PERKEMBANGAN
MIPA
ZAMAN MODERN
1. NURAINI HABIBAH (202041500082)
2. DEWI AYU RISTIANI (202041500088)
3. ALI MUKTAROM (202041500005)
4. LAURA LUTURMAS (202041500297)
TABLE OF
0 CONTENTS 03
Perkembangan
1
Pengertian MIPA
02
Perkembangan Filsafat Pada
MIPA Zaman Zaman Modern
Modern
Aliran-Aliran Sumbangsih Peranan
04
Beserta Ilmuan Muslim 06
Perkembangan
Tokoh/Filsuf Yang 05
Terhadap MIPA Zaman
Hidup Pada Masa Perkembangan Modern Bagi
Modern MIPA Zaman Kehidupan
Modern
Pengertian
0
MIPA
1
Pengertian MIPA
● Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) adalah
gabungan ilmu yang mempelajari matematika dan ilmu
alam (biologi, fisika, kimia). Sedangkan kata
“matematika” sendiri berasal dari bahasa Yunani Kuno
(mathema) yang berarti pengkajian, pembelajaran, dan
ilmu pengetahuan. Dan pengertian matematika itu sendiri
adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan.
Sedangkan ilmu pengetahuan alam yang dalam bahasa
inggris dikenal dengan istilah ”natural science” adalah
istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu
dimana objeknya adalah benda-benda alam dengan
hukum-hukum yang pasti dan umum. Matematika
digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting diberbagai
bidang, termasuk ilmu alam.
Perkembang
an MIPA
Zaman 02
Modern
Perkembangan MIPA
Zaman Modern
Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern ini sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman
Renaissance. Renaissance ialah periode penemuan manusia dan dunia yang merupakan periode
perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau sesudah abad kegelapan sampai muncul abad modern.
Zaman ini juga disebut sebagai zaman Humanisme. Humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia.
Karena manusia mempunyai kemampuan berpikir, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur
dirinya dan mengatur dunia.
Salah satu hal yang juga menjadi penanda perkembangan MIPA zaman modern yaitu ilmu pengetahuan
bangkit kembali dengan mengedepankan Rasionalisme dan Empirisme sehingga banyak terdapat berbagai
penemuan di bidang ilmiah.
Perkembangan ilmu pada zaman ini telah melahirkan ilmu seperti taksonomi, ekologi, kalkulus, dan
statistika. Pada zaman modern ini juga terjadi revolusi industri di Inggris, sebagai akibat peralihan
masyarakat agraris dan perdagangan abad pertengahan ke masyarakat industri modern dan perdagangan
maju.
angan
Filsafat
Pada
Zaman 03
Modern
Perkembangan Filsafat Pada
Zaman
Bertrand Russell menyatakan Modern
bahwa dalam sejarah, sebuah masa
secara umum dapat dinyatakan sebagai masa "modern", dapat dilihat dari
berbagai sisi adanya perubahan mental yang menunjukkan perbedaan bila
dibandingkan dengan masa pertengahan. Paling tidak, perbedaan itu
tampak dalam dua hal yang penting, yaitu pertama, berkurangnya
cengkeraman kekuasaan gereja dan kedua, bertambah kuatnya otoritas ilmu
pengetahuan. Russell menyatakan bahwa penolakan terhadap kekuasaan
gereja yang merupakan ciri negatif dunia modern dimulai lebih awal
daripada menerima otoritas ilmu pengetahuan sebagai positifnya.
Rasio merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa manusia pada kebenaran
sehingga aliran ini disebut rasionalisme. Rasionalisme merupakan paham filsafat yang menyatakan bahwa
akal (reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalis, suatu
pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir.
Rasionalisme memiliki dua aliran, yaitu dalam bidang agama dan filsafat.
Rasionalisme menurut Frans Magnis Suseno mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut:
1. Rasionalisme sangat mempercayai adanya kekuatan akal budi manusia dengan segala sesuatu itu
dapat dan harus bisa dimengerti atau diterima oleh akal pikiran manusia sehingga hal-hal yang
abstrak sangat bertentangan dengan teori ini.
2. Kebenaran yang hanya dilandasi oleh adanya tradisi, otoritas, tradisi, dan dogma yang tidak bisa
diterima oleh paham rasionalisme ini. Rasionalisme membawa dampak dalam beberapa bidang antara
lain politik, agama, dan ilmu pengetahuan.
3. Rasionalisme mengembangkan suatu metode baru dalam pengambilan keputusan, yaitu
menggunakan metode deduksi atau pengambilan keputusan dari hal-hal yang bersifat umum menjadi
hal-hal yang bersifat khusus.
4. Rasionalisme, karena mencampuradukkan antara agama dan ilmu, bersifat sekuler.
Tokoh/filsuf Rasionalisme
Rene Descrates
Ia merupakan bapak rasionalisme yang memberikan dasar pemikiran rasionalisme. Kemampuan berpikir manusia
sudah tertanam pada tiap-tiap manusia sejak manusia dilahirkan. Dia mengajukan patokan berpikir menjadi beberapa
tingkatan. Pertama, seorang pemikir atau ilmuan harus meragukan setiap apa saja yang muncul di pikirannya. Kedua,
seorang pemikir harus menyederhanakan setiap kesulitan-kesulitan dengan membagi-bagi menjadi bagian yang
banyak sekali. Ketiga, pemikir harus menurunkan pernyataan yang masih gelap dengan menguraikan langkah demi
langkah menjadi pernyataan yang sederhana secara deduktif. Keempat, dia mulai menjalankan pikirannya secara
teratur mulai dari unsur yang paling sederhana sampai pada hal yang rumit.
Benedict Spinoza
Filsuf ini sangat bertentangan dengan Descrates. Ia membagi pengetahuan menjadi tiga tahap. Pertama, pengetahuan
indrawi, yaitu manusia mendapatkan pengetahuan ini setelah manusia berhubungan dengan objek di luar dirinya.
Kedua, pengetahuan akal budi atau rasional diperoleh dari kemampuan akal budi manusia. Ketiga, pengetahuan yang
tertinggi, yaitu pengetahuan intuitif atau pengetahuan murni. Pengetahuan akan memberikan penyesuaian dalam
kehidupannya yang bermuara pada kebahagiaan dalam hidup.
G. W. Leibniz
Menurutnya, pengetahuan dikembangkan oleh pengalaman, tetapi pengalaman bukan sumber pengetahuan karena
pengalaman tidak mempunyai sumber umum dan mutlak.
2. Idealisme
Adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan
roh. Istilah idealisme diambil dari kata idea, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.
Idealisme secara umum selalu berhubungan dengan rasionalisme. Ini adalah mazhab epistimologi yang mengajakan
bahwa pengetahuan apriori atau deduktif dapat diperoleh manusia dengan akalnya. Paham idealisme mengajarkan
bahwa hakikat fisik adalah jiwa, spirit.
Tokoh/filsuf Idealisme
J.G. Fichte
Dialektika Fichte dapat diterangkan sebagai berikut: manusia memandang objek benda-benda dengan indranya.
Dalam mengindra objek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya maka berjalanlah proses
intelektualnya untuk membentuk dan mengabstraksikan objek itu menjadi pengertian seperti yang dipikirkannya. Ia
menganjurkan supaya kita memenuhi tugas, dan hanya demi tugas. Tugaslah yang menjadi pendorong moral. Isi
hukum moral ialah berbuatlah menurut kata hati.
F.W.U. Schelling
Pemikiran Schelling merupakan mata rantai antara Fichte dan Hegel. Ia menggambarkan jalan yang dilalui intelek
dalam proses mengetahui, semacam epistimologi. Reese menyatakan bahwa filsafat Schelling berkembang melalui
tahap: Idealisme subjektif; pada tahap ini, ia mengikuti pemikiran Fichte.
G.W.F. Hegel.
Idealisme di Jerman mencapai puncaknya pada masa Hegel. Ia termasuk salah satu filsuf Barat yang
menonjol. Inti filsafat Hegel adalah konsep Geists ( roh, spirit), suatu istilah yang diilhami oleh
agamanya. Ia berusaha menghubungkan yang mutlak itu dengan yang tidak mutlak. Yang mutlak itu roh
(jiwa), menjelma pada alam sehingga sadarlah ia akan dirinya. Roh itu dalam intinya ide, artinya
berpikir. Demikian pula, kemanusiaan merupakan bagian dari ide mutlak, Tuhan sendiri. Ide yang
berpikir itu sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan gerak lain. Gerak ini menimbulkan tesis yang
dengan sendirinya menimbulkan gerak yang bertentangan, antisintesis. Yang menjadi aksioma Hegel:
apa yang masuk akal (rational) itu sungguh real, dan apa yang real itu masuk akal.
3. Idealisme Theist
merupakan aliran idealisme yang bertuhan. Pada zaman modern ternyata masih ada “turunan langsung” Anselmus dan
Agustinus (filsuf abad tengah), yaitu Pascal. Pemikiran Pascal tentang Tuhan dan manusia hampir merupakan fotokopi
pemikiran Anselmus dan Agustinus. Kant juga mengakui Tuhan dalam filsafatnya. Tapi, Tuhan ia temukan dengan cara
berbeda dari cara Pasal.
Tokoh/filsuf Idealisme Theist yaitu
Pascal
Filsafat kata Pascal, dapat melakukan apa saja, tetapi hasilnya tidak sempurna. Kesempurnaan itu ada pada iman,
sehebat apapun manusia berpikir ia tidak akan memperoleh kepuasan karena memang manusia memiliki logika yang
kemampuannya melampaui logika itu sendiri. Berkenaan dengan usaha mencari Tuhan, Pascal tidak menggunakan
argumen metafisika, karena disamping tidak termasuk bidang geometri, juga tidak akan memiliki pengaruh apa-apa
terhadap keimanan seseorang. Pascal menafikan metafisika dan solusinya ialah “kembalikan persoalan ketuhanan
kepada jiwa”. Ia juga memberikan kontribusi penting pada pembangunan mekanisme kalkulator
Immanuel Kant.
Menurut Kant, semua planet sudah atau akan dihuni, dan planet-planet yang jauh dari matahari mempunyai masa
berkembang lebih panjang, barangkali dihuni oleh species yang lebih cerdas dibandingkan dengan penghuni bumi kita
ini.
4. Empirisme
adalah salah satu aliran dalam filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta
pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme diambil dari bahasa Yunani empiria yang
berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme.
Aliran empirisme mempergunakan penalaran induktif.
Penganut empirisme berpandangan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan bagi manusia, yang jelas-
jelas mendahului rasio. Tanpa pengalaman, rasio tidak memiliki kemampuan untuk memberikan gambaran tertentu.
Tokoh/Filsuf Empirisme
John Locke
Merupakan bapak empirisme. Menurutnya, pengetahuan manusia didasarkan atas pengalaman yang kemudian
diterima atau ditolak oleh akal budinya. Sensasi pengalaman dari luar manusia dan refleksi merupakan pengalaman
batin.
George Barkeley
Merupakan seorang filsuf dari Irlandia. Menurutnya, segala sesuatu yang diketahui oleh manusia bersumber dari
pengalaman adanya objek karena diterimanya sesuatu oleh indera. Pada prinsipnya pengetahuan bersandar pada
pengalaman yang terjadi karena hubungan antara pengamatan indera yang satu merupakan penguatan dari indera
yang lain.
David Hume
Menurutnya, segala yang tidak dapat disusun oleh pengalaman tidak dapat dikatakan sebagai
pengetahuan yang benar. Dalam pikiran tidak ada satupun ide yang tidak sesuai dengan kesan yang
berasal dari pengalaman indera. Ide merupakan hasil dari analisis pikiran dan kombinasi dalri kesan
yang diungkapkan oleh indera kembali sehingga jika kesan itu tidak ada, ide tidak akan muncul.
Herbert Spencer.
Berpusat pada teori evolusi. Menurutnya, kita hanya dapat mengenali fenomena-fenomena atau
gejala-gejala. Memang benar di belakang gejala-gejala itu ada suatu dasar absolute, tetapi yang
absolute itu tidak dapat kita kenal. Secara prinsip, pengenalan kita hanya menyangkut relasi-relasi
antara gejala-gejala. Dibelakang gejala-gejala ada sesuatu yang oleh Spencer disebut yang tidak
diketahui (the great unknownable). Metafisika menjadi tidak mungkin.
5. Pragmatisme
berasal dari kata “Pragma” (bahasa Yunani) yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah aliran dalam
filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi
kehidupan nyata. Pragmatisme berpandangan bahwa substansi kebenaran adalah jika segala sesuatu memiliki fungsi
dan manfaat bagi kehidupan. Misalnya, beragama sebagai kebenaran, jika agama memberikan kebahagiaan; menjadi
dosen adalah kebenaran jika memperoleh kenikmatan intelektual
Tokoh/filsuf Pragmatisme
William James
Pandangan filsafatnya diantaranya menyatakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, berlaku umum, yang bersifat
tetap, yang berdiri sendiri lepas dari akal yang mengenal. Sebab, pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita
anggap benar dalam perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah, karena di dalam praktik, apa yang kita
anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Menurutnya bahwa dunia tidak dapat diterangkan dengan
berpangkal pada satu asas saja.
John Dewey.
Ia mengatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata. Filsafat tidak boleh larut
dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada faedahnya. Oleh karena itu, filsafat harus
berpijak pada pengalaman dan mengolahnya secara kritis. Menurutnya tidak ada sesuatu yang sempurna. Satu-
satunya cara yang dapat dipercaya untuk mengatur pengalaman dan untuk mengetahui artinya yang sebenarnya
adalah metode induktif. Metode ini tidak hanya berlaku bagi ilmu pengetahuan fisika, melainkan juga bagi
persoalan-persoalan sosial dan moral.
6. Eksistensialisme
Istilah eksistensialisme berasal dari kata eksistensi dari kata dasar exist. Kata exist itu sendiri adalah bahasa Latin
yang artinya: ex; keluar dan sistare; berdiri. Jadi eksistensi adalah berdiri dengan keluar dari diri sendiri. Secara
umum eksistensialisme dimaksudkan sebagai aliran filsafat yang membicarakan keberadaan segala sesuatu, termasuk
manusia. Permasalahannya ialah, siapakah yang benar-benar berada (bereksistensi); apakah manusia, atau Tuhan atau
kedua-duanya.
Eksistensialisme dalam justifikasi filosofinya tentang makhluk yang sepenuhnya asing, mengakui manusia sebagai
makhluk yang wujud dengan sendirinya dialam semesta ini, yakni makhluk yang dalam dirinya tidak terdapat bagian
atau karakteristik tertentu yang datang dari Tuhan atau alam. Akan tetapi, karena mempunyai kemampuan untuk
memilih, dia merancang dan menciptakan dirinya sendiri.