Anda di halaman 1dari 31

AWAL

PERKEMBANGAN
MIPA
ZAMAN MODERN
1. NURAINI HABIBAH (202041500082)
2. DEWI AYU RISTIANI (202041500088)
3. ALI MUKTAROM (202041500005)
4. LAURA LUTURMAS (202041500297)
TABLE OF
0 CONTENTS 03
Perkembangan
1
Pengertian MIPA
02
Perkembangan Filsafat Pada
MIPA Zaman Zaman Modern
Modern
Aliran-Aliran Sumbangsih Peranan
04
Beserta Ilmuan Muslim 06
Perkembangan
Tokoh/Filsuf Yang 05
Terhadap MIPA Zaman
Hidup Pada Masa Perkembangan Modern Bagi
Modern MIPA Zaman Kehidupan
Modern
Pengertian
0
MIPA
1
Pengertian MIPA
● Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) adalah
gabungan ilmu yang mempelajari matematika dan ilmu
alam (biologi, fisika, kimia). Sedangkan kata
“matematika” sendiri berasal dari bahasa Yunani Kuno
(mathema) yang berarti pengkajian, pembelajaran, dan
ilmu pengetahuan. Dan pengertian matematika itu sendiri
adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan.
Sedangkan ilmu pengetahuan alam yang dalam bahasa
inggris dikenal dengan istilah ”natural science” adalah
istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu
dimana objeknya adalah benda-benda alam dengan
hukum-hukum yang pasti dan umum. Matematika
digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting diberbagai
bidang, termasuk ilmu alam.
Perkembang
an MIPA
Zaman 02
Modern
Perkembangan MIPA
Zaman Modern
Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern ini sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman
Renaissance. Renaissance ialah periode penemuan manusia dan dunia yang merupakan periode
perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau sesudah abad kegelapan sampai muncul abad modern.
Zaman ini juga disebut sebagai zaman Humanisme. Humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia.
Karena manusia mempunyai kemampuan berpikir, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur
dirinya dan mengatur dunia.

Salah satu hal yang juga menjadi penanda perkembangan MIPA zaman modern yaitu ilmu pengetahuan
bangkit kembali dengan mengedepankan Rasionalisme dan Empirisme sehingga banyak terdapat berbagai
penemuan di bidang ilmiah.

Perkembangan ilmu pada zaman ini telah melahirkan ilmu seperti taksonomi, ekologi, kalkulus, dan
statistika. Pada zaman modern ini juga terjadi revolusi industri di Inggris, sebagai akibat peralihan
masyarakat agraris dan perdagangan abad pertengahan ke masyarakat industri modern dan perdagangan
maju.
angan
Filsafat
Pada
Zaman 03
Modern
Perkembangan Filsafat Pada
Zaman
Bertrand Russell menyatakan Modern
bahwa dalam sejarah, sebuah masa
secara umum dapat dinyatakan sebagai masa "modern", dapat dilihat dari
berbagai sisi adanya perubahan mental yang menunjukkan perbedaan bila
dibandingkan dengan masa pertengahan. Paling tidak, perbedaan itu
tampak dalam dua hal yang penting, yaitu pertama, berkurangnya
cengkeraman kekuasaan gereja dan kedua, bertambah kuatnya otoritas ilmu
pengetahuan. Russell menyatakan bahwa penolakan terhadap kekuasaan
gereja yang merupakan ciri negatif dunia modern dimulai lebih awal
daripada menerima otoritas ilmu pengetahuan sebagai positifnya.

Namun, sejak para pemikir (scientis) dapat berbicara dengan penuh


kepastian tentang keilmuannya, sejak itu ilmu pengetahuan mulai
berkembang dengan baik. Pada saat tersebut, susunan atom, virus, dan
bakteri, karena penggunaan mikroskop elektron, dan metode-metode optik
yang dapat membesarkan objek-objek yang diteliti mulai berkembang.
Dengan berbagai penemuan termasuk manusia modern bepergian dengan
pesawat supersonic dan sempitnya dunia akibat globalisasi, kini pemikiran ilmiah
telah menjadikan manusia memperoleh kemewahan dan telah melepas ambisinya
untuk menjelajahi ruang angkasa. Jadi, ilmu pengetahuan telah membawa
manusia dari periode batu ke periode perunggu, dari periode pengangkut ke
periode uap, lalu ke periode listrik, periode atom, dan periode ruang angkasa.
Founding Father filsafat modern adalah Michelde Montaigne (1533 – 1592).
Ia bukan seorang matematikawan atau ilmuan, melainkan seorang moralis. Telah
mengajukan pertanyaan mendasar, “Apakah manusia akan mendapat kebenaran
jika sudah menemukannya, atau mampukah manusia berbuat adil jika sudah
menemukannya?” Ia mewarisi skeptisisme pendahulunya dan meragukan indra
maupun akal budi. Sebaliknya, ia menekankan idea alam yang melekat di dalam
diri manusia sebagai karakter juga merupakan pemikir-pemikir kuno.

Oleh karena itu, pikiran-pikiran intelektual skolastik tidak berarti


baginya, sedangkan tujuan pendidikan dan filsafat, secara umum baginya
adalah untuk menerangi dan mengilhami hakikat diri yang bersifat spontan.
Dalam ilmu pengetahuan, pendapat Montaigne terangkum dalam
perumusan bahwa ide manusia itu berbeda dari satu tempat ke tempat
lainnya, juga menurut zamannya.
Beberapa ahli berpendapat lain, Rene Descartes dengan pikiran
rasionalnya, John Locke dengan pikiran empirisnya, Immanuel Kant
dengan kritis melihat ketidaksempurnaan, baik pada Descartes maupun
John Locke. Kant mengatakan, “Pengamatan tanpa konsep adalah buta,
sedangkan tanggapan tanpa penglihatan adalah hampa.” Ia berpendapat
bahwa dasar pengetahuan itu adalah pengamatan dan pemikiran. Ilmu
pengetahuan haruslah bersifat sintetis. Hal ini berarti, berdasarkan
pengamatan secara nyata, atau bersifat apriori, yaitu menggunakan akal.
Pemahaman terhadap filsafat modern berlangsung sampai
kontemporer atau pasca modern karena tidak mudah untuk membuat
penggolongan. Para filsuf modern lebih individualis dengan menampilkan
individualitasnya masing-masing. Filsafat berkembang bukan pada zaman
Renaissance itu, melainkan kelak pada zaman sesudahnya (Zaman
Modern).
Jadi, zaman Modern filsafat didahului oleh zaman Renaissance.
Sebenarnya secara esensial zaman Renaissance itu, dalam filsafat, tidak
berbeda dari zaman modern. Ciri-ciri filsafat Renaissance ada pada filsafat
modern. Ciri itu antara lain ialah menghidupkan kembali Rasionalisme
Yunani (Renaissance), Individualisme, Humanisme, lepas dari pengaruh
agama dan lain-lain.
Filsafat modern ditandai dengan karakteristiknya dengan lahirnya aliran-
aliran besar filsafat, yang diawali oleh Rasionalisme dan Empirisme. Selain
kedua aliran itu, aliran-aliran besar lainnya yang ikut berperan mengisi
lembaran filsafat modern, yaitu idealisme, materialisme, positivisme,
fenomenologi, eksistensialisme dan pragmatisme.
Filsafat abad modern pada pokoknya ada 3 aliran:
1. Aliran Rasionalisme dengan tokohnya Rene Descartes (1596-1650 M).
2. Aliran Empirisme dengan tokohnya Francis Bacon (1210-1292 M).
3. Aliran Kritisisme dengan tokohnya Immanuel Kant (1724-1804 M).

Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal


dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari
diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda
pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan
adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme,
sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang
batin, maupun yang inderawi. Paham ini menyatakan bahwa tidak ada
sesuatu dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman. Lalu muncul
aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.
Aliran-Aliran
Beserta
Tokoh/Filsuf
04 Yang Hidup
Pada Masa
Modern
Aliran-Aliran Beserta
Tokoh/Filsuf Yang Hidup
Pada Masa Modern
Menurut Herman menyatakan bahwa ada tiga aliran filsafat modern yaitu Renaissance,
rasionalisme, dan empirisme.
Namun, terdapat pembagian yang mempermudah dalam mengenal dan mempelajarinya.
Filsafat modern dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Rasionalisme, empirisme, kritisme;
2. Dialektika, idealisme, dan dialektika materialisme;
3. Fenomonologi dan eksistensialisme; serta
4. Filsafat kontemporer dan pascamodernisme.
1. Rasionalisme

Rasio merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa manusia pada kebenaran
sehingga aliran ini disebut rasionalisme. Rasionalisme merupakan paham filsafat yang menyatakan bahwa
akal (reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalis, suatu
pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir.
Rasionalisme memiliki dua aliran, yaitu dalam bidang agama dan filsafat.

Rasionalisme menurut Frans Magnis Suseno mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut:
1. Rasionalisme sangat mempercayai adanya kekuatan akal budi manusia dengan segala sesuatu itu
dapat dan harus bisa dimengerti atau diterima oleh akal pikiran manusia sehingga hal-hal yang
abstrak sangat bertentangan dengan teori ini.
2. Kebenaran yang hanya dilandasi oleh adanya tradisi, otoritas, tradisi, dan dogma yang tidak bisa
diterima oleh paham rasionalisme ini. Rasionalisme membawa dampak dalam beberapa bidang antara
lain politik, agama, dan ilmu pengetahuan.
3. Rasionalisme mengembangkan suatu metode baru dalam pengambilan keputusan, yaitu
menggunakan metode deduksi atau pengambilan keputusan dari hal-hal yang bersifat umum menjadi
hal-hal yang bersifat khusus.
4. Rasionalisme, karena mencampuradukkan antara agama dan ilmu, bersifat sekuler.
Tokoh/filsuf Rasionalisme
 Rene Descrates
Ia merupakan bapak rasionalisme yang memberikan dasar pemikiran rasionalisme. Kemampuan berpikir manusia
sudah tertanam pada tiap-tiap manusia sejak manusia dilahirkan. Dia mengajukan patokan berpikir menjadi beberapa
tingkatan. Pertama, seorang pemikir atau ilmuan harus meragukan setiap apa saja yang muncul di pikirannya. Kedua,
seorang pemikir harus menyederhanakan setiap kesulitan-kesulitan dengan membagi-bagi menjadi bagian yang
banyak sekali. Ketiga, pemikir harus menurunkan pernyataan yang masih gelap dengan menguraikan langkah demi
langkah menjadi pernyataan yang sederhana secara deduktif. Keempat, dia mulai menjalankan pikirannya secara
teratur mulai dari unsur yang paling sederhana sampai pada hal yang rumit.
 Benedict Spinoza
Filsuf ini sangat bertentangan dengan Descrates. Ia membagi pengetahuan menjadi tiga tahap. Pertama, pengetahuan
indrawi, yaitu manusia mendapatkan pengetahuan ini setelah manusia berhubungan dengan objek di luar dirinya.
Kedua, pengetahuan akal budi atau rasional diperoleh dari kemampuan akal budi manusia. Ketiga, pengetahuan yang
tertinggi, yaitu pengetahuan intuitif atau pengetahuan murni. Pengetahuan akan memberikan penyesuaian dalam
kehidupannya yang bermuara pada kebahagiaan dalam hidup.
 G. W. Leibniz
Menurutnya, pengetahuan dikembangkan oleh pengalaman, tetapi pengalaman bukan sumber pengetahuan karena
pengalaman tidak mempunyai sumber umum dan mutlak.
2. Idealisme
Adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan
roh. Istilah idealisme diambil dari kata idea, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.
Idealisme secara umum selalu berhubungan dengan rasionalisme. Ini adalah mazhab epistimologi yang mengajakan
bahwa pengetahuan apriori atau deduktif dapat diperoleh manusia dengan akalnya. Paham idealisme mengajarkan
bahwa hakikat fisik adalah jiwa, spirit.

Tokoh/filsuf Idealisme
 J.G. Fichte
Dialektika Fichte dapat diterangkan sebagai berikut: manusia memandang objek benda-benda dengan indranya.
Dalam mengindra objek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya maka berjalanlah proses
intelektualnya untuk membentuk dan mengabstraksikan objek itu menjadi pengertian seperti yang dipikirkannya. Ia
menganjurkan supaya kita memenuhi tugas, dan hanya demi tugas. Tugaslah yang menjadi pendorong moral. Isi
hukum moral ialah berbuatlah menurut kata hati.
 F.W.U. Schelling
Pemikiran Schelling merupakan mata rantai antara Fichte dan Hegel. Ia menggambarkan jalan yang dilalui intelek
dalam proses mengetahui, semacam epistimologi. Reese menyatakan bahwa filsafat Schelling berkembang melalui
tahap: Idealisme subjektif; pada tahap ini, ia mengikuti pemikiran Fichte.
 G.W.F. Hegel.
Idealisme di Jerman mencapai puncaknya pada masa Hegel. Ia termasuk salah satu filsuf Barat yang
menonjol. Inti filsafat Hegel adalah konsep Geists ( roh, spirit), suatu istilah yang diilhami oleh
agamanya. Ia berusaha menghubungkan yang mutlak itu dengan yang tidak mutlak. Yang mutlak itu roh
(jiwa), menjelma pada alam sehingga sadarlah ia akan dirinya. Roh itu dalam intinya ide, artinya
berpikir. Demikian pula, kemanusiaan merupakan bagian dari ide mutlak, Tuhan sendiri. Ide yang
berpikir itu sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan gerak lain. Gerak ini menimbulkan tesis yang
dengan sendirinya menimbulkan gerak yang bertentangan, antisintesis. Yang menjadi aksioma Hegel:
apa yang masuk akal (rational) itu sungguh real, dan apa yang real itu masuk akal.
3. Idealisme Theist
merupakan aliran idealisme yang bertuhan. Pada zaman modern ternyata masih ada “turunan langsung” Anselmus dan
Agustinus (filsuf abad tengah), yaitu Pascal. Pemikiran Pascal tentang Tuhan dan manusia hampir merupakan fotokopi
pemikiran Anselmus dan Agustinus. Kant juga mengakui Tuhan dalam filsafatnya. Tapi, Tuhan ia temukan dengan cara
berbeda dari cara Pasal.
Tokoh/filsuf Idealisme Theist yaitu
 Pascal
Filsafat kata Pascal, dapat melakukan apa saja, tetapi hasilnya tidak sempurna. Kesempurnaan itu ada pada iman,
sehebat apapun manusia berpikir ia tidak akan memperoleh kepuasan karena memang manusia memiliki logika yang
kemampuannya melampaui logika itu sendiri. Berkenaan dengan usaha mencari Tuhan, Pascal tidak menggunakan
argumen metafisika, karena disamping tidak termasuk bidang geometri, juga tidak akan memiliki pengaruh apa-apa
terhadap keimanan seseorang. Pascal menafikan metafisika dan solusinya ialah “kembalikan persoalan ketuhanan
kepada jiwa”. Ia juga memberikan kontribusi penting pada pembangunan mekanisme kalkulator
 Immanuel Kant.
Menurut Kant, semua planet sudah atau akan dihuni, dan planet-planet yang jauh dari matahari mempunyai masa
berkembang lebih panjang, barangkali dihuni oleh species yang lebih cerdas dibandingkan dengan penghuni bumi kita
ini.
4. Empirisme
adalah salah satu aliran dalam filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta
pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme diambil dari bahasa Yunani empiria yang
berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme.
Aliran empirisme mempergunakan penalaran induktif.
Penganut empirisme berpandangan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan bagi manusia, yang jelas-
jelas mendahului rasio. Tanpa pengalaman, rasio tidak memiliki kemampuan untuk memberikan gambaran tertentu.

Tokoh/Filsuf Empirisme
 John Locke
Merupakan bapak empirisme. Menurutnya, pengetahuan manusia didasarkan atas pengalaman yang kemudian
diterima atau ditolak oleh akal budinya. Sensasi pengalaman dari luar manusia dan refleksi merupakan pengalaman
batin.
 George Barkeley
Merupakan seorang filsuf dari Irlandia. Menurutnya, segala sesuatu yang diketahui oleh manusia bersumber dari
pengalaman adanya objek karena diterimanya sesuatu oleh indera. Pada prinsipnya pengetahuan bersandar pada
pengalaman yang terjadi karena hubungan antara pengamatan indera yang satu merupakan penguatan dari indera
yang lain.
 David Hume
Menurutnya, segala yang tidak dapat disusun oleh pengalaman tidak dapat dikatakan sebagai
pengetahuan yang benar. Dalam pikiran tidak ada satupun ide yang tidak sesuai dengan kesan yang
berasal dari pengalaman indera. Ide merupakan hasil dari analisis pikiran dan kombinasi dalri kesan
yang diungkapkan oleh indera kembali sehingga jika kesan itu tidak ada, ide tidak akan muncul.
 Herbert Spencer.
Berpusat pada teori evolusi. Menurutnya, kita hanya dapat mengenali fenomena-fenomena atau
gejala-gejala. Memang benar di belakang gejala-gejala itu ada suatu dasar absolute, tetapi yang
absolute itu tidak dapat kita kenal. Secara prinsip, pengenalan kita hanya menyangkut relasi-relasi
antara gejala-gejala. Dibelakang gejala-gejala ada sesuatu yang oleh Spencer disebut yang tidak
diketahui (the great unknownable). Metafisika menjadi tidak mungkin.
5. Pragmatisme
berasal dari kata “Pragma” (bahasa Yunani) yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah aliran dalam
filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi
kehidupan nyata. Pragmatisme berpandangan bahwa substansi kebenaran adalah jika segala sesuatu memiliki fungsi
dan manfaat bagi kehidupan. Misalnya, beragama sebagai kebenaran, jika agama memberikan kebahagiaan; menjadi
dosen adalah kebenaran jika memperoleh kenikmatan intelektual
Tokoh/filsuf Pragmatisme
 William James
Pandangan filsafatnya diantaranya menyatakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, berlaku umum, yang bersifat
tetap, yang berdiri sendiri lepas dari akal yang mengenal. Sebab, pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita
anggap benar dalam perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah, karena di dalam praktik, apa yang kita
anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Menurutnya bahwa dunia tidak dapat diterangkan dengan
berpangkal pada satu asas saja.
 John Dewey.
Ia mengatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata. Filsafat tidak boleh larut
dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada faedahnya. Oleh karena itu, filsafat harus
berpijak pada pengalaman dan mengolahnya secara kritis. Menurutnya tidak ada sesuatu yang sempurna. Satu-
satunya cara yang dapat dipercaya untuk mengatur pengalaman dan untuk mengetahui artinya yang sebenarnya
adalah metode induktif. Metode ini tidak hanya berlaku bagi ilmu pengetahuan fisika, melainkan juga bagi
persoalan-persoalan sosial dan moral.
6. Eksistensialisme
Istilah eksistensialisme berasal dari kata eksistensi dari kata dasar exist. Kata exist itu sendiri adalah bahasa Latin
yang artinya: ex; keluar dan sistare; berdiri. Jadi eksistensi adalah berdiri dengan keluar dari diri sendiri. Secara
umum eksistensialisme dimaksudkan sebagai aliran filsafat yang membicarakan keberadaan segala sesuatu, termasuk
manusia. Permasalahannya ialah, siapakah yang benar-benar berada (bereksistensi); apakah manusia, atau Tuhan atau
kedua-duanya.
Eksistensialisme dalam justifikasi filosofinya tentang makhluk yang sepenuhnya asing, mengakui manusia sebagai
makhluk yang wujud dengan sendirinya dialam semesta ini, yakni makhluk yang dalam dirinya tidak terdapat bagian
atau karakteristik tertentu yang datang dari Tuhan atau alam. Akan tetapi, karena mempunyai kemampuan untuk
memilih, dia merancang dan menciptakan dirinya sendiri.

Tokoh/filsuf Eksistensialisme yaitu


 Martin Heidegger
Menurutnya bahwa keberadaan hanya akan dapat ijab melalui jalan ontologi, artinya jika persoalan ini dihubungkan
dengan manusia dan dicari artinya dalam hubungan itu. Metode untuk ini adalah metode fenomenologis. Jadi, yang
terpenting adalah menemukan arti dari kebenaran itu sendiri.
 Soren Kierkegaard
Menurut Kierkegaard, filsafat bukan merupakan suatu sistem tetapi suatu eksistensi individual.
Keberatan utama yang diajukan oleh kierkegaard kepada Hegel ialah karena Hegel meremehkan
eksistensi yang kongkrit dengan mengutamakan ide secara umum. Ia memperkenalkan eksistensi dengan
memandang manusia sebagai “aku secara individual”. Kedua, Ia juga mengkritik agama Kristen.
Kierkegaard mengemukakan kritik tajam terhadap gereja Lutheran yang merupakan gereja Kristen resmi
di Denmark ketika itu. Ia menganggap gereja ditanah airnya itu telah menyimpang dari injil kritus.
Pemikirannya mengemukakan bahwa kebenaran itu tidak berada pada suatu sistem yang umum tetapi
berada dalam eksistensi yang individu, yang kongkrit karena, eksistensi manusia penuh dengan dosa,
hanya iman kepada Tuhan itulah yang dapat menghapus dosa-dosa.
 Jean Paul Sartre
Menurut Sartre eksistensi manusia mendahului esensinya. Menurutnya, filsafat eksistensialisme
membicarakan cara berada di dunia ini, terutama cara berada manusia. Filsafat ini menempatkan cara
wujud-wujud manusia sebagai tema sentral pembahasannya. Hanya manusialah yang bereksistensi.
Binatang, tumbuhan, bebatuan memang ada, tetapi mereka tidak dapat disebut bereksistensi.
 
05
Sumbangsih Ilmuan
Muslim Terhadap
Perkembangan
MIPA Zaman
Ilmuan muslim telah banyak berjasa dalam pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya ilmu kimia, baik dari yunani maupun mesir. Eksperimen yang mereka
lakukan antara lain meliputi destilasi, sublimasi, kristalisasi, oksidasi dan presipitasi.
Mereka juga telah membuat beberapa senyawa dalam jumlah besar, baik untuk
keperluan ilmiah maupun keperluan pengobatan.
Para ahli kimia muslim juga telah mengenal cara memperoleh tembaga murni,
yaitu dengan jalan mengalirkan larutan tembaga sulfat pada potongan-potongan besi.
Ini adalah suatu penemuan dalam bidang elektrokimia. Selain dalam ilmu kimia,
mereka juga memberikan sumbangsih dalam bidang teknologi kimia, mereka
menyempurnakan pembuatan gelas dan memberikan warna-warna dengan
mengggunakan oksida-oksida logam.
Jabir Ibnu Hayyan merupakan seorang ahli kimia muslim pada awal
perkembangan kimia, perkembangan pengetahuan termasuk kimia masih belum tampak
nyata. Pada masa itulah Jabir Ibnu Hayyan telah banyak melakukan eksperimen dan
membuat catatan yang sistematis atas observasi dan eksperimennya. Di samping
sebagai ahli kimia , Jabir Ibnu Hayyan juga seorang ahli dalam bidang astronomi,
matematika, botani, farmakologi dan kedokteran.
Dan memperoleh sebutan “Bapak Kimia Islam” dan pendiri laboratorium kimia
pertama.
06
Peranan
Perkembangan
MIPA Zaman
Modern Bagi
Dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan zaman modern
menyebabkan banyaknya ilmuan yang
lahir pada masa itu dan melakukan
penemuan di berbagai bidang sehingga
kemajuan kehidupan manusia semakin
baik.
Sebagai contoh ditemukannya listrik
yang berguna untuk banyak hal.
Ditemukannya teleskop sehingga dapat
melihat benda benda langit dan masih
banyak lagi penemuan lainnya yang
berguna pada masa itu hingga sekarang.
KESIMPULAN
Ilmu pengetahuan zaman modern yang kelahirannya didahului oleh suatu periode
yang disebut dengan “Renaissance”. Sehingga muncul beberapa aliran diantaranya
rasionalisme, empirisme, kritisisme, idealisme, positivisme,
evolusionisme, materialisme, pragmatisme, fenomenologi, dan eksistensialisme.
Perkembangan filsafat pada zaman modern secara umum dapat dinyatakan sebagai
masa ‘modern’, dapat dilihat dari berbagai sisi adanya perubahan mental yang
menunjukkan perbedaan bila dibandingkan dengan masa pertengahan. Paling tidak,
perbedaan itu tampak dalam dua hal yang penting, yaitu pertama, berkurangnya
cengkeraman kekuasaan gereja dan kedua, bertambah kuatnya otoritas ilmu
pengetahuan.
Pemikiran tokoh/filsuf pada masa modern dapat disimpulkan bahwa setiap aliran
memiliki tokoh/penganut sendiri-sendiri yang mendukung pengembangan alirannya
dan bertujuan sebagai pedoman pengembangan ilmu pada saat itu yaitu masa
modern. Ada kaitan antara aliran yang satu dengan yang lainnya, dimana ada kritik
bukti ketidakpuasan pada aliran yang satu dan terciptanya aliran baru yang sangat
banyak sesuai dengan pendapat filsafat masing-masing tokoh.
SARAN
Materi dalam makalah ini semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca. Dalam penulisan
makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan didalamnya baik dalam hal
sistematika penulisan maupun isi. Maka dari
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA
● Achmadi Asmoro, Filsafat Umum, Rajawali Pers, Jakarta:2013.
● A. Wiramihardja Sutardjo, Pengantar Filsafat, Refika Aditama, Bandung:2006.
● Hakim, Atang Abdul, Filsafat Umum Dari Mitologi Sampai Teofilosofi,
Bandung: Pustaka Setia, 2008.
● K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta: Yayasan Kanisius, 1981.
● Muzairi, Filsafat Umum, Yogyakarta: Teras, 2009.
● Rahman, Masykur Arif, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta:
IRCiSoD, 2013.
● Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.
● Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
● Faisal, Muhammad. 2013. “Eksistensialisme Sartre” (online),
http://filsafat.kompasiana.com/2013/01/10/eksistensialisme-sartre-523129.html,
di akses pada 10 April 2013.
● Hendriyanto, Agoes. 2012. Filsafat Ilmu. Surakarta: Cakrawala Media.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai