Anda di halaman 1dari 21

PERJALANAN PARADIGMA

ILMU PENGETAHUAN

1
ERA KEBANGKITAN LOGOS
• Walaupun pengertian logos cukup luas, tapi dlm konteks
pembahasan singkat akan digunakan:
Upaya pencarian atau pemahaman hakikat realitas
(filsafat) dg turunannya  Ilmu Pengetahuan (sains).

• Upaya tsb dapat ditelusuri melalui kebudayaan Mesir,


Babilonia, Cina, dan Yunani kuno. Paling menonjol dlm
hal ini  Yunani kuno berkat naskah tertulis pada
berbagai media non-kertas yg dapat dicorat-coret.

• Walau hal tsb tidak akan dibicarakan lebih jauh, tapi


dari Yunani kuno dikenal nama2 antara lain, Thales,
Leokippus, Demokritus, Phytagoras, Archimedes,
Socrates, Plato, dan Aristoteles.
2
• Paling awal mempelajari & mengembangkan pemikiran
filsuf2 Yunani kuno tsb adalah para sarjana muslim pada
abad VIII di Spanyol & Bagdad yg kemudian ditransmisikan
ke Eropah melalui kaum Skolastik. .
• Tulisan2 hasil pemikiran para sarjana Muslim dalam
berbagai bidang cukup banyak  salah seorang yg
besar pengaruhnya pada pemikiran di Eropah pada
era tsb  Averroes (Ibnu Rushd, 1126-1198),pengagum,

penafsir, dan penyebar pemikiran Aristotle.


• Mnrt Ibnu Rushd bhw ada dua kebenaran, yaitu (1) mnrt
agama, yg cocok utk orang banyak, (2) mnrt filsafat 
kebenaran rasional, yg hanya dipahami sekelompok kecil
orang pilihan. Pemikiran ini banyak mempengaruhi
kaum Skolastisi (WIM Poli, Tonggak2 Sejarah Pemikiran
Ekonomi). 3
• Pemikir Muslim lainnya, Ibnu Khaldun (1332-1395), yg
dipandang sbg Bapak Sosiologi. Pusat perhatiannya antara
lain pada unsur organisasi kemasyarakatan, pembangunan,
perdagangan, dan peranan pemerintah dlm perekonomian.
• Karya utama Ibnu Khaldun, Muqaddimah. Sebagaimana
Averroes, Ibnu Khaldun sangat mengandalkan pemikiran
rasional, sehingga pengeritik2nya menganggap ajarannya
menyimpang dari ajaran agama Islam.
• Sejumlah ekonom memandang pemikiran Ibnu Khaldun
ikut mempengaruhi pemikiran Adam Smith dalam
bukunya
“The Wealth of Nations” shg mempertanyakan bapak Ilmu
Ekonomi Adam Smith atau Ibnu Kaldhun?
4
DDARI YUNANI KUNO KE ADAM SMITH: 23 ABAD

PEMIKIRAN
PEMIKIRAN
1 SARJANA
YUNANI KUNO
MUSLIM

PEMIKIRAN 2
SKOLASTISI
(Eropa)

4
PEMIKIRAN ADAM SMITH (ABAD XVIII)
5
FILLING THE GAP
• Dg demikian, besar sumbangan pemikiran para sarjana
Muslim pada era berakhirnya Yunani kuno sampai abad
pertengahan dan mempegaruhi pemikiran berbagai bidang
di Eropah.
• Hal tsb sekaligus menyanggah pendapat salah seorang
ekonom terkenal  Joseph A. Schumpeter yg menyatakan
bhw terdapat kesenjangan pemikiran ekonomi sekitar 500
tahun antara era berakhirnya Yunani kuno s.d. abad XV
(Schumpeter Gap):
“semua ucapan, tulisan, atau perbuatan sama
sekali tidak bersangkut paut dg ekonomi”
(Schumpeter dlm Mirakhor, 1988).
Padahal, era yg dianggap gap tersebut merupakan masa
keemasan para sarjana Muslim dalam berbagai bidang 6
termasuk bidang ekonomi.
PRINSIP-PRINSIP DASAR
PARADIGMA CARTESIAN-NEWTONIAN
YANG MELANDASI SAINS-MODERN

7
PRINSIP2 DASAR PARADIGMA CARTESIAN-NEWTONIAN

• Subyektivisme-Antroponsentrik
• Dualisme
• Mekanistik-Deterministik
• Reduksionisme-Atomistik
• Instrumentalisme
• Materialisme-Saintisme

TOKOH UTAMA: - Rene Descartes (1596 -1650)


- Isaac Newton (1643 -1726)
8
• Subyektivisme-Antroponsentrik

Manusia merupakan pusat dunia

Kesadaran subyektivisme ini sangat kental dicanankan


oleh Bapak Filsafat Modern Descartes: Cogito ergo sum
 kesadaran subyek yg terarah pd dirinya sendiri  basis
ontologis thdp eksistensi realitas eksternal di luar diri sang
subyek.

Filsafat tradisional: mengarahkan subyek kpd obyek

Filsafat modern: obyek yg hrs mengarahkan diri pd subyek.

9
• Dualisme

Realitas dibagi menjadi subyek dan obyek, manusia dan


alam dg menempatkan superioritas subyek atas obyek.
Keterpilahan yg dikotomis tsb  konsekuensi alamiah
prinsip Descartes utk menemukan kebenaran obyektif
dan universal, yaitu clearly (jelas) dan distinctly (terpilah).

Menusia dpt memahami dan mengupas realitas yg


terbebas dr konstruksi mental manusia; subyek dpt
mengukur obyek tanpa mempengaruhinya, dan
sebaliknya.

Dualisme tsb meliputi juga pemisahan antara kesadaran


dg materi, antara fikiran dan tubuh, antara jiwa dg benda,
dan antara nilai dg fakta.
10
• Mekanistik-Deterministik

Alam raya merupakan sebuah mesin raksasa yg mati,


tdk bernyawa, dan statis  segala sesuatu di luar
kesadaran subyek dianggap sbg mesin yg bekerja
menurut hukum2 matematik yg kuantitatif, termasuk
tubuh manusia.
Realitas (alam semesta termasuk manusia) dpt dipahami
dg menganalisis dan memecah-mecahnya menjadi
bagian2 kecil, lalu dijelaskan dg pengukuran kuantitatif
 sesuai dg metoda universal 4 tahap Descartes.

Keseluruhan = jumlah bagian2nya  4 = 2+2 atan 3+1


Deterministik  alam sepenuhnya dpt dijelaskan, diramal,
dan dikontrol berdasarkan hukum2 yg pasti  pelbagai
fenomena alam dan sosial dijelaskan secara deterministik
11
dan linear.
• Reduksionisme-Atomistik
Alam semesta dipandang sbg mesin mati tanpa makna
simbolik dan kualitatif tanpa nilai, tanpa cita rasa etis dan
estitis  alam hampa dan kosong tanpa nilai spiritualitas.
Menggusur dan memiskinkan kekayaan dan pluralitas
realitas dan hanya memiliki sebuah pandangan tunggal
dan linear thdp realitas.
Alam raya dan realitas secara keseluruhan terbangun
atas balok2 bangunan dasar (building blocks) materi yg
terdiri dr atom2.
Penggusuran aspek2 simbolik kualitatif ke matematik yg
numerik-kuantitatif  diabadikan utk ilmu2 empiris: fisika
dan kimia, & ilmu2 terapan: komputasi, statistik, teknologi.
Kesuluruhan dapat dipelajari melalui bagian2nya 12
(parsial).
• Instrumentalisme
Kebenaran suatu pengetahuan atau sains diukur sejauh
mana pengetahuan tsb dpt digunakan utk memenuhi
kepentingan2 material dan praktis.
Sains modern menjadi terkait erat dg teknologi  manusia
modern semakin mendominasi dan mengeksploitasi alam.
Mnrt Habermans bhw manusia modern memungkinkan
kontrol teknis thdp alam dan masyarakat  tidak lagi
berhubungan dg peningkatan kearifan kemanusiaan.

Pergeseran dr “quality” ke “quantity” dari “why” ke “how”.


Tujuan sentral sains modern: ukur, ramal, dan kontrol.
Ilmu2 yg terkait dg kearifan semakin terpinggirkan. 13
• Materialisme-Saintisme

Paradigma ini menempatkan metoda ilmiah terutama yg


eksperimental sbg satu2nya metoda dan bahasa keilmuan
yg universal  segala pengetahuan yg tdk dpt diverfikasi
oleh metoda tsb dianggap tdk bermakna apa2.

Walaupun Descartes dan Newton percaya kepada Tuhan,


tp bagi Descartes Tuhan hanya bersifat instrumental utk
menjamin kesahihan pengetahuan subyek thdp realitas
eksternal.

Bagi Newton, Tuhan awalnya menciptakan partikel2 benda,


kekuatan2 antar partikel, alam semesta terus bergerak spt
mesin yg diatur oleh hukum2 deterministik  Tuhan tidak
diperlukan lagi kehadirannya dlm kosmos ini.
14
Ketika sains modern semakin independen thdp filsafat
alam, maka asumsi teologis yg dianut oleh Descartes dan
Newton semakin tergusur.
Laplace (Calestial Mechanics) menulis bhw “Tuhan tdk
dibutuhkan dlm penjelasan mekanika”.

La Mattrie (Man a Machine) membandingkan manusia dg


jiwanya sbg mesin arloji yg rumit.

Dlm Bilogi, mnrt Jacques Monod (Chance and Necessaty),


biolog pembela Darwin bhw alam terjadi secara kebetulan
 ketidak-bertujuan alam semesta  seluruh fenomena
alam raya dpt direduksi kpd hukum2 fisika dan kimia yg
dioperasikan melalui prinsip kebetulan.

15
Proses Hegemonisasi Paradigma Cartesian-Newtonian

Paradigma ini berpengaruh sedemikian besar  mampu


menghegemoni cara pandang, pola pikir, dan sikap mental
manusia sejak 300 tahun terakhir.
Walaupun mendapat kritikan tajam dr berbagai aliran, tp
masih mampu kuat mencengkeram banyak orang di dunia
modern  yg masih kental menganut paradigma ini adalah
komunitas ilmiah, pendidikan, dan pengambil keputusan
pd berbagai jenjang kebijakan publik.

Tahapan2 yg memungkinkan hegemoni paradigma C-N:

• Perspektif Historis
• Pendasaran Filosofis Menunju Positivisme. 16
Perspektif Historis
Peradaban Modern: Pembentukan Subyektivitas Manusia
• Peradaban modern berawal dr petualangan manusia
Eropah utk mencanankan kedaulatan diri atas segenap
kehidupannya di dunia  bertualang mencari jati diri,
dan hakikat eksistensi kemanusiaannya.
• Berpangkal pd akal budi, manusia modern mencari jati
diri melalui gerakan2 spt Renaissance, antroposentrisme,
filsafat/pemikiran modern, Reformasi, dan Pencerahan
(enlightment, aufklarung).

• Renaisans menyuguhkan pandangan baru ttg hakikat


manusia dg mencanangkan humanisme yg menitik-
beratkan kesadaran individual sbg subyek yg otonom.
17
• Manusia tdk lagi menganggap diri sbg peziarah di dunia
(viator mundi) tp sbg pencipta dunia (feber mundi) 
Manusia Eropah saat itu seakan lahir kembali stlh ribuan
tahun tertidur (dark ages)  mengklaim trinspirasi oleh
peradaban Yunani-Romawi padahal mrk warisi langsung
dr peradaban Islam yg tlh mencapai kejayaan saat mrk
msh dlm dark ages.
• Dlm suasana semangat humanisme itulah (abad 14-17)
lahir Descartes yg merasa terpanggil utk ikut serta dlm
kafilah peradaban baru  mencari dasar & landasan
filosofis yg sesuai dg semangat zaman (zeitgeist)  ia
menemukan fondasi primer filosofisnya: cogito ergo sum.
• Dlm suasana tsb manusia modern memberontak thdp
cara berfikir metafisis ataupun teologis  segenap nilai2
tradisi terutama dr agama sbg belenggu kebebasan. 18
• Pengetahuan suci transendental dideskralisasi oleh
rasionalisme-emprisme yg mekanistik  pesona alam
semesta (enchantment of nature) dimusnahkan oleh
cogito ergo sum Descartes dan mekanika Newtonian 
agama & segenap nilai2 moral tradisional dicampakkan
 norma2 agama dituding sbg belenggu kebebasan
dan otonomi.
• Lahir reformasi sbg upaya dalam agama Kristen secara
kritis rasional  Calvin & Luther melawan ke-sewenang2-
an gereja & pengingkaran thdp kebebasan berekspresi
manusia. Diperlukan paradigma baru yg dpt mengangkat
harkat manusia yg memiliki otonomi berfikir dan kemam-
puan mengelola dunia.

19
• Sekulerisasi menjadi tuntutan sejarah dan kesadaran
umum masy. modern  manusia merasa bebas dari
kontrol dan komitmen nilai2 kearifan  dimanifestasikan
dlm pemisahan sains dari nilai2 kemanusiaan  kaum
posivitistik mengklaim sains itu netral (value-free).
• Sejak paruh abad ke-19 proyek subyektivitas manusia
modern terus bergulir dg lebih radikal  stlh agama,
teologi, dan metafisika berhasil dicampakkan dr wacana
keilmuan dan kehidupan sosial-kemanusiaan dg menjadi-
kannya sbg urusan individu belaka  pemberontakan
langsung diarahkan pd jantung keyakinan agama, yaitu
Tuhan  atheist  Marx menyebut Tuhan sbg tokoh/
konsep rekaan kaum kapitalis-berjois utk membius kaum
proletar  agama adalah candu masy.  puncak atheisme
pd akhir abad ke-19 oleh Friedrich Nietzsche: Kematian
Tuhan  puncak kebebasan dan kemandirian manusia.20
Pertemuan berikut tentang
Paradigma Holisme & Kompleksitas

21

Anda mungkin juga menyukai