Anda di halaman 1dari 12

Lawe-Lawe… (Retno Wahyuningsih)

LAWE-LAWE DAN POLA PERILAKU KONSUMTIF


(Studi Deskriptif pada Ibu Rumah Tangga di Desa Sidogede,
Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen)

Oleh:
Retno Wahyuningsih dan Nur Hidayah
E-mail: retno.wahyuningsih14@gmail.com

Pendidikan Sosiologi – Fakultas Ilmu Sosial – Universitas Negeri Yogyakarta

ABSTRAK

Lawe-lawe merupakan tukang kredit barang keliling yang memberikan jasa kredit kepada ibu
rumah tangga. Seperti halnya di Desa Sidogede juga terdapat beberapa lawe-lawe yang
digunakan oleh ibu rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan kebuhannya
sendiri, namun seiring berjalannya waktu, perilaku konsumsi tersebut mengarah pada
perilaku konsumtif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola perilaku konsumtif ibu
rumah tangga pemakai kredit barang keliling (lawe-lawe) di Desa Sidogede, Kecamatan
Prembun, Kabupaten Kebumen, faktor pendorong, serta dampak yang ditimbulkan dari
perilaku konsumtif tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain
deskriptif. Informan pada penelitian ini dipilih menggunakan purposive sampling dan
menggunakan teknik snowball. Subjek penelitian ini terdapat 7 informan ibu rumah tangga
dan 2 informan lawe-lawe. Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Adapun validitas datanya menggunakan teknik triangulasi
sumber. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif milik Milles dan
Hubberman, mulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan proses penarikan
kesimpulan. Perilaku konsumtif ini berawal dari keterbatasan kepemilikan uang, kemudian
mereka memutuskan untuk mengkredit barang pada lawe-lawe, namun seiring berjalannya
waktu, ibu rumah tangga tidak hanya mengambil barang yang dibutuhkan, tetapi juga
mengambil barang untuk memenuhi hasrat keinginannya, mereka mengambil barang lagi
sebelum barang yang sebelumnya dilunasi. Perilaku konsumtif ibu rumah tangga pemakai
lawe-lawe dapat dilihat menggunakan dimensi perilaku konsumtif yang dikemukakan oleh
Erich Fromm yaitu: (1) pemenuhan keinginan, mereka sangat menginginkan apapun yang
ditawarkan oleh lawe-lawe, (2) barang di luar jangkauan, mereka membeli barang di luar
batas kemampuan mereka, (3) barang tidak digunakan dengan maksimal, bahwa mereka
hanya menggunakan barang sesekali saja dan akhirnya hanya disimpan, (4) status, mereka
membeli barang yang akan menaikkan status mereka. Perilaku ini terjadi secara terus
menerus sehingga membentuk suatu pola perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: (1) hasrat atau keinginan, (2) kepuasan dan
kenyamanan, (3) pergeseran persepsi hutang/ kredit, (4) tawaran menarik, dan (5) kemudahan
kredit barang. Perilaku konsumtif ini juga memberikan dampak bagi mereka yaitu: (1)
naiknya status sosial, (2) mengikuti trend, (3) kebiasaan boros, (4) angsuran yang tidak ada
habisnya, (5) kesempatan menabung berkurang, dan (6) mengganggu keuangan keluarga.

Kata Kunci: lawe-lawe, ibu rumah tangga, perilaku konsumtif, kredit

Jurnal Pendidikan Sosiologi 2016| 1



Lawe-Lawe… (Retno Wahyuningsih)

LAWE-LAWE AND CONSUMPTIVE BEHAVIOUR PATTERN


(Descriptive Study of the Housewifes in Sidogede Village,
Prembun District, Kebumen Regency)

By:
Retno Wahyuningsih and Nur Hidayah, M.Si
E-mail: retno.wahyuningsih14@gmail.com

Sociology Education – Faculty of Social Science – Yogyakarta State University

ABSTRACT

Lawe-lawe is periphery creditor who gives credit service to the housewifes. As on Sidogede
village, there are lawe-lawe that used by the housewifes to fullfill the family necessary and to
themselves, however along the time that consumption direct to consumptive behaviour. The
purpose of this reseach are to know the consumptive behaviour of housewifes who use lawe-
lawe in Sidogede, Prembun, Kebumen, the motive factors, and appear impact of thus
consumptive behaviour. This reseach uses qualitative method with descriptive design.
Informant in this reseach is choosen by using purposive sampling and using snowball
technique. In this reseach thera are 7 housewifes and 2 lawe-lawes as informant. Technique
to collecting data is using observation, interview, and documentation. The validity of data is
using tringulation source technique. The technique of analysis data is using interactive
analysis model by Milles and Hubberman, starting from collecting data, reduction data,
presentation of data, process of drawing conclussion. The comsumptive behaviour is starting
from limited of money, then they decided to credit some stuff to lawe-lawe, however along the
time the housewifes not only take the needed stuff but also take the stuff to fullfill the desire of
eargerness, they take the stuff again before paying the srtuff previously. The consumptive
behaviour of thus housewifes can be seen by dimension of consumptive behaviour by Erich
Fromm that are: (1) fullfill the desire, they extremely desire whatever that offered by lawe-
lawe, (2) the stuff beyond of range, they buy the stuff beyond of their capabities, (3) the stuff
that do not use max, they just using the stuff once and finally it just saved, (4) status, they buy
the stuff that will increse their status. Thus behaviour happen continual so it can form a
consumptive bahaviour. The consumtive behaviour caused by some factors that are: (1)
desire/wish, (2) satisfy and confort, (3) friction of debt/ credit perception, (4) interesting
offering, (5) easier to credit a stuff. This consumptive bahaviour also give impacts for them
that are: (1) increase of social status, (2) follow the trend, (3) common wasful, (4) unlimited
instalment, (5) lack of saving opportunity, and (6) disturbing of family finance.

Keywords: lawe-lawe, housewife, consumptive behaviour, credit



Jurnal Pendidikan Sosiologi 2016| 2



Lawe-Lawe… (Retno Wahyuningsih)

A. PENDAHULUAN satu pihak (kreditor) ke pihak penerima
Setiap manusia yang bernyawa pasti (debitur) dan sesuatu tersebut akan
memiliki kebutuhan, ketika kebutuhan dikembalikan kepada yang memberi
yang satu terpenuhi maka akan muncul (kreditor) pada suatu masa tertentu
kebutuhan lain dan muncul keinginan dengan pemberian bunga, dengan kata
untuk mewujudkan kebutuhan tersebut, lain, uang atau barang yang diterima
begitu seterusnya. Salah satu usaha yang sekarang akan dikembalikan pada masa
dilakukan adalah bekerja, karena dengan yang akan datang.
bekerja akan mendapatkan upah atau Saat ini, banyak pedagang yang
uang, karana dengan uang, manusia memberikan kemudahan mengakses
dapat memenuhi beberapa kebutuhan kebutuhan dengan kredit, salah satunya
hidupnya. Semakin banyak uang yang yaitu lawe-lawe atau tukang kredit
dimiliki seseorang, maka akan semakin barang keliling. Lawe-lawe merupakan
tinggi kekuasaan riil yang dimilikinya, tukang kredit barang keliling yang
(Nugroho, 2001), semakin mudah pula menawarkan kredit dalam bentuk barang
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. dengan mengunjungi nasabah dari pintu
Berdasarkan kriteria ekonomi, ke pintu dan biasanya lawe-lawe juga
memunculkan kelas atas, kelas bawah, menjajakan jasanya tersebut dalam suatu
dan ditengah-tengahnya, mereka yang perkumpulan dengan mengenakan bunga
berada di kelas atas adalah orang-orang berdasarkan kemampuan nasabah yang
kaya yang memiliki uang atau harta berkisar antara 20% hingga 50%.
yang berlebih. Kelas atas akan sangat Seiring berjalannya waktu, lawe-
mudah memenuhi kebutuhan hidupnya, lawe tidak hanya dimanfaatkan untuk
namun mereka yang berada di kelas memenuhi kebutuhan, namun juga
bawah adalah orang-orang yang miskin dimanfaatkan oleh ibu rumah tangga
yang tidak memiliki cukup uang untuk untuk memenuhi keinginan mereka
memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari seperti peralatan make up, pakaian,
karena tidak memiliki cukup uang untuk sepatu, dan lain sebagainya, ketika
memenuhi kebutuhannya. Mereka akan barang yang diinginkan oleh ibu rumah
mencari cara agar kebutuhan hidupnya tangga tidak tersedia, lawe-lawe juga
dapat tetap terpenuhi, salah satu cara menerima pesanan dan menyediakan
yang dilakukan yaitu dengan cara kredit, barang yang diinginkan oleh ibu rumah
dengan cara seperti ini. Kredit adalah tangga. Banyak ibu-ibu rumah tangga
pemberian sesuatu (barang, uang) dari yang mengambil barang lagi sebelum
Jurnal Pendidikan Sosiologi 2016| 3

Lawe-Lawe… (Retno Wahyuningsih)

barang yang sebelumnya lunas dan 2. Kredit


hanya untuk sekedar pemuas keinginan, Kredit merupakan kepercayaan
bukan lagi berorientasi pada kebutuhan, seseorang atau suatu badan yang
hal ini menunjukan bahwa ibu rumah memberikan kredit (kreditur) percaya
tangga berperilaku konsumtif. bahwa penerima kredit (debitur) akan
Seseorang yang memiliki perilaku sanggup memenuhi segala kewajiban
konsumtif tidak dapat membedakan yang diperjanjikan terlebih dahulu
antara kebutuhan dan keinginan semata, (Hadiwijaya, 2000: 4). Lawe-lawe
kebutuhan yang dipenuhi tidak peduli atau tukang kredit barang keliling
apakah dibutuhkan atau hanya sekedar merupakan salah satu contoh kredit
hasrat keinginan semata. Ibu rumah informal dimana pada umumnya
tangga mulai kecanduan dengan kredit, kredit informal mempunyai ciri yaitu
mereka akan mengambil barang baru bersifat fleksibel, tanpa prosedur
lagi untuk sekedar pemuas hasrat yang terbelit, saling mengenal,
keinginan saja bukan lagi berorientasi pinjaman tidak diawasi dengan ketat.
pada kebutuhan. Berdasarkan latar 3. Perilaku Konsumen
belakang di atas, peneliti ingin melihat Perilaku konsumen adalah studi
bagaimana pola perilaku konsumtif ibu bagaimana individu, kelompok, atau
rumah tangga pemakai kredit barang organisasi, memilih, membeli, dan
keliling, apa saja faktor pendorongnya, menggunakan, barang, jasa, ide, atau
serta dampak yang ditimbulkan dari pengalaman sebagai alat pemuas
perilaku konsumtif tersebut. kebutuhan dan keinginan mereka
(Kotler, 2008). Proses pengambilan
B. KERANGKA TEORI keputusan dari lima tahap, yaitu (1)
1. Ibu Rumah Tangga pengenalan kebutuhan, (2) pencarian
Firdausi menyebutkan bahwa ibu informasi, (3) evaluasi alternatif, (4)
rumah tangga adalah ibu yang tidak keputusan pembelian, (5) perilaku
bekerja, dapat dikatakan sebagai ibu pasca pembelian.
yang hanya menjalankan fungsinya 4. Konsumsi
sebagai ibu rumah tangga dan banyak Konsumsi dalam perspektif
menghabiskan waktun dirumah tanpa sosiologi bukan sekadar pemenuhan
terikat pekerjaan di luar rumah kebutuhan fisik, melainkan justru
(Firdausi, 2010). yang lebih utama adalah pemenuhan
kebutuhan sosial berupa status sosial
Jurnal Pendidikan Sosiologi 2016| 4

Lawe-Lawe… (Retno Wahyuningsih)

yang tinggi dengan memiliki barang hawa nafsu, maka menurut


tertentu atau mengkonsumsi jasa Baudrillard pusat gravitasi dunia kini
mewah lainnya (Haryanto, 2011). telah digantikan oleh apa yang
Jasso menyatakan bahwa kebanyakan disebutnya dengan ekonomi libido,
orang mengalokasikan sebagian besar artinya apapun dapat diproduksi,
pendapatannya untuk barang yang normal, tanpa rahasia, dan nyata
mendukung posisi statusnya, seperti sehingga hawa nafsu tidak akan
kekayaan, dan meningkatkan prestise pernah ada ujungnya, nafsu terus
(Haryanto, 2011). berputar, model harus diganti,
5. Konsumtif penampilan harus diperbaharui. Apa
Baudrillard (2009), melihat yang diproduksi akan menimbulkan
bahwa konsumsi sebagai logika untuk keterpesonaan, ketergiuran, dan
memenuhi kepuasan hasrat semata, gelora nafsu dan menjunjung tinggi
melimpahnya barang konsumsi bukan kepalsuan dan ilusi semata.
lagi karena kebutuhan masyarakat,
namun lebih pada pemuasan nafsu C. METODE PENELITIAN
mereka, produksi sebenarnya tidak Penelitian ini dilakukan di Dukuh
lagi diciptakan untuk memenuhi Kedawung RT 01/04, Desa Sidogede,
kebutuhan tetapi, kebutuhan manusia Kecamatan Prembun, Kabupaten
yang diciptakan dan dimanipulasi Kebumen. Penelitian ini menggunakan
demi produksi. metode kualitatif dengan desain
Perlilaku konsumtif dapat dilihat deskriptif yaitu penelitian yang
menggunakan dimensi perilaku bertujuan untuk memberi gambaran
konsumtif yang dikemukakan oleh secara cermat mengenai individu atau
Erich Fromm (1995) yaitu: (1) kelompok tertentu tentang keadaan dan
pemenuhan keinginan, (2) barang di gejala yang terjadi. Metode ini dipilih
luar jangkauan, (3) barang menjadi karena permasalahan yang dikaji
tidak produktif, dan (4) status. merupakan masalah yang bersifat sosial
Baudrillard (2000), kehidupan dan dinamis yang tidak dapat diukur
dalam masyarakat konsumsi sekarang menggunakan angka yaitu menjelaskan
ini merupakan sebuah kondisi yang suatu pola perilaku maka dengan
didalamnya hampir seluruh energi penelitian kualitatif akan memudahkan
dipusatkan bagi pelayanan hawa peneliti untuk menemukan pola yang
nafsu. Dengan membuka lebarnya jelas melalui wawancara dan observasi.
Jurnal Pendidikan Sosiologi 2016| 5

Lawe-Lawe… (Retno Wahyuningsih)

Sumber data primer dalam dari sumber data yang berbeda. Sumber
penelitian ini yaitu ibu rumah tangga data yang dimaksud disini yaitu sumber
pemakai kredit barang keliling (lawe- data primer yaitu data yang diperoleh
lawe) dan tukang kredit barang keliling dari informan dengan cara wawancara
(lawe-lawe), yang diperoleh melalui dan observasi. Teknik analisis data
wawancara dan observasi. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan
sekunder meliputi buku atau referensi model analisis interaktif milik Milles
yang relevan dengan tema penelitian, dan Hubberman yaitu analisis yang
yang diperoleh melalui dokumentasi dan dilakukan secara terus menerus sampai
studi kepustakaan dengan bantuan media data menjadi jenuh. Proses analisis ini
cetak dan media internet serta catatan melalui empat tahap yaitu tahap
lapangan saat peneliti melakukan pengumpulan data, reduksi data,
observasi. Data ini berupa buku, skripsi, penyajian data, dan yang terakhir yaitu
jurnal, dan foto-foto kegiatan yang penarikan kesimpulan.
diambil selama penelitian berlangsung.
Pemilihan informan dilakukan secara D. HASIL PENELITIAN
purposive dengan teknik snowball, 1. Pola Perilaku Konsumtif Ibu Rumah
dimana informan dipilih berdasarkan Tangga Pemakai Lawe-Lawe
ciri-ciri yang memenuhi syarat yang Perilaku ibu rumah tangga
ditetapkan oleh peneliti, kemudian melakukan kredit pada lawe-lawe
peneliti memperoleh informan lain dari berawal dari kurangnya uang yang
informan pertama. dimiliki oleh ibu rumah tangga dan
Penelitian ini menggunakan teknik dihadapkan pada banyaknya
pengumpulan data yaitu, pengamatan kebutuhan yang harus dipenuhi, ibu
(observasi), wawancara (interview), dan rumah tangga berpikir bagaimana
dokumentasi. Validitas penelitian ini cara agar tetap dapat memenuhi
menggunakan teknik triangulasi sumber, kebutuhan keluarganya dengan
yaitu teknik pemeriksaan data dengan jumlah uang yang terbatas, seperti
cara membandingkan dan mengecek sandang, perabotan rumah tangga,
data dengan berbagai berbagai macam dan kebutuhan-kebutuhan yang lain,
sumber, oleh karena itu diperlukan oleh karena itu ibu rumah tangga
berbagai macam sumber, artinya data memutuskan untuk memperoleh
yang sama atau sejenis akan lebih barang-barang dan kebutuhannya
terpercaya kebenarannya apabila digali
Jurnal Pendidikan Sosiologi 2016| 6

Lawe-Lawe… (Retno Wahyuningsih)

dengan sistem kredit yang didapatkan barang yang dibelinya dan hanya
dari lawe-lawe. memikirkan hasrat keinginan sesaat,
Perilaku konsumtif ibu rumah barang tersebut digunakan sesekali
tangga pemakian lawe-lawe dapat dan akhirnya hanya disimpan. Ibu
dikaji dengan dimensi perilaku rumah tangga mengambil barang-
konsumtif oleh Erich Fromm sebagai barang yang ditawarkan lawe-lawe
berikut, ibu rumah tangga sangat yang mereka inginkan, bukan hanya
menginginkan barang apapun yang untuk memenuhi kebutuhan, namun
ditawarkan oleh lawe-lawe, mereka dengan memiliki barang sekunder
mengambil barang sesuka hati tanpa secara tidak langsung akan
melihat manfaat dan kegunaannya menaikkan status mereka. Semakin
bagi mereka, yang terpenting adalah banyak barang yang berhasil mereka
mereka dapat memiliki apa yang beli atau barang yang mungkin orang
mereka inginkan, mereka lupa bahwa lain belum memilikinya, mereka akan
ada kewajiban yaitu mengangsurnya. dianggap lebih dari keluarga lain,
Ibu rumah tangga membeli barang maka secara otomatis akan menaikan
yang sebenarnya di luar jangkauan status mereka, semakin trend barang
keadaan keuangan mereka, dengan yang dimiliki, maka semakin diakui
kredit, ibu rumah tangga merasa eksistensinya di masyarakat, karena
bahwa mereka seakan-akan mampu mereka cenderung membeli barang
membeli dan memilikinya, padahal hanya untuk menampakan bahwa
tidak demikian (Ghozie, 2010). Hal dirinya mampu memilikinya.
tersebut terjadi karena kredit Pada pengenalan kebutuhan,
memberikan kesan seakan-akan seseorang yang konsumtif akan
mereka sanggup dan mampu membeli memikirkan keinginan apa yang
apapun keinginannya, namun yang belum terpuaskan, seseorang yang
sebenarnya terjadi adalah mereka konsumtif tidak akan pernah merasa
hidup di luar batas kemampuan. puas dengan apa yang dimilikinya,
Banyaknya barang yang diambil barang yang sudah dimilikinya terus
oleh ibu rumah tangga pada lawe- saja dianggap kurang, sehingga akan
lawe mengakibatkan barang yang terus muncul hasrat untuk memiliki
dibelinya tidak digunakan secara barang baru lagi dan mereka selalu
maksimal, seseorang yang konsumtif berpikir untuk memiliki segala
tidak memikirkan kegunaan dari sesuatu yang diproduksi oleh orang
Jurnal Pendidikan Sosiologi 2016| 7

Lawe-Lawe… (Retno Wahyuningsih)

lain, berpikir bahwa apa yang baru yang merasa menyesal setelah
yang ada di pasar harus dimilikinya. membeli suatu barang pada lawe-
Dalam hal ini, ibu rumah tangga juga lawe karena setelah mereka memiliki
selalu ingin memiliki apapun yang barang yang mereka inginkan,
ditawarkan oleh lawe-lawe, apalagi mereka sadar bahwa barang tersebut
mereka menganggap apapun yang tidak dibutuhkannya, barang tersebut
ditawarkan merupakan barang yang hanya digunakan sesekali saja dan
sedang trend, hal ini membuktikan akhirnya hanya disimpan, hal ini
bahwa produksi tidak diciptakan karena seseorang yang konsumtif
untuk memenuhi kebutuhan manusia, tidak memikirkan dan merencanakan
tetapi kebutuhan manusia yang yang secara matang apa yang dibelinya dan
diciptakan dan dimanipulasi demi hanya menuruti keinginan sesaat,
produksi (Baudrillard, 2009). bahkan mereka tidak sungkan untuk
Baudrillard (2009), melihat mengambil barang lagi sebelum
bahwa konsumsi dilakukan untuk barang yang yang sebelumnya lunas
memenuhi kepuasan hasrat semata, apabila mereka menyukai atau
melimpahnya barang konsumsi bukan menginginkan barang yang dibawa
karena kebutuhan masyarakat, namun oleh lawe-lawe.
lebih pada pemuasan nafsu mereka. Baudrillard (dalam Soedjatmiko,
Lawe-lawe yang ada di masyarakat 2008), sesungguhnya manusia tidak
saat ini merupakan suatu proses pernah terpuaskan secara aktual,
menjajakan kelimpahruahan barang dengan demikian kebutuhannya pun
konsumsi yang ada di pasaran. tak pernah terpuaskan dan sebuah
Melimpahnya barang konsumsi benda konsumsi mengambil makna
memotivasi individu untuk terus sebuah tanda, sebagai objek konsumsi
melakukan konsumsi dan mendorong (a logic of desire), misalnya dilihat
individu menjadi konsumtif. dari kebutuhan fisisnya, sandang atau
Seseorang yang konsumtif pakaian berfungsi untuk melindungi
merasa bahwa mereka berbelanja manusia dari kondisi alam lingkungan,
karena mereka membutuhkan barang seseorang dapat dipandang konsumtif
tersebut, meskipun pada tahap pasca apabila pakaian sudah terkelupas dari
pembelian ia sadar bahwa ia tidak fungsi utamanya, mereka membeli
membutuhkan barang tersebut, hal ini pakaian dengan model-model tertentu
juga terjadi pada ibu rumah tangga yang sedang trend.
Jurnal Pendidikan Sosiologi 2016| 8

Lawe-Lawe… (Retno Wahyuningsih)

2. Faktor Pendorong c. Pergeseran persepsi tentang kredit


a. Hasrat/ keinginan Dahulu, kredit dipandang
Lawe-lawe telah menciptakan sesuatu yang negatif, namun saat
kebutuhan ibu rumah tangga, ini telah berubah menjadi suatu hal
sebelum lawe-lawe menjajakan yang tidak tabu, bahkan menjadi
barangnya, ibu rumah tangga tidak sesuatu yang wajar di mata
memiliki rencana untuk membeli masyarakat, hal ini membuat ibu
atau memiliki sesuatu, namun rumah tangga menjadi tidak perlu
setelah lawe-lawe menawarkan sungkan atau menutupi kegiatan
barang dagangannya, ibu rumah kreditnya, mereka melakukan
tangga termotivasi untuk memiliki kredit dengan santai dan dilakukan
barang tersebut. di depan khalayak umum.
b. Kepuasan dan kenyamanan d. Tawaran menarik
Kredit memberi manfaat bagi Banyaknya barang yang
mereka yang berada dalam ditawarkan lawe-lawe membuat
ketidakmampuan dalam membeli ibu rumah tangga tidak mampu
secara tunai, dengan kredit mereka mengontrol keinginanya untuk
dapat memiliki barang yang memiliki barang-barang tersebut,
dibutuhkan tanpa menyediakan sehingga ibu rumah tangga terus
uang tunai secara langsung, mengambil barang pada lawe-lawe
sehingga mereka akan merasa dan terjerat dalam pola perilaku
puas, karena seseorang akan konsumtif.
merasa puas dan tenang apabila ia e. Kemudahan kredit barang
mampu mewujudkan apa yang ia Lawe-lawe memberi banyak
inginkan. Hubungan yang sudah manfaat untuk masyarakat kelas
terjalin antara ibu rumah tangga ekonomi bawah dalam memenuhi
dan lawe-lawe membuat ibu kebutuhan hidupnya, akan tetapi
rumah tangga merasa nyaman, karena kemudahan ktedit yang
rasa nyaman itulah yang membuat diberikan, lawe-lawe justru
ibu rumah tangga terus melakukan memberi kesempatan dan peluang
kredit dan mengambil barang lagi, kepada untuk terus mengambil
tidak ada rasa malu untuk terus barang sehingga masyarakat tidak
mengambil barang yang mereka terhindar dari perilaku konsumtif.
inginkan.
Jurnal Pendidikan Sosiologi 2016| 9

Lawe-Lawe… (Retno Wahyuningsih)

3. Dampak d. Angsuran yang tidak ada habisnya


a. Naiknya status sosial Perilaku konsumtif ibu rumah
Perilaku konsumtif ibu rumah tangga yang terus mengambil
tangga dengan membeli barang barang, fleksibilitas lawe-lawe,
yang mereka inginkan, barang dan keadaan keuangan ibu rumah
yang sedang trend, banyaknya tangga yang tidak menentu
barang yang berhasil mereka beli membuat ibu rumah tangga terus
akan menaikan status mereka di terjerat angsuran dan hutang yang
dalam masyarakat sehingga tidak kunjung habisnya.
mereka diakui eksistensinya di e. Kesempatan menabung berkurang
dalam masyarakat. Pola hidup konsumtif yang
b. Mengikuti tren dilakukan oleh ibu rumah tangga
Perilaku konsumtif ibu rumah membuat kesempatan menabung
tangga pada lawe-lawe, mereka menjadi berkurang, mereka lupa
dapat memenuhi keinginan mereka bahwa ada kebutuhan di masa
untuk selalu tampil yang sesuai depan yang harus disiapkan dari
dengan tren saat itu, mereka sekarang, yang mereka pikirkan
memiliki banyak barang, terutama hanyalah bagaimana caranya agar
fashion misalnya seperti tas, dapat memiliki suatu barang yang
sepatu, sandal, pakian, dan mereka inginkan, semua uang atau
kosmetik, walaupun dengan kredit, pendapatan dihabiskan untuk
mereka tetap mengikuti tren. memenuhi kebutuhan saat ini.
c. Menimbulkan kebiasaan boros f. Mengganggu keuangan keluarga
Pola perilaku konsumtif akan Perilaku konsumtif ibu rumah
mengakibatkan seseorang menjadi tangga pada akhirnya akan
boros dan tidak produktif, karena mempengaruhi keuangan keluarga
mereka hanya membeli apapun karena mereka membelanjakan
yang mereka inginkan, tidak uangnya tanpa prioritas akhirnya
melihat kondisi keuangan, tidak akan memangkas kebutuhan lain
melihat apa kegunaannya yang ada yang lebih penting.
hanyalah hasrat untuk memiliki
segala sesuatu yang diproduksi
oleh orang lain.

Jurnal Pendidikan Sosiologi 2016| 10



Lawe-Lawe… (Retno Wahyuningsih)

E. PENUTUP c. Dampak
1. Simpulan 1) Naiknya status sosial
Berikut penulis akan menyajikan 2) Mengikuti trend
simpulan yang dapat dikemukakan 3) Menimbulkan kebiasaan boros
dalam penelitian ini: 4) Angsuran yang tidak ada
a. Perilaku Konsumtif habisnya
Perilaku ibu rumah tangga 5) Kesempatan menabung
melakukan kredit pada lawe-lawe berkurang
berawal dari kurangnya uang yang 6) Mengganggu keuangan
dimiliki oleh ibu rumah tangga
dan dihadapkan pada banyaknya 2. Saran
kebutuhan yang harus dipenuhi, a. Ibu rumah tangga harus dapat
namun seiring berjalannya waktu, berlaku bijak pada kebiasaannya
perilaku konsumsi ibu rumah mengkredit pada lawe-lawe dan
tangga pada lawe-lawe mengarah sebaiknya mengambil barang yang
pada perilaku konsumtif. benar-benar dibutuhkan.
Perilaku konsumtif ibu rumah b. Sebaiknya berunding terlebih
tangga pemakian lawe-lawe dapat dahulu dengan keluarga sebelum
dikaji dengan dimensi perilaku mengambil barang pada lawe-
konsumtif oleh Erich Fromm lawe, agar barang yang diambil
yaitu: (1) pemenuhan keingian, (2) tepat guna, sehingga lawe-lawe
barang di luar jangkauan, (3) memberikan dampak positif dan
barang menjadi tidak produktif, membantu pemenuhan kebutuhan
dan (4) status. hidup masyarakat, bukan justru
menimbulkan masalah baru.
b. Faktor Pendorong c. Bagi peneliti lain yang tertarik
1) Hasrat/ keinginan meneliti tentang lawe-lawe, dapat
2) Kepuasan dan kenyamanan melakukan penelitian tentang
3) Pergeseran persepsi tentang bagaimana membangun hubungan
kredit atau hutang antara lawe-lawe dan nasabahnya
4) Tawaran menarik dan dapat melakukan penelitian
5) Kemudahan kredit barang mengenai perilaku konsumtif pada
masyarakat kelas bawah selain
dengan cara kredit.
Jurnal Pendidikan Sosiologi 2016| 11

Lawe-Lawe… (Retno Wahyuningsih)

DAFTAR PUSTAKA

Baudrillard, J.P. (2000). Berahi. Terj. Nugroho, H. (2001). Uang, Rentenir, &
Ribut Wahyudi. Yogyakarta: Hutang Piutang di Jawa.
Yayasan Bentang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baudrillard, J.P. (2009). Masyarakat Soedjatmiko, H. (2008). Saya


Konsumsi. Terj. Wahyunto. Berbelanja, Maka Saya Ada :
Yogyakarta: Kreasi Wacana. Ketika Konsumsi dan Desain
menjadi Gaya Hidup
Konsumeris. Yogyakarta :
Firdausi, W. (2010). Pengaruh Absensi Jalasutra
Ibu dalam Keluarga terhadap
Kenakalan Remaja di Desa
Bangunrejo, Kecamatan Tambunan, R. (2001). Remaja dan
Sukorejo Kabupaten Ponorogo. Perilaku Konsumtif. pada
Skripsi S1. Tidak Diterbitkan: http://www.epsikologi.com/epsi/
Universitas Islam Negeri search.asp. Diakses pada Rabu, 7
Maulana Malik Ibrahim Malang. Oktober 2015, pukul 08.01 WIB

Fromm. E. (1995). Masyarakat Yang


Sehat. Terj. Sutrisno. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.

Ghozie. P.H. (2010). Menjadi Cantik,


Gaya, dan Tetap Kaya. Jakarta:
Elex Media Komputindo.

Hadiwijaya, & Rivai, W. (2000).


Analisa Kredit. Bandung: Pionir
Jaya.

Haryanto, S. (2011). Sosiologi Ekonomi.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Koentjaraningrat. (1993). Metode-


Metode Penelitian Masyarakat.
Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Kotler, P., & Kevin, L.K. (2008).


Manajemen Pemasaran. Terj.
Bob Sabran. Jakarta: Erlangga.
Jurnal Pendidikan Sosiologi 2016| 12

Anda mungkin juga menyukai