Pada umumnya, para sejarawan sepakat bahwa zaman modern lahir sekitar
tahun 1500-an di Eropa. Peralihan zaman ini ditandai dengan semangat anti Abad
Pertengahan yang cenderung mengekang kebebasan berpikir. Sesuai dengan
istilah “modern” yang memiliki arti baru, sekarang, atau saat ini, filsafat modern
merupakan sebuah pemikiran yang menganalis tentang kekinian, sekarang,
subjektivitas, kritik, hal yang baru, kemajuan, dan apa yang harus dilakukan pada
saat ini. Semangat kekinian ini tumbuh sebagai perlawanan terhadap cara berpikir
tradisional Abad Pertengahan yang dianggap sudah tidak relevan.
Filsafat Abad Modern memiliki corak yang berbeda dengan periode filsafat
Abad Pertengahan. Perbedaan itu terletak terutama pada otoritas kekuasaan politik
dan ilmu pengetahuan. Jika pada Abad Pertengahan otoritas kekuasaan mutlak
dipegang oleh Gereja dengan dogma-dogmanya, maka pada zaman modern
otoritas kekuasaan itu terletak kemampuan akal manusia itu sendiri.Dalam era
filsafat modern, yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke-20,
munculah berbagai aliran pemikiran : Rasionalisme, Empirisme, Kritisme,
Idealisme, Positivisme, Evolusionisme, Materialisme, Neo-Kantianisme,
Pragmatisme, Filsafat Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme.
A. Positivisme
1. Pengertian Positivisme
Positivisme berasal dari kata “positif”. Kata positif disini sama artinya
dengan faktual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta. Menurut positivisme,
pengetahuan kita tidak pernah boleh melebihi fakta-fakta. Dengan demikian, maka
ilmu pengetahuan empiris menjadi contoh istimewa dalam bidang pengetahuan.
Oleh karena itu, filsafat pun harus meneladani contoh tersebut. Maka dari itu,
positivisme menolak cabang filsafat metafisika. Menanyakan “hakikat” benda-
benda, atau “penyebab yang sebenarnya”, termasuk juga filsafat, hanya
menyelidiki fakta-fakta dan hubungan yang terdapat antara fakta-fakta (Praja,
2005).
Jadi, Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam
sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang
berkenaan dengan metafisik. Positivisme tidak mengenal adanya spekulasi, semua
harus didasarkan pada data empiris. Positivisme dianggap bisa memberikan
sebuah kunci pencapaian hidup manusia dan ia dikatakan merupakan satu-satunya
formasi sosial yang benar-benar bisa dipercaya kehandalan dan dan akurasinya
dalam kehidupan dan keberadaan masyarakat.
Comte sering disebut “Bapak Positivisme“ karena aliran filsafat yang
didirikannya tersebut. Positivisme adalah nyata, bukan khayalan. Ia menolak
metafisika dan teologik. Jadi menurutnya ilmu pengetahuan harus nyata dan
bermanfaat serta diarahkan untuk mencapai kemajuan. Positivisme merupakan
suatu paham yang berkembang dengan sangat cepat, ia tidak hanya menjadi
sekedar aliran filsafat tapi juga telah menjadi agama humanis modern. Positivisme
telah menjadi agama dogmatis karena ia telah melembagakan pandangan dunianya
menjadi doktrin bagi ilmu pengetahuan. Pandangan dunia yang dianut oleh
positivisme adalah pandangan dunia objektivistik. Pandangan dunia objektivistik
adalah pandangan dunia yang menyatakan bahwa objek-objek fisik hadir
independen dari mental dan menghadirkan properti- properti mereka secara
langsung melalui data indrawi. Realitas dengan data indrawi adalah satu. Apa
yang dilihat adalah realitas sebagaimana adanya. Seeing is believing (Syaebani,
2008).
B. Fenomenologi
1. Pengertian fenomenologi.
Kata fenomena berasal dari kata Yunani “fenomenon”, yaitu sesuatu yang
tampak, yang terlihat karena bercakupan. Dalam bahasa Indonesia biasa dipakai
istilah gejala. Jadi fenomena adalah suatu aliran yang
membicarakan fenomenon atau segala sesuatu yang menampakkan diri. Secara
harfiah, fenomenologi atau fenomenalisme adalah aliran atau faham yang
menganggap bahwa fenomenalisme adalah sumber pengetahuan dan kebenaran.
Fenomenalisme juga adalah suatu metode pemikiran. Fenomenologi merupakan
sebuah aliran. Yang berpendapat bahwa, hasrat yang kuat untuk mengerti yang
sebenarnya dapat dicapai melalui pengamatan terhadap fenomena atau pertemuan
kita dengan realita. Karenanya, sesuatu yang terdapat dalam diri kita akan
merangsang alat inderawi yang kemudian diterima oleh akal (otak) dalam bentuk
pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran. Penalaran
inilah yang dapat membuat manusia mampu berpikir secara kritis.
Fenomenologi merupakan kajian tentang bagaimana manusia sebagai
subyek memaknai obyek-obyek di sekitarnya. Ketika berbicara tentang makna dan
pemaknaan yang dilakukan, maka hermeneutik terlibat di dalamnya. Pada intinya,
bahwa aliran fenomenologi mempunyai pandangan bahwa pengetahuan yang kita
ketahui sekarang ini merupakan pengetahuan yang kita ketahui sebelumnya
melalui hal-hal yang pernah kita lihat, rasa, dengar oleh alat indera kita.
Fenomenologi merupakan suatu pengetahuan tentang kesadaran murni yang
dialami manusia.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat difahami bahwa
fenomenologi berarti ilmu tentang fenomenon-fenomenon apa saja yang nampak.
Sebuah pendekatan filsafat yang berpusat pada analisi terhadap gejala yang
menampakkan diri pada kesadaran kita. Dalam kerja penelitiannya, fenomenologi
dapat mengacu pada tiga hal, yaitu: filsafat, sejarah, dan pada pengertian yang
lebih luas. Dengan demikian “fenomenologi agama” dalam acuan
yang pertama menghubungkan dirinya sebagai salah satu disiplin ilmu. Adapun
acuan yang kedua memasukkan pendapat tentang sejarah agama.
Dengan sendirinya mereka mempergunakan religi sederhana sebagai data,
dan meletakkan ekspresi keagamaan dalam bentuk simbol seperti bentuk-bentuk
upacara keagamaan sebagai fokus perhatiannya. Acuan ketiga adalah penerapan
metode fenomenologi secara lebih luas. Metode ini biasa diterapkan dalam
menelaah atau meneliti ajaran-ajaran, kegiatan-kegiatan, lembaga-lembaga,
tradisi-tradisi, dan simbol-simbol keagamaan.
D. Realisme
1. Pengertian Realisme
Realisme adalah filsafat yang timbul pada jaman modern dan sering
disebut “anak” dari naturalisme. Dengan berpandangan bahwa objek atau dunia
luar itu adalah nyata pada sendirinya, realisme memandang pula bahwa kenyataan
itu berbeda dengan jiwa yang mengetahui objek atau dunia luar tersebut.
Kenyataan tidak sepenuhnya bergantung dari jiwa yang mengetahui, tapi
merupakan hasil pertemuan dengan objeknya orang dapat memiliki pengetahuan
yang kurang tepat mengenai banda atau sesuatu hal yang sesungguhnya, tetapi
sebaliknya dapat memiliki gambaran yang tepat mengenai apa yang nampak.
Maka dari itu pengamatan, penelitian dan penarikan kesimpulan mengenai hasil-
hasilnya perlu agar dapat diperoleh gambaran yang tepat secara langsung atau
tidak langsung mengenaisesuatu.
Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh
yang bersifat dualistis yaitu hal fisik dan rohani, dalam pendidikan ada subjek
yang mengetahui tentang manusia dan alam. Kajian yang mendalam mengenai
realisme ini lebih cenderung kepada politik, namun beberapa subjek membahas
mengenai pendidikan.
Filsafat Realisme adalah suatu objek yang tampak pada Indra maksudnya
adalah tampak secara real. Realisme adalah pemikiran aliran klasik yang
disandarkan oleh tokoh yang bernama Aries Toteles yang cara memandang dunia
dengan material. Pada prinsip realisme itu sendiri cara memandangnya dengan
nyata dan lebih real dalam dunia fisik dan rohani. Realisme sangat berpengaruh
dalam dunia pendidikan karena Realisme memiliki tujuan dalam dunia pendidikan
karena Realisme memiliki tujuan dalam dunia pendidikan yaitu mengembangkan
pola berpikir secara intelektual dan lebih real dalam mencari sebuah kebenaran
yang ada dalam dunia fisik dan rohani.
A. Positivisme
B. Fenomenologi
C. Pragmatisme
D. Realisme
Kelemahan :
a. Manusia akan kehilangan makna, seni atau keindahan, sehingga
manusia tidak dapat merasa bahagia dan kesenangan itu tidak ada.
Karena dalam positivistic semua hal itu dinafikan.
b. Hanya berhenti pada sesuatu yang nampak dan empiris
sehingga tidak dapat menemukan pengetahuan yang valid.
2. Fenomenologi
Kelebihan:
a. Fenomenologi sebagai suatu metode keilmuan, dapat mendiskripsikan
penomena dengan apa adanya dengan tidak memanipulasi data, aneka
macam teori dan pandangan.
b. Fenomenologi mengungkapkan ilmu pengetahuan atau kebenaran
dengan benar-benar yang objektif.
c. Fenomenologi memandang objek kajian sebagai bulatan yang utuh
tidak terpisah dari objek lainnya.
Kelemahan :
a. Tujuan fenomenologi untuk mendapatkan pengetahuan yang murni
objektif tanpa ada pengaruh berbagai pandangan sebelumnya, baik
dari adat, agama ataupun ilmu pengetahuan, merupakan suatu yang
absurd.
b. Pengetahuan yang di dapat tidak bebas nilai (value-free), tapi
bermuatan nilai (value-bound ).
3. Pragmatisme
Kelebihan :
a. Membawa kemajuan-kemnjuan yang pesat bagi ilmu pengetahuan
maupun teknologi.
b. Pragmatisme telah berhasil membumikan filsafat dari corak sifat
yang Tender Minded yang cenderung berfikir metafisis, idealis,
abstrak, intelektualis.
Kelemahan :
a. Filsafat pragmatisme adalah sesuatu yang nyata, praktis, dan
langsung dapat di nikmati hasilnya oleh manusia, maka pragmatisme
menciptkan pola pikir masyarakat yang matrealis.
b. Pagmatisme sangat mendewakan kemampuan akal dalam mencapai
kebutuhan kehidupan, maka sikap-sikap semacam ini menjurus
kepada ateisme.
4. Realisme
Kelebihan :
Tidak bergantung pada segala pengetahuan.
Kelemahan :
Menganggap bahwa realitas itu tidak sekedar apa yang dapat
dilihat secara real, tetapi realitas itu adalah pemikiran atau ide-ide.
PENUTUP
a. Kesimpulan
Filsafat zaman modern yang kelahirannya didahului oleh suatu
periode yang disebut dengan “Renaissance” dan dimatangkan oleh
“gerakan” Aufklaerung di abad ke-18 itu. Sehingga mucullah beberpapa
aliran diantaranya rasionalisme, empirisme, kritisisme, idealisme,
positivisme, evolusionisme, materialisme, Neokantianisme, pragmatisme,
filsafat hidup, fenomenologi, dan Eksistensialisme.
Dan penyebab Keruntuhan Filsafat Modern ialah Proyek filsafat
modern yang ingin menguasai dunia lewat satu pemikiran rasional dan
utuh, setelah dievaluasi oleh beberapa filsuf, ternyata diketahui
mengandung kelemahan. Tak heran jika kemudian bermunculan filsuf-
filsuf yang mengkritisi proyek filsafat modern tersebut. Fenomena ini,
oleh beberapa kalangan diangggap sebagai suatu periode baru dalam
sejarah filsafat, yaitu periode yang disebut postmodern. Lalu, para filsuf
yang mengkritisi proyek filsafat modern dikatakan sebagai tokoh-tokoh
filsafat postmodern.
b. Saran
Materi dalam makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dalam penulisan makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan
didalamnya baik dalam hal sistematika penulisan maupun isi. Maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.
c. Daftar Pustaka
http://farihinoceans.blogspot.com/2012/04/positivisme-tokoh-tokoh-
positivisme.html
https://www.atomenulis.com/2020/12/filsafat-realisme-dan-tokoh-
pemikirannya.html
https://apayangdimaksud.com/positivisme/
https://haloedukasi.com/positivisme
https://www.wawasanpendidikan.com/2013/10/Pengertian-Fenomenologi-
serta-Ciri-Ciri-Metode-Fenomenologi.html
https://www.kompasiana.com/imroatulazizah/5e8d25e1d541df32ea1647b2/pe
ngertian-filsafat-realisme-dan-tokoh-tokoh-aliran-realisme
http://coretansaya06.blogspot.com/2017/08/a.html
http://rizalsuhardieksakta.blogspot.com/2012/12/filsafat-modern.html
http://myrealblo.blogspot.com/2015/11/filsafat-filsafat-modern.html
https://www.kompasiana.com/nurrahmik/5e71fe312b6a467f847e69c2/metode
-positivisme-fenomenologi-dan-kritis
https://www.kompasiana.com/mauidhotulkhasanah/54f7c28da33311c27b8b4
c97/kelebihan-dan-kekurangan-aliranaliran-filsafat