Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan nasional kita masih menghadapi berbagai macam persoalan. Persoalan itu
memang tidak akan pernah selesai, karena substansi yang ditransformasikan selama proses
pendidikan dan pembelajaran selalu berada di bawah tekanan kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan kemajuan masyarakat. Salah satu persoalan pendidikan kita yang masih
menonjol saat ini adalah adanya kurikulum yang silih berganti dan terlalu membebani anak
tanpa ada arah pengembangan yang betul-betul diimplementasikan sesuai dengan perubahan
yang diinginkan pada kurikulum tersebut.
Tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan kurikulum selalu mengarah pada perbaikan
sistem pendidikan. Perubahan tersebut dilakukan karena dianggap belum sesuai dengan
harapan yang diinginkan sehingga perlu adanya revitalisasi kurikulum. Usaha tersebut mesti
dilakukan demi menciptakan generasi masa depan berkarakter, yang memahami jati diri
bangsanya dan menciptakan anak yang unggul, mampu bersaing di dunia internasional.
Kurikulum sifatnya dinamis karena selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan
dan tantangan zaman. Semakin maju peradaban suatu bangsa, maka semakin berat pula
tantangan yang dihadapinya. Persaingan ilmu pengetahuan semakin gencar dilakukan oleh
dunia internasional, sehingga Indonesia juga dituntut untuk dapat bersaing secara global demi
mengangkat martabat bangsa. Oleh karena itu, untuk menghadapi tantangan yang akan
menimpa dunia pendidikan kita, ketegasan kurikulum dan implementasinya sangat
dibutuhkan untuk membenahi kinerja pendidikan yang jauh tertinggal dengan negara-negara
maju di dunia.
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan
proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa
depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan
negara Indonesia sepanjang jaman.
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu
unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses
berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa
kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai
instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu
dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, man-diri; dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi merupakan salah satu
strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pentingnya mengenal Pelaksanaan Kurikulum 2013 ?
2. Bagaimana sistem Evaluasi dalam Kurikulum 2013 ?
3. Apa saja karakteristik Kurikulum 2013 ?
4. Bagaimana proses pembelajaran Kurikulum 2013 ?
5. Apa saja prinsip Pengembangan Kurikulum 2013 ?

6. Bagaimana implikasi Kurikulum 2013 bagi Guru SD/MI ?


7. Apa saja tahap Persiapan Pelaksanaan kurikulum 2013 ?

8. Bagaimana kerangka Kerja Kurikulum 2013 ?


9. Apa kelebihan dan kelemahan kurikulum 2013 ?

10. Apa saja konsep Dasar Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 ?


11. Apa aja metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 ?
12. Apa saja model Pembelajaran dalam Kurikulum ?
13. Apa perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Mengenal Pelaksanaan Kurikulum 2013


Hal mendasar dari kurikulum 2013, menurut Mulyoto adalah masalah pendekatan
pembelajarannya. Selama ini, pendekatan yang digunakan adalah materi. Jadi materi di
berikan pada anak didik sebanyak-banyaknya sehingga mereka menguasai materi itu secara
maksimal. Bahkan demi penguasaan materi itu, drilling sudah diberikan sejak awal, jauh
sebelum siswa menghadapi ujian nasional. Dalam pembelajaran seperti ini, tujuan
pembelajaran tujuan pembelajaran yang dicapai lebih kepada aspek kgnitif dengan menafikan
aspek psikomotrik dan afektif.
Ketiga aspek tersebut sebenarnya sudahmendapat penekanan pada kurikulum kita selama
ini. Pada saat pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2003, aspek kognitif,
psikomotorik dan afektif (yang dikenal dengan taksonomi Bloom tentang tujuan pendidikan),
telah juga menjadi kompetensi integral yang harus dicapai. Lalu pada saat pemberlakuan
Kurikulum 2006, melalui pendidikan karakter, aspek afektif yang seolah dilupakan para
praktisi pendidikan, digaungkan.
Tapi dalam dataran praksis, hanya aspek kognitif yang dikejar. Penyebabnya adalah
kurikulum tidak dikawal dengan kebijakan yang sinergis, tetapi malah dijegal dengan
kebijakan ujian nasional.
Soal-soal ujian nasional hanya menguji pencapaian aspek kognitif. Pencapaian aspek
psikomotorik dan afektif tidak bisa diukur dengan menggunakan tes ini. Padahal tes ini
adalah penentu kelulusan. Maka pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang
berbasis materi tanpa memedulikan penanaman keterampilan dan sikap.
Pada kenyataannya, sejak awal siswa-siswa telah dibiasakan menghadapi soal-soal model
ujian nasional. Pembelajaran mengacu pada kompetensi dasar yang yang nanti akan diujikan
dalam ujian nasional. Bahkan ada pula guru yang menggunakan soal-soal ujian nasional yang
telah diujikan pada tahun sebelumnya sebagai acuan dalam pembelajaran. Menjelang
menghadapi ujian nasional, guru memberikan pembelajaran ujian nasional pada siswanya.
Apapun yang tidak ada kaitannya dengan ujian nasional ditiadakan.

Berdasarkaan pengalaman selama ini, hal tersebut harus didukung dengan kebijakan
yang konsisten, yaitu sistem avaluasi yang mengukur pencapaian kemampuan kognitif,
psikomotorik dan afektif secara berimbang. Tidak bisa dipungkiri bahwa ujian nasional harus
dihapuskan, sehingga penentu kelulusan nantinya adalah transkrip nilai yang diperoleh dari
nilai rapor tiap semester. Karena nilai-nilai rapor sebagai hasil evaluasi pembelajaran
mengandung ketiga aspek secara menyeluruh, maka pembelajaran juga akan diberikan
seccara benyeluruh dalam ketiga aspek itu.
Dengan dihapusnya ujian nasional, wewenang mengadakan evaluasi kembali kepada
guru sehingga lengkaplah kewenangan guru; menyusun rencana pembelajaran, melaksanakn
kegiatan pembelajaran dan melaksanakan kegiatan evaluasi. Hal ini sesuai dengan UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. [1]
B. Sistem Evaluasi dalam Kurikulum 2013
Kesalahan fatal dalam implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) selama ini menurut saya adalah kemunculan
kebijakan yang sejatinya tidak konsisten dengan kurikulum-kurikulum tersebut.
Kebijaksanaan yang dimaksud adalah pelaksanaan ujian nasional dengan standar
kelulusannya. Dimana siswa dikatakan berhasil jika ia telah mampu menembus jarring ujian
nasional. Sebuah sekolah dikatakan bermutu apabila kelulusan siswnya 100% dan banyak
siswanya yang mendapatkan nilai 10. Bahkan untuk tujuan itu, kecurangan sistematis selalu
terjadi. Penanaman nilai moral seolah tak diperhatikan.
Oleh karena itu, jika nantinya Kurikulun 2013 diterapkan dan ditujukan agar guru
memperoleh ruang yang lebih leluasa untuk mengembangkan potensi siswa secara seimbang
dalam tiga aspek, yaitu aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Kurikulum ini harus dikawal
dengan kebijakan yang sinergis. Dan akhirnya siswa dapat belajar dengan semangat, antusias,
tidak bosan dan mampu menyerap nilai-nilai moral yang terkandung secara tersitat dalam
setiap materi.[2]

C. Karakteristik Kurikulum 2013


Dalam kurikulum 2013 memiliki karakteristik diantaranya:
a) Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI)
satuan pendidikan dan kelas, dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata
pelajaran.
b) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam
aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari
peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
c) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu
tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA,
SMK/MAK.
d) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dijenjang pendidikan menengah diutamakan pada
ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah berimbang antara sikap dan
kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).
e) Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu
semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam
Kompetensi Inti.
f) Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang
pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal) diikat oleh kompetensi inti.
g) Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD). Dalam silabus
tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.
h) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran
dan kelas tersebut.

D. Proses Pembelajaran Kurikulum 2013


Proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intra-kurikuler dan
pembelajaran ekstra-kurikuler.
1. Pembelajaran intra kurikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan dengan mata
pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat.
Pembelajaran didasarkan pada prinsip berikut :
a. Proses pembelajaran intra-kurikuler Proses pembelajaran di SD/MI berdasarkan tema
sedangkan di SMP/MTS, SMA/MA, dan SMK/MAK berdasarkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang dikembangkan guru.
b. Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk menguasai
Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat yang memuaskan (excepted).

2. Pembelajaran ekstra-kurikuler
Pembelajaran ekstra-kurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang
dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin setiap
minggu. Kegiatan ekstra-kurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan. Pramuka adalah
kegiatan ekstra-kurikuler wajib.
Kegiatan ekstra-kurikuler adalah bagian yang tak terpisahkan dalam
kurikulum.Kegiatan ekstra-kurikulum berfungsi untuk:
a. Mengembangkan minat peserta didik terhadap kegiatan tertentu yang tidak dapat
dilaksanakan melalui pembelajaran kelas biasa,
b. Mengembangkan kemampuan yang terutama berfokus pada kepemimpinan, hubungan sosial
dan kemanusiaan, serta berbagai ketrampilan hidup.
Kegiatan ekstra-kurikuler dilakukan di lingkungan:
a. Sekolah
b. Masyarakat
c. Alam
Kegiatan ekstra-kurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan sebagai unsur
pendukung kegiatan intra-kurikuler.

E. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013


Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1. Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena mata pelajaran
hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi. Atas dasar
prinsip tersebut maka kurikulum sebagai rencana adalah rancangan untuk konten pendidikan
yang harus dimiliki oleh seluruh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikannya di satu
satuan atau jenjang pendidikan, kurikulum sebagai proses adalah totalitas pengalaman belajar
peserta didik di satu satuan atau jenjang pendidikan untuk menguasai konten pendidikan yang
dirancang dalam rencana, dan hasil belajar adalah perilaku peserta didik secara keseluruhan
dalam menerapkan perolehannya di masyarakat.
2. Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu satuan
pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan
Pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang
menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta
didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun. Selain itu sesuai dengan fungsi
dan tujuan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta fungsi dan tujuan dari
masing-masing satuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan maka pengembangan
kurikulum didasarkan pula atas Standar Kompetensi Lulusan pendidikan dasar dan
pendidikan menengah serta Standar Kompetensi satuan pendidikan.
3. Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model kurikulum
berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan,
ketrampilan berpikir, ketrampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.
Kompetensi yang termasuk pengetahuan dikemas secara khusus dalam satu mata pelajaran.
Kompetensi yang termasuk sikap dan ketrampilan dikemas dalam setiap mata pelajaran dan
bersifat lintas mata pelajaran, diorganisasikan dengan memperhatikan prinsip penguatan
(organisasi horizontal) dan keberlanjutan (organisasi vertikal) sehingga memenuhi prinsip
akumulasi dalam pembelajaran.
F. Implikasi Kurikulum 2013 bagi Guru SD/MI
Dalam implementasi pembelajaran khususnya bagi guru kelas 1 sampai 3 di sekolah
dasar mempunyai implikasi antara lain :

a. Implikasi bagi guru

Kurikulum 2018 memerlukan guru PPKN yang kreatif baik dalam menyiapkan
kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata
pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik,
menyenangkan dan utuh mengigat harus mengintegrasikan pelajaran IPA dan IPS dalam
pembelajarannya.

b. Implikasi bagi siswa


Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya
dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok kecil ataupun
klasikal.
Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya
melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah

c. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media


Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa baik secara individual
maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-
prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan
berbagai sarana dan prasarana belajar.
Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya didisain
secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun sumber
belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization).
Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang
bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak.
Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat menggunakan buku ajar yang
sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk
menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi

d. Implikasi terhadap Pengaturan ruangan

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan pengaturan ruang


agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan ruang tersebut meliputi:
Ruang perlu ditata disesuaikan dengan topik yang sedang dilaksanakan.
Susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan keperluan
pembelajaran yang sedang berlangsung
Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet
Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar
kelas
Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan
dimanfaatkan sebagai sumber belajar
Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik
untuk menggunakan dan menyimpannya kembali.

e. Implikasi terhadap Pemilihan metode

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran terintegrasi , maka dalam pembelajaran yang


dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode.
Misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, bercakap-cakap.
G. Tahap Persiapan Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pembelajaran integrasi PPKN , perlu dilakukan beberapa hal yang
meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar,
pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
Tahap Perencanaan
1. Pemetaan Kompetensi Inti
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan
utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran
yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Penjabaran Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator
Melakukan kegiatan penjabaran Kompetensi Inti dan kompetensi dasar dari setiap mata
pelajaran ke dalam indikator. Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan/atau dapat diamati.
b. Menentukan tema
1) Cara penentuan tema
Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni:
Cara pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam
masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.
Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk
menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai
dengan minat dan kebutuhan anak.
2) Prinsip Penentuan tema
Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:
Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa:
Dari yang termudah menuju yang sulit
Dari yang sederhana menuju yang kompleks
Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.
Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa
Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat,
kebutuhan, dan kemampuannya
3) Identifikasi dan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi dasar dan Indikator
Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar
dan indikator yang cocok untuk setiap tema sehingga semua standar kompetensi, kompetensi
dasar dan indikator terbagi habis.
2. Menetapkan Jaringan Tema
Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan
tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi
dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai
dengan alokasi waktu setiap tema.
3. Penyusunan Silabus
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar
dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator, pengalaman belajar, alat/sumber, dan penilaian.
4. Penyusunan Rencana Pembelajaran
Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran. Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa
yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana pembelajaran tematik
meliputi:
a. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan
waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
b. Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.
c. Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai
kompetensi dasar dan indikator.
d. Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa
dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai
kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan
penutup).
e. Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta
sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai.
f. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai
pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian).

Tahap Pelaksanaaan
1. Tahapan kegiatan
Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap hari dilakukan dengan menggunakan tiga
tahapan kegiatan yaitu kegiatan pembukaan/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup. Alokasi waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan pembukaan kurang lebih satu
jam pelajaran (1 x 35 menit), kegiatan inti 3 jam pelajaran (3 x 35 menit) dan kegiatan
penutup satu jam pelajaran (1 x 35 menit)
a. Kegiatan Pendahuluan/awal/pembukaan
Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran untuk
mendorong siswa menfokuskan dirinya agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan
baik.
Sifat dari kegiatan pembukaan adalah kegiatan untuk pemanasan. Pada tahap ini dapat
dilakukan penggalian terhadap pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan. Beberapa
contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan menyanyi
b. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk
pengembangan kemampuan baca, tulis dan hitung. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan
dengan menggunakan berbagai strategi/metode yang bervariasi dan dapat dilakukan secara
klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan.
c. Kegiatan Penutup/Akhir dan Tindak Lanjut
Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Beberapa contoh kegiatan
akhir/penutup yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan/mengungkapkan hasil
pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng, membacakan cerita dari buku, pantomim,
pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik.

H. Kerangka Kerja Kurikulum 2013


Proses pengembangan kurikulum digambarkan dalam diagram Kerangka Kerja berikut:
1. Pengembangan Kurikulum 2013 diawali dengan analisis kebutuhan masyarakat
Indonesia. Analisis kebutuhan tersebut merupakan analisis kesenjangan mengenai
kemampuan yang perlu dimiliki warganegara bagi kehidupan berbangsa dan bernegara
pada dekade ketiga dan keempat abad ke-21. Adanya tantangan seperti keterikatan
Indonesia dalam perjanjian internasional seperti APEC, WTO, ASEAN Community,
CAFTA.Hasil dari analisis ini menunjukkan bahwa penguasaan soft skillsperlu
mendapatkan prioritas dalam pengembangkan kemampuan warganegara untuk
kehidupan masa depan.
2. Analisis Tujuan Pendidikan Nasional sebagai arah pengembangan kurikulum. Setiap
upaya pengembangan kurikulum haruslah didesain untuk pencapaian tujuan pendidikan
nasional. Kurikulum sebagai jiwa pendidikan (the heart of education) harus selalu
dirancang untuk mencapai kualitas peserta didik dan bangsa yang dirumuskan dalam
tujuan pendidikan. Kajian dari tujuan pendidikan nasional memberi arah yang juga
mengacu kepada pengembangan soft skills yang berimbang dengan penguasaan hard
skills.
3. Analisis kesiapan peserta didik dilakukan terutama dari kajian psikologi anak dan
psikologi perkembangan, tahap-tahap perkembangan kemampuan intelektual peserta
didik serta keterkaitan tingkat kemampuan intelektual peserta didik dengan jenjang
kemampuan kompetensi yang perlu mereka kuasai. Analisis ini diperlukan agar
kompetensi yang dikembangkan dalam Kurikulum 2013 bersesuaian untuk menerapkan
prinsip belajar. Prinsip belajar mengatakan bahwa proses pembelajaran dimulai dari
kemampuan apa yang sudah dimiliki untuk mencapai kemampuan di atasnya dapat
diterapkan dalam pengembangan kurikulum.
4. Berdasarkan analisis tersebut maka ditetapkan bahwa perlu pengembangan Standar
Kompetensi Lulusan baru yang menggantikan Standar Kompetensi Lulusan yang sudah
ada. Standar Kompetensi Lulusan Baru di arahkan untuk lebih memberikan
keseimbangan antara aspek sikap dengan pengetahuan dan ketrampilan. Walau pun
Standar Kompetensi Lulusan bukan kurikulum tetapi berdasarkan pendekatan pendidikan
yang berstandar standar sebagaimana yang dinyatakan dalam Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional maka pengembangan Standar
Kompetensi Lulusan merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan. Sesuai dengan
pendekatan berdasarkan standar maka kurikulum harus dikembangkan berdasarkan
Standar Kompetensi Lulusan.
5. Analisis berikutnya adalah kajian terhadap desain kurikulum 2006 yang menjadi dasar
dari KTSP dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2005 tentang
Standar Isi. Dalam Standar Isi terdapat Kerangka dasar Kurikulum dan struktur kurikulum.
Analisis terhadap dokumen kurikulum tersebut menunjukkan bahwa desain kurikulum
dikembangkan atas dasar pengertian bahwa kurikulum adalah daftar sejumlah mata
pelajaran. Oleh karena itu satu mata pelajaran berdiri sendiri dan tidak berinteraksi
dengan mata pelajaran lainnya. Melalui pengembangan kurikulum yang demikian maka
ada masalah yang cukup prinsipiil yaitu konten kurikulum yang dikategorikan sebagai
konten berkembang (developmentalcontent) tidak mendapatkan kesempatan untuk
dikembangkan secara baik. Konten kurikulum berkembang seperti nilai, sikap dan
ketrampilan (intelektual dan psikomotorik) memerlukan desain kurikulum yang
menempatkan satu mata pelajaran dalam jaringan keterkaitan horizontal dan vertikal
dengan mata pelajaran lain. Dari hasil analisis tersebut maka dikembangkan desain baru
yang memberikan jaminan keutuhan kurikulum melalui keterkaitan vertikal dan
horizontal konten.
6. Berdasarkan rumusan Standar Kompetensi Lulusan yang baru maka dikembangkanlah
Kerangka dasar Kurikulum yang antara lain mencakup Kerangka Filosofis, Yuridis, dan
Konseptual. Landasan filosofis yang dikembangkan adalah bersifat eklektik yang mampu
memberikan dasar bagi pengembangan individu peserta didik secara utuh yaitu baik dari
aspek intelektual, moral, sosial, akademik, dan kemampuan yang diperlukan untuk
mengembangkan kehidupan individu peserta didik, sebagai anggota masyarakat dan
bangsa yang produktif, dan memiliki kemampuan berkontribusi dalam meningkatkan
kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa, dan ummat manusia. Kerangka yuridis kurikulum
adalah berbagai ketetapan hukum yang mendasari setiap upaya pendidikan di Indonesia.
Kerangka konseptual berkenaan dengan model kurikulum berbasis kompetensi yang
dinyatakan dalam ketetapan pada Undang-undang Sisdiknas. Prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum ditetapkan antara lain termasuk penyederhanaan konten
kurikulum, keseimbangan kepentingan nasiional dan daerah, posisi peserta didik sebgai
subjek dalam belajar, pembelajaran aktif yang didasarkan pada model pembelajaran
sains, dan penetapan Kompetensi Inti sebagai unsur pengikat (organizing element) bagi
KD mata pelajaran.
7. Kegiatan pengembangan berikutnya adalah penetapan struktur kurikulum. Struktur
kurikulum menggambarkan kerangka kurkulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran,
pengelompokkannya, posisi mata pelajaran, beban belajar mata pelajaran per minggu
dan jumlah beban belajar keseluruhan per minggu. Berdasarkan prinsip penyederhanaan
kurikulum maka jumlah mata pelajaran dikurangi tetapi jam belajar baik untuk setiap
mata pelajaran mau pun untuk keseluruhan ditambah. Penambahan jam belajar adalah
untuk memberikan waktu yang cukup bagi peserta didik mengembangkan kompetensi
ketrampilan dan sikap melalui proses pembelajaran yang berorientasi pada sains.
8. Berdasarkan struktur kurikulum yang telah ditetapkan, selanjutnya dirumuskan
Kompetensi Inti setiap kelas yang menjadi pengikat dari berbagai Kompetensi Dasar.
Adanya Kompetensi Inti lebih menjamin terjadinya integrasi Kompetensi Dasar antarmata
pelajaran dan antarkelas. Proses pengembangan Kompetensi Dasar melibatkan
pengembang kurikulum yang terdiri dari guru, dosen, dan para pakar pendidikan.
9. Berdasarkan Kompetensi Dasar yang telah direviu dan dinyatakan memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan maka dikembangkan silabus. Pengembangan silabus
dimaksudkan agar ada patokan minimal mengenai kualitas hasil belajar untuk seluruh
Indonesia. Dalam silabus ditetapkan sebagai patokan minimal adalah indikator yang
dikembangkan dari Kompetensi Dasar dan kemudian diramu dalam Materi Pokok, proses
pembelajaran yang dikembangkan dari kegiatan observasi, menanya, mengasosiasi, dan
mengomunikasi. Keempat kemampuan ini dikembangkan selama dua belas tahun
sehingga kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan belajar
peserta didik dapat menjadi kebiasaan-kebiasaan yang memberikan kebiasaan belajar
sepanjang hayat. Silabus tidak membatasi kreativitas dan imaginasi guru dalam
mengembangkan proses pembelajaran karena silabus akan dikembangkan lebih lanjut
oleh guru menjadi RPP yang kemudian diterjemahkan dalam proses pembelajaran.
10. Berdasarkan KD dan silabus dikembangkan buku teks peserta didik dan buku panduan
guru. Buku teks peserta didik berisikan konten yang dikembangkan dari KD sedangkan
buku panduan guru terdiri atas komponen konten yang terdapat dalam buku teks peserta
didik dan komponen petunjuk pembelajaran dan penilaian. Adanya buku teks peerta didik
dan guru adalah patokan yang memberikan jaminan kualitas hasil belajar minimal yang
harus dimiliki peserta didk.

I. Kelebihan dan Kelemahan kurikulum 2013[3]


1. Kelebihan Kurikulum 2013
a) Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (kontekstual) karena
berfokus dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai
kompetensi sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik
merupakan subjek belajar dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk
bekerja dan mengalami berdasarkan kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan.
b) Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari
pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan pengetahuan dan keahlian tertentu
dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta
pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar
kompetensi tertentu.
c) Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih
cepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.
d) Lebih menekankan pada pendidikan karakter. Selain kreatif dan inovatif, pendidikan karakter
juga penting yang nantinya terintegrasi menjadi satu. Misalnya, pendidikan budi pekerti luhur
dan karakter harus diintegrasikan kesemua program studi.
e) Asumsi dari kurikulum 2013 adalah tidak ada perbedaan antara anak desa atau kota.
Seringkali anak di desa cenderung tidak diberi kesempatan untuk memaksimalkan potensi
mereka.
f) Kesiapan terletak pada guru. Guru juga harus terus dipacu kemampuannya melalui
pelatihan-pelatihan dan pendidikan calon guru untuk meningkatkan kecakapan
profesionalisme secara terus menerus.
2. Kelemahan Kurikulum 2013
a) Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama dalam
kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses
pengembangan kurikulum 2013.
b) Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam
kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional (UN) masih
diberlakukan.
c) Pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
untuk jenjang pendidikan dasar tidak tepat, karena rumpun ilmu pelajaran-pelajaran
tersebut berbeda.

J. Konsep Dasar Pembelajaran dalam Kurikulum 2013


Menurut Sudjana , pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan
sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar.
Menurut Gulo pembelajaran adalah untuk menciptakan sistem lingkungan yang
mengoptimalkan kegiatan belajar. Menurut Nasution, pembelajaran sebagai suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan
anak didik, sehingga terjadi proses belajar. Yang dimaksud lingkungan disini adalah ruang
belajar, guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya yang relefan dengan
kegiatan belajar siswa.[4]
Biggs membagi konsep pembelajaran dalam tiga pengertian, yaitu:
1. Pengertian kuantitatif
Penularan pengetahuan dari guru kepada siswa. Guru dituntut untuk menguasai ilmu yang
disampaikan kepada siswa, sehingga memberikan hasil optimal.
2. Pengertian institusional
Penataan segala kemampuan mengajar sehingga berjalan efisien. Guru harus selalu siap
mengadaptasikan berbagai teknik mengajar.
3. Pengertian kualitatif
Upaya guru untuk memudahkan belajar siswa. Peran guru tidak hanya menyampaikan materi
pelajaran, tetapi juga melibatkan siswa dalam aktivitas belajar yang efektif dan efisien.
Kesimpulannya pembelajran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh
pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sitem
lingkunagn dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara
efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal.[5]

K. Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013


Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga
diperoleh hasil yang optimal. Adapun berbagai metode pembelajaran yang dapat digunakan
pendidik dalam kegiatan pembelajaran, antara lain:

1. Metode ceramah
Penyampaian materi dari guru kepada siswa melalui bahasa lisan baik verbal maupun
nonverbal.
2. Metode latihan
Penyampaian materi melalui upaya penanaman kebiasaan-kebiasaan tertentu sehingga
diharapkan siswa dapat menyerap materi secara optimal.
3. Metode tanya jawab
Penyajian materi pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang harus dijwab oleh anak
didik. Bertujuan memotivasi anak mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran atau
guru mengajukan pertanyaan dan anak didik menjawab.
4. Metode karya wisata
Metode penyampaian materi dengan cara membawa langsung anak didik ke objek
diluar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata agar siswa dapat mengamati atau mengalami
secara langsung.
5. Metode demonstrasi
Metode pembelajaran dengan cara memperlihatkan suatu proses atau suatu benda yang
berkaitan dengan bahan pembelajaran.
6. Metode sosiodrama
Metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk
melakukan kegiatan memainkan peran tertentu yang terdapat dalam kehidupan sosial.
7. Metode bermain peran
Pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan anak didik dengan
cara anak didik memerankan suatu tokoh, baik tokoh hidup maupun mati. Metode ini
mengembangkan penghayatan, tanggungjawab, dan terampil dalam memaknai materi yang
dipelajari.
8. Metode diskusi
Metode pembelajaran melalui pemberian masalah kepada siswa dan siswa diminta
untuk memecahkan masalah secara kelompok.
9. Metode pemberian tugas dan resitasi
Merupakan metode pembelajaran melalui pemberian tugas kepada siswa. Resitasi
merupakan metode pembelajaran berupa tugas pada siswa untuk melaporkan pelaksanaan
tugas yang telah diberikan guru.
10. Metode eksperimen
Pemberian kepada siswa untuk pencobaan.

11. Metode proyek


Membahas materi pembelajaran ditinjau dari sudut pandang lain.[6]
Adapun prinsip dalam pemilihan dalam metode pembelajaran adalah disesuaikan
dengan tujuan, tidak terikat pada suatu alternatif, penggunaannya bersifat kombinasi. Faktor
yang menentukan dipilihnya suatu metode dalam pembelajaran antara lain:
1. Tujuan pembelajaran
2. Tingkat kematangan anak didik
3. Situasi dan kondisi yang ada dalam proses pembelajaran[7]
L. Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sabagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer,
kurikulum, dan lain-lain.[8]
Model pembelajaran memiliki empat ciri khusu yang tidak dimiliki oleh strategi,
metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah :
1. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta tau pengembangnya.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tuuan pembelajran yang akan
dicapai).
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kruteria sebagi berikut :
1. Sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal :
a. Apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat ?
b. Apakah terdapat konsistensi internal ?

2. Praktis. Aspek kepraktisannya dapat dipenuhi jika :


a. Para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat terapkan.
b. Kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan.
3. Efektif. Parameter :
a. Ahli dan praktisi menyatakan bahwa model tersebut efektif.
b. Secara operasional, model tersebut memberikan hasil sesuai dengan harapan.
Arends menyeleksi enam model pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru
dalam mengajar, yaitu presensi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran
kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah dan diskusi kelas. Dalam mengajarkan suatu
pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai.[9]

M. Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP


Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada
sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada
tanggal 15 Juli 2013. Sesuatu yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan yang lama.
Begitu pula kurikulum 2013 mempunyai perbedaan dengan KTSP. [10]
Berikut ini Persamaan dan Perbedaan Kurikulum KTSP dengan Kurikulum 2013 di
Tingkat SMA/MA:
1. Perbedaan
No Kurikulum 2013 KTSP

1 SKL (Standar Kompetensi Lulusan) Standar Isi ditentukan terlebih dahulu


ditentukan terlebih dahulu, melalui melaui Permendiknas No 22 Tahun 2006.
Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah Setelah itu ditentukan SKL (Standar
itu baru ditentukan Standar Isi, yang Kompetensi Lulusan) melalui
bebentuk Kerangka Dasar Kurikulum, Permendiknas No 23 Tahun 2006
yang dituangkan dalam Permendikbud No
67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013
2 Aspek kompetensi lulusan ada Lebih menekankan pada aspek
keseimbangan soft skills dan hard skills pengetahuan
yang meliputi aspek kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan
3 di jenjang SD Tematik Terpadu untuk di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas
kelas I-VI I-III
4 Jumlah jam pelajaran per minggu lebih Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan
banyak dan jumlah mata pelajaran lebih jumlah mata pelajaran lebih banyak
sedikit dibanding KTSP dibanding Kurikulum 2013
5 Proses pembelajaran setiap tema di Standar proses dalam pembelajaran terdiri
jenjang SD dan semua mata pelajaran di dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan
dengan pendekatan ilmiah (saintific
approach), yaitu standar proses dalam
pembelajaran terdiri dari Mengamati,
Menanya, Mengolah, Menyajikan,
Menyimpulkan, dan Mencipta.
6 TIK (Teknologi Informasi dan TIK sebagai mata pelajaran.
Komunikasi) bukan sebagai mata
pelajaran, melainkan sebagai media
pembelajaran
7 Standar penilaian menggunakan penilaian Penilaiannya lebih dominan pada aspek
otentik, yaitu mengukur semua pengetahuan
kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.
8 Pramuka menjadi ekstrakuler wajib Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib
9 Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X Penjurusan mulai kelas XI
untuk jenjang SMA/MA
10 BK lebih menekankan mengembangkan BK lebih pada menyelesaikan masalah
potensi siswa siswa

Itulah beberpa perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP. Walaupun kelihatannya


terdapat perbedaan yang sangat jauh antara Kurikulum 2013 dan KTSP, namun
sebenarnya terdapat kesamaan ESENSI Kurikulum 2013 dan KTSP. Misal pendekatan
ilmiah (Saintific Approach) yang pada hakekatnya adalah pembelajaran berpusat pada
siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini
mempunyai esensi yang sama dengan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). Masalah
pendekatan sebenarnya bukan masalah kurikulum, tetapi masalah implementasi yang
tidak jalan di kelas. Bisa jadi pendekatan ilmiah yang diperkenalkan di Kurikulum 2013
akan bernasib sama dengan pendekatan-pendekatan kurikulum terdahulu bila guru tidak
paham dan tidak bisa menerapkannya dalam pembelajaran di kelas.
2. Persamaan
a) Kurikulum 2006 (KTSP) dan Kurikulum 2013 sama-sama menampilkan teks sebagai butir-
butir KD.
b) Untuk struktur kurikulumnya baik pada KTSP atau pada 2013 sama-sama dibuat atau
dirancang oleh pemerintah tepatnya oleh Depdiknas.
c) Beberapa mata pelajaran masih ada yang sama seperti KTSP.
d) Terdapat kesamaan esensi kurikulum, misalnya pada pendekatan ilmiah yang pada
hakekatnya berpusat pada siswa. Dimana siswa yang mencari pengetahuan bukan
menerima pengetahuan.
[1] Mulyoto, Strategi Pembelajaran di Era Kurikulm 2013, (Jakarta: PrestasiPustaka Raya, 2013). Hal 114-115
[2] Ibid. Hal 121
[3]E. Mulyasa, Pengembangan dan Impelemtasi Kurikulum 2013. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) hal.164
[4] Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. (Jakarta: Prestasi Pustaka,
2013) hal.28
[5]Ibid
[6] Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. (Jakarta: Prestasi Pustaka,
2013) hal.29-30
[7] Ibid. Hal 30
[8] Ibid. Hal 34
[9] Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. (Jakarta: Prestasi Pustaka,
2013) hal.35
[10] http://fatkoer.wordpress.com/2013/07/28/perbedaan-kurikulum-2013-dan-ktsp/
http://bulekh.blogspot.co.id/2014/03/makalah-kurikulum-
2013.html

Anda mungkin juga menyukai