FILSAFAT PENDIDIKAN
Disusun Oleh :
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAMULANG
2024
1
BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat modern adalah filsafat yang lahir sebagai respon terhadap suasana filsafat
sebelumnya. Kefilsafatan sebelum masa modern adalah kefilsafatan yang bercorak tradisional
(Filsafat Yunani), yang bisa diartikan “berfilsafat dengan cara-cara lama”, sebagaimana arti
kata tradisional berbanding terbalik dengan arti kata modern yang bermakna sebagai “sesuatu
yang baru”. Makna modern (sesuatu yang baru), mencakup segenap sendi-sendi kehidupan
sosial dan budaya manusia yang terkait dengan dimensi materil dan spiritualnya, seputar
bagaimana cara mengetahui yang benar, kevalidan sesuatu, struktur pengetahuan itu sendiri
dan implementasi nilai-nilai yang terkandung dalam pengetahuan manusia.
Lahirnya filsafat dalam ruang sejarah manusia tidak dapat dilepaskan dari kondisi
yang melingkupinya. Demikianpun dengan wacana filsafat modern, selain dapat diartikan
sebagai filsafat yang merespon (mengkritisi, membongkar, kadang-kadang menguatkan)
tradisi dalam kurun waktu tertentu, modern juga mengandung nilai-nilai kesinambungan yang
berkelanjutan, berdasarkan keadaanya. Kebebasan berfikir selalu dibatasi oleh kekuasaan
gereja, hingga kondisi ini melahirkan sebuah kegelisahan intelektual oleh para ilmuan yang
bermuara pada lahirnya revolusi berfikir yang berontak terhadap keadaan tersebut. Suasana ini
menjadi latar sejarah lahirnya filsafat modern yang kelak menjadi penentu bangkitnya Eropa
modern dengan segala aspeknya.
Dengan demikian filsafat modern berarti filsafat yang mengandung kebaruan
berdasarkan waktunya, corak epistemologinya dan dinamika yang terjadi pada seputar
metodologi dan kerakteristiknya. Agar lebih memahami Filsafat Modern dan kontenporer
maka kita perlu mengetahui bagaimana awal perkembangan filsafat modern dan kontenpore?
Aliran-aliran dalam filsafat modern dan kontenpore? Bagaimana karakteristik filsafat modern
dan kontenporer?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Empirisme
Pada paham empirisme dinyatakan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain
didahului oleh pengalaman. Paham ini bertolak belakang dengan paham rasionalisme.
Pengalaman itu dapat yang bersifat lahirilah (yang menyangkut dunia), maupun yang batiniah
(yang menyangkut pribadi manusia). Menurut paham ini, pengenalan inderawi merupakan
bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna, alasannya karena ada batasan-batasan
5
yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui persepsi indera kita. Pelopor
aliran ini yaitu Francis Bacon dan dikembangkan oleh tokoh lainnya ialah Thomas Hobbes
(1588-1679), John Locke (1932-1704), David Hume (1711-1776).
3. Kriticisme
Aliran ini muncul pada abad ke-18, suatu zaman dimana seorang ahli pikir yang
cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara Rasionalisme dan Empirisme. Zaman
baru ini disebut zaman Pencerahan (aufklarung). Zaman pencerahan ini muncul dimana
manusia lahir dalam keadaan belum dewasa (dalam pemikiran filsafatnya). Seorang filosof
Jerman Immanuel Kant (1724-1804) menampilkan aliran ini bertujuan untuk menjembatani
pertentangan antara aliran rasional dan empiris. Sebagai latar belakangnya, Kant melihat
adanya kemajuan ilmu pengetahuan (ilmu pasti, biologi, filsafat dan sejarah) telah mencapai
hasil yang menggembirakan. Disisi lain, jalannya filsafat tersendat-sendat. Untuk itu
diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu pengetahuan alam. Pada
rasionalimse dan emperisme ternyata amat jelas pertentangan antara budi dan pengalaman.
Dalam kaitannya Kant mengatakan “Pengetahuan merupakan hasil dari dua unsur;
pengalaman dan kearifan akal budi. Pengalaman inderawi merupakan unsur a posteriori
(yang datang kemudian), sedangkan akal budi merupakan unsur a priori (yang datang lebih
dahulu)“.
4. Idealisme
Idealisme adalah aliran filsafat yang menjelaskan bahwa kebenaran (pengetahuan)
sesungguhnya bukan bersumber dari rasio atau empiri, melainkan dari gambaran manusia
tentang sesuatu pengamatan. Setelah Kant mengatakan tentang kemampuan akal manusia,
maka para murid Kant tidak puas terhadap batas kemampuan akal, alasnnya karena akal
murni tidak akan dapat mengenal hal yang berada di luar pengalaman. Untuk itu dicarinya
suatu dasar, yaitu suatu system metafisika (bahwa realitas dasar terdiri atas, adanya hubungan
erat dengan ide, pikiran atau jiwa) yang ditemukan lewat dasar tindakan: Aku sebagai sumber
yang sekonkret-konkretnya. Titik tolak tersebut dipakai dasar untuk membuat kesimplan
tentang keseluruhan yang ada. Pelopor aliran ini ialah J.G. Fichte (1762-1814), F.W.J.
Schelling (1775-1854), G.W.F. Hegel (1770-1831), Arthur Schopenhauer (1788-1860).
5. Positivisme
6
Positivisme ini lahir pada abad ke-19. Titik tolak pemikirannya ialah apa yang telah
diketahui adalah sesuatu yang faktual dan yang positif, sehingga aliran yang menganut
metafisika ditolaknya. Maksud positif adalah segala gejala dan segala yang tampak seperti apa
adanya, sebatas pengalaman- pengalaman objektif saja. Jadi, setelah fakta diperoleh, fakta-
fakta tersebut di olah dan di atur untuk dapat memberikan asumsi (proyeksi) pada masa
depan. Beberapa tokoh aliran ini ialah August Comte (1798-1857), John S. Mill (1806-1873),
Herbert Spencer (1820-1903).
6. Fenomenologi
Kata “fenomenologi” berasal dari kata Yunani “fenomenon”, yaitu sesuatu yang
tampak, yang terlihat karena bercakupan. Dalam bahasa indonesia biasa dipakai istilah
gejola. Jadi, fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomenon atau segala
sesuatu yang menampakkan diri. Tokoh aliran ini adalah Edmund Husserl (1859-1938).
7. Eksistensialisme
Kata eksistensialisme berasal dari kata eks = ke luar, dan sistensi atau sisto = berdiri,
menempatkan. Secara umum berarti, manusia dalam keberadaannya itu sadar bahwa dirinya
ada dan segala sesuatu keberadaannya ditentukan oleh subjek benda tersebut. Karena manusia
selalu terlihat di sekelilingnya, sekaligus sebagai miliknya. Upaya untuk menjadi miliknya itu
manusia harus berbuat menjadikan-merencanakan, yang berdasar pada pengalaman yang
nyata/konkret. Aliran ini merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan
berdasar pada eksistensinya. Artinya, bagaimana manusia berada dalam dunia. Pelopornya
ialah Soren Kierkegaard (1813-1855), Martin Heidegger, J.P Sartre, Karl Jaspers, Gabriel
Marcel.
8. Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani, kata pragma yang artinya tindakan,
perbuatan. Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria
kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata,
misalnya, berbagai pengalaman pribadi tentang kebenaran mistik, asalkan dapat membawa
kepraktisan dan bermanfaat. Artinya, segala sesuatu dapat diterima asalkan bermanfaat bagi
kehidupan.
Tokoh dari aliran Pragmatisme ialah William James (1842-1910), John Dewey (1859 M).
9. Evolusionisme
7
Aliran evolusionisme dalam pemikirannya memiliki konsep tentang perkembangan
segala sesuatu diatur oleh hukum-hukum mekanik, artinya pada hakikatnya dimungkinkan
adanya perkembangan manusia pada masa yang akan datang terbentuknya lebih
sempurna. Tokohnya: Carles Robert Darwin.
10. Materialisme
Aliran filsafat materialisme memandang bahwa realitas yang ada seluruhnya adalah
materi belaka. Dalam pandangan materialisme tentang manusia bahwa manusia adalah
benda, seperti halnya kayu dan batu yang pada akhirnya akan kembali kebentuk material
asalnya. Tokohnya: Julien De Temenrle.
8
pemakaian mesin-mesin mekanis), lalu revolusi II (dengan pemakaian listrik dan titik awal
pemakaian sinar-sinar), dan kemudian revolusi III yang ditandai dengan penggunaan
komputer yang sedang kita saksikan dewasa ini. Dengan demikian adanya perubahan
pandangan tentang ilmu pengetahuan mempunyai peranan penting dalam membentuk
peradaban dan kebudayaan manusia. Tokoh penemu di bidang sains pada zaman modern
(abad 17-19 M):
Sir Isaac Newton (1643-1727 M)
Leibniz (1646-1716 M)
Joseph Black (1728-1799 M)
Joseph Prestley (1733-1804 M)
Antonie Laurent Lavoiser (1743-1794 M)
J.J. Thompson
Perkembangan ilmu pada abad ke-18 telah melahirkan ilmu seperti taksonomi, ekonomi,
kalkulus, dan statistika, sementara pada abad ke-19 lahirlah pharmakologi, geofisika,
geomophologi, palaentologi, arkeologi, dan sosiologi. Pada tahap selanjutnya, ilmu-ilmu
zaman modern memengaruhi perkembangan ilmu zaman kontemporer.
Latar Belakang
2. Teknologi Informasi
11
Pada tahun 1937, seorang insinyur Amerika yang bernama Howard Aiken merancang
IBM Mark 7 yang merupakan nenek moyangnya computer mainframe saat ini. Komputer
tersebut menggunakn tabung valum dan elektro mekanikal dan bukan tombol-tombol
elektronis.
Komputer telah mengubah wajah peradaban Barat modern secara dratis sejak tahun 80-an.
Pada awalnya, komputer dikenal sebagai ”otak elektronis” yang mampu melakukan
bermacam-macam kegiatan dengan tingkat kesulitan yang berbeda-berbeda. Komputer
merevolusi ilmu matemtika melalui kemapuannya memperluas jangkauan otak jarak yang
ditempuh. Tren perkembangan komputer mutakhir cenderung menghendaki bentuk yang
semakin mengecil. Komputer juga tidak saja menjadi alat pengolahan data tapi juga
memasuki wilayah komunikasi interaksi dalam bentuk internet. Begitulah internet pun terus
dikembangkan hingga saat ini dengan berbagi fasilitas yang terdapat di dalamnya seperti e-
mail, chatting, download file dari berbagi situs, dan lain-lain.
12
2.9 Aliran-Aliran dalam Filsafat Barat Kontemporer
1. Pragmatisme
Di Amerika Serikat aliran Pragmatisme mendapat tempatnya yang tersendiri didalam
pemikiran filsafat, William James adalah orang yang memperkenalkan gagasan-gagasan
pragmatisme kepada dunia. Aliran Pragmatisme mengajarkan bahwa yang benar ialah apa
yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang
bermanfaat secara praktis. Aliran ini menganggap benar apa yang akibat-akibatnya
bermanfa’at secara praktis. Jadi patokan dari pragmatisme adalah bagaimana dapat
bermanfaat dalam kehidupan praktis. Dan pegangan pragmatisme adalah logika pengamatan.
Kebenaran mistis pun dapat diterima asalkan bisa bermanfa’at secara praktis misalnya ada
penyembuhan alternative yang menggunakan tenaga magis. Pengalaman pribadi yang benar
adalah pengalaman yang bermanfaat secara praktis. Tokoh-tokohnya: William James, Jhon
Dewey, F.C.S Schiller.
2. Vitalisme
Akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknik di awal abad XX
mengakibatkan perkembangan industrialisasi yang cepat pula, sehingga menjadikan segala
pemikiran diarahkan pada hal-hal yang bersifat bendawi saja, baik jagat raya, maupun
manusia dipandang sebagai mesin yang terdiri dari banyak bagian yang masing-masing
menempati tempatnya sendiri-sendiri. Serta bekerja menurut hukum yang telah ditentukan
bagi masing-masing bagian itu.
Aliran Vitalisme memandang bahwa kegiatan organisme hidup digerakkan oleh daya atau
prinsip vital dengan daya-daya fisik. Aliran ini timbul dari reaksi terhadap perkembangan
ilmu dan teknologi serta industrialisasi. Dimana segala sesuatu dapat dianalisa secara
matematis.
Tokoh-tokohnya: Henri Bergson
3. Fenomenologi
Kata Fenomenologi berasal dari Yunani fenomenon yang artinya sesuatu yang tampak,
terlihat karena bercahaya, dalam bahasa Indonesia disebut”gejala”.[12] Jadi fenomenologi
adalah suatu aliran yang membicarakan segala sesuatu selama hal itu tampak. Pelopor aliran
ini adalah Edmund Husserl. Tokoh-tokohnya: Edmund Husserl, Marx Secheler.
4. Eksistensialisme
13
Kata Eksistensi berasal dari kata eks (keluar) dan sistensi yang diturunkan dari kata
kerja sisto (berdiri, menempatkan) jadi eksistensialisme dapat diartikan manusia berdiri
sebagai diri sendiri dengan keluar dari dirinya. Manusia sadar bahwa dirinya ada. Ia dapat
meragukan segala sesuatu hal yang pasti yaitu bahwa dirinya ada.
Eksistensialisme adalah aliran Filsafat yang memandang segala gejala dengan berpangkal
pada eksistensi, Eksistensi sendiri merupakan cara berada manusia di dunia, dan cara ini
berbeda dengan cara berada makhluk-makhluk lainnya. Benda mati atau hewan tidak sadar
akan keberadaannya tetapi manusia menyadari keberadaannya, manusia sadar bahwa dirinya
sedang bereksistensi oleh sebab itu segala sesuatu berarti selama menyangkut dengan
manusia, dengan kata lain manusia memberikan arti pada segalanya, manusia menentukan
perbuatannya sendiri, ia memahami diri sebagai pribadi yang bereksistensi.
Dalam teori ini berpandangan bahwa manusia adalah eksistensinya mendahului
esensinya (hakikat), dan sebaliknya benda-benda lain esensinya mendahului eksistensinya,
sehingga manusia dapat menentukan diri sendiri menurut proyeksinya sendiri, hidupnya tidak
ditentukan lebih dulu, sebaliknya benda-benda lain bertindak menurut esensi atau kodrat yang
memang tak dapat dielakkan. Tokoh-tokohnya: Jean Paul Sartre, Gabriel Marcel.
5. Filsafat Analitis
Aliran Filsafat Analitis ini pertama muncul di Inggris dan Amerika serikat sejak tahun 1950,
Filsafat analitis sering juga disebut filsafat bahasa, filsafat ini merupakan reaksi dari
idealisme, khususnya neohegelianisme di inggris. Para penganutnya menyibukkan diri dengan
analisis bahasa dan konsep-konsep. Tokoh-Tokohnya: Bertrand Russel, Ludwig Wittgenstein,
Gilbert Ryle, John Langsaw Austin.
6. Strukturalisme
Strukturalisme muncul diprancis pada tahun 1960an, dan dikenal juga dalam
linguistic, psiatri dan sosiologi, strukturalisme pada dasarnya menegaskan bahwa masyarakat
dan kebudayaan memiliki struktur yang sama dan tetap, maka kaum strukturalis menyibukkan
diri dengan menyelidiki struktur-struktur tersebut. Tokoh-tokohnya: Levi Strauss, Jacques
Lacan, Michel Foucault.
7. Postmodernisme
Aliran Post Modernisme ini muncul sebagai reaksi terhadap modernisme dengan
segala dampaknya, pengertian postmodern bukan sesuatu yang baru dalam filsafat Lyotard
14
menjadi orang pertama yang mengintroduksikan istilah ini ke dalam filsafat. Tokoh-tokohnya:
Jean Francois Lyotard.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Filsafat Modern merupakan pembagian dalam sejarah filsafat Barat yang menjadi
tanda berakhirnya era skolatisisme. Tidak mudah untuk membuat suatu batas yang tegas
antara periode Renaissance dan periode modern. Sebagian orang menganggap bahwa periode
modern hanyalah perluasan periode Renaissance.
Zaman modern sangat dinanti-nantikan oleh banyak pemikir manakala mereka
mengingat zaman kuno ketika peradaban begitu bebas, pemikiran tidak dikekang oleh
tekanan-tekanan di luar dirinya.
Filsafat abad modern pada pokoknya dimulai dengan tiga aliran, yaitu:
Aliran Rasionalisme dengan tokohnya Rene Descartes (1596-1650 M).
Aliran Empirisme dengan tokohnya Francis Bacon (1210-1292)
Aliran Kriticisme dengan tokohnya Immanuel Kant (1724-1804 M).
Ciri filsafat Kontemporer adalah sebagai reaksi dari berkembangnya filsafat modern
yang semakin melenceng, pemikiran Kontemporer ini berusaha mengkritik Logosentrisme,
rasionalisme filsafat modern yang berusaha menjadika rasio sebagai instrumen utama,
perkembangan Filsafat kontemporer berada dalam dua jalur yakni filsafat Holistic dan filsafat
dekonstruksi.
Aliran-aliran yang muncul pada abad ini adalah Pragmatisme, vitalisme,
Fenomenologi, Eksistensialisme, Filsafat Analitis (filsafat bahasa), Strukturalisme dan
Postmodernisme.
16
Selain aliran itu, juga muncul aliran-aliran besar beserta tokoh dan pemikirannya
yangikut berperan mengisi lembaran filsafat modern, antara lain yaitu idealisme,
materialisme, positivisme, fenomenologi, eksistensialisme dan pragmatisme.
DAFTAR PUSTAKA
17