Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MATA KULIAH

FILSAFAT PENDIDIKAN

Tema : Perkembangan ilmu zaman modern – kontemporer


Dosen Pengampu : Dr. Hj. Sri Utaminingsih, S.H., S.Pd., M.M.Pd., M.H.

Disusun Oleh :

Ading Sunarto (NIM : 231012750015)

Legista (NIM : 231012750014)

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAMULANG
2024

1
BAB I
PENDAHULUAN

Filsafat modern adalah filsafat yang lahir sebagai respon terhadap suasana filsafat
sebelumnya. Kefilsafatan sebelum masa modern adalah kefilsafatan yang bercorak tradisional
(Filsafat Yunani), yang bisa diartikan “berfilsafat dengan cara-cara lama”, sebagaimana arti
kata tradisional berbanding terbalik dengan arti kata modern yang bermakna sebagai “sesuatu
yang baru”. Makna modern (sesuatu yang baru), mencakup segenap sendi-sendi kehidupan
sosial dan budaya manusia yang terkait dengan dimensi materil dan spiritualnya, seputar
bagaimana cara mengetahui yang benar, kevalidan sesuatu, struktur pengetahuan itu sendiri
dan implementasi nilai-nilai yang terkandung dalam pengetahuan manusia.
Lahirnya filsafat dalam ruang sejarah manusia tidak dapat dilepaskan dari kondisi
yang melingkupinya. Demikianpun dengan wacana filsafat modern, selain dapat diartikan
sebagai filsafat yang merespon (mengkritisi, membongkar, kadang-kadang menguatkan)
tradisi dalam kurun waktu tertentu, modern juga mengandung nilai-nilai kesinambungan yang
berkelanjutan, berdasarkan keadaanya. Kebebasan berfikir selalu dibatasi oleh kekuasaan
gereja, hingga kondisi ini melahirkan sebuah kegelisahan intelektual oleh para ilmuan yang
bermuara pada lahirnya revolusi berfikir yang berontak terhadap keadaan tersebut. Suasana ini
menjadi latar sejarah lahirnya filsafat modern yang kelak menjadi penentu bangkitnya Eropa
modern dengan segala aspeknya.
Dengan demikian filsafat modern berarti filsafat yang mengandung kebaruan
berdasarkan waktunya, corak epistemologinya dan dinamika yang terjadi pada seputar
metodologi dan kerakteristiknya. Agar lebih memahami Filsafat Modern dan kontenporer
maka kita perlu mengetahui bagaimana awal perkembangan filsafat modern dan kontenpore?
Aliran-aliran dalam filsafat modern dan kontenpore? Bagaimana karakteristik filsafat modern
dan kontenporer?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Modern


Filsafat zaman modern adalah pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran
agama, tidak juga dari para penguasa tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek
mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber
pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme,
sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang
inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda.

2.2 Perkembangan Filsafat Modern


Masa modern menjadi identitas di dalam filsafat modern. Pada masa
ini rasionalisme semakin dipikirkan. Tidak gampang untuk menentukan mulai dari
kapan abad pertengahan berhenti. Namun, dapat dikatakan bahwa abad pertengahan itu
berakhir pada abad 15 dan 16 atau pada akhir masa Renaissance. Masa setelah abad
pertengahan adalah masa modern. Sekalipun, memang tidak jelas kapan berakhirnya abad
pertengahan itu. Akan tetapi, ada hal-hal yang jelas menandai masa modern ini, yaitu
berkembang pesat berbagai kehidupan manusia Barat, khususnya dalam bidang kebudayaan,
ilmu pengetahuan, dan ekonomi. Usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan
klasik Yunani-Romawi. Kebudayaan ini pulalah yang diresapi oleh suasana kristiani. Di
bidang filsafat, terdapat aliran yang terus mempertahankan masa klasik.
Pada masa Renaissance ini tidak menghasilkan karya-karya yang penting. Satu hal
yang yang menjadi perhatian pada masa Renaissance ini adalah ketika kita melihat
perkembangan pemikirannya. Perkembangan pada masa ini menimbulkan sebuah masa yang
amat berperan di dalam dunia filsafat. Inilah yang menjadi awal dari masa modern.
Timbulnya ilmu pengetahuan yang modern, berdasarkan metode eksperimental dan
matematis. Segala sesuatunya, khususnya di dalam bidang ilmu pengetahuan mengutamakan
logika dan empirisme. Aristotelian menguasai seluruh Abad Pertengahan ini melalui hal-hal
tersebut.
Pada masa Modern terjadi perkembangan yang pesat pada bidang ekonomi. Hal ini
terlihat dari kota-kota yang berkembang menjadi pusat perdagangan, pertukaran barang,
kegiatan ekonomi monoter, dan perbankan. Kaum kelas menengah melakukan upaya untuk
bangkit dari keterpurukan dengan mengembangkan suatu kebebasan tertentu. Kebebasan ini
berkaitan dengan syarat-syarat dasar kehidupan. Segala macam barang kebutuhan bisa dibeli
3
dengan uang. Makanisme pasar pun sudah mulai mengambil peranan penting untuk menuntut
manusia untuk rajin, cerdik, dan cerdas. Dari sudut pandang sosio-ekonomi menjelaskan
bahwa individu berhadapan dengan tuntutan-tuntutan baru dan praktis yang harus dijawab
berdasarkan kemampuan akal budi yang mereka miliki. Kemampuan ini tanpa harus mengacu
kepada otoritas lain, entah itu dari kekuasaan gereja, tuntutan tuan tanah feodal, maupun
ajaran muluk-muluk dari para filsuf.
Dari sudut pandang sejarah Filsafat Barat melihat bahwa masa modern merupakan
periode dimana berbagai aliran pemikiran baru mulai bermunculan dan beradu dalam kancah
pemikiran filosofis Barat. Filsafat Barat menjadi panggung perdebatan antar filsuf terkemuka.
Setiap filsuf tampil dengan gaya dan argumentasinya yang khas. Argumentasi mereka pun
tidak jarang yang bersifat kasar dan sinis, kadang tajam dan pragmatis, ada juga yang
sentimental.

2.3 Ciri-Ciri Filsafat Modern


Filsafat zaman modern ditandai dengan perubahan dalam bentuk-bentuk kesadaran
atau pola-pola berpikir. Sebagai bentuk kesadaran, modernitas dicirikan dengan tiga hal yaitu;
subjektivitas, kritik dan kemajuan.
Dengan subjektivitas dimaksudkan bahwa manusia menyadari dirinya sebagai
subjectum, yaitu sebagai pusat realitas yang menjadi ukuran segala sesuatu. Lewat
modernisasi manusia lebih menyadari dirinya sebagai individu. Di dalam filsafat kita
mendengar pernyataan Decartes yang sangat terkenal yaitu Cogito Ergo Sum (Saya berpikir
maka saya ada). Pernyataan itu adalah formulasi padat kesadaran zaman modern yang terus
dipertahankan. Manusia sebagai individu bisa mengetahui kenyataan dengan rasionya sendiri.
Elemen selanjutnya adalah kritik. Dengan kritik dimaksudkan bahwa rasio tidak hanya
menjadi sumber pengetahuan, melainkan juga menjadi kemampuan praktik untuk
membebaskan individu dari wewenang tradisi atau untuk menghancurkan parsangka-
prasangka yang menyesatkan. Kant merumuskan kritik sebagai keberanian untuk berpikir
sendiri di luar tuntunan tradisi atau otoritas. Subjektivitas dan kritik pada gilirannya
mengandaikan keyakinan akan kemajuan.
Dengan kemajuan dimaksudkan bahwa manusia menyadari waktu sebagai sumber
langka yang tak terulangi. Waktu dialami sebagai rangkaian peristiwa yang mengarah pada
satu tujuan yang dituju oleh subjektivitas dan kritik tersebut. Selain itu ada dua hal yang
menandai sejarah modern, yakni runtuhnya otoritas gereja dan mengual otoritas Sains. Dua
hal itu yang pada dasarnya menjelaskan lain-lainnya.
4
2.4 Aliran, Tokoh dan Pemikirannya Pada Masa Modern
1. Rasionalisme
Latar belakang munculnya konsep pemikiran Rasionalisme ialah keinginan untuk
membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional (skolastik), yang pernah diterima, tetapi
ternyata tidak mampu menangani hasil-hasil yang dihadapi. Descartes menginginkan cara
baru dalam berpikir, maka diperlukan titik tolak pemikiran pasti yang ditemukan dalam
keragu-raguan. segala sesuatu bisa disangsikan tapi subjek yang berfikir menguatkan kepada
kepastian.
Descartes menerapkan pembagian tegas antara realitas pikiran dan realitas yang meluas.
Descartes menerima 3 realitas atau substansi bawaan, yang sudah ada sejak kita lahir, yaitu:
1. Realitas pikiran (res cogitan): pikiran sesungguhnya adalah kesadaran, tidak mengambil
ruang dan tak dapat dibagi-bagi menjadi bagian yang lebih kecil.
2. Realitas perluasan (res extensa, "extention") atau materi: materi adalah keluasan,
mengambil tempat dan dapat dibagi-bagi, dan tak memiliki kesadaran.
3. Tuhan (sebagai wujud yang seluruhnya sempurna, penyebab sempurna dari kedua realitas
itu): kedua substansi berasal dari Tuhan, sebab hanya Tuhan sajalah yang ada tanpa
tergantung pada apapun juga.
Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa karena pendapatnya yang
revolusioner bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa
berpikir (Rasionalisme). Pemikiran Descartes yang penting adalah diktum kesangsian. Dalam
bahasa Latin kalimat ini adalah: cogito ergo sum sedangkan dalam bahasa Perancis adalah: Je
pense donc je suis. Arti dari keduanya adalah: “Aku berpikir maka aku ada”. (Ing: I think,
therefore I am). Pelopor dari alirannya adalah Rene Descartes (1596-1650), Spinoza (1632-
1677), Leibniz (1646-1716).

2. Empirisme
Pada paham empirisme dinyatakan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain
didahului oleh pengalaman. Paham ini bertolak belakang dengan paham rasionalisme.
Pengalaman itu dapat yang bersifat lahirilah (yang menyangkut dunia), maupun yang batiniah
(yang menyangkut pribadi manusia). Menurut paham ini, pengenalan inderawi merupakan
bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna, alasannya karena ada batasan-batasan

5
yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui persepsi indera kita. Pelopor
aliran ini yaitu Francis Bacon dan dikembangkan oleh tokoh lainnya ialah Thomas Hobbes
(1588-1679), John Locke (1932-1704), David Hume (1711-1776).

3. Kriticisme
Aliran ini muncul pada abad ke-18, suatu zaman dimana seorang ahli pikir yang
cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara Rasionalisme dan Empirisme. Zaman
baru ini disebut zaman Pencerahan (aufklarung). Zaman pencerahan ini muncul dimana
manusia lahir dalam keadaan belum dewasa (dalam pemikiran filsafatnya). Seorang filosof
Jerman Immanuel Kant (1724-1804) menampilkan aliran ini bertujuan untuk menjembatani
pertentangan antara aliran rasional dan empiris. Sebagai latar belakangnya, Kant melihat
adanya kemajuan ilmu pengetahuan (ilmu pasti, biologi, filsafat dan sejarah) telah mencapai
hasil yang menggembirakan. Disisi lain, jalannya filsafat tersendat-sendat. Untuk itu
diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu pengetahuan alam. Pada
rasionalimse dan emperisme ternyata amat jelas pertentangan antara budi dan pengalaman.
Dalam kaitannya Kant mengatakan “Pengetahuan merupakan hasil dari dua unsur;
pengalaman dan kearifan akal budi. Pengalaman inderawi merupakan unsur a posteriori
(yang datang kemudian), sedangkan akal budi merupakan unsur a priori (yang datang lebih
dahulu)“.

4. Idealisme
Idealisme adalah aliran filsafat yang menjelaskan bahwa kebenaran (pengetahuan)
sesungguhnya bukan bersumber dari rasio atau empiri, melainkan dari gambaran manusia
tentang sesuatu pengamatan. Setelah Kant mengatakan tentang kemampuan akal manusia,
maka para murid Kant tidak puas terhadap batas kemampuan akal, alasnnya karena akal
murni tidak akan dapat mengenal hal yang berada di luar pengalaman. Untuk itu dicarinya
suatu dasar, yaitu suatu system metafisika (bahwa realitas dasar terdiri atas, adanya hubungan
erat dengan ide, pikiran atau jiwa) yang ditemukan lewat dasar tindakan: Aku sebagai sumber
yang sekonkret-konkretnya. Titik tolak tersebut dipakai dasar untuk membuat kesimplan
tentang keseluruhan yang ada. Pelopor aliran ini ialah J.G. Fichte (1762-1814), F.W.J.
Schelling (1775-1854), G.W.F. Hegel (1770-1831), Arthur Schopenhauer (1788-1860).

5. Positivisme

6
Positivisme ini lahir pada abad ke-19. Titik tolak pemikirannya ialah apa yang telah
diketahui adalah sesuatu yang faktual dan yang positif, sehingga aliran yang menganut
metafisika ditolaknya. Maksud positif adalah segala gejala dan segala yang tampak seperti apa
adanya, sebatas pengalaman- pengalaman objektif saja. Jadi, setelah fakta diperoleh, fakta-
fakta tersebut di olah dan di atur untuk dapat memberikan asumsi (proyeksi) pada masa
depan. Beberapa tokoh aliran ini ialah August Comte (1798-1857), John S. Mill (1806-1873),
Herbert Spencer (1820-1903).

6. Fenomenologi
Kata “fenomenologi” berasal dari kata Yunani “fenomenon”, yaitu sesuatu yang
tampak, yang terlihat karena bercakupan. Dalam bahasa indonesia biasa dipakai istilah
gejola. Jadi, fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomenon atau segala
sesuatu yang menampakkan diri. Tokoh aliran ini adalah Edmund Husserl (1859-1938).

7. Eksistensialisme
Kata eksistensialisme berasal dari kata eks = ke luar, dan sistensi atau sisto = berdiri,
menempatkan. Secara umum berarti, manusia dalam keberadaannya itu sadar bahwa dirinya
ada dan segala sesuatu keberadaannya ditentukan oleh subjek benda tersebut. Karena manusia
selalu terlihat di sekelilingnya, sekaligus sebagai miliknya. Upaya untuk menjadi miliknya itu
manusia harus berbuat menjadikan-merencanakan, yang berdasar pada pengalaman yang
nyata/konkret. Aliran ini merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan
berdasar pada eksistensinya. Artinya, bagaimana manusia berada dalam dunia. Pelopornya
ialah Soren Kierkegaard (1813-1855), Martin Heidegger, J.P Sartre, Karl Jaspers, Gabriel
Marcel.

8. Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani, kata pragma yang artinya tindakan,
perbuatan. Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria
kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata,
misalnya, berbagai pengalaman pribadi tentang kebenaran mistik, asalkan dapat membawa
kepraktisan dan bermanfaat. Artinya, segala sesuatu dapat diterima asalkan bermanfaat bagi
kehidupan.
Tokoh dari aliran Pragmatisme ialah William James (1842-1910), John Dewey (1859 M).

9. Evolusionisme
7
Aliran evolusionisme dalam pemikirannya memiliki konsep tentang perkembangan
segala sesuatu diatur oleh hukum-hukum mekanik, artinya pada hakikatnya dimungkinkan
adanya perkembangan manusia pada masa yang akan datang terbentuknya lebih
sempurna. Tokohnya: Carles Robert Darwin.

10. Materialisme
Aliran filsafat materialisme memandang bahwa realitas yang ada seluruhnya adalah
materi belaka. Dalam pandangan materialisme tentang manusia bahwa manusia adalah
benda, seperti halnya kayu dan batu yang pada akhirnya akan kembali kebentuk material
asalnya. Tokohnya: Julien De Temenrle.

11. Neo- Kantianisme


Herman Chohen, seorang tokoh neo- kantianisme mengemukakan bahwa
keyakinannya pada otoritas akal manusia untuk mencipta. Karena segala sesuatu itu baru
dikatakan ada apabila terlebih dahulu dipikirkan sehingga apa yang dipikirkan akan
melahirkan isi pikiran. Tokohnya: Wilhem Windelband, Herman Cohen

12. Filsafat Hidup


Filsafat hidup dipengaruhi oleh kemajuan iptek dalam kehidupan manusia sehingga
menimbulkan pandangan bahwa peranan akal pikir hanya digunakan untuk menganalisis
sampai menyusun suatu sintesis baru.Tokohnya: Aotan Henry Bergson.

13. Neo- Thomisme


Aliran ini adalah aliran yang mengikuti paham Thomas Aquinas. Paham thomisme
yaitu pertama, paham yang menganggap bahwa ajaran Thomas tidak sempurna. Kedua,
paham yang menganggap bahwa walaupun ajaran Thomas tidak sempurna masih terdapat hal-
hal yang belum dibahas. Ketiga, paham yang menganggap bahwa ajaran Thomas harus diikuti
akan tetapi tidak boleh dianggap ajarannya betul- betul sempurna. Tokohnya: Thomas
Aquinas.

2.5 Sejarah Perkemangan Ilmu Pada Masa Modern


Epistemologis perkembangan ilmu pada masa modern adalah munculnya pandangan
baru mengenai ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan selama masa modern sangat
mempengaruhi dan mengubah manusia dan dunianya. Terjadilah revolusi I (dengan

8
pemakaian mesin-mesin mekanis), lalu revolusi II (dengan pemakaian listrik dan titik awal
pemakaian sinar-sinar), dan kemudian revolusi III yang ditandai dengan penggunaan
komputer yang sedang kita saksikan dewasa ini. Dengan demikian adanya perubahan
pandangan tentang ilmu pengetahuan mempunyai peranan penting dalam membentuk
peradaban dan kebudayaan manusia. Tokoh penemu di bidang sains pada zaman modern
(abad 17-19 M):
 Sir Isaac Newton (1643-1727 M)
 Leibniz (1646-1716 M)
 Joseph Black (1728-1799 M)
 Joseph Prestley (1733-1804 M)
 Antonie Laurent Lavoiser (1743-1794 M)
 J.J. Thompson
Perkembangan ilmu pada abad ke-18 telah melahirkan ilmu seperti taksonomi, ekonomi,
kalkulus, dan statistika, sementara pada abad ke-19 lahirlah pharmakologi, geofisika,
geomophologi, palaentologi, arkeologi, dan sosiologi. Pada tahap selanjutnya, ilmu-ilmu
zaman modern memengaruhi perkembangan ilmu zaman kontemporer.
Latar Belakang

2.6 Latar Belakang Munculnya Filsafat Kontemporer


Filsafat barat kontemporer ini muncul pada abad XX sebagai kritik dari filsafat
modern, hal ini dapat terungkap dalam istilah dekonstruksi, yang didekonstruksi oleh filsafat
kontemporer ini adalah rasionalisme yang digunakan untuk membangun seluruh isi
kebudayaan dunia barat. Tokoh-tokoh besar banyak bermunculan pada abad XX ini seperti
Arkoun, Derrida, Foucault, Wittgenstein dll. Menurut Ahmad Tafsir dalam bukunya Filsafat
Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, Nietzsche adalah tokoh pertama yang
sudah menyatakan ketidak puasannya terhadap dominasi atau pendewaan rasio pada tahun
1880an. Jadi menurutnya tokoh pertama filsafat dekontruksi adalah Nietzsche. Dengan alasan
pada tahun 1880an Nietzsche menyatakan bahwa budaya Barat telah berada di ambang
kehancuran karena terlalu mendewakan rasio, kemudian baru tahun 1990 Capra juga
mengatakan demikian.
Rasionalisme Filsafat modern perlu di dekonstruksi menurut Ahmad Tafsir karena ia
Filsafat yang keliru dan juga keliru cara penggunaannya, akibatnya budaya Barat menjadi
hancur. Renaissance yang secara berlebihan mendewakan rasio manusia. Mencerminkan
kelemahan manusia modern. Akibatnya timbullah kecenderungan untuk menyisihkan seluruh
9
nilai dan norma yang berdasarkan agama dalam memandang kenyataan hidup, sehingga
manusia modern yang mewarisi sikap positivistic cenderung menolak keterkaitan antara
substansi jasmani dan rohani manusia, mereka juga menolak adanya hari akhirat, akibatnya
manusia terasing tanpa batas, kehilangan orientasi dan sebagai konsekuensinya lahirlah
trauma kejiwaan dan ketidakstabilan hidup.
Perlu diingat filsafat Barat kontemporer sangat heterogen, karena profesionalisme
yang semakin besar akibatnya muncul banyak filsuf yang ahli dibidang Matematika, Fisika,
Psikologi, Sosiologi ataupun Ekonomi. Sehingga banyak pemikiran lama dihidupkan kembali
seperti neothomisme, neokantianisme, neopositivisme dan sebagainya.
Dimasa ini Prancis, Inggris dan Jerman tetap merupakan Negara-negara yang paling depan
dalam filsafat, sehingga pada umumnya orang membagi periodisasi filsafat Barat kontempoter
menjadi dua, pertama filsafat kontinental meliputi Prancis dan Jerman, kedua Filsafat
Anglosakson meliputi Inggris.

2.7 Perkembangan Filsafat Barat Kontemporer


Filsafat kontemporer yang di awali pada awal abad ke-20, ditandai oleh variasi
pemikiran filsafat yang sangat beragam dan kaya. Mulai dari analisis Bahasa kebudayaan
(antara lain, Posmodernisme), kritik social, metodologi (fenomenologi, heremeutika,
strukturalisme), filsafat hidup (Eksistensialisme), filsafat ilmu, sampai filsafat tentang
perempuan (Feminisme). Tema-tema filsafat yang banyak dibahas oleh para filsuf dari
periode ini antara lain tentang manusia dan bahasa manusia, ilmu pengetahuan, kesetaraan
gender, kuasa dan struktur yang mengungkung hidupmanusia, dan isu-isu actual yang
berkaitan dengan budaya, social, politik, ekonomi, teknologi, moral, ilmu pengetahuan, dan
hak asasi manusia. Ciri lainnya adalah filsafat dewasa ini ditandai oleh profesionalisasi
disiplin filsafat. Maksudnya, para filsuf bukan hanya professional di bidang masing-masing,
tetapi juga mereka telah membentuk komunitas-komunitas dan asosiasi-asosiasi professional
dibidang-bidang tertentu berdasarkan pada minat dan keahlian merekamasing-masing (Zaenal,
2011: 124). Sejumlah filsuf sebagai filsuf-filsuf kontemporer antara lain adalah:
WilhelmDilthey (1833-1911), Edmund Husserl (1859-1938), Henri Bergson (1858-1941),
Ernst Cassirer (1874-1945), Bertrand Russell (1872-1970).
Filsafat Kontemporer muncul diawali sikap ingin mendobrak teori Filsafat Modern
yang menggunakan keuniversalitasan kebenara tunggal dan bebas nilai. Oleh sebab itu salah
satu ciri yang terdapat dalam Filsafat Kontempoter ini mengagungkan nilai-nilai relatifitas
dan mini narasi, dan lebih cenderung beragam dalam pemikiran.
10
Di antara ilmu-ilmu yang di bicarakan para filsuf, maka Fisika menempati kedudukan yang
paling tinggi. Fisika di pandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materialnya
mengandung unsure-unsur Fundamental yang membentuk alam semesta. Fisikawan yang
termasyur abad 20-an adalah Albert Einstein. Ia menyatakan bahwa alam itu takberhingga
besarnya dan tak berbatas, tetapi juga tak berubah status totalitasnya atau bersifat statis dari
waktu ke waktu.
Di samping teori mengenai Fisika, teori alam semesta, maka zaman kontemporer ini tandai
dengan penemuan berbagai teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan informasi termasuk
salah satu yang mengalami kemajuan sangat pesat. Mulai dari penemuan computer, berbagai
satelit komunikasi, internet, dan lain sebagainya.
Bidang ilmu lain juga mengalami kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi-spesialisasi
ilmu yang semkin tajam. Ilmuan kontemporer mengetahui sedikit tetapi secara mendalam.
Ilmu kedoktoran semakin menajam spesialis dan subspesialis.
Ciri filsafat Kontemporer adalah sebagai reaksi dari berkembangnya filsafat modern yang
semakin melenceng, pemikiran Kontemporer ini berusaha mengkritik Logosentrisme filsafat
modern yang berusaha menjadika rasio sebagai instrumen utama, perkembangan Filsafat
kontemporer berada dalam dua jalur yakni filsafat Holistic dan filsafat dekonstruksi.

2.8 Contoh Perkembangan Ilmu Di Zaman Kontemporer


1. Teknologi Rekayasa Genetika
Salah satu bentuk perkembangan ilmu zaman kontemporer yang sangat masyhur
adalah di bidang rekayasa genetika berupa teknologi cloning. Empat tahun kemudian tepatnya
pada tanggal 23 februari 1997, Dr. Ian Wilmut dari pertama dengan kelahiran domba yang
diberi nama Dolly. Teknik yang di gunakan oleh Dr. Wallimut dikenal dengan alih inti sel
somatik, yaitu mengambil inti sel somatik domba jenis tertentu (sebut misalnya domba A)
untuk kemudian untuk diijenikasikan kedalam sel telurdomba jenis yang lannya. Sebelum
ijeksi dilakukan, sel telur tersebut sudah diambil terlebih dahulu inti selnya (dikosongkan).
Dengan suatu loncatanlistrik, inti sel domba A akan berkembang dan membelah, dan pada
akhirnya akan tumbuh menjadi individu baru. Begitulah teknik rekayasa genetika berkembang
dari waktu ke waktu. Dan setelah berbagai keberhasilan teknik kloning yang telah pernah
lakukan, para ahli malah lebih berencana menerapkan kloning pada manusia. Dari ide inilah,
wancana kloning menjadi sesuatu yang semakin controversial.

2. Teknologi Informasi

11
Pada tahun 1937, seorang insinyur Amerika yang bernama Howard Aiken merancang
IBM Mark 7 yang merupakan nenek moyangnya computer mainframe saat ini. Komputer
tersebut menggunakn tabung valum dan elektro mekanikal dan bukan tombol-tombol
elektronis.
Komputer telah mengubah wajah peradaban Barat modern secara dratis sejak tahun 80-an.
Pada awalnya, komputer dikenal sebagai ”otak elektronis” yang mampu melakukan
bermacam-macam kegiatan dengan tingkat kesulitan yang berbeda-berbeda. Komputer
merevolusi ilmu matemtika melalui kemapuannya memperluas jangkauan otak jarak yang
ditempuh. Tren perkembangan komputer mutakhir cenderung menghendaki bentuk yang
semakin mengecil. Komputer juga tidak saja menjadi alat pengolahan data tapi juga
memasuki wilayah komunikasi interaksi dalam bentuk internet. Begitulah internet pun terus
dikembangkan hingga saat ini dengan berbagi fasilitas yang terdapat di dalamnya seperti e-
mail, chatting, download file dari berbagi situs, dan lain-lain.

3. Santri, Priyayi, dan Abangan


Dalam kajian ilmu sosial keagamaan di Indonesia, penelitian Clifford Geertz yang
dalam versi aslinya berjudul The Religion Of Java merupakan satu bahasan yang menarik.
Arti penting dari karya Geertz the Religion of java adalah sumbangannya kepada pengetahuan
kita mengenai system-sistem symbol yaitu bagaiman hubungan antara struktur sosial yang ada
dalam suatu masyarakat dengan mengorganisasian dan perwujudan symbol-simbol, dan
bagaimana para anggota masyarakat mewujudkan adanya integrasi dan disentergrasi dengan
cara mengorganisasi dan mewujudkan smbol-simbol tertentu, sehingga perbedaan-perbedaan
yang tampakdiantara struktur-struktur sosial yang ada dalam masyarakat tersebut hanyalah
bersifat kontemporer.
Tiga lingkungan yang berbeda (yaitu perdesaan, pasar dan kantor pemerintah) yang
dibarengi dengan latar belakang sejarah kebudayaan yang berbeda telah mewujudkan adanya
abangan (yang menekankan animistic), Santri (yang menekankan aspek-aspek islam), dan
Priyayi (yang menekankan aspek-aspek Hindu). Abangan, Santri, dan Priyayi yang masing-
masing merupakan struktur-struktur sosial yang berlainan, tetapi masing-masing saling
melengkapi satu sama lainnya dalam mewujudkan adanya system sosial jawa yang berlaku
umum di Mojokuto. Inilah sesunggguhnya tesis Gerrrtz yang diusahakan untukdiperlihatkan
dalam bukunya The Religion of java, yaitu agama bukan hanya memainkan peranan pemecah
belah dalam Masyarakat

12
2.9 Aliran-Aliran dalam Filsafat Barat Kontemporer
1. Pragmatisme
Di Amerika Serikat aliran Pragmatisme mendapat tempatnya yang tersendiri didalam
pemikiran filsafat, William James adalah orang yang memperkenalkan gagasan-gagasan
pragmatisme kepada dunia. Aliran Pragmatisme mengajarkan bahwa yang benar ialah apa
yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang
bermanfaat secara praktis. Aliran ini menganggap benar apa yang akibat-akibatnya
bermanfa’at secara praktis. Jadi patokan dari pragmatisme adalah bagaimana dapat
bermanfaat dalam kehidupan praktis. Dan pegangan pragmatisme adalah logika pengamatan.
Kebenaran mistis pun dapat diterima asalkan bisa bermanfa’at secara praktis misalnya ada
penyembuhan alternative yang menggunakan tenaga magis. Pengalaman pribadi yang benar
adalah pengalaman yang bermanfaat secara praktis. Tokoh-tokohnya: William James, Jhon
Dewey, F.C.S Schiller.

2. Vitalisme
Akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknik di awal abad XX
mengakibatkan perkembangan industrialisasi yang cepat pula, sehingga menjadikan segala
pemikiran diarahkan pada hal-hal yang bersifat bendawi saja, baik jagat raya, maupun
manusia dipandang sebagai mesin yang terdiri dari banyak bagian yang masing-masing
menempati tempatnya sendiri-sendiri. Serta bekerja menurut hukum yang telah ditentukan
bagi masing-masing bagian itu.
Aliran Vitalisme memandang bahwa kegiatan organisme hidup digerakkan oleh daya atau
prinsip vital dengan daya-daya fisik. Aliran ini timbul dari reaksi terhadap perkembangan
ilmu dan teknologi serta industrialisasi. Dimana segala sesuatu dapat dianalisa secara
matematis.
Tokoh-tokohnya: Henri Bergson

3. Fenomenologi
Kata Fenomenologi berasal dari Yunani fenomenon yang artinya sesuatu yang tampak,
terlihat karena bercahaya, dalam bahasa Indonesia disebut”gejala”.[12] Jadi fenomenologi
adalah suatu aliran yang membicarakan segala sesuatu selama hal itu tampak. Pelopor aliran
ini adalah Edmund Husserl. Tokoh-tokohnya: Edmund Husserl, Marx Secheler.

4. Eksistensialisme

13
Kata Eksistensi berasal dari kata eks (keluar) dan sistensi yang diturunkan dari kata
kerja sisto (berdiri, menempatkan) jadi eksistensialisme dapat diartikan manusia berdiri
sebagai diri sendiri dengan keluar dari dirinya. Manusia sadar bahwa dirinya ada. Ia dapat
meragukan segala sesuatu hal yang pasti yaitu bahwa dirinya ada.
Eksistensialisme adalah aliran Filsafat yang memandang segala gejala dengan berpangkal
pada eksistensi, Eksistensi sendiri merupakan cara berada manusia di dunia, dan cara ini
berbeda dengan cara berada makhluk-makhluk lainnya. Benda mati atau hewan tidak sadar
akan keberadaannya tetapi manusia menyadari keberadaannya, manusia sadar bahwa dirinya
sedang bereksistensi oleh sebab itu segala sesuatu berarti selama menyangkut dengan
manusia, dengan kata lain manusia memberikan arti pada segalanya, manusia menentukan
perbuatannya sendiri, ia memahami diri sebagai pribadi yang bereksistensi.
Dalam teori ini berpandangan bahwa manusia adalah eksistensinya mendahului
esensinya (hakikat), dan sebaliknya benda-benda lain esensinya mendahului eksistensinya,
sehingga manusia dapat menentukan diri sendiri menurut proyeksinya sendiri, hidupnya tidak
ditentukan lebih dulu, sebaliknya benda-benda lain bertindak menurut esensi atau kodrat yang
memang tak dapat dielakkan. Tokoh-tokohnya: Jean Paul Sartre, Gabriel Marcel.

5. Filsafat Analitis
Aliran Filsafat Analitis ini pertama muncul di Inggris dan Amerika serikat sejak tahun 1950,
Filsafat analitis sering juga disebut filsafat bahasa, filsafat ini merupakan reaksi dari
idealisme, khususnya neohegelianisme di inggris. Para penganutnya menyibukkan diri dengan
analisis bahasa dan konsep-konsep. Tokoh-Tokohnya: Bertrand Russel, Ludwig Wittgenstein,
Gilbert Ryle, John Langsaw Austin.

6. Strukturalisme
Strukturalisme muncul diprancis pada tahun 1960an, dan dikenal juga dalam
linguistic, psiatri dan sosiologi, strukturalisme pada dasarnya menegaskan bahwa masyarakat
dan kebudayaan memiliki struktur yang sama dan tetap, maka kaum strukturalis menyibukkan
diri dengan menyelidiki struktur-struktur tersebut. Tokoh-tokohnya: Levi Strauss, Jacques
Lacan, Michel Foucault.

7. Postmodernisme
Aliran Post Modernisme ini muncul sebagai reaksi terhadap modernisme dengan
segala dampaknya, pengertian postmodern bukan sesuatu yang baru dalam filsafat Lyotard

14
menjadi orang pertama yang mengintroduksikan istilah ini ke dalam filsafat. Tokoh-tokohnya:
Jean Francois Lyotard.

2.10 Pilar -Pilar Filsafat Kontemporer


Filsafat telah melahirkan apresiasi dan respon yang besar dalam sejarah pemikiran dan
memunculkan pilar – pilar Filsafat Kontemporer. Pilar yang pertama adalah etika, di mana
merupakan hasil dari refleksi moralitas yang kemudian melahirkan aliran-aliran filsafat yang
dikembangkan oleh para filosof. Dalam memahami etika sebagai suatu ajaran tentang seni
hidup, atau menempatkan sebagai kebahagiaan ke pusat etika (Aristoteles), dan kemudian
pemikiran ini direligiuskan oleh Thomas Aquinas. Dan Imanuel Kant menjadikan etika yang
semula seni kehidupan menjadi etika kewajiban, dan ini melahirkan konsep sentral etika
modern, yaitu konsep otonomi moral. Pemikiran ini lebih lanjut, kemudian dikembangkan
oleh George Wilhelm Friedrich Hegel dan dipadukan dengan teori dialektikanya.
Pilar yang kedua adalah fenomenologi, dengan tokoh sentralnya Edmund Hussel
(1859-1938) fenomenologi merupakan salah satu dari arus pemikiran yang paling
berpengaruh pada Abad ke-20. Secara umum fenomenologi lahir dari persoalan fenomena
yang dibawa ke ruang public pertama kali oleh Hegel dengan ruh absolutnya. Husserl lalu
mendefinisikan fenomenologi sebagai ilmu tentang penampakan (fenomena), dan bagi
Husserl berbicara tentang esensi di luar eksistensi adalah kerja sia-sia, dan hal inilah yang
membedakan fenomenologi Husserl dengan fenomenologinya Hegel dan Kant. Para filosof
yang terpengaruh oleh fenomenologi adalah Derrida, Kierkegard, Cascirer.
Pilar yang ketiga adalah eksisitensialisme. Eksistensialisme tidak lagi membahas
pertanyaan-pertanyaan esensi dan kodrat, akan tetapi lebih menekankan masalah seputar
eksistensi. Seorang filosof eksistensialis, semisal Sartre, bekerja keras dalam permasalahan
esensi dan eksistensi, yang kemudian memunculkan sebuah tesis bahwa "eksistensi
mendahului esensi". Dan ini membalik tradisi pemikiran filsafat Barat sejak Plato, yang selalu
mengatakan bahwa esensi mendahului eksistensi.
Pilar yang ke empat adalah filsafat budaya. Jika dilihat dari sudut pandang filosofis
akan melahirkan dimensi subyektif dan obyektif. Di mana dimensi subyektif adalah daya yang
menjadikan produk (alam) menjadi produk yang lebih baik, sedangkan dimensi obyektif
adalah hasil dari kegiatan daya tadi.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Filsafat Modern merupakan pembagian dalam sejarah filsafat Barat yang menjadi
tanda berakhirnya era skolatisisme. Tidak mudah untuk membuat suatu batas yang tegas
antara periode Renaissance dan periode modern. Sebagian orang menganggap bahwa periode
modern hanyalah perluasan periode Renaissance.
Zaman modern sangat dinanti-nantikan oleh banyak pemikir manakala mereka
mengingat zaman kuno ketika peradaban begitu bebas, pemikiran tidak dikekang oleh
tekanan-tekanan di luar dirinya.
Filsafat abad modern pada pokoknya dimulai dengan tiga aliran, yaitu:
 Aliran Rasionalisme dengan tokohnya Rene Descartes (1596-1650 M).
 Aliran Empirisme dengan tokohnya Francis Bacon (1210-1292)
 Aliran Kriticisme dengan tokohnya Immanuel Kant (1724-1804 M).
Ciri filsafat Kontemporer adalah sebagai reaksi dari berkembangnya filsafat modern
yang semakin melenceng, pemikiran Kontemporer ini berusaha mengkritik Logosentrisme,
rasionalisme filsafat modern yang berusaha menjadika rasio sebagai instrumen utama,
perkembangan Filsafat kontemporer berada dalam dua jalur yakni filsafat Holistic dan filsafat
dekonstruksi.
Aliran-aliran yang muncul pada abad ini adalah Pragmatisme, vitalisme,
Fenomenologi, Eksistensialisme, Filsafat Analitis (filsafat bahasa), Strukturalisme dan
Postmodernisme.

16
Selain aliran itu, juga muncul aliran-aliran besar beserta tokoh dan pemikirannya
yangikut berperan mengisi lembaran filsafat modern, antara lain yaitu idealisme,
materialisme, positivisme, fenomenologi, eksistensialisme dan pragmatisme.

DAFTAR PUSTAKA

Bakthiar, Amsel. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta : Grafindo Persada.


Hadiwidjono, Harun. 1998. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta : Kanisius.
Hakim, Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani. 2008. Filsafat Umum dari Mitologi sampai
Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia
Mustansyir, Rizal. 1998. Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Pustaka pelajar.
Tafsir Ahmad. 1990. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya

17

Anda mungkin juga menyukai