Anda di halaman 1dari 3

Ilmu Sosial Dasar

1. Falsafah Pemikiran Sosial (Filsafat Sosial)


Pengertian Epistemologi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episteme yang
berarti ilmu. Epistemology adalah cabang filsafat yang meneliti (tending) pengetahuan
manusia, kepercayaan serta tabiat dasar pengalaman. Fokus utama dalam bidang ini
memperhatikan apa yang perlu diketahui dan bagaimana mengetahuinya. Pengetahuan ini
dikembangkan dalam empat kelompok yaitu mengenai sifat pengetahuan, jenis-jenis
pengetahuan, obeyek pengetahuan dan asal mula pengetahuan. Dalam aliran filsafat yang
berperan dalam epistemology, yaitu rationalisme (rasionalisme dari kata Latin ratio: akal
budi) dan empirisme (dari kata Yunani: pengalaman).
Rasionalisme dalam konsep ini mengacu pada sebuah aliran filsafat modern yang
berpandangan pada asas-asas a priori yang terdapat di dalam rasio kita. Rasionalisme
bertolak dari aksioma-aksioma (suatu adanya bukti), prinsip-prinsip atau definisi-definisi
umum terlebih dahulu sebelum menjelaskan kenyataan. Matematika merupakan model
berpikir yang diikuti kaum rasionalis, juga kalau mereka sedang menjelaskan tentang
manusia dan tindakannya. Tokoh-tokoh yang menganut paham ini ialah Descates, Spinoza,
Leibniz. Sedangkan Empirisme adalah istilah yang mengacu pada sebuah aliran dalam filsafat
Barat Modern yang berpandangan bahwa pengetahuan merupakan hasil observasi inderawi.
Apa yang dapat diobservasi lewat indrawi tersebut memiliki nilai ukurnya. Tokoh-tokoh
dalam paham ini ialah Bacon, Hobbes, Locke dan Hume.
2. Ontologi (Metafisika Umum)
Ontologi merupakan pengetahuan tentang cara berpikir tentang “semua pengada sejauh
mereka ada” atau seluas segala kenyataan. Dalam ilmu sosial, pemahaman tentang apa yang
ada ini berguna untuk memolih dan menentukan metode yang akan digunakan dalam
penelitian. Para peneliti pemula bisa keliru dalam mengumpulkan data. Kekelitruan bisa
terjadi apabila peneliti mencari data apa yang seharusnya ada dan bukan apa yang ada.
3. Logika
Logika merupakan cabang filsafat yang memberi kaidah bagaimana berpikir lurus (kesehatan
berpikir), aturan mana yang harus diikuti supaya pernyataan-pernyataan kita tidak sesat.
Logika tidak mengajarkan apapun tentang manusia dan masyarakat. logika hanya sebuah
Teknik atau “seni” yang mementigkan segi formal, bentuk dari pengetahuan.
4. Etika atau Filsafat Moral
Etika disebut juga filsafat moral. Etika merupakan ilmu atau refleksi sistematik mengenai
pendapat-pendapat, norma-norma dan istilah moral. Etika juga bisa dimengerti sebagai
keseluruhan norma dan penilaian yang digunakan oleh masyarakat yang bersangkutan untuk
mengetahui bagaimana seharusnya manusia menjalankan kehidupannya.
Dari sebab itu dalam filsafat ini orang (filsuf) akan mengumpulkan, menyajikan petunjuk
paling dasariah kepada individua tau kelompok-kelompok mengenai bagaimana hendaknya
mereka mewujudkan kehidupan mereka. (Franz Magnis Suseno, 1984: 6).
Masyarakat Modern
Pada masa pemikiran filsafat modern, tentu ada berbagai hal yang mempengaruhi terciptanya
pemikiran para filsuf dalam kontek sosial. Dalam perkembangan itu, dilihat dari konteks
sejarah di mana para filsuf hidup dan mengembangkan gagasannya. Dalam keadaan sosial
terdapat berbagai peristiwa dan masalah sosial, sehingga sehingga hadir para tokoh filsafat
berusaha untuk membantu menemukan petunjuk bijak dari persoalan yang ada. Setidaknya
ada tiga hal yang bisa dikatakan sebagai prasyarat bagi perkembangan masyarakat modern
yaitu pemakaian mesiu, seni cetak dan Kompas.
1. penemuan mesiu merubah sistem pertahanan yang berimplikasi pada akhir kekuasaan
feodal yang dipusatkan pada benteng-benteng feodalisme, yang “mulai sekarang” tidak aman
lagi.
2. penemuan seni cetak berarti pengetahuan tidak lagi merupakan milik eksklusif suatu elite
intelektual kecil melainkan sekarang terbuka untuk banyak orang.
3. penemuan Kompas berhubungan dengn navigasi, yang memungkinkan orang untuk
melakukan perjalanan jauh menemukan atau membuka “dunia baru”.
Realitas tadi berhubungan atau berkontribusi pada perkembangan dalam beberapa bidang:
ekonomi dan sosial (kapitalisme) dan cara manusia berpikir (penemuan subyektivitas
manusia modern dan rasionalisme).
1. kapitalisme dan revolusi industry
Kapitalisme disini lebih dalam pengertian bahwa tujuan produksi bukanlah pertama-tama
untuk konsumsi pihak tang memproduksi, melainkan penambahan modal. Sebelumnya
prodiksi ekonomis dijalankan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, entah secara langsung
entah melalui perdagangan dan kualitas produksi masih mengenal batas alamiah. Batas
alamiah itu hilang dalam kapitalisme karena tujuannya adalah modal. Sementara itu, modal
dapat diakumilasi tanpa batas. Penemuan-penemuan Teknik modern, menyediakan sarana
teknis untuk memperluas jangkauan produksi secara dramatis karena tidak lagi tergantung
pada tenaga atau kekuatan fisik manusia dan binatag-binatang yang biasa digunakan untuk
membantu bekerja. Teknik itu sendiri tidak lepas dari kemajuan ilmu-ilmu alam terutama
ilmu fisika, kimia dan ilmu hayat (biologi). Refleksi ekonomi kapitalisme yang yang
bekembang di Eropa, tampak jelas pada tokoh-tokoh sosiologi klasik Max Wber dan Karl
Max. mereka yang mendalami sosiologi ekonomi, intisari pemikiran kedua tokoh ini menjadi
semacam materi yang wajib diketahui bagi mahasiswa yang hendak mendalami sosiologi.
2. Penemuan Subtyektivitas Modern
Subyektivitas modern adalah cara pandang manusia pada alam, sesama dan Tuhan mengacu
pada dirinya sendiri. manusia dalam subyektivitasnya dengan kesacarannya dalam
keunikannya menjadi titik acuan pengertian realitas. Menurut Hegel (1770-1832 manusia itu
bukan substansi tetapi subyek. Substansi di sini dimaksud sebagai kepadatan kebendaan
sesuatu yang berada di dunia bagaikan sebongkah batu di tengah sawah. Sedangkan subyek
adalah pusat kesadaran, kesadaran akan kesadaran. Manusia adalah makhluk yang sadar
bahwa ia sadar dan segala apa yang ada termasuk dirinya sendiri menjadi obyeknya, menjadi
dunianya. Bahwa masnusia adalah subyek mau mengatakan bahwa manusia tidak sekedar
hadir didunia, melainkan hadir dengan sadar berpikir secara kritis.
Pandangan tentang manusia:
 Filsuf-filsuf Yunani : kosmosentris> mendari dasar realitas dalam unsur-unsur
kosmos atau alam raya (tanah, air, udara, api).
 Filsuf-filsuf abad pertengahan: Theosentris> semuanya dilihat dari segi Allah.
Manusia dipahami sebagai salah satu unsur atau setidaknya sebagai ciptaan tertinggi
di alam semesta yang diciptakan Allah.
 Filsuf-filsuf Renaissance: Pusat> manusia ditempatkan sebagai pusat dunia. Manusia
bukan lagi sebagai suatu substansi melainkan sebagai sunyek yang berhadapan
dengan dunia.

Thomas Hobbes
Hobbes adalah Filsuf Inggris yang hidup pada masa negaranya mengalami kekacauan, yaitu
karena perang saudara antara kubu Charles I dan kubu parlemen. Hobbes bercita-cita ingin
mengembangkan suatu filsafat atau teori negara yang dapat membantu Menyusun masyarakat
dalam keadaan adil dan damai. Ia masih belum memiliki dasar rasional yang kuat untuk
memenuhi cita-citanya. Ia mengandaikan bahwa pandangan dan minat manusia tidak
memiliki dasar rasional, dikendalikan oleh nafsu-nafsunya.

Anda mungkin juga menyukai