Anda di halaman 1dari 19

ARTIKEL

Syafaruddln^Alwi

Penerapan Model
Bureaucratic Authoritarian
Dalam Politik Indonesia
dan Implikasinya
Terhadap Partisipasi
Politik Massa
Pengantar analisis, demokrasi Pancasila yang
Monte Palmer (1989), berpenda- menjamin partisipasi rakyat dalam
pat bahwa tipe regime menentukan ke- pengambilan keputusan nasional,
berhasilan pembangunan ekonomi. dalam substansinya masih belum
Dan hampir semua keputusan panting sesuai dengan harapan, sehingga jika
dibidang ekonomi di negara berkem- kita menggunakan kriteria Palmer ten-
bang ditentukan oleh para pemimpin. tang regime, maka Indonesia termasuk
Regime yang menganut sistem mobili- yang menjalankan sistem mobilisasi
sasi (authoritariaii) menurut Palmer, yang cenderung menciptakan partisi
lebih efektif menggerakkan pem pasi dalam pengertian mobilisasi. Hal
bangunan ekonoriii yang cepat dari yang paradok antara norma dan sub-
pada regime yang menganut sistem re- stansi. Oleh sebab itu fenomena politik
konsiliasi (democratic). Namun, pada Indonesia masih menarik dan masih
sistem mobilisasi, partisipasi massa di- terbuka untuk dikaji. Tema sentral
abaikan. Berbeda dengan Palmer, perjuangan ketika Orde Bam ditegak-
Stephen Haggard (1990) berpendapat kan adalah demokrasi politik disam-
bahwa justeru strategi pembangunan ping perbaikan ekonomi. Dan Orde
ekonomi menentukan tipe regime. Baru diawali dengan tekad untuk
Barangkali kedua-duanya benar. •mengkoreksi segenap kelemahan Orde
Indonesia menjalahkan demokrasi Lama dengan jalan menegakkan
yang disebut dengan demokrasi demokrasi lewat pelaksanaan UUD
Pancasila! Tetapi menurut berbagai 1945 secara murni dan konsekuen

36 UNISIA11.XI.IV.1991
(Nasution 1981).Tekad tersebut diha- persamaan hak warga negara, ke-
silkan oleh konsensus nasional tahun bebasan bagi semua rakyat, ber-
1966 yang terdiri dari kedaulatan operasinya sistem perwakilan
rakyat sebagai dasar negara, dan per- politik, dan berfungsinya sistem
lunyalembaga perwakilan rakyatyang pemilihan umum.
dibentuk dengan pemilu (Konsideran
TAP MPRS No. XI Tahun 1966).
Negara kita melalui UUD 1945
Sayangnya, sekalipun tidak secara eks- menjamin hak rakyat (massa) secara
plisit, partisipasi rakyat dalam mene- ekonomi dan politik ikut serta dalam
tapkan kebijaksanaan ternyata tidak
mengatur perekonomian nasional
dicakup oleh konsensus nasional dan
(pasal 33). Hakekat yang paling men-
UUD 1945 yang dimaksudkan (Arbi dasar dari partisipasi adalah hak untuk
Sank 1990).
ikut menentukan pencapaian tujuan
pembangunan nasional baik pemba
Partisipasi merupakan salah satu ngunan ekonomi maupun politik.
pilar demokrasi. Ciri demokrasi ada- Tetapi mengapa kemudian tema ini
lah sikap tanggap pemerintah yang menjadi pudar?. Jawaban sementara
terus menerus terhadap kecenderu- adalah hal itu berkaitan erat dengan
ngan warga negaranya yang dianggap pemilihan strategi pembangunan eko
mempunyai hak yang sama (Robert nomi yang berorientasi pada stabilitas
Dahl 1971). Pembangunan ekonomi pada awal periode pembangunan,
khususnya sangat erat hubungannya yang akhimya mendorong pemerintah
dengan politik, demokrasi dan partisi mengambil kebijaksanaan politik yang
pasi sehingga Nurkes (19(»0) berpen- bersifat otoriter.
dapat pertumbuhan ekonomi ditentu-
Sejak tahun 1970 sebenarnya telah
kan oleh peranan masyarakat yang
muncul beberapa model analisis me-
hidup dalam sistem politik tertentu.
ngenai politik Indonesia khususnya
Sesungguhnya pembangunan bu- mengenai politik Orde Baru. Diantara-
kanlah merupakan monopoli pemerin nya terdapat tiga model yang banyak
tah, melainkan hak rakyat untuk me- digunakan yaitu model Bureaucratic
nentukan masa depannya melalui polity (BP), Neo-Patrimonialism
proses pembangunan tersebut. Hak itu (NP), dan model Bureaucratic-
dapat diwujudkan melalui bentuk par Authoritarian (BP). Dilihat dari model
tisipasi tertentu guna mempengaruhi BP, kehidupan politik di Indonesia
keputusan pemerintah baik dalam merupakan suatu masyarakat yang di-
taraf pengambilan keputusan maupun namakan bureaucratic polity atau
dalam implementasinya. Jika kita masyarakat politik birokratik (Afan
menelaah rumusan L.T. Sargent Gaffar 1990), yaitu sebagai suatu sis
(1987) tentang demokrasi, maka tem politik yang mana kekuasaan dan
partisipasi rakyat dalam memutuskan partisipasi politik dalam membuat
kebijakan politik, merupakan salah satu keputusan sepenuhnya terbatas pada
unsur demokrasi selain unsur-unsur; pengiiasa negara, terutama para per-'

UNISIA11.Xl.IV.1991 37
wira militer dan pejabat tinggi biro- ngaruhi fenomena politik Indonesia.
krasi. Birokrasi merupakan hirarki Faktor penting lain dalam analisis BP
yang jelas dimana aturan harus di- adalah hubungan patron-klien dalam
ikuti. Dalam masyarakat BP, masya- pemerintahan.
rakat mengalami proses isolasi se- Model BA kemudian digunakan
hingga mereka tidak terlibat dalam oleh Dwight Y. King menganilisis poli
pengambilan keputusan kecuali dalam tik Indonesia. Dari ketiga model ter-
tahap implementasi. Negara model ini sebut menurut Dwight Y. King, dalam
disebut negara pejabat karena biro analisisnya mengenai politik Indonesia
krasi terjadi mulai dari unit terendah selama Orde Baru, model BA di-
pemerintahan sampai dl pusat (Afan anggap lebih komprehensif dan lebih
Gaffar 1991). Model ini dikenalkan berguna untuk menganalisis fenomena
oleh Karl D. Jackson untuk Indonesia politik di Indonesia. Melalui model
yang diadopsi dari Fred Riggs untuk ini. King memperkenalkan Guillermo
menerangkan sistem politik di Thai O'Donnel, salah seorang tokoh
land pada pertengahan tahun 1960-an. Amerika Latin bagi Indonesia.
Model NP yang merupakan reinter- Dengan mengacu kepada pendapat
prestasi istilah Weber tentang pemerin King ini, walaupun sebenarnya tidak
tahan patrimonial oleh Eisentadt dan satupun dari ketiga model tersebut
Guenther Rod, yaitu dengan didetradi- yang dapat menerangkan secara leng-
sionalisasikan, patrimonialisme yang kap fenomena politik Indonesia, penu-
mempribadi yaitu suatu kepercayaan lis mencoba mengkaji politik Indone
mengenai legitimasi, tatanan operasi sia dengan menggunakan model BA
dan administrasi yang aktual yang dan implikasinya terhadap partisipasi
tidak mungkin dilepaskan dari reward massa di Indonesia dibawah pemerin
dan insentif yang bersifat material tahan Orde Baru, menyongsong pem-
(Dwight Y. King 1982, p. 107). bangunan ekonomi jangka panjang
Sedangkan model BA pada mulanya kedua. Model BA sebenarnya mewa-
dikembangkan oleh Juan Linz untuk kili kesamaan dengan model BP ter-
menjelaskan kondisi politik Spanyol utama dalam pendekatan yang sama-
dibawah kekuasaan Franco, yang sama mengadopsi pendekatan tekno-
kemudian digunakan oleh beberapa kratik dan birokratik. Hanya saja
sarjana Amerika Latin untuk meng- model BA lebih menekankan fungsi
analisa fenomena politik di beberapa 'konsultatif dan konsensual. Disam-
negara dikawasan itu. Model BP dan ping itu model ini lebih cocok diguna
NP sering pula dipakai oleh beberapa kan untuk menganalisis politik dalam
sarjana Indonesia untuk menelaah kaitan dengan ekonomi.
politik Indonesia, termasuk Yahya Namun dalam melakukan analisis ter
Muliainiin (Prisma 10 Oktober, 1980). hadap- variabel yang dikemukakan
Model BP dan NP sama-sama meng- dalam makalah ini ciri-ciri kehidupan
eksploitasi budaya jawa dalam anali- politik masyarakat yang bersifat BP,
sisnya sebagai faktor yang mempe- akan disinggung pula, walaupun sudut

38 UN1SIA11.XI.IV.1991
pandangan tetap pada model BA karena hadapi perubahan sosial.yang, cepat
bagaimanapun dalam 'banyak hal daiam proses industrialisasi sehingga
masyarakat Indonesia lebih cocok di- pemerintah harus menjaga keseim-
golongkan sebagai Bureaucratic polity. bangan kepentingan dengan memper-
Fokus analisis makaiah ini adalah, hatikan masalah perwakilan kepen
bagaimana aliansi antara militer) bi- tingan dan partisipasi rakyat.
rokrasi dan teknokrat dalam proses Pemerintah harus memperhitungkan
pengambilan keputusan pembangunan, perilaku kelompok-kelompok kepen
bagaimana partisipasi rakyat dalam tingan dalam masyarakat dan ber-
pengambilan keputusan, dan' proses usaha melakukan tindakan-tindakan
demokratisasi di Indonesia. Kemu- akomodatif sepanjang tidak meng-
dian akan dibahas pula sejauh manakah ganggu keutuhan regime (Mohtar
masyarakat kita yang hidup dalam Mas'oed 1984). Oleh sebab itu secara
sistem otokratik-birokratik dapat me- sederhana, makaiah ini mencoba
nopang pembangunan ekonomi khusus- untuk menjawab pertanyaan; meng-
nya akselerasi industrialisasi yang apa partisipasi massa selama' Orde
sedang berlangsung dan kemungkinan- Baru ini dibatasi, dan apakah ada
nya dalam pembangunan jangka panjang kemungkinan perubahan kearah per-
kedua (PPJK). luasan partisipasi yang tidak hanya
Pengkajian mengenai masalah ini pada tingkat impleme'ntasi tetapi juga
sangat penting mengingat dalam ber- pada tingkat pengambUan keputusan.
bagai pandangan selama Orde Baru Tanpa harus mengambil resiko timbul-
ini, dominasi negara dalam pengam nya perubahan radikal, kebijaksanaan
bilan keputusan yang di dukung oleh apa yang seyogyanya dilakukan oleh
kekuatan aliansi millter, biroknisi dan pemerintah?. Walaupun mungkin
teknokrat yang menjadi salah satu ciri jawaban terhadap masalah-masalah
dari negara yang tergoldng BA, telah tersebut tidak akan tuntas, tetapi pa
mengabaikan partisipasi massa. Tidak ling tidak makaiah ini dapat memberi-
dapat dipungkiri bahwa peran serta kan sumbangan pemikiran bagaimana
masyarakat dalam pengambilan partisipasi tersebut dapat dikembang-
keputusan sampai saat ini masih diper- kan dalam masyarakat yang bersifat
soalkan balk dalam ekonomi maupun BA.
politik. Pembicaraan tentang partisi
pasi massa dalam pengambilan kepu Perspektif Teoritik Model Negara
tusan sampai saat ini masih relevan Bureaucratic-Authoritarian
mengingat,'setiap pemerintah apapun
corak ideologinya termasuk Indonesia Menurut O' Donnel, Munculnya
tidak bisa mengabaikan begitu saja regime B.A dapat dijelaskan' secara
terpeliharanya saliirari partisipasi ter- ringkas sebagai berikut: Transisi dari
sebut. Bagi Indonesia yang sedang tahap industrialisasi substitusi impor
menjalankan pembangunan ekonomi ke industrialisasi berat, yang disebut-
pada tahap industrialisasi, akan meng- nya sebagai proses deepening atau in-

UNISIA11.XI.IV.1991 39
tegrasi vertikal di Argentina dan pasar di luar negeri (foreign market)
Brazil, memeriukan model dan tekno- yang cukup besar untuk- menampuiig
logi sehingganegara terpaksa bekerja produksi. Dalam kaitan inilah
sama dengan masyarakat bisnis inter- keterlibatan perusahaan-perusahaan
nasional. Di dalam kerja sama itu multi nasional (MNC) serta para
pemerintah hams mampu memberi- investor dan dana asing menjadi penting
kan "insentif baku", seperti stabilitas sekali artinya b'agi proses deepening,,
serta prediktabilitas ekonomi politik. yang pada gilirannya akan membawa
Persyaratan-persyaratan ini menye- dampak besar terhadap kebijakan-
babkan diterapkannya kebijaksanaan kebijakan ekonomi dan politik domes
ekonomi dan moneter konservatif tik. Ortodoksi dalam kebijakan ekonomi
yang dibutuhkan guna menstabilkan menjadi penting dalam rangka "meng-
ekonomi, sebagai suatu prasyarat hadapi krisis ekonomi dan untuk men-
untuk melancarkan program pem- ciptakan stabilisasi ekonomi jangka
bangunan ekonomi yang cepat dan panjang yang sesuai dengan persyaratan-
berorentasi keluar. Tetapi kebijak persyaratan yang acap kali ditentukan
sanaan konservatif itu telah menye- sendiri oleh perusahaan-pemsahaan mul-
babkan runtuhnya para pelaku eko tinasionaldan badan-badanpemberi dana
nomi yang tidak efisien, terutama para intemasional".
pengusaha nasional yang kecil.
Kebijaksanaan semacam itu menim- Dengan demikian tumbuhnya
bulkan sikap pro dan kontra yang negara BA mempakan sebuah gejala
kemudian menjadi konflik yang krisis. sistem politik spesifik dan situasional,
Dan dari cara negara menangani kri- dalam kaitan dengan proses industria-
sis-krisis inilah kemudian muncul lisasi dan pembangunan ekonomi di
aturan permainan yang bersifat tekno- negara kapitalis pinggiran. Menumt
kratik dan otoriter-birokratik (Mobtar O'Donnel, negara telah muncul seba
Mas'oed 1989, hal. 15-16). Pada fase gai kekuatan politik yang tidak hanya
peralihan dari penggunaan strategi mandiri berhadapan dengan faksi-
substitusi impor (SI) ke industri yang faksi elit pendukungnya serta masya
berorientasi ekspor (SE), produk- rakat sipil, tetapi ia telah menjadi ke
produkdomestik manufaktur barang- kuatan dominan yang mampu menga-
barang modaldan perantara ditingkat- tasi keduanya.
kan untuk keperluan tersebut, se Ini disebabkan antara lain, BA
hingga kebijakan-kebijakan ekonomi memang diciptakan terutama untuk
yang lebih kurang ortodoks diperlu- melakukan pengawasan yang kuat ter
kan. Untuk menunjang proses pening- hadap masyarakat sipil dalam upaya
katan ini, sangat diperlukan beberapa mencegah massa rakyat dibawa dalam
hal antara lain, peningkatan keahlian keterlibatan politik yang terlampau
dan kemampuan teknologi, bantuan aktif agar akselerasi industrialisasi
modal yang lebih besar, tersedianya tidak terganggu. Negara dengan demi
pasar baik pasar domestik maupun kian tumbuh menjadi kekuatan politik

40 UNISIA11.XI.IV.1991
raksasa yang terpadu dinamis, menye- oleh elit penguasa dalam memobili-
bar, represif, birokratis, dan teknokra- sasikan dukungan massa. Kebijak
tis. sanaan yang muncul seperti de-parpo-
Menunit Dwight Y. King, model lisasi, floating massa, dan'de-politisasi
BA mempostulatkan pola dominasi yang mewarnai regime ini.
politik yang relatif stabil yang muncul Regime BA cendenmg menciptakan
dibawah kondisi historis, lingkungan, pluralisme terbatas, penggunaan re-
dan politik tertentu. Qleh sebab itu presi, kooptasi dan membentuk suatu
model ini mempunyai kemampuan jaringan organisasi korporatis untuk
untuk mempertahankan diri serta mengontrol oposisi.
mengontrol berbagai tekanan yang Negara BA muncul sebagai kekuat-
potensial untuk melakukan destabili- an yang terpadu karena negara meli-
sasi yang dihasilkan selama proses batkan diri hampir di segala bidang
demokrasi. Pada model ini terdapat kegiatan seperti politik formal, kegia-
beberapa sifat yang dapat diamati se- tan ekonomi, sosial budaya (termasuk
lain yang telah disebutkan diatas yaitu ideologi). Oleh sebab itu, negara juga
pemegang kekuasaan negara terletak jauh lebih dinamis ketimbang masya-
pada oligarki militer sebagai suatu rakat sipil dan pengaruhnya menyebar
lembaga, dan tidak pada pribadi. sampai ke wilayah-wilayah yang pa
Dalam proses pembuatan kebijaksa- ling kecil seperti rumah tangga dan
naan, regime dengan sifat BA meng- bahkan individu-individu. Hal ini ber-
adopsi pendekatan teknokratik yang kaitan erat dengan sifat represif negara
juga terdapat pada model BP, tetapi BA. Kemudian untuk mengurangi ke-
lebih menekankan pada sifat konsid- terlibatan massa rakyat, regime BA
tatif dan konsensual dikalangan pe- selalu melakukan pengawasan yang
nguasa serta peranan sentral dari ketat termasuk dengan memperguna-
struktur birokrasi yang lebih besar. kan cara-cara kekerasan.
Dengan demikian elit birokrasi pun Dalam bidang administratif, negara
ikut menentukan kebijaksanaan BA amat tergantung pada struktur
negara.
birokratif dan teknokratik yang diper-
Regime BA mengembangkan men- lukan oleh logika industrialisasi dan
talitas teknokratik sebagai lawan dari modemisasi. Sifat teknokratik ini pun
bentuk ideologi apapun yang ada. Di- ada kaitannya dengan hubungan yang
samping itu dikembangkan pula dok- kuat antara negara BA dengan kapital
trin inklusif dan memanipulasi simbol- dan peihbagian kerja internasional.
simbol yang patriotik, chauvinistik Munculnya negara BA dapat pula dili-
yang akhirnya mengikat bersama elit hat dari hubungan dialektis antara tiga
pengusaha, militer, dan sipil lebih aspek penting dalam proses modemi
pada konsensus programatik dari pada sasi di wilayah-wilayah kapitalis ping-
ideologi modemisasi. Sifat lain dari giran. Aspek-aspek tersebut mencakup
regime BA adalah massa-populasi industrialisasi, pengaktifan massa di
yang apatis dan kurang diperhatikan bawah, dan tumbuhnya peranan

UN1SIA11.XLIV.1991 41 «
"kerja teknokratik" dalam birokrasi- pemimpin kelompok kelompok kepen- -
birokrasi publik maupun swasta. tingan yang kuat, terutama usahawan,.
Dalam kailan dengan -partisipasi dan pimpinan serikat buruh. ^Dalam
massa Hikam (1990, hal 70-74). pengaturan ini, kelompok-kelompok
menjelaskan lebih- rinci perspektif kuat itu diberi hak untuk sebagai satu-
leoritik negara BA. Berkembangnya satunya saluran yang sah bagi perwa-
aktiviias politik massa dalam perspektif kilan kepentingan dibidang masing-
BA, tidak kurang dalam tahap perluasan masing. Tetapi sebagai imbalannya
industrialisasi ini. mereka harus tunduk pada aturan-
aturan yang ditetapkan. Pengertian ini
Salah satu sebab dari berlanjutnya
nampak dengan jelas dalam proses ak-
aktivitas politik massa tersebut adalah selerasi industrialisasi di negara BA.
kecenderungan pojAilis biasanya di
dorong oleh negara sebelum proses Akselerasi industrialisasi menurut
deepening itu dimulai. Akibatnyaakti Hikam, biasanya diiringi pula oleh
vitas massa itu bisa menjadi semacam
proses diferensiasi peran-peran dan
fungsi-fungsi dalam .masyarakat.
ancaman terhadap ortodoksi kebija-
Proses tersebut membawa akibat
kan-kebijakan ekonomi yang akan di-
semakin besarnya peran dan tanggung
lancarkan. Hasilnya adalah tumbuh-
nya "jurang antara kebutuhan dan jawab yang dipikul oleh para tekno-
kemampuan, berkembangnya pemo- krat dalam proses perubahan sosial.
gokan-pemogokan, kemacetan-kema- Para teknokrat sangat diperlukan ke-
cetan dalam partai politik, dan krisis- ahliannya dalam sektor-sektor biro
krisis ekonomi serta politik yang krasi umum. Para teknokrat adalah,
berat". Negara BA memiliki kekhawa- kelompok masyafakat yang umumnya'
tiran yang akut terhadap keaktifan tidak tertarik dengan aktivitas politik
politikmassarakyat dan karenanyaia dan umumnya kurang tanggap ter
selalu mencoba memperlemah dan hadap kegiatan politik massa. Kegia-
membungkamnya. Hal ini dilakukan tan politik bagi mereka cenderung
dengan menggunakan kekerasan dan mengganggu stabilitas dan akhirnya
mekanisme korporatisasi negara. Bagi menjadi penghambat bagi pertum--
O'Donnell, pentingnya korporatisme buhan ekonomi". Ideologi kaum tek
negara terutama terletak pada adanya nokrat adalah profesionalisme yang
kontradiksi antara negara dan sektor menurut Alfred Stepan (1978), lebih
massa rakyat dalam sistem negara BA condong mendukung intervensi militer
tersebut. Mohtar Mas'oed (1988, Hal. dalam kegiatan-kegiatan politik, eko
151) mendefinisikan korporatisme se- nomi dan sosial. Oleh sebab itu aliansi
cara sederhana jsebagai suatu peng- antara teknokrat, militer dan kelom
aturan hubungan negara dan kelom- pok borjuis nasional lebih mudah ter-
pok kepentingan dimana kebijaksana- bentuk yang akhimya menjadi tulang
an pemerintahan dihasilkan melalui punggung regime BA. MiUter memiliki
interaksi antara para pejabat tinggi kecenderungan lebih mudah melaku-
birokrasi negara dengan sejumlah kecil kan campur tangan jika terjadi rang-

42 UNISIA11.XI.IV.1991
kaian krisis baik politik maupun eko- asing' agar supaya stabilitas* dalam
nomi pada negara BA. Negara-negara masyarakat tetap terjaga, seiring
seperti Brazil pada 1964,, Argentina dengan proses pertumbuhan kapitalis
pada 1966 dan 1967, Chile setelah domestik. Kelompok borjuis nasional
AUende, Uruguay pada,1973 kesemua- ini memiliki kekuatan tawar menawar
nya merupakan kasus-kasus yang dengan pihak kapitalis internasional.
menunjukkan. bahwa krisis-krisis Bahkan dengan-bantuan negara, pada
ekonomi dan politik dapat mengantar- suatu waktu ia mampu mengalahkan
kan militer ke puncak kekuasaan. kapitalis internasional dalam beberapa
Meskipun demikian, karakteristik bidang eksploitasi bisnis yang meng-
negara BA tidak selalu sama bagi se- untungkan. Regime dalam kasus se
tiap negara. Tergantung pada masa- perti itu merasa berkepentingan imtuk
lah, waktu dan tempatnya. Kekuatan membantu kelompok borjuis nasional
dan kelemahan suatu negara BA juga untuk memelihara integrasi nasional
tergantung pada sifat dan tingkat sta- dan stabilitas dalam. negeri.
bilitas internal yang muncul sebagai Dengan demikian negara tidak
akibat dari kondisi-kondisi politik dan hanya menjadi alat dari kelas yang
ekonomi yang diciptakan sebagai basis dominan seperti kelompok borjuis na
investasi-investasi modal domestik dan sional, walaupun mungkin yang'ter-
modal asing. akhir ini memiliki posisi bargaining
Dalam hubungan ini, peran yang di- yang cukup kuat. Begitu juga negara
mainkan oleh kelompok'borjuis nasi- tidak selalu tunduk kepada kemauan
onal sebagai golongan menengah kapitalis internasional. Negara BA
untuk menjadi mediator antara negara tidak hanya mandiri secara relatif ter-
dan investor asing menjadi penting. hadap masyarakat sipil, tetapi ia mala-
Kelompok tersebut mempunyai penga- han mengendalikannya. Hubungan
ruh yang menentukan dalam memeli- antara keduanya cenderung seperti
hara stabilitas ekonomi an politik hubungan antara penjaj^ dengan si
dalam negara BA. terjajah dimana yang pertama terns-
Kenyataan ini rnuhcul karena temyata menerus meningkatkan pengawasan-
hanya kelompok inilah yang mampu nya secara efektif. Lebih khusus lagi,
bermain dan mengatasi konflik kepen- negara menyingkirkan sektor massa
tingan antara negara dan pemilik dari partisipasi. Tetapi pada saat yang
modal internasional. Dalam konflik sama ia pun mampu member! bebe
semacam itu negara mempunyai dua rapa peluang kepada kelompok bor
kepentingan disatu pihak ia memer- juis nasional untuk mengembangkan
lukan dukungan modal 'dari kapital kegiatannya demi kesinambungan per
internasional untuk memelihara kesi- tumbuhan ekonomi dan member! kele-

nambungan pertumbuhan dalam luasan terhadap penanam-penanam


jangka panjang, tetapi dilain pihak ia modal asing.
senantiasa menghadapi keharusan Dengan kata lain, .posisi regime amat
untuk memperkecil pengaruh modal kuat, walaupun tak berarti tidak ada

UN!SIA11.X1.IV.1991 43
gangguan konflik-konflik kepentingan hara dan dipertahankan sekuat mung-
antara kelompok borjuis nasional, kin oleh negara.
modal asing, dan masyarakat. Dalam Didalam kerangka korporatisasi
upaya mengorganisasikan konflik- demikian, dapatlah diperkirakan bah-
konflik kepentingan tersebut, maka wa peranan milker, birokrasi, dan
penggunaan jaringan-jaringan korpo- para teknokrat amat menonjol. Ke
ratis merupakan hal yang sentral da lompok milker jelas akan mampu me-
lam negara BA. Terutama dalam mberikan jaminan keamanan bagi
upaya untuk mengkonsolidasikan ke- negara karena monopolinya terhadap
kuatan yang mampu menyingkirkan alat-alat pemaksa, sementara birokrasi
pangaruh massa, maka apa yang di- yang meluas akan menopang kemam-
sebut sebagai mekanisme korporatisasi puan administratif dan organisatoris
negara berperan penting. Korporati bagi kepentingan pengawasan oleh
sasi negara adalah suatu sistem pe- negara.
nyingkiran sektor massa lewat penga-
wasan-pengawasan, depolitisasi, serta Sementara itu para teknokrat siap me-
tekanan-tekananyang memungkinkan mberikan jasa-jasa keahlian mereka
terciptanya stabilitas jangka pendek dalam bidang teknologi dan mana-
dan kemungkinan stabilitas jangka jemen yang amat diperlukan bukan
panjang yang bisa diperkirakan dalam saja dalam rangka pengendalian dan
hubungan-hubungan sosial yang di- pengawasan proses-proses sosial. Tak
perlukan oleh pola-pola baru untuk pelak lagi, munculnya aliansi segi tiga
menunjang pertumbuhan ekonomi. antara militer, birokrasi dan teknokrat
menjadi salah satu ciri yang bersifat
Lebih jauh, jaringan korporatisasi
umum dalam negara BA.
negara tersebut tidak hanya dilancar-
kan terbatas terhadap sektor massa, Walaupun demikian, kemungkinan
namun tak terkecuali juga terhadap adanya krisis dalam negara BA tetap
kelompok elit. Ini menunjukkan bah- ada. Hal ini disebabkan antara lain
wa walaupun kelompok ini telah me- oleh adanya kontradiksi yang menyatu
miliki kelebihan posisi tawar-mena- dalam aliansi segi tiga tadi, disamping
war, namun pada instansi terakhir konflik yang terpendam antara negara
mereka masih tetap hams tunduk dan sektor massa dibawah. Menumt
kepada dominasi kekuatan negara. O'Donnell, ketegangan-ketegangan
Korporatisasi negara terhadap kelom bisa timbul dalam negara BA yang se-
pok elit borjuis nasional ini dilakukan cara potensial bisa membawanya ke
demi menjaga mereka agar tetap da arah krisis. Dia menggaris bawahi
lam posisi tergantung kepada proteksi kasus ketegangan antara fraksi militer
negara, misalnya dalam masalah du- dan kelompok elite borjuis nasional,
kungan fmansial dan politik. Itulah padahal keduanya merupakan basis
sebabnya diberbagai negara BA kepa- kelas dari sebuah negara BA. Misalnya
tuhan baik dari kelas bawah maupun saja, ketegangan tersebut bisa timbul
kelompok elit tetap sama-sama dipeli- karena kecenderungan militer yang

44 UNISIA11.XI.IV.1991
amat pro terhadap integrasi nasional,' praktek, dan k'arenanya kontradiksi
semeritara fraksi elite borjuis lebih me- dan ketegangan internal dalam negara
nyukai denasionalisasi masyarakat si- makin mendorong negara BA menjadi
pil yang terjadi karena proses akumu- sisterh yarig monolitik," tetapi amat
lasi kapital yang terutama dilakukan rawan.

oleh patnemya, yaitu kapitalisintema- Di.lihat dari kacamata sektor massa


sional. Hasil dari ketegangan tersebut dibawah, maka tumbuhnya negara BA
adalah kemungkinan meluasnya akti- jelas merugikan posisi mereka dilihat
vitas negara serta aparammya sebagai dari berkuranghya hak-hak politik
salah satu cara untuk mengatasi pe- mereka sehingga rakyat khususnya
nganih-pengariih penetrasi kapitalis masyarakat sipil tersingkir. Dengan
interansional tersebut. Namun demi- mekanisme penyingkiran yang siste-
kian, pihak yang terakhir ini pun se- matis, negara, sainpai pada tingkat
cara logis*tak akan tinggal diam. la tertentu, memang berhasil niehegak-
akan berusaha dengan bermacam- kaii keteraturan dalam masyarakat
macam cara untuk memaksakan ke- sipil. Ini memang dikehendaki agar
hendaknya, misalnya menciptakan supaya proses akumulasi kapital tetap
persyaratan-persyaratan tertentu se- lestari. Tetapi dal^ praktek, di bebe-
belum menanamkan modalnya. rapa negara BA sektor massa dibawah
Dengan demikian, ambivalensi temyata tidak disingkirkan secara
elemen-elemen nasionalis dalam ke- total karena bagaimanapiin regime BA
lompok'militer dan elite nasional ber- bukanlah miimi diktator. Ada bebe-
hadapan dengan kapital intemasional rapa kasus dimana negara menigizin-
akan terus menerus menciptakan kete kan berdirinya partai politik y^g
gangan di dalam negara BA. Itulah mendapat dukuhgan luas dari masya
sebabnya, maka kontradiksi dan kete rakat, tetapi yiang tetap dekat dengan
gangan internal membuat negara BA negara. PRI 'di Meksiko, misalnya
amat. peka terhadap kemungkinan menip|akan partai politik yang dito-
erosi yang diakibatkan oleh faksi-faksi pangbleh negara dalam rangka mem-
kelas pendukungnya. bentuk kuasi perwakilan bagi'kepen-
Dan negara BA ada kecenderungan tingan massa dibawah. PRI sebagai
kuat terjadjnya'aliansi niiliter-tekno- partai yang berkuasa disini dapat di-
krat-birokrat yang sengaja dibuat anggap sebagai partai yang didiikung
untuk melakiikan kdbrdinasi sistem negara yang digunakan utuk memonb-
kelembagaan dan manciptakan susu- poli dukungan masyarakat dari
nan lembaga-lembaga baru yang di- bawah.
perkuat dengan kemampuan peng- Karena melemahoya paitisipasi di
ambilan keputusan. Lembaga-lem bawah dalam kebanyakan negara BA,
baga baru ini biasanyadipisahkanoleh maka pada umumnya negara tersebut
pihak-pihak luar. Upaya-upaya yang sering dilanda 'oleh krisis iegitimasi
cendening sia-sia macam ini bisa di- dari rakyat. foisis Iegitimasi ini
perkirakan kerap kali gagal dalam umumnya berkisar pada isu-isu sentral

UN1SIA11.XI.IV.1991 45
seperti mengenai hak asasi manusia, negara harus mengambil kebijakan
nasionalisme ekonomi, dan tuntutan ekonomi dengan strategis integrasi
terhadap keadilan- yang lebih ber- vertikal.
makna. Dampak dari ancaman yang Ini dilakukan agar supaya negara
muncul dari krisis legitimasi tersebut memperoleh dukungan dari,kapitalis
antara lain adalah bahwa negara BA internasional, mampu'untuk mencip-
makin lama akan. makin condong takan pasaran didalam dan di luar
untuk menggantungkan diri pada pe- negeri, serta menjamin kelangsungan
nggunaan kekerasan dan pemaksaari. pertumbuhan ekonomi jangka pan-
untuk mempertahankan'dominasinya. jang. Untuk itu negaramenyingkirkan
Dengan demikian, secara langsung. keterlibatan massa dan,menekan ke-
maupun tidak isu. yang berkaitan giatan politik yang sebelumnya ada.
dengan demokratisasi akan selalu Dalam keadaan ini, korporasi regime
menjadi tema sentralyangsenantiasa sangat berperan untuk mengurangi
menghantui negaraBAsebagai sebuah kegiatan massa dan melakukan pe-
tuntutan. yang sah dari masyarakat ngawasan .ketat terhadap kegiatan
sipil. Dalam kata-kata O'Ddnnell, organisasi.
ihaka masalah demokratisasi bukan Regime BA kelihatannya kokoh
saja menipakan "titik kelemahan sis- karena' mendapat dukungan dari ke-
tem dominasi ini", namun lebih-Iebih^ Ibmpok borjuis nasional, kapitalis
lagi, ia "berisi'sebuah dinaiiiika yang internasional, dan massa rakyat, di-
mungkin dapat menjadi unsur pemer- samping militer serta birokrat, tetapi
satu dalam suatu upayajangka pan-_ mungkin saja terancam krisis yang
Janguntuk mendirikan sebuahmasya muncul dari dalam, yang disebabkan
rakat yang lebih sesum dengaii nilai- oleh timbulnya berbagai kontradiksi
nilm kemanusiaan yang fundamental". dalam .kelas dominan pendukung
Secara ringkas, perspektif teori negara BA, ketegangan-ketegangan
negara BA ini memandang munci^ya antara negara dan pihak asing, dan
negara yang dominan diwilayah- ketegangan antara regime •dengan
wilayah pingghan bersamaan dengan massa rakyat. Krisis tersebut pada
proses .industri.alisasi , dan ekspansi akhirnya akan, menampakkan. diri
kapit^s dari pusat sehingga negara dalam berbagai bentuknya, misalnya
BA sering pula disebut sebagai negara keresahan-keresahan politik, . 'eko
kapitalis dalam pengertian .bahwa ia nomi, dan sosial." Tentu saja terjadi
dibangundiatas_kerangka ideologi pe- atau tidaknya krisis-krisis itu tergan-
mbangunan kapitalistik (bureaucratic- tung pada kondisi-kondisi spesifikdari
capitalism). Sebenarnya munculnya negara itusendiri, seberapa jauhketer
negara BAtidak lepas dari peran rak- libatan modal asing, kekiiatan militer
yat. Tetapi setelah terjadi perubahan negara tersebut, dan hubungan antara
strategiindustrialisasi yang melibatkan kelas dalam masyarakat. Unmk iiien-
baiituan luaf riegeri, syarat-syarat inter- cegahkonflik-konflik seperti itu selain
nasional pun hams dipenuh antara lain mungkin menggunakan kekerasan

46
UNISIA11.Xl.iy.1991
sebagaimana telah'''disebutkahc ter- dapat empat model; yang:diperkehal-
dahulu, regime juga bisa mengguna- kan: oleh Hnntingtbn- yaitu ' mbdeh
kan pengaruh keahlian-keahlian birb- Boijuis; Otokratis, Teknokratis^ dan'
kratik dan teknokratik dalam meniin- popolis.'^Bagi negara yang membutuh-;
jahg pembangunan ekonomi,.ttetapi kan akumulasirkapital yang besar se-
jiigao imtuk mehgawasi :biasyarakat perti :yang. dialami' oleh negara* BA'
sipil.-.i^ .,i:'iit :.ri. [ pada awal pembangunannya;!cende-
Befdasark'an pefspektif' teoritik- rung meherapkan 'model - pemba
regime BA baik' yang dikemukakaii' ngunan yang Teknokratik yang berori-:
dieh' Mohtar Mas'bed^^' Dwight' Y.' entasi'peftumbuhan'ekonoihi yang-
King, O'Dbhneirdan Hikam, dalami tingpl Tetapi'konsekuensinya partir.
kmt&'dengan partisipasi inas^/liiaka^ sipasi massa-akah ditekan agar kebi-
dapat dikatakmi b^wa sedikifsekali jaksanaaii yang diambil .tidak meng-
, pelii^g secara' teoritik bagi'^akyat alami:hambatan (misalnyad^agalkatt
dalam heg^a BAuntulc'memperoleh' oleh .oposisi):}Tihgkat partisipasi .di-
kesempatah uhtuk berp^isipasi' di- pertahankan pada tingkat yang rendah
tingkat ' pengambilah 'keput'usari.' deng^ .alasah ' sta,bilitas nasional^
Domin^i regime Hengaii dbkuhgan Demikian pulajika suatu neg^ame^
ali^i milit^/birbkrat daiiteknolo-at, ngutamakan. partisipasi- golongah
tidak memberi peluan'g banyak^'bagi menengahyang'lebih besar bagrkebi-!
inassa bawah'. Nampaknya jika mehg- jaksana^ yang diambil, maka model
gunakah perspektif partisipasi dan yang digunakah adalah model Borjuis.
Himtin^bii peluang itii^sabgat^!er- Model Otokralik digunakan seandai-
gantung kepada periibahbn'strkegi nya dukungan golongan bawahdiperr
IKmbangun^ dalamsuatu negaradan lukan sehingga pertumbuhw ekonomi
kepentingw regime dalam memper- dimaksudkan bagi golongan ini.. >
tahaiikanlegitimasinyailMsampmg itu
tergantung piiia pada sejauh inana te- Berd^arkan .perspektif. teoritik
kanan kapitalis inteniasional terhadap yang telah.diuraik^ pada bagiaii'ini
regime:
maka pertanya^ y^g harus.dijawab
add^ apak^^ari-cifi y^g terdapat
Partisipasi "meriurut pengertian pada negara BA sebagaimana ya^ di-
Hnntin^on' (1990), 'diniaksudkan'se- kemukakan oleh parapenillis dimuka
bagai kegiatan warga negara dehgan terdapat pm di.Indonesia dan .bagai-
tujiian iriempengaruhi^ pehgambilah mana implemen^inya terh^p pa^-
keputusan peiheriniah atau keikiitser- sipasi massa d^am kehidupan poUtik
taan dalain program pembangunan. di Indonesia ?^ . '
Partisipasi yang diihaksud-bersifat
Indonesiavdalam perapektif, .BA
'otonbm dw bukan partisipa^ y^' di-
mobiiisasikan. Dalam kaitan dengan ' "DilihatJ dari sejarah munculnya.
mbdd pembangunanyang dijalankan negara atau regime BA di Amerika
'di negara berkembaiig dan iinplikasi- Latinseperti yang telah diufaikan di
hya terhadap^ partisipasi'ihassa ter- muka,<apa yang dialanii oleh Indone-

UNISIA;l1:Xl.iy;1991 :47
sia.dalam proses pembangunan eko- migrasi pengembangan koperasi dan,
nomi pada awal Orde Baru» telah me- sebagainya. . > - • •
nunjukkan; gejala-gejala yang sama
yang menjadi penyebab munculnya regi Oleh karena ekonomi negara pada
me BA.' Pada. mulanya. pendukung awal Orde Baru dalam keadaan keku^
Orde Baru cukup bersemangat untuk_ rangan -modal dan tingkat teknologi
mengharapkan munculnya partisipasi yang rendah, serta kekurangan tenaga.
politik dalam kontek demokrasi yang terdidik, maka^sikap politik yang di-
sungguh-sungguh! mewakili aspirasl tujukan pemerintah pada permulaan
Orde Baru untuk menghilangkan pembangunan ialah dengsmmembuka
trauma demokarsi terpimpin. Tetapi diri dengan mencari pinjaman atau
karena pemerintah dihadapkan pada bantuan. luar negm, menjalankan
situasi-situasi yang kritis sebagai aki- strategi,keluar dan melakukaii kebi
bat dilak^ak^ya strategi yang ber- jaksanaan subsitusi unpor. Dengan
orientasi keluar, maka'aspirasi demo demikian pembangunan ekonomi
krasi yang diharapkan tid^ terwujud.. Indonesia juga meng^ami apa yang
Jika kita menggunakan rpemikiran disebut;, O'Dbnnell ,sebagm proses
Haiitington» maka redupnya cita-cita deepen^g. Di dahm negeri pemerin
demokrasi Orde Baru dalam^proses tah mengajak pengu^a' yang inovatif
kemudian, erat kaitmmya'.. dengan untuk berpartisipasi dalam pemba-
pemilihan strategi ekonomi teknokra- ngunam-melalui investasi. Kesulitan
tik yang dilakukan oleh pemerintah, yang dihadapi oleh Indonesia pada
yaitu strategi stabilisasr ekonomi.dan awalprde Baru adalah' lem'ahnya po-
pertumbuhan yang tinggi dengan me- sisi Indonesia didunia lisaha intema-
hekan partisipasi rakyat pada tingkat sionai yang ^se^bkan gangguan hii-
yjmg rendah'agar program,tidak ter- bungan'-semasa pemerintahan Soe-
ganggu. karnp,,dansuasanaperkreditan inter-
Pola pembangunan ekonomi di nasipn^ yang relatif langka pada dua
Indonesia bila diamati seti^ak-tidak- dasa warsa4960-an.,, ; ' ,,
nya pa(^ periode 196^1973. dapat di- Oleh sebab itu untuk memperoleh
kat^ah menganiit strategi pekuih^ legitimasi bagi pemerintah, Indonesia
biihan tinggi guna 'mengejar keting- menempuh strategi stabilitasi ekonomi
galan.Strategi ini tetap'menjadi'acuan secara dratis dan p^umbuhan secara
sampai dengan tahim 1980,walaiipun cepat dengan. dulmngan dana ,luar
pada tahim 1974 terjadi perubahah negeri .untuk menghadapi tantangan
kebijaksanaan yaitu dengan meinulai politik d^ ekonomidalam negeri, di-
progam pemerataan penyebaran pem samping memm^^than kesempamn
bangunan ke .daerah-daerah dalam yang ^berikan oleh pendukimg di luar
, bentuk program seperti, pemberian negeri (Mohtar Mas'oed ^84)..Dw
kredit untuk membantu pengem- sebagm konsekuensinya, Pemerintah
bangan-.industri k^il dan kerajinan harus mampu menciptaksm stabUitas
rakyat; proyek-proyek .inpres, trans- politik^,sebagai pers^aratan bagi

'48 UNISIA1i:XI.IV.1991
foreign investment yang beroperasi di dan proses perwakilan kepentingan
Indonesia. Lewat strategi ini menurut dengan memperkecil peranan politik
Mohtar Mas' oed, Indonesia memang kepartaian. Kedua, mengarahkan par
berhasil menstabilkan ekonomi dalam tisipasi rakyat pada kegiatan menerap-
waktu relatif singkat yaitu menurun- kan kebijaksanaan.
kan tingkat inflasi dari 600% pada Kondisiini menyebabkanDwightY.
tahun 1966 menjadi hanya 15% dalam King memasukkan Indonesia sebagai
dua tahun kemudian. Namun program korporatisme negara (state-corpora
stabilitas yang dilaksanakan secara tism), karena pemerintah cenderung
dratis ini menimbulkan kenaikan
menutup kemungkinan artikulasi tun-
hebat harga dari hampir setiap macam tutan klas bawah dengan menekan
barang dan jasa. Penggunaan barang- tingkat partisipasi mereka dalam pe-
barang impor daiam program stabili- ngambilan keputusan, dengan meng-
sasi menyebabkan persaingan yang ubah sistem perwakilan kepentingan
tidak sehat dengan barang-barang berdasarkan partai menjadi sistem
produksi dalam negeri. Akibatnya perwakilan kepentingan berdasarkan
muncul ketidak puasan dikalangan fungsi.
pendukung Orde Baru terutama
Akibatnya dapat dUihat dari muncul-
pemuda dan para politisi partai.
nya organisasi sosial, ekonomi dan
Ketidakpuasan itu berkembang men budaya yang bersifal korporatis dalam
jadi demontrasi-demontrasi protes ter- bentuk wadah tunggal. Wartawan di-
buka menentang kebijaksanaan eko kendalikan lewat PWI, Industriawan,
nomi sehingga menciptakan krisis pengusaha, dikendalikan lewat
politik baru. Akibatnya untuk meng- KADIN. Kemudian para pemuda dari
atasi krisis itu pemerintah melakukan berbagai organisasi kepemudaan di-
kompromi dan merangkul pemimpin- kumpulkan dalam KNPI. Kaum
pemimpin partai yang sehaluan, dan buruh yang potensial untuk melaku
secara bertahap melakukan reformasi kan pemogokan diredam melalui
konstitusional sehingga menjamin SPSI. Demikian pula dengan para
kendali sistem politik ada ditangan ulama bagi dukungan legitimasi di-
eksekutif. Kenyataan memang strategi kumpulkan lewat MUI dan sebagai-
reformasi ini telah menciptakan ber- nya. Pemerintah aktif mengatur
bagai struktur dan praktek politik organisasi korporatis dan kadang-
yang mendukung sentralisasi kekuatan kadang termasuk "menentukan" siapa
pada cabang eksekutif, penekanan pimpinan organisasi tersebut dengan
pada ketertiban politik. Dan pengura- terlebih dulu memberikan "persetu-
ngan pada kemungkinan bagi politik juan", sebelum dilakukan pemilihan
participatory. Dari keadaan ini kemu oleh organisasi yang bersangkutan.
dian berkembang pada pembenahan Sedangkan terhadap parpol dilakukan
struktural terhadap saluran-saluran tekanan secara sistematis dengan
partisipasi masyarakat dengan tujuan; memfungsikan mejadi tiga pada tahun
pertama, menyederhanakan struktur 1973 dengan Pancasila sebagai satu-

UN1SIA11.X1.IV.1991 49
satunya asas. Strategi ini menyebab- diperkuat dengan Undang-undang No.
kan diterapkannya secara tenis mene- 20 tahun 1982, yaitu pada pasal 22,
rus restrukturisasi kehidupan organi- ABRI dinyatakan sebagai kekuatan
sasi sosial-politik dan restrukturisasi sosial dan bertindak selaku dinami-
lembaga-lembaga kenegaraan yang sator dan stabilisator. Melalui keten-
akhirnya diatur melalui serangkaian tuan ini, ABRI memiliki keabsahan
Undang-undang antara lain UU No. untuk duduk di lembaga legislatif dan
3/1985 yang mengatur Partai Politik eksekutif. Setelah pemilu 1987, ABRI
dan Golkar, UU No. 1 tentang Pemiii- semakin menonjolkan peranannya
han Umum, Dan UU No. 2/1985 dalam kegiatan orpol, dengan memun-
mengenai Susunan dan Kedudukan culkan perwira-perwiranya untuk
MPR, DPR, dan DPRD. Sistem poli menduduki jabatan-jabatan puncak
tik ini menempatkan birokrasi sebagai dalam kepengurusan Golkar baik ting-
penghubungpolitik utama pemerintah kat pusat maupun daerah (Ibrahim
dengan masyarakat secara sangat hi- Ambong 1990), selain dibantu oleh
rarkis vertikal. Dengan kata lain biro para teknokrat. Oleh sebab itu tidak
krasi ditempatkan pada posisi penting salah jika dikatakan bahwa pemilu
dalam sistem politik dimana militer 1971 merupakan titik awal terbentuk-
(baca ABRI) dilibatkan. Penempatan nya sistemkepartaian heqemonic yang
para perwiramiliter, baik yang masih sama sekali tidak dapat diimbangi oleh
aktif maupun purnawirawan atau dua partai politik lainnya yaitu PDI
yang menunggu saat pensiun pada ber- dan PPP. Hal ini disebabkan peranan
bagai macam organisasi sosial-politik aparat yang mempunyai warna repre-
serta lembaga negara, dan juga pada sif seperti KOPKAMTIB, BAKIN,
posisi-posisi kunci aparat birokrasi, OPSUS dan lain sebagainya dalam
menunjukkan bahwa kelompok mili membantu memenangkan Golkar
ter memiliki bobot kekuasaan politik dalam pemilihan umum (Afan Gaffar
yang besar yang memegang peranan 1991). Dengan demikian semakin jelas
penting dalam proses politik dalam bahwa politik Indonesia selama Orde
arti bahwa peranan tersebut secara Baru dapat dijelaskan dengan model
mekanis menentukan efektivitas, dis- BA.

tribusi, dan penggunaan kekuasaan Dengan iklim politik seperti itu,


politik (Yayha Muhaimin 1987). dapat dilihat implikasinya terhadap
Kelahiran Golkar dapat dipandang partisipasi politik rakyat dalam peng-
sebagai suatubentuk legitimasi militer ambilan keputusan. Perjalanan regime
dibidang sosial-politik sehingga posisi- Orde Baru pada dasarnya dapat dije
posisi kunci ditubuh Golkar, berada di laskan dengan menggunakan kerangka
tangan para perwira senior ABRI. berfikir Hundngton tentang stabilitas
Dengan dukungan kuat ABRI ter- dan instabilitas, dimana partisipasi
utama pemilu 1971 dan 1977, Golkar masyarakat dianggap sebagai faktor
mampu mencapai kemenangan mutlak penentu awal institusionalisasi. Dalam
(mayoritas), tetapi legitimasi inilebih hal ini, partisipasi bukan mobilisasi.

50 UNISIA11.XI.IV.1991
Dalam kontek ini kekuatan lembaga Keadaan ini menunjukkan proses pele-
perwakilan hams mampu mengendali- mahan fungsi lembaga legislatif.
kan peran eksekutif. Namun keadaan
yang muncul sekarang ini adalah, tnm- Proses pelemahan lembaga legislatif
buhnya keinginan massa atau ams ini tidak bisa dilepaskan dari beberapa
bawah yang lebih kuat untuk mencip- kondisi obyektif Indonesia, misalnya
takan iklim politik yang lebih demo- lemahnya peran Golkar dan parpol
•kratis agar terciptanya peluang yang dalam membawa aspirasi dari bawah.
lebih besar untuk berpartlslpasl lebih Kemenangan Golkar dalam setiap
dari sekedar pelaksana dari kebljak- pemilu yang selalu dominan tidak
sanaan pemerintah. Tetapl sementara memiliki arti penting bagi massa
itu muncul gejala semakin lemahnya bawah karena bagaimanapun kedu-
kekuatan perwakilan sejalan dengan dukan Golkar adalah sub-ordinasi dari
semakin kuatnya dominasi eksekutif birokrasi sehingga Golkar tidak
terhadap legislatif dalam pengambllan mampu menjalankan misi membawa
keputusan. Dominasi eksekutif ter aspirasi dari bawah ke atas. Sementara
hadap legislatif ini tidak hanya ber- itu bagi parpol, sejak dilakukannya
hasil membatasi fungsi lembaga legis penyederhanaan kepartaian, telah
latif dalam menjalankan fungsi kon- membawa pengaruh internal dalam
trol, tetapl juga fungsi lain seperti partai yang bergabung sehingga terjadi
pembuat dan pemrakarsa produk- konflik antar unsur yang sifatnya
produk legislatif dan keputusan- mendasar yaitu, perbedaan sikap da
keputusan. Contoh yang jeias misal- lam menentukan kebijaksanaan poli
nya hak inisiatif anggota DPR yang tik keluar, dan perebutan kekuasaan
melekat pada individu anggota, di- dalam partai. Akibatnya parpol dalam
jamin oleh UUD 1945, tetapl melalui hal ini PDI dan PPP, tidak mampu
tata tertib internal DPR, hak inisiatif menjalankan fungsinya membawakan
bergeser menjadi hak lembaga. Aki- aspirasi rakyat pemilihnya atau aspi
batnya penggunaan hak ini menjadi rasi rakyat keseluruhan. Ditambah lagi
terhambat karena harus melalui pro- sistem recall yang sering terjadi se
sedur yang panjang yaitu perlu perse- hingga para anggota DPR yang terpi-
tujuan fraksi, dan kemudian persetu- lih menjadi tidak bebas menjalankan
juan sidang pleno seluruh fraksi. hak-hak dan kewajiban yang di-
Akibatnya DPR selalu kalah dalam embannya, karena takut terkena sang-
menciptakan produk Undang-undang si direcall dari keanggotaan lembaga
dibandingkan eksekutif. Pengambllan legislatif, jika terjadi perbedaan pen-
keputusan oleh eksekutif tentang dapat dengan partai yang diwakilinya.
kenaikan tarif listrik misalnya cen- Akibat dari terjadinya penyempitan
derung mengabaikan suara DPR. saluran partisipasi tersebut, muncul
Rancangan Undang-undang yang kegiatan-kegiatan ekstra parlementer
umumnya berasal dari eksekutif se- sebagai gejala semakin derasnya arus
ringkali tidak dapat diubah oleh wakil bawah. Hasrat untuk berpartisipasi
rakyat dalam proses penggodokannya. dalam pengambllan keputusan dan ke-

UNISIA11.X1.IV.1991 51
inginan untuk menumbuhkan ikiim Penutup
yang lebih demokratis kian mendesak Dari uraian pembahasan pada bagi-
sehingga muncul organisasi-organisasi an terdahulu, dapat disimpulkan
seperti lembaga-lembaga swadaya bahwa terbatasnya peluang partisipasi
masyarakat (LSM), yang mengambil rakyat dalam sistem politik Indonesia
peran mengartikulasikan kepentingan saat ini tidak terlepas dari strategi
rakyat bawah. Kemudian kelompok pembangunan yang dijalankan pada
mahasiswa yang berperan besar dalam awalnya. Strategi pembangunan eko-
proses kelahiran Orde Bam dalam per- nomi teknokratik yang mengacu
jalanan kemudian nampak sudah ter- kepada pertumbuhan tinggi mendo
sisihkan. Semua itu telah membuat rong pemerintah untuk menekan parti
jarak yang cukup lebar antara rakyat sipasi golongan bawah karena strategi
dan pemerintah. tersebut memerlukan persyaratan ik
iim politik yang stabil, yang merupa-
Kenyataan ini telah mendorong per-
kan tuntutan kapitalis internasional.
geseran aspirasi dan dorongan lebih
Akibatnya partisipasi dibatasi agar
kuat dari kelompok bawah untuk ber-
program tidak terganggu. Strategi
partisipasi. Keadaan ini sangat me-
pembangunan ekonomi yang dijalan
mungkinkan ditunjang pula oleh se-
kan memerlukan dukungan birokrasi
makin meningkatnya kesadaran poli-
yang kuat sehingga birokrasi ditem-
tik massa yang disebabkan oleh me
patkan pada peranan sentral melalui
ningkatnya kesejahteraan, dan tingkat
fungsi Golkar yang akibatnya terjadi
pendidikan masyarakat. Dalam setting
pelemahan peran parpol dan lembaga
seperti ini, tidak dapat dipungkiri ke-
legislatif.
hadiran LSM atau kelompok-kelom-
pok studi mahasiswa telah menjadi al- Oleh sebab itu sebagian analis politik
ternatif lain bagi penyaluran aspirasi seperti Afan Gaffar dan Yahya
rakyat. Kecenderungan ini ada positif Muhaimin, menggolongkan pojitik
dan negatifnya. Positif, karena lem- Indonesia juga bersifat BP dengan ciri;
baga ini dapat berfungsi membuka ciri lembaga- politik yang dominan
pintu kebekuan birokras! dalam me- adalah aparat birokrhsi, lembaga-
nyerap tuntutan massa, dan negatif lembaga politik lainnya termasuk par
dalam pengertian, beberapa kasus ke- pol lemah dan tidak mampu melaku-
giatan lembaga-lembaga itu menjadi kan kontrol serta balance terhadap
bersifat ekstrim yang akhirnya oleh birokrasi.
pengusaha dianggap sebagai kegiatan
Dilihat dari iklim politik yang telah
yang memgikan kepentingan nasional.
terbentuk sampai saat ini sukar untuk
Hal ini dapat dilihat dari kasus kegia meramalkan akan terjadi pergeseran
tan LSM mengikuti seminar-seminar atau peluang bagi perluasan partisipasi
baru-baru ini di luar negeri, yang di massa mengingat, by deflnition partai
anggap pemerintah memgikan kepen politik dengan segala perlengkapan
tingan nasional. politiknya bempa sistem perwakilan-

52 . UNIS1A11.XI.IV.1991
nya adalah counterweight birokrasi. dengan pelaksanaan demokrasi di
Bahkan mungkin dimasa yang akan Indonesia.
datang birokrasi akan justeru semakin
menguat. Sebab sejarah telahmenun- Tuntutan ini sebenarnya paradoks
jukkan bahwa semakin lemahnya ke- dengan tuntutan kapitalis internasio-
kuatan-kekuatan ekstra birokrasi, aki- nal pada awal pembangunan yaitu sta-
bat kegagalan parpol menjalankan bUitas yang membenarkan ditekannya
fungsinya, akan semakin memperkuat demokrasi yang akhirnya mengurangi
peran birokrasi. Disamping itu jika di- hak partisipasi rakyat. Barangkali
lihat dari aspek budaya, dominasi ek- menarik untuk dikembangkan pemiki-
sekutif terutama ditingkat pedesaan ran Afan Gaffar dalam salah satu tu-
sukar untuk ditandingi. Kepemim- lisannya mengenai; Demokrasi Konso-
pinan Indonesia sangat menonjol sifat siasional (1988),
paternalistiknya sehingga untuk pede sebagai langkah untuk meningkatkan
saan terutama dalam kaitan dengan pelaksanaan demokrasi dan memper-
budaya Jawa, adanya wong gede, liias partisipasi politik massa yaitu
wong cilik, dimana wong cilik harus melalui mekanisme konsosiasional.
patuh (Afan Gaffar 1991), maka jelas Demokrasi konsosiasional sangat
partisipasi politik yang lebih luas yaitu cocok bagi masyarakat yang memiliki
pada tingkat pengambilan keputusan, tingkat fragmentasi dan polarisasi
sukar untuk dikembangkan dalam sosial tinggi karena sifatnya yang
waktu singkat. mampu meredam konflik yang timbul
Dengan kondisi politik demikian, dengan melibatkan peran para tokoh
untuk menjalankan program indus- masyarakat yang mewakili berbagai
trialisasi nampaknya belum ada alter- kelompok sosial.
natif lain bagi pemerintah kecuali te- Melalui mekanisme seperti ini,
tap menjalankan strategi dengan stabi- konflik-konflik yang muncul sebagai
litas tetapi disertai dengan proses akibat dilaksanakannya strategi indus-
demokratisasi politik secara perlahan- trialisasi dapat diatasi tanpa menim-
lahan karena bagaimanapun bantuan bulkan kecendenmgan-kecenderungan
luar negeri seperti IGGI bagi pem- yang bersifat radikal dari kelompok-
bangunan Indonesia selalu dikaitkan keloinpok masyarakat.

UNISIAH:XI.IV.1991 53
DAFTAR PUSTAKA Ichlasul Amal, Birokrasi dan Demokratisasi, .
Majalah Prospek, No. 2, Volume 2, 1990.
Alfian, Pembangunan Politik Indonesia, Kum- Monte Palmer, Dilemmas of Political Develop
pulan Karangan, Penerbit FT Gramedia ment, Fourth Edition, Peacock Publisher,
Jakarta, 1990. 1989.

Afan Gaffar, Makalah tentang : Pemilihan Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, Partisi-
Umum Dalam Rangka Pembangunan pasi Politik Di Negara Berkembang, Pener
Politik, disampaikan pada Seminar Nasio- bit Rieneka Cipta, 1990.
nal FISIPOL UGM, 1991. Yahya Muhaimin, Militer dan Beberapa Aspek
Partai Politik, Elit dan Massa Dalam Pemba Pembangunan Politik, dalam buku : Mena-
ngunan Nasional, Seminar Swasta: Negara tap Masaiah Pembangunan Indonesia,
dan Birokrasi PAU UGM, 1988. LKMI 1987.

Ahmad Zaini Abar (ed), Beberapa Aspek Pem Mohtar Mas'oed, Kumpulan tulisan yang ter-
bangunan Orde Baru, Esei-Esei Dari FISI muat dalam 'Seberapa Aspek Pembangun
POL UGM, 1990. an Orde Baru, 1990, Penerbit Ramadhani,
Solo.
Benedict Anderson and Audrey Kahim (ed). In
terpreting Indonesian Politics : Thirteen
Contribution To The Debate, Publication
No. 62, 1982.

54 UNISIA11.XI.IV.1991

Anda mungkin juga menyukai