Anda di halaman 1dari 23

Modernisme dan

Postmodernisme
Pelatihan “History of Thought”
USC Satunama Yogyakarta
Dr. F. Budi Hardiman
Sesi Pertama
“Rasionalitas Modern”
Masuk ke dalam Alam Pikir
 Anda harus belajar menjadi ‘pemula’
 Jangan percaya begitu saja bahwa dunia luar
itu ada
 Carilah titik pangkal dari segala sesuatu yang
Anda amati
 Pikirkanlah bagian-bagian dalam fokus
totalitas
 Lucuti hal-hal konkret dan temukan yang
paling umum dalam yang paling konkret
Tentang Apa?
 Bukan tentang sejarah politik, melainkan
sejarah rasionalitas (kisah ttg pertarungan
ide-ide besar)
 Sejarah rasionalitas: Apa yang dianggap
masuk akal oleh manusia berubah dalam
sejarah, maka “kebenaran” pun
merupakan konsep.
 Bergerak dalam ranah ‘philosophy of
knowledge’ (epistemology) dan
‘philosophy of science’
Apa itu “Modernitas”?
 Etimologi: “Moderna” = baru; “saat kini”
 Acuan sosiologis: institusi-institusi dan
struktur-struktur sosial yang tertata secara
rasional (lih. ‘birokrasi’ Weber)
 Acuan ekonomis: ekonomi uang dan pasar
kapitalistis ( lih. Adam Smith)
 Acuan politis: demokrasi,
konstitusionalisme/negara hukum dan hak-hak
asasi manusia (lih. Locke, Rousseau, Hobbes)
Apa yang Menyamakan Semua
Acuan Itu?

 Suatu distingsi dari ‘yang


lama’/
pra-modern/tradisional/feodalis
tis/abad pertengahan
Distingsi Itu
Pra-modern Modern
 Waktu siklis  Progress (dialektik a la
Hegel)
 Kolektivisme (bdk.  Individuasi (hak milik ala
Romantisme politis A. Locke)
Mueller)
 Agama sebagai  Sekularisasi
Weltanschauung (Entzauberung der Welt a
la Weber)
 Mitos, tahayul,
perdukunan  Sains dan teknologi
Protagonis Modernitas
 Agen perubahan dari masyarakat tradisional ke
masyarakat modern adalah sains dan teknologi:
 Ilmu-ilmu alam (Newton dst.) memasukkan
“pandangan dunia mekanistis” (lih. Bacon, Descartes,
Leibniz)
 Teknologi sebagai aplikasi sains menempatkan homo
faber sebagai pusat sejarah. Pengaruh pada sistem
ekonomi kapitalistis dan industri (lih. Marx).
Bagaimana Sains Bekerja?
 1. Menemukan anomali dari keajegan-
keajegan (Th. Kuhn)
 2. Merumuskan hipotesis
 3. Hipotesis yang tak kalah-kalah mendapat
status hukum alam (K. R. Popper)
 4. Hukum-hukum serumpun diabstraksi
menjadi teori ilmiah
Asumsi-asumsi Sains
 1. Alam bekerja secara mekanistis (seperti
mesin) menurut hukum kausalitas
 2. Proses-proses alamiah itu “objektif” (bukan
hasil interpretasi subjektif)
 3. Realitas itu bersifat material dan isi realitas
dapat dijelaskan secara rasional dan progresif
 4. Maka itu, sains dapat memprediksi
peristiwa-peristiwa alamiah di masa depan.
Asumsi Sains tentang Pengetahuan
 1. Pengetahuan itu netral atau bebas nilai;
artinya, pengetahuan itu tidak mengandung
unsur moral, norma, penilaian estetis, ideologi
ataupun kepentingan politis.
 2. Pengetahuan itu objektif; artinya,
pengetahuan itu dapat disepakati oleh semua
orang dari latarbelakang yang berbeda-beda
 3. Pengetahuan itu dapat dipakai untuk
prognosis
 4. Pengetahuan itu universal, yaitu tidak
tergantung konteks ruang dan waktu, berlaku di
manapun dan kapanpun.
Pandangan Dunia Ilmiah
 Di balik karakteristik ilmu ada ‘etos’ yang dapat
diperkembangkan untuk interaksi sosial
 1. Hubungan-hubungan yang egaliter dan demokratis
 2. Kebebasan individual yang besar untuk
menemukan hal-hal baru
 3. Toleransi terhadap berbagai latarbelakang
 4. Kepercayaan akan adanya kebenaran objektif
 5. Keyakinan bahwa konsensus tanpa paksaan itu
mungkin
Pandangan Historis Positivisme
 Epistemologi sains adalah “positivisme” (yang
benar = yang faktual) – kanak-kanak ke
dewasa
 A. Comte melukiskan sejarah sebagai
perkembangan linear-progresif-universal:
 1. Tahap teologis (fetisisme,politeisme,
monoteisme)
 2. Tahap metafisis
 3. Tahap positif
Scientism
 1. Kepercayaan bahwa ilmu-ilmu alam adalah
proses belajar manusia yang paling bernilai
karena otoritatif, serius dan bermanfaat, maka
adalah baik bila seluruh anggota masyarakat
mendasarkan dirinya pada ilmu.
 2. Kepercayaan bahwa kebenaran hanya dapat
dicapai lewat ilmu pengetahuan; tak ada
kebenaran selain kebenaran ilmiah.
Ideologi Sains
 Scientism adalah ideologi sains yang menegasi
kemungkinan adanya kebenaran=-kebenaran
lain di samping kebenaran ilmiah. Etika ilmu
menjadi etika sosial, padahal etika ilmu itu
terbatas.
 Catatan: Etos ilmiah tidak harus jatuh ke
dalam Scientism. Scientism adalah radikalisasi
etos ilmiah.
Sains: Ingin Tahu Semua
 1. Fisika: gerak dan materi
 2. Kimia: perubahan zat
 3. Biologi: gejala hidup
 4. Sosiologi: interaksi sosial
 5. Psikologi: penghayatan batin
 6. Ekonomi: pertukaran nilai
 7. Kriminologi: gejala kejahatan
 8. Astronomi: kosmos
 9. Dst.
Contoh
 Novel: utopia-utopia dalam Science-fictions
 Sistem sosial: birokrasi modern
 Sistem teknologis: pusat-pusat riset
 Sistem nilai: positivisme/antimetafisika

 Tak ada “kebetulan” dalam kosmos ini; hal-hal


yang kini ada dalam agama (misal: kejahatan)
suatu kali dapat dijelaskan secara ilmiah.
Kegagalan Scientism
 Etika ilmu yang terbatas itu tidak dapat diterima
dalam konteks yang luas tanpa paksaan dan
homogenisasi sosial
 Etika ilmu itu objektif, impersonal dan universal,
sementara etika sosial itu intersubjektif, interpersonal
dan lokal
 Memilih etika ilmu atau tidak bukanlah soal objektif,
melainkan soal putusan moral, maka tak ada
objektivitas dalam aplikasi etika ilmu itu.
 Kegagalan eksperimen sejarah scientism dalam
Nationalsosialisme Jerman dan rezim-rezim
komunistis.
Rationalisierung
 Seluruh proses perubahan besar-besaran akibat
sains dan teknologi (dan asumsi-asumsi
epistemologisnya) pada masyarakat yang
beralih dari bentuk tradisional ke bentuk
modernnya disebut Max Weber sebagai
“rasionalisasi” (Rationalisierung)
 Artinya: Segala tindakan, norma, sistem,
struktur sosial ditransformasikan menurut
asas-asas “Zweckrationalitaet” (rasionalitas-
tujuan).
Asas-asas apakah itu?
 Asas-asas Zweckrationalitaet (Weber):
 1. Kejarlah efisiensi dalam berbagai bidang, karena
efisiensi itu rasional
 2. Bersikaplah profesional, yakni: netral terhadap
afeksi, hubungan personal, kepentingan dst., karena
semua ini rasional
 3. Raihlah efektivitas material untuk segalanya,
karena segalanya dapat di-”engineering” (termasuk
“jiwa”, “spiritualitas”, “seni” , “tubuh” dst.)
 4. Singkirkan tahayul, mitos dan agama dan kejarlah
objektivitas ilmiah, karena yang ilmiah itu nyata dan
yang nyata itu rasional.
Diambil dari Konsep Rasionalitas
dalam pengertian sehari-hari
 Sebuah pikiran, perkataan atau tindakan
disebut “rasional”, jika “mempunyai alasan”
yang “dapat diterima oleh orang-orang lain”.
 Tetapi sesuatu juga disebut “rasional”, jika
“dapat disangkal”. Misalnya, di gedung itu
hantu bergentayangan. Tanpa dapat dibuktikan
salah atau benar = tak masuk akal.
 Rasional berarti juga berguna, tak sia-sia,
efektif, dapat dikalkulasi.
Sistem dan Dunia Kehidupan
 Rasionalitas modern tidak hanya terwujud dan
disebarkan dalam bentuk sains dan teknologi,
melainkan juga dalam bentuk institusi sosial yang
bekerja mirip teknik, yakni: birokrasi modern dan
institusi ekonomis yang juga bekerja seperti mesin,
yakni: pasar kapitalistis. Kedua komponen itu
membentuk “sistem” dalam masyarakat modern.
 Masyarakat itu sendiri lebih luas dari “sistem”,
karena memuat kebudayaan dan solidaritas sosial.
Sesuatu yang lebih luas itu disebut “dunia kehidupan”
(Lebenswelt).
Diskusikanlah
 1.Sebutkanlah fenomena-fenomena perubahan
dalam masyarakat tradisional kita (misal
Jawa/Sunda/Batak/Flores dst.) akibat
“Rationalisierung”!
 2. Susunlah daftar pro-contra perubahan-
perubahan itu!

Anda mungkin juga menyukai