Anda di halaman 1dari 3

PERANANAN SERIKAT BURUH DALAM DEMOKRATISASI

DI INDONESIA

Definisi Demokrasi menurut ahli :

Menurut Hannry B. Mayo


Kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh
rakyat dalam pemilihan-pemilihan yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam
suasana di mana terjadi kebebasan politik.

Menurut International Commission of Jurist


Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan di mana hak untuk membuat keputusan-keputusan politik
diselenggarakan oleh warga Negara melalui wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan yang
bertanggungjawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas.

Menurut C.F. Strong


Demokrasi adalah Suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota dewan dari masyarakat ikut serta
dalam politik atas dasar sistem perwakilan yang menjamin pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan
tindakan-tindakannya pada mayoritas tersebut.

Menurut Samuel Huntington


Demokrasi ada jika para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam sebuah sistem dipilih melalui
suatu pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala dan di dalam sistem itu para calon bebas bersaing untuk
memperoleh suara dan hampir seluruh penduduk dewasa dapat memberikan suara.

Sejarah Gerakan Serikat Buruh :

Cikal bakal munculnya serikat buruh bermula di Inggris pada abad ke 18 namun pada saat itu serikat-serikat
buruh yang bermunculan berdasarkan buruh yang “skilled” dan “unskilled” tujuan didirikannya lebih kepada
untuk melindungi kepentingan profesi dan keahlian mereka. Pada pertengahan abad ke 19 baru terbentuklah
serikat buruh yang tidak berdasarkan “skilled” dan “unskilled” namun berdasarkan kelas yakni kelas buruh.
Perjuangan serikat – serikat buruh pada awalnya lebih kepada kesejahteraan dan pemenuhan
hak – hak mereka. Pada akhir tahun 1850-an terjadilah serangkaian peristiwa yang mengubah
situasi internasional, yaitu krisis ekonomi yang menimpa dua negeri industrial yang paling
maju di Eropa saat itu – Perancis dan Inggris - yang tidak saja membawa konsekuensi –
konsekuensi yang sangat besar secara ekonomi tapi juga politik.1

Di Perancis, akibat dari krisis ekonomi tersebut mengakibatkan melemahnya kediktatoran


Napoleon III, dan memaksanya untuk memperluas konsesi – konsesi ekonomi politik dalam
rangka meredam kaum buruh di Perancis. Kaum buruh di Perancis mulai diberikan
kesempatan untuk memilih dalam Pemilu dan Undang – Undang yang melarang serikat buruh
untuk memperbaiki kondisi kaum buruh juga dicabut. Melihat dari kemenangan politis kaum
buruh di Perancis, kaum buruh di Eropa mulai menyadari arti pentingnya perjuangan politik
bagi serikat buruh, dan mereka mulai menaruh perhatian besar pada urusan – urusan politik
dalam dan luar negeri.2 Pemogokan – pemogokan lainnya yang kebanyakan bersifat politis,
menyusul hampir tiap – tiap tahun dari tahun 1887 sampai tahun 1893, semboyan dari
gerakan buruh saat itu ialah tercapainya hak memilih dan hak mengeluarkan suara.3
1
George Novack, www.indomarxist.com, Sejarah Internasional Pertama dan Internasional Kedua, 1999.
2
Ibid.
3
Op Cit, hal. 4
Serikat Buruh dan Demokratisasi
Di Indonesia gerakan serikat buruh sangat berperan penting dalam kehidupan berdemokrasi
bahkan jauh sebelumnya serikat buruh terlibat dalam proses meraih kemerdekaan Indonesia.
Sertidaknya ada dua serikat buruh yang besar yang mempengaruhi situasi politik di Indonesia
sebelum era kemerdekaan, yang pertama adalah VSTP (Vereeniging van Spoor en Tramweg
Personeel) atau Serikat Buruh Kereta Api dan Trem yang didirikan di Semarang pada tahun
1908, dan yang kedua adalah PMB (Personeel Fabriek Bond) atau Serikat Buruh Gula yang
didirikan di Jogja pada tahun 1918. Sejak dahulu serikat buruh telah berjuang terkait issu dan
persoalan mengenai kebutuhan hidup layak bahkan menyusun kekuatan untuk melakukan
pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda tentunya dengan caranya yang khas
yakni mobilisasi masa dan melakukan mogok.

Sejarah sudah membuktikan bagaimana gerakan buruh mempunyai peranan yang signifikan
tidak hanya pada persoalan kebutuhan hidup layak tetapi juga menentukan arah
kepemimpinan bangsa melalui proses yang demokratis. Di Indonesia gerakan buruh dalam
proses demokrasi pernah mengalami proses pasang surut dimana sempat berkembang pada
era orde lama kemudian dibungkam pada era orde baru. Rezim Orde Baru merupakan koalisi
politik yang terdiri dari tentara, lapisan teratas birokrasi, serta elemen – elemen borjuasi kota
maupun pedesaan, dengan tentara sebagai elemen yang paling dominan. 4 Salah satu tugas
yang diemban Orde Baru pada masa awal berkuasa adalah menghidupkan kembali
perekonomian yang stagnan dimasa akhir Orde Lama, maka tidak mengherankan banyak
yang beranggapan bahwa kebijaksanaan perburuhan Orde Baru terutama dibentuk oleh tujuan
– tujuan ekonominya. Salah satu sasaran sasaran politik koalisi awal yang membentuk Orde
Baru adalah untuk mengekang kemungkinan gerakan – gerakan dalam masyarakat yang
berorientasi radikal.5

Buruh termasuk kedalam kelompok yang mendapat perhatian agak khusus, karena gerakan
buruh cenderung berideologi sosialis yang dianggap kiri, maka Orde Baru mengembangkan
sebuah gerakan buruh yang terkendali dan berideologi moderat. Hal ini untuk mendukung
program pemerintah yang saat itu hendak menarik masuk investor asing.
Dalam waktu bersamaan pemerintah juga terus menerus menghegemoni buruh dengan
menebar propaganda demi semata – mata penciptaan kenyamanan berusaha dan perluasan
kesempatan kerja dengan ”black propaganda” seperti pemogokan adalah cara – cara PKI,
penciptaan dalang atau aktor, aksi buruh yang tak pernah murni atau ditunggangi pihak lain,
istilah liar bagi tindakan buruh yang tidak memenuhi prosedur birokrasi yang justru
melemahkan kekuatan buruh, dsb.6

Ideologi politik perburuhan Orde Baru yang mengatur hubungan buruh dengan majiukan dan
pemerintah dilandaskan pada Hubungan Industial Pancasila (HIP). Pertama kali dilansir oleh
Letnan Jenderal Ali Murtopo tahun 1974 dengan nama Hubungan Perburuhan Pancasila
(HPP).7 Ali Murtopo mengatakan, bahwa perbedaan antara majikan dan buruh harus lenyap.
Doktrin ini melihat hubungan hubungan perburuhan mirip dengan hubungan didalam
keluarga – dengan negara berperan sebagai bapak yang bijaksana.8 Doktrin ini pada dasarnya
menentang konflik – karena bertentangan dengan prinsip musyawarah untuk mufakat – oleh

4
Vedi R. Hadiz, Buruh dalam Penataan Politik Awal Orde Baru, Prisma, 1996, hal. 3
5
Ibid, hal. 4
6
Pokok – Pokok Pikiran YLBHI, Reformasi Politik Perburuhan Nasional, YLBHI, 1998, hal. 6
7
Ibid.
8
Vedi R. Hadiz, Buruh dalam Penataan Politik Awal Orde Baru, Prisma, 1996, hal. 7
karenanya penyelesaian konflik perburuhan dengan cara mogok dan lock out adalah sesuatu
yang harus ditiadakan didalam kepentingan buruh dan majikan sehingga harus berusaha
ditiadakan dalam kearangka HIP.9 Dengan begitu jelas bahwa Hubungan Industrial Pancasila
dalam kenyataannya merupakan hubungan industrial otoriter.

Seiring dengan eforia akibat tumbangnya rezim yang otoriter, yang membawa negara kita
pada transisi demokrasi, dimana kebebasan berserikat dan berpendapat lebih leluasa untuk
dilakukan, maka momen tersebut dimanfaatkan oleh kaum buruh. Serikat – serikat buruh
bermunculan laksana cendawan yang tumbuh subur di musim hujan, dari serikat pekerja
tingkat perusahaan sampai tingkat federasi dan konfederasi.

Disatu sisi hal ini membawa keuntungan bagi para anggotanya (buruh) karena amanat yang
diemban oleh serikat buruh salah satunya adalah melakukan pendampingan/membantu bagi
para anggotanya apabila terlibat dalam perselisihan hubungan industrial. Namun disisi lain
hal ini dapat berdampak negatif bagi buruh, karena tidak jarang para pengurus serikat buruh
hanya mengumpulkan iuran anggota tanpa melakukan apa – apa ketika anggotanya ada yang
terkena masalah dalam hubungan industrial. Belum lagi momentum kebebasan berserikat ini
juga dimanfaatkan oleh para pengusaha dengan membentuk serikat buruh yang tentu saja
bukan untuk kepentingan buruh itu sendiri namun justru untuk menekan buruhnya. Atau
bahkan dimanfaatkan segelintir elit buruh dengan mengatasnamakan anggota dan serikat.

Serikat buruh sangat potensial dalam mewujudkan kehidupan yang demokratis sebagai
kekuatan politik alternatif dalam menyalurkan aspirasi anggotanya dan masyarakat pada
umumnya sehingga gerakan serikat buruh tidak boleh disalahgunakan untuk kepentingan
segelintir orang.

9
Op. Cit

Anda mungkin juga menyukai