Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

l. Latar Belakang
Salah satu tujuan penegakan hukum adalah terjaminnya
hak-hak asasi manusia (HAM). Manusia mempunyai kedudukan
sentral dalam penegakan hukum. Manusia adalah obyek dan
subyek dalam rangka penegakan hukum tersebut.

Hak asasi manusia memang menyangkut masalah di dalam


kehidupan manusia, baik yang menyangkut hak asasi manusia
individu maupun hak asasi manusia kolektif. Hak asasi manusia
individu merupakan hak yang menyangkut kepentingan
perorangan dan hak asasi manusia kolektif menyangkut
kepentingan bangsa dan negara.

Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada


diri manusia secara kodrati, universal dan langgeng sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa, meliputi hak untuk hidup, hak
berkeluarga untuk melanjutkan keturunan, hak mengembangkan
diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak keamanan, dan hak
kesejahteraan yang berfungsi untuk menjaga integritas
keberadaannya, sehingga tidak boleh diabaikan dan dirampas
oleh siapapun. Rumusan tersebut jelas mengakui bahwa hak asasi
adalah pemberian Tuhan Yang Maha Esa dan negara Indonesia
mengakui bahwa sumber hak asasi manusia adalah karunia
Tuhan. Tegasnya hak asasi manusia termasuk hak atas
kebebasan berserikat bukan pemberian negara akan tetapi
pemberian Tuhan Yang Maha Esa.

Konsep tentang hak asasi manusia bukan merupakan hal


baru bagi bangsa Indonesia. Salah satu komitmen Indonesia
terhadap penghormatan dan jaminan perlindungan hak asasi
manusia terkandung dalam sila kedua Pancasila, dasar negara

1
dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yaitu "Kemanusiaan Yang
Adil dan Beradab".

Selanjutnya, sejumlah pasal dalam Undang-Undang Dasar 1945


beserta amandemennya secara tegas mengatur jaminan
perlindungan hak-hak asasi manusia yang paling utama, yaitu di
bidang politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Bahkan
ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945 ini dirumuskan tiga
tahun sebelum Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
Perserikatan Bangsa-Bangsa (Universal of Human Rights) 1948
dicetuskan.

Salah satu perlindungan hak asasi manusia yaitu asas


principle of liberty (prinsip kebebasan) dalam bidang hubungan
kerja di Indonesia terdapat dalam Pasal 28 D Ayat (2)
Amandemen Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Pasal tersebut
disebutkan bahwa setiap orang berhak untuk bekerja serta
mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja. Ketentuan ini mengandung pengertian bahwa
setiap warga negara tanpa memandang segala perbedaan yang
ada pada diri seseorang berhak mendapatkan dan melakukan
pekerjaan serta menerima imbalan secara adil.

Demikian juga di dalam Pasal 28 E Ayat (3) Amandemen Undang-


Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak atas
kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan perndapat.
Pengertian dari ketentuan tersebut adalah bahwa setiap warga
negara tanpa memandang segala perbedaan baik ras, jenis
kelamin, agama dan lain-lain, berhak untuk menjadi bagian dari
suatu organisasi dan memanfaatkan organisasi tersebut guna
kepentingannya secara adil dengan memperoleh perlindungan
akan kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pendapat.
Kebebasan berserikat sebagai hak dasar tidak bisa dilepaskan
dari pendekatan realitas kehidupan sosial dan politik dengan
berbagai aspeknya seperti aspek ekonomi, pendidikan, agama
dan sebagainya. Alasannya karena aspek-aspek tersebutlah yang

2
sangat berperan membuat manusia kehilangan banyak
kesempatan memperoleh kebebasan dirinya.

Konsep hak dasar mulai diperjuangkan setelah manusia


merasakan adanya kelemahan dari teori perjanjian yang
diperkenalkan oleh Thomas Hobbes. Dengan teori Thomas
Hobbes seluruh hak-hak masyarakat diserahkan pada pengusaha,
sehingga tidak ada kekuasaan lain yang tersisa. Hal ini merupakan
awal timbulnya kesadaran akan adanya hak yang hilang karena
terdesak dengan hadirnya seorang pengusaha.

Akibat adanya kelemahan teori ini, kemudian timbul teori baru


yang diperkenalkan oleh John Locke dan J.J.Rosseau, teori
mereka ini pada prinsipnya mengandung pengertian bahwa dalam
perjanjian antara rakyat dengan pengusaha harus terdapat
sebagian kekuasaan yang tersisa. Disamping itu, kekuasaan yang
tersisa tersebut juga harus mendapat jaminan secara
konstitusional dan penegakannya dilakukan melalui badan- badan
peradilan. Hak-hak yang eksistensinya dijamin konstitusi inilah
yang dinamakan hak dasar. Semenjak itu penegakan hak asasi
manusia identik dengan penegakan konstitusi dibidang hak asasi
manusia, sebagai jaminan terhadap kepentingan masyarakat dari
tindakan sewenang-wenang penguasa.

Kebebasan berserikat yang diinginkan oleh para pekerja


dalam organisasi buruh tidak diberikan oleh Pemerintah Republik
Indonesia dengan begitu saja, namun timbul karena adanya
perkembangan gerakan buruh di Indonesia sejak zaman
penjajahan hingga keluarnya Undang-Undang No.21 Tahun 2000,
tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Efektif tidaknya undang-
undang tersebut dalam praktek berpulang kembali kepada
bargaining position organisasi buruh itu sendiri. Sejak beberapa
dekade, kebebasan berorganisasi bagi para buruh telah dipasung.
Terpasungnya organisasi buruh di Indonesia ini berdampak luas
termasuk tumpulnya suara buruh dalam usahanya meningkatkan
kesejahteraan.
Pada jaman penjajahan Jepang gerakan buruh sempat terhenti

3
dan tidak berkembang. Situasi ini terjadi karena adanya tindakan
represif dan ditambah dimatikannya banyak industri yang
dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Baru kemudian
setelah kemerdekaan Indonesia mulai bangkit gerakan buruh.
Organisasi buruh yang kuat pada masa itu salah satunya adalah
SBII (Serikat Buruh Islam Indonesia) menyatakan siap untuk
bekerja sama dengan serikat buruh manapun asal tidak merusak
dasar-dasar Islam. Pada masa Orde Baru, terdapat peristiwa
penting di dalam pergerakan buruh di Indonesia, yaitu dibentuknya
Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI) tahun 1966 dan Majelis
Permusyawaratan Buruh Indonesia (MPBI) pada tanggal 1
November 1969. Dalam perkembangan selanjutnya, lahir pula
Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI) dan Serikat Pekerja
Seluruh Indonesia (SPSI).
Sejak lahir Orde Baru tersebut, gerakan buruh dimobilisir dari
dibentuknya KABI (Kesatuan Aksi Buruh Indonesia) pada tahun
1966. Tujuannya ialah untuk bersama-sama kekuatan Orde Baru
lainnya berjuang menumbangkan sisa-sisa G 30 S PKI,
Perjuangan KABI bersifat politis sedangkan soal-soal yang bersifat
sosial ekonomi di selesaikan oleh sekretariat bersama buruh
beserta anggota-anggotanya.

Di Jakarta pada tanggal 20 Februari 1973, berdiri FBSI (Federasi


Serikat Buruh Seluruh Indonesia) dimana dalam tubuh FBSI masih
dimungkinkan hidupnya serikat-serikat buruh. Berdirinya FBSI
pada tanggal 20 Februari 1973 yang kemudian berubah menjadi
SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) pada tahun 1985 telah
membuka sejarah baru bagi kaum buruh di Indonesia. Kaum buruh
di Indonesia telah mampu mempersatukan dirinya dalam satu
wadah perjuangan dan satu tujuan bersama, yaitu suatu
organisasi dibidang perburuhan yang bersifat sosial-ekonomi.
Dengan demikian orientasi utama dari wadah organisasi SPSI
adalah berupaya meningkatkan kesejahteraan para anggota dan
keluarganya.

Dalam bagian umum penjelasan atas Undang-Undang Nomor 21


Tahun 2000, tentang Serikat Pekerja/Organisasi Buruh,

4
menyatakan bahwa pekerja/buruh merupakan mitra kerja
pengusaha yang sangat penting dalam proses produksi dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan
keluarganya, menjamin kelangsungan perusahaan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada
umumnya, sehubungan dengan hal itu, serikat pekerja/Organisasi
buruh merupakan sarana untuk memperjuangkan kepentingan
pekerja/buruh dalam menciptakan hubungan industrial yang
harmonis, dinamis dan berkeadilan.Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2000, tentang Serikat Pekerja/Organisasi Buruh didasarkan
pada Pasal 28 E perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945
dan Konvensi ILO (Internasional Labour Organization) Nomor 98
Tahun 1949, tentang Hak Berorganisasi dan Kemerdekaan
berserikat di ratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan
Undang-Undang No.18 Tahun 1956, tentang Persetujuan
Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional No 98 Tahun 1949
mengenai Berlakunya Dasar- Dasar daripada Hak untuk
berorganisasi dan untuk Berunding Bersama. Dengan telah
diratifikasinya Konvensi ILO No 98 Tahun 1949, tentang Hak
Berorganisasi dan Kemerdekaan Berserikat serta diundangkannya
Undang-Undang Nomor No 21 Tahun 2000, tentang Serikat
Pekerja/Organisasi Buruh, maka bidang perburuhan
sesungguhnya telah berubah secara radikal. Kebebasan untuk
mendirikan organisasi buruh telah dimanfaatkan oleh para aktivis
perburuhan untuk mendirikan organisasi dengan bermacam nama
dan bermacam orientasi kepentingan. Namun secara prinsip,
organisasi buruh dibentuk dengan tujuan untuk memperjuangkan
kepentingan buruh, khususnya untuk memperbaiki tingkat
kesejahteraan hidup dan melindungi hak-hak buruh.

Dalam konteks perjuangan hak-hak pekerja/buruh ada beberapa


pilar yang sangat berperan dalam penegakan serta melindungi
hak-hak pekerja/buruh dalam mewujudkan kesejahteraannya.
Salah satu pilar itu adalah organisasi serikat pekerja/Organisasi
buruh. Eksistensi serikat pekerja/serikat buruh bertujuan untuk
memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta
meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan

5
keluarganya. Sejarah telah membuktikan bahwa peranan serikat
pekerja/organisasi buruh dalam memperjuangkan hak anggotanya
sangat besar, sehingga pekerja/buruh telah banyak merasakan
manfaat organisasi serikat pekerja/organisasi buruh yang betul-
betul mandiri (independence) dan konsisten dalam
memperjuangkan hak-hak buruh.

Umumnya pekerja secara individual berada dalam posisi lemah


dalam memperjuangkan hak-haknya, dengan menjadi anggota
serikat pekerja/organisasi buruh akan meningkatkan bargaining
baik secara individu maupun keseluruhan. Serikat
pekerja/organisasi buruh dapat mengawasi (control) pelaksanaan
hak-hak pekerja di perusahaan. Oleh karena itu, serikat
pekerja/serikat buruh sangat berperan penting bagi pekerja.

ll. Permasalahan
Dalam penulisan makalah ini, penulis mengangkat permasalahan
yaitu:
1. Pengertian organisasi buruh.
2. Bagaimana peranan organisasi buruh.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Organisasi Buruh /Serikat Pekerja


Pembangunan Nasional dilaksanakan dalam rangka
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dalam mewujudkan
masyarakat sejahtera, adil, makmur, merata baik materiil maupun
spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Dalam menjalankan visi diatas, tenaga kerja mempunyai peranan


dan kedudukan yang sangat penting sebagai salah satu
komponen pelaku untuk mencapai tujuan pembangunan itu.

Guna mencapai tujuan pembangunan itu diperlukan adanya


rencana terpadu dan terukur sesuai dengan misinya. Dibidang
peserikatan pekerja (Serikat Pekerja) visi dan misi itu jelas
dinyatakan dalam UU No. 13/2003 yang dituangkan dalam
pengertian sebagai berikut :

"Serikat Pekerja adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan


untuk pekerja/buruh baik diperusahaan maupun diluar
perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis
dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta
melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta
meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya."

Dalam pelaksanaan visi dan misi itu, perlu ditetapkan sarana-


sarananya secara jelas dan dapat dilaksanakan secara baik,
konsisten, terencana dan terukur.

B. Peran Organisasi Buruh/Serikat Pekerja

7
Dalam suatu perusahaan biasanya terdapat organisasi serikat
pekerja/organisasi buruh yang dalam pelaksanannya mempunyai
peranan yang sangat penting dalam hubungan industrial.
Serikat Pekerja dalam memecahkan persoalan menuju suatu kemajuan
dan peningkatan yang diharapkan, hendaknya menata dan memperkuat
dirinya melalui upaya :
1. Menciptakan tingkat solidaritas yang tinggi dalam satu kesatuan
diantara pekerja dengan pekerja, pekerja dengan Serikat
Pekerjanya, pekerja/Serikat Pekerja dengan manajemen
2. Meyakinkan anggotanya untuk melaksanakan kewajibannya
disamping haknya diorganisasi dan diperusahaan, serta
pemupukan dana organisasi.
3. Dana Organisasi dibelanjakan berdasarkan program dan anggaran
belanja yang sudah ditetapkan guna kepentingan peningkatan
kemampuan dan pengetahuan pengurus untuk bidang
pengetahuan terkait dengan keadaan dan kebutuhan ditempat
bekerja, termasuk pelaksanaan hubungan industrial.

4. Sumber Daya Manusia yang baik akan mampu berinteraksi


dengan pihak manajemen secara rasional dan obyektif
Bilamana, paling tidak 4 persyaratan diatas terpenuhi, Organisasi
buruh melalui wakilnya akan mampu mencari cara terbaik
menyampaikan usulan positif guna kepentingan bersama.
Perlu diyakini bahwa tercapainya Hubungan Industrial yang
harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat, hanya akan ada
ditingkat perusahaan. Karenanya social dialogue yang setara,
sehat, terbuka, saling percaya dan dengan visi yang sama guna
pertumbuhan perusahaan sangat penting dan memegang peranan
menentukan.

Faktor diluar itu pada dasarnya hanya merupakan pedoman dan


faktor pendukung dan pembantu. Pembinaan dan peningkatan
kualitas SDM dapat dirmuskan melalui LKS Bipartit. Program
Quality Circle perlu dilakukan.

Selain itu Peran organisasi buruh juga memberikan perlindungan


hukum terhadap pekerja itu sendiri. Sebagai dasar dari kebebasan
8
pekerja dapat dijumpai dalam Pasal 28 UUD 1945 dan berbagai
peraturan perundang-undangan lainnya seperti :
- Undang-undang No. 18 Tahun 1956 tentang Ratifikasi Konvensi
ILO No. 98 mengenai Convention Concerning the Application of
the Principles of the Right to Organize and to Bargain Collectively.
- Undang-undang No. 28 Tahun 2000 tentang Berlakunya Undang-
undang No. 25 Tahun 1997 tentang ketentuan pokok tenaga kerja
yang mengatur prinsip-prinsip organisasi buruh yang antara lain :
o Hak pekerja membentuk organisasi pekerja/buruh
o Organisasi buruh di bentuk secara demokratis serta tidak boleh
adanya campur tangan pihak lain.
Selain itu Undang-undang No. 21 Tahun 1954 tentang perjanjian
perburuhan memberikan hak kepada serikat pekerja untuk
melakukan perundingan dengan pimpinan perusahaan dalam
rangka menyusun Kesepakatan Kerja Bersama (KKB). Menurut
Iman Sjahputra Tunggal, KKB adalah :
"Perjanjian yang diselenggarakan oleh Organisasi Buruh atau
serikat-serikat Pekerja yang terdaftar pada Departemen Tenaga
Kerja (Kementerian Perburuhan) dengan pengusaha, perkumpulan
pengusaha, Berbadan Hukum yang pada umumnya atau semata-
mata memuat syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam
perjanjian kerja."

Pada awal era reformasi, pemerintah juga telah meratifikasi


Konfensi International Labour Organization (ILO) No. 187 Tahun
1948 tentang Freedom of Asociation and Protection of the Right to
Organize Convention dengan keputusan Presiden No. 83 Tahun
1998. Selanjutnya dalam perkembangan terbaru, pada tanggal 4
Agustus 2000 telah dikeluarkan Undang-undang No. 21 Tahun
2000 tentang Serikat Pekerja / Serikat Buruh yang merupakan
salah satu produk hukum yang mencerminkan era demokrasi dan
kebebasan di berbagai bidang di Indonesia. Dalam bentuk
peraturan yang lebih tinggi, lampiran TAP MPR No. XII/MPR/1998
tentang Hak Asasi Manusia (HAM) secara jelas juga memberi
arahan pada pelaksanaan kebebasan berserikat.
Hal ini misalnya tertuang dalam Pasal 6 yang berbunyi :
"Setiap orang berhak untuk memajukan diri dengan

9
memperjuangkan hak-haknya secara kolektif serta membangun
masyarakat, bangsa dan negara".

Pasal 9 menyebutkan :

"Setiap orang dalam hubungan kerja berhak mendapat imbalan


dan perlakuan yang adil dan layak". Sedangkan Pasal 19
menyatakan "Setiap orang berhak atas kemerdekaan berserikat,
berkumpul dan mengeluarkan pendapat".

Dari aturan ini serikat pekerja akan dapat bertahan hidup dan
berperan dalam masyarakat pekerja dan menjadi organisasi buruh
yang kuat, aspiratif terhadap kepentingan pekerja, profesional dan
mandiri Selain itu serikat pekerja juga dapat menjawab tantangan
yang dihadapi di bidang ketenagakerjaan dan hubungan industrial
dalam era globalisasi.

Ratifikasi Konvensi ILO No. 87 mempunyai dampak terhadap


peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan khususnya yang
berkaitan dengan perserikatan pekerja. Maksud pendirian serikat
buruh sebagaimana diuraikan sebagai berikut : setiap
pekerja/buruh dapat mendirikan serikat pekerja/buruh secara
bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab oleh
pekerja/buruh untuk memberikan perlindungan, pembelaan hak
dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak
pada umumnya memperjuangkan kepentingan pekerja/buruh dan
keluarganya. Meskipun pekerja/buruh bebas menentukan asas
organisasinya, namun tidak boleh menggunakan asas yang
bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
yang merupakan dasar negara dan konstitusi negara Republik
Indonesia.

Sedangkan tujuan pendirian organisasi pekerja/buruh, federasi


maupun konfederasi tidak lain adalah sebagai berikut :
a. Pihak dalam pembuatan perjanjian kerja
b. Wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja
c. Sarana menciptakan hubungan industri

10
d. Sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan
kepentingan anggotanya
e. Perencana, pelaksana dan penanggungjawab pemogokan
pekerja/ buruh.
f. Wakil pekerja dalam memperjuangkan kepemilikan saham di
perusahaan.
Tenaga kerja yang telah dikenakan PHK, akan diberikan hak-
haknya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
nasional dan ketentuan oleh perusahaan. Hak-hak tersebut dapat
berupa uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan lain
sebagainya.

Berikut daftar nama-nama beberapa organisasi buruh di Indonesia


:

1. Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSPSI)


2. Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Reformasi (SPSI
Reformasi)
3. Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI)
4. Federasi Serikat Buruh Demokrasi Seluruh Indonesia
(FSBDSI)
5. Serikat Buruh Muslim Indonesia (Sarbumusi)
6. Persaudaraan Pekerja Muslimin Indonesia (PPMI)
7. Gabungan Serikat Pekerja Merdeka Indonesia
(Gaspermindo)
8. Federasi Organisasi Pekerja Keuangan dan Perbankan
Indonesia (FOKUBA)
9. Kesatuan Buruh Merhaen (KBM)
10. Kesatuan Pekerja Nasional Indonesia (KPNI)
11. Kesatuan Buruh Kebangsaan Indonesia (KBKI)
12. Asosiasi Karyawan Pendidikan Swasta (Asokadikta)
13. Gabungan Serikat Buruh Industri Indonesia (Gasbiindo)
14. Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK-Indonesia)
15. Serikat Pekerja Keadilan (SPK)
16. Serikat Pekerja Metal Indonesia (SPMI)
17. Gabungan Serikat Buruh Independent (GSBI)
18. Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI)

11
19. Federasi Serikat Pekerja BUMN
20. Serikat Buruh Merdeka Setiakawan
21. Serikat Pekerja Nasional Indonesia
22. Federasi Serikat Pekerja Tekstil, Sandang dan Kulit
(SP.TSK)
23. Gabungan Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (GOSBI)
24. Asosiasi Karyawan Pendidikan Nasional (ASOKADIKNA)
25. Federasi SP Penegak Keadilan Kesejahteraan dan
Persatuan (SPKP)
26. Federasi SP Rakyat Indonesia (SPRI)
27. Federasi Kimia Energi Pertambangan (KEP)
28. Solidaritas Buruh Maritim dan Nelayan Indonesia (SBMNI)
29. Federasi SP Indonesia (SPI)
30. Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia (FNPBI)
31. Federasi Gabungan Serikat Pekerja Mandiri (GSBM)
32. Federasi Perserikatan Buruh Independen (FBI)
33. Federasi Serikat Buruh Perjuangan (FSBP)
34. Federasi Aliansi Jurnalis Independen (AJI)
35. Federasi Gabungan Serikat Pekerja PT Rajawali Nusantara
Indonesia (GSPRNI)
36. Federasi Farkes Reformasi
37. Federasi SPM (hotel, restoran, plaza, apartemen, katering
dan pariwisata) Indonesia
38. Gaspermindo Baru
39. Gabungan Serikat Buruh Indonesia 2000 (DPP GSBI 2000)
40. Federasi SP Kahutindo
41. Federasi Serikat Pekerja Pariwisata (SP PAR)
42. Federasi Serikat Pekerja Percetakan, Penerbitan dan Media
Informasi
43. Federasi SP Pertanian dan Perkebunan
44. Federasi Serikat Pekerja Bangunan dan Pekerjaan Umum
(SP BPU)
45. Federasi Serikat Pekerja Niaga, Bank, Jasa dan Asuransi
46. Federasi Serikat Pekerja Farmasi dan Kesehatan
47. Federasi Serikat Pekerja Angkutan Darat, Danau, Feri,
Sungai dan Telekomunikasi Indonesia (SP ADFES)
48. Federasi Serikat Pekerja Logam, Elektronik dan Mesin

12
(DPP FSP LEM)
49. Federasi Serikat Pekerja Rokok, Tembakau, Makanan dan
Minuman
50. Federasi Serikat Pekerja Kependidikan Seluruh Indonesia
(DPP F. SPKSI)
51. Federasi Serikat Pekerja TSK SPSI
52. Federasi Serikat Pekerja Perkayuan dan Kehutanan (F.SP
KAHUT)
53. Federasi Serikat Pekerja Transport Indonesia (F.SP TI)
54. Federasi Serikat Pekerja Kimia, Energi dan Pertambangan
(F.SP.KEP)
55. Federasi Serikat Pekerja Kewartawanan Indonesia
(F.SP.PEWARTA)
56. Federasi Serikat Pekerja Maritim Indonesia (F.SP.MI)
57. Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI)
58. Federasi Serikat Pekerja Tenagakerja di Luar Negeri
(F.SP.TKI LN)
59. Federasi Serikat Buruh Karya Utama (FSBKU)
60. Federasi Serikat Pekerja Perkebunan Nusantara (FSPBUN)
61. Gerakan Buruh Marhaenis
62. Serikat Pekerja Industri Semen Indonesia (FSPISI)
63. Serikat Pekerja Islam (SERPI)
64. Federasi Buruh Indonesia (FBI)
65. Kesatuan Buruh Nasional Indonesia (KBNI)
66. SB Transportasi Perjuangan Indonesia
67. Persatuan Pekerja Informal Seluruh Indonesia
68. Kongres Buruh Islam (KOSBI)
69. SP Sektor Informal Mandiri Seluruh Indonesia (SP-SIMSI)
70. Federasi Serikat Pekerja Pariwisata Reformasi
71. Serikat Pekerja Percetakan, Penerbit dan Media Informasi

BAB III
PENUTUP

13
A. Kesimpulan
Pekerja/buruh merupakan. Serikat Pekerja adalah organisasi yang
dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik diperusahaan
maupun diluar mitra kerja pengusaha yang saling membutuhkan satu
sama lain perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri,
demokratis dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela
serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta
meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.

Tujuan didirikannya serikat pekerja/serikat buruh merupakan sarana


untuk memperjuangkan kepentingan pekerja/buruh dalam
menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan
berkeadilan.

B. Saran
Dengan adanya Serikat Pekerja/Serikat Buruh hendaknya dapat
membawa dampak yang positif bagi hak-hak pekerja mengingat
dalam kasus perburuhan yang ada sering ditemukan kurangnya
keperpihakan kepada buruh karena lemahnya perlindungan dari
pemerintah.

14
15

Anda mungkin juga menyukai