantikan ide-
ide zaman modern.
c) Emanuel, postmodernisme adalah keseluruhan usaha yang bermaksud merevisi
kembali paradigma modern.
d) Ghazali dan Effendi, postmodernisme mengoreksi modernisme yang tidak
terkendali yang telah muncul sebelumnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa postmodernisme merupakan suatu ide baru yang
menolak atau pun yang termasuk dari pengembangan suatu ide yang telah ada tentang teori
pemikiran masa sebelumnya yaitu paham modernisme yang mencoba untuk memberikan
kritikan-kritikan terhadap modernisme yang dianggap telah gagal dan bertanggung jawab
terhadap kehancuran martabat manusia; ia merupakan pergeseran ilmu pengetahuan dari
ide-ide modern menuju pada suatu ide yang baru yang dibawa oleh postmodernisme itu
sendiri.
2. Relativisme
Relativisme mengandung arti pemikiran postmodernisme dalam hal realitas
budaya (nilai-nilai, kepercayaan, dan lainnya) tergambar dalam teori-teori yang
dikembangkan oleh disiplin ilmu antropologi. Dalam pandangan antropologi, tidak
ada budaya yang sama dan sebangun antara satu dengan yang lain. Seperti budaya
Amerika jelas berbeda dengan Indonesia. Maka nilai-nilai budaya jelas sangat
beraneka ragam sesuai dengan latar belakang sejarah, geografis, dan sebagainya.
Nilai-nilai budaya bersifat relatif, dan hal ini sesuai dengan alur pemikiran
postmodernisme yaitu bahwa wilayah, budaya, bahasa, agama sangat ditentukan
oleh tata nilai dan adat istiadat masing-masing. Dari sinilah Nampak jelas bahwa
para pemikir postmodernisme menganggap bahwa segala sesuatu itu relatif dan
tidak boleh absolut, karena harus mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada.
Dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan bagi postmodernisme bersifat relatif,
tidak ada ilmu pengetahuan yang kebenarannya absolut. Dan melihat suatu peristiwa
tertentu juga ketika ingin menilainya harus dilihat dari segala sisi, tidak hanya
terfokus pada satu sisi tertentu.
3. Pluralisme
Pluralisme merupakan ciri pemikiran postmodernisme selanjutnya. Hasil teknologi
modern dalam bidang transportasi dan komunikasi menjadikan era pluralisme
budaya dan agama telah semakin dihayati dan dipahami oleh banyak orang
dimanapun mereka berada. Adanya pluralisme budaya, agama, keluarga, ras,
ekonomi, sosial, suku pendidikan, ilmu pengetahuan, politik merupakan sebuah
realitas. Artinya bahwa mentoleransi adanya keragaman pemikiran, peradaban,
agama dan budaya. Sehingga menciptakan suatu adanya heterogen, bermacam-
macam bukan homogen. Keanekaragaman ini harus ditoleransi antara satu dengan
yang lainnya bukan saling menjatuhkan apalagi sampai terjadinya suatu konflik
tertentu.
H. Tokoh-Tokoh Postmodernisme
Ada beberapa tokoh yang bisa disebut mewakili era postmodernisme yaitu sebagai
berikut:
1) Jean-Francois Lyotard
Lyotard merupakan salah satu filsuf postmodernisme yang paling terkenal sekaligus
paling penting di antara filsuf-filsuf postmodernisme yang lainnya. Dua karya yang
menjadikannya terkenal baik di Perancis maupun diluar negeri yaitu The
Postmodernisme Condition dan The Differend. Karyanya itu juga baik sesuatu
ataupun seseorang yang ditolak bersuara terhadap sistem ideologis yang dominan
yang menentukan sesuatu yang dapat diterima dan tidak dapat diterima. Pemikiran
Lyotard tentang ilmu pengetahuan dari pandangan modernisme yang sebagai narasi
besar seperti kebebasan, kemajuan, dan sebagainya kini menurutnya mengalami
permasalahan yang sama seperti abad pertengahan yang memunculkan istilah religi,
nasional kebangsaan, dan kepercayaan terhadap keunggulan negara eropa untuk saat
ini tidak dapat dipercaya atau kurang tepat kebenarannya. Maka, postmodernisme
menganggap sesuatu ilmu tidak harus langsung diterima kebenarannya harus
diselidiki dan dibuktikan terlebih dahulu. Bagi Lyotard, ilmu pengetahuan
postmodernisme bukanlah semata-mata menjadi alat penguasa, ilmu pengetahuan
postmodern memperluas kepekaan kita terhadap pandangan yang berbeda dan
memperkuat kemampuan kita untuk bertoleransi atas pendirian yang tak mau
dibandingkan.
2) Michel Foucault
Michel Foucault merupakan seorang tokoh postmodernisme yang menolak
keuniversalan pengetahuan. Ada beberapa asumsi pemikiran pencerahan yang
ditolak oleh Foucault yaitu:
- Pengetahuan itu tidak ersifat metafisis, transendental, atau universal, tetapi
khas untuk setiap waktu dan tempat
- Tidak ada pengetahuan yang mampu menangkap katakter objektif dunia,
tetapi pengetahuan itu selalu mengambil perspektif.
- Pengetahuan tidak dilihat sebagai pemahaman yang netral dan murni, tetapi
selalu terikat dengan rezim-rezim penguasa.
Namun demikian, menurut Foucault, tidak ada perpisahan yang jelas, pasti,
dan final antara pemikiran pencerahan dan pasca-modern, atau antara modern dan
pasca-modern. Paradigma modern, kesadaran, dan objektivitas adalah dua unsur
membentuk rasional-otonom, sedangkan bagi Foucault pengetahuan bersifat
subjektif.
3) Jacques Derrida
Membahas filsuf yang satu ini tidak akan lepas dari buah pikirannya tentang
dekonstruksi. Istilah ini merupakan salah satu konsep kunci postmodernisme. Secara
etimologis, dekonstruksi adalah berarti mengurai, melepaskan, dan membuka.
Derrida menciptakan sebuah pemikiran dekonstruksi, yang merupakan salah satu
kunci pemikiran postmodernisme, yang mencoba memberikan sumbangan
mengenai teori-teori pengetahuan yang dinilai sangat kaku dan kebenarannya tidak
bisa dibantah, yang dalam hal ini pemikiran modernisme. Derrida mencoba untuk
meneliti kebenaran terhadap suatu teori pengetahuan yang baginya bisa dibantah
kebenarannya yang dalam arti bisa membuat teori baru asalkan hal tersebut dapat
terbukti kebenarannya dan dipertanggungjawabkan.
4) Jean Baudrillard
Pemikirannya memusatkan perhatian kepada kultur, yang dilihatnya
mengalami revolusi besar-besaran dan merupakan bencana besar. Revolusi kultural
itu menyebabkan massa menjadi semakin pasif ketimbang semakin berontak seperti
yang diperkirakan pemikir marxis. Dengan demikian, masa dilihat sebagai lubang
hitam yang menyerap semua makna, informasi, komunikasi, pesan dan sebagainya,
menjadi tidak bermakna. Massa menempuh jalan mereka sendiri, tak mengindahkan
upaya yang bertujuan memanipulasi mereka. Kekacauan, apatis, dan kelebaman ini
merupakan istilah yang tepat untuk melukiskan kejenuhan masa terhadap tanda
media, simulasi, dan hiperealitas. Bagi Jean Baudrillard, karya-karyanya
mempunyai sumbangan terhadap pemikiran teori sosial untuk postmodernisme yang
baginya bahwa objek konsumsi merupakan tatanan produksi. Sehingga baginya
masyarakat hidup dalam simulasi yang dicirikan dengan ketidakbermaknaan.
Karena manusia kehilangan identitasnya dan jati dirinya yang banyak terjadi pada
masa kontenporer. Tokoh inilah yang terkenal dengan menyebut dunia
postmodernisme sebagai kehidupan yang Hiperealitas.
5) Fedrick Jameson
Fedrick Jameson merupakan salah satu kritikus literatur berhaluan marxis
paling terkemuka. George Ritzer dalam Postmodern Social Theori, menempatkan
Jameson dengan Daniel Bell, kaum feminis dan teoritis multikultur. Jameson
menggunakan pola berfikir Marxis untuk menjelaskan epos historis yang baru
(postmodernisme), yang baginya bukan modification dari kapitalisme, melainkan
ekspansi darinya. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa periode historis yang ada
sekarang bukanlah keterputusan, melainkan kelanjutannya. Menurut Jameson,
postmodernisme memiliki dua ciri utama, yaitu pastiche dan schizofrenia. Jameson
mulai dengan menjelaskan bahwa modernisme besar didasarkan pada gaya yang
personal atau pribadi. Subjek individual borjois tidak hanya merupakan subjek masa
lalu, tapi juga mitos subjek yang tidak pernah benar-benar ada, hanya mistifikasi,
kata Jameson, yang tersisa adalah pastiche. Pastiche dari pastiche, tiruan gaya yang
telah mati. Kita telah kehilangan kemampuan memposisikan ini secara historis.
Postmodernisme memiliki konsep waktu yang khas. Jameson, menjelaskan apa
yang ia maksudkan dengan menggunakan teori schizofrena lacan. Schizofrenik
adalah pengalaman penanda material yang terpisah, terisolir, dan gagal membentuk
rangkaian yang koheren.
1. Filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau
ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Aspek
yang berperan adalah pendapat berbeda. Aliran rasionalisme menyatakan bahwa
sumber pengetahuan adalah kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Sedangkan aliran
empirisme yaitu meyakini pengalaman sumber pengetahuan yang berasal dari batin
maupun inderawi. Aliran kritisisme yaitu memadukan kedua pendapat berbeda.
2. Ciri-ciri filasfat modern yaitu subjektivitas, kritik, kemajuan.
3. Tokoh-tokoh filasafat modern yaitu untuk paham Rasionalisme (Decrates, Spinoza,
Leibiniz), paham Empirisme (Hobbes, Locke, Berkeley), Idealisme (Kant, Fichte),
Materialisme (Feuerbach, K. Marx), Positivisme (Comte).
4. Postmodernisme menghadirkan sebuah gagasan baru yang disebut dengan
postmodernisme dalam rangka melakukan dekonstruksi paradigma terhadap berbagai
bidang keilmuan, sebagai sebuah upaya untuk mengoreksi atau membuat dan bahkan
menemukan paradigma yang baru. Postmodernisme merupakan anti tesis dari
modernisme.
5. Ciri-ciri pemikiran postmodernisme antara lain Dekonstruktifisme, Relativisme, dan
Pluralisme.
6. Tokoh-tokoh Postmodernisme antara lain Jean-Francois Lyotard, Michael Foucault,
Jacques Derrida, Jean Baudrillard, dan Fedrick Jameson.
7. Kelebihannya postmodernisme dapat membuat kita peka terhadap kemungkinan bahwa
wacana besar positif, prinsip-prinsip etika positif, dapat diputar dan dipakai untuk
menindas manusia. Postmodernisme memiliki segi positif, yaitu keterbukaan untuk
kebhinekaan masyarakat, untuk toleransi, perlawanan terhadap monopoli, dominan
agama, aliran dan ideologi tertentu, hingga menguntungkan demokrasi.
8. Kelemahan postmodernisme yaitu postmodernisme yang sangat semangat
mempromosikan narasi-narasi kecil, ternyata buta terhadap kenyataan bahwa banyak
juga narasi kecil yang mengandung banyak kebusukan, yang kedua postmodernisme
tidak membedakan antara ideologi, ketiga menuntut untuk menyingkirkan cerita-cerita
besar demi cerita kecil atau lokal.
DAFTAR PUSTAKA