Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas dalam Mata Kuliah
FILSAFAT UMUM
Dipresentasikan pada tanggal 28 April 2020
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Semester II(Dua)
Tahun Akademik 2020/2021
Dosen :
Dr. Akhmad Roziqin, M.Ag.
Oleh
Alpi Syaban Husaeni Nim:21030803191011
Nida Hanifah Nim : 21030803191007
1 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
Apakah yang dapat kita kerjakan ? pertanyaan ini dijawab oleh
Etika
4 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
Oleh karena itu, kita diharapkan mempelajari secara seksama
beberapa pandangan filsafat seperti materi yang akan
disampaikan
B. Rumusan Masalah
5 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
C. Tujuan
6 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Empirisme
1. Pengertian Empirisme
7 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
ini menganggap pengalaman sebagi satu-satunya sumber dan
dasar ilmu pengetahuan. Pengalaman indrawi sering dianggap
sebagai pengadilan yang tertinggi. Namun demikian, aliran ini
banyak memiliki kelemahan sebagai berikut :
8 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
pengetahuan adalah pengamatan , percobaan, penyusunan fakta
dan penarikan kesimpulan/ hukum-hukum (sudarno, 2001).
9 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
apabila isi yang dikandungnya memiliki manifestasi empiris,
yaitu perwujudan nyata di dalam pengalaman. Atau dengan kata
lain, pengalaman inderawi dianggap menjadi sumber utama
pengetahuan atau kebenaran.
10 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
b. banyak kalangan yang menemukan kesukaran dalam
menerapkan konsep rasional ke dalam masalah kehidupan yang
praktis, karena paham ini cenderung meragukan bahkan
menyangkal sahnya pengalaman inderawi untuk memperoleh
pengetahuan.
3. Tokoh-tokoh Empirisisme
12 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
intelektual tidak lebih dari perhitungan, penggabungan data
inderawi dengan cara berbeda-beda.
4. Karakter Empirisisme
15 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
c. adanya prinsip keteraturan. Pada dasarnya alam adalah
teratur. Dengan melukiskan bagaimana sesuatu telah terjadi di
masa lalu, atau dengan melukiskan bagaimana tingkah laku
benda-benda yang sama pada saat ini, apa yang akan terjadi
pada objek tersebut di masa depan akan bias diprediksikan.
16 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
5. Perbedaan antara Empirisisme dengan
Rasionalisme
18 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
karena itu, istilah fenomenologi di dalam arsitektur sering juga
digantikan atau dianggap sama dengan istilah naturalistik,
karena pada dasarnya memiliki pengertian yang sama.
19 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
d. pengambilan sampel secara purposif, untuk menekan
kemungkinan munculnya kasus yang menyimpang. Hasil yang
dicapai dari pengambilan sampel ini untuk mencari
kemungkinan transferabilitas pada kasus lainbukan generalisasi.
h. Hasil yang disepakati antara makna dan tafsir atas data yang
diperoleh dengan sumbernya (responden), karena responden
lebih memahami konteks lokal daripada peneliti.
B. Positisme
1. Pengertian Positivisme
21 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
melebihi fakta-fakta. Denmgan demikian, maka ilmu
pengetahuan empiris menjadi contoh istimewa dalam bidang
pengetahuan. Oleh karena itu, aliran positivisme menolak
cabang aliran filsafat metafisika. Menanyakan “hakikat” benda-
benda atau “penyebab yang sebenarnya”, termasuk juga filsafat,
hanya menyelidiki fakta-fakta. Tugas khusus filsafat hanya
mengordinasikan ilmu-ilmu pengetahuan yang beraneka ragam
coraknya. Maksud dari positifisme berkaitan erat dengan apa
yang dicita-citakan empirisme. Hanya saja berbeda dengan
empirisme inggris yang menerima pengalaman batiniyah atau
subjektif sebagai sumber pengetahuan, positivisme tidak
menerima sumber pengetahuan melalui pengalaman batiniyah
tersebut. Ia hanya mengandalkan fakta-fakta belaka.
22 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
manusia dan ia dikatakan merupakan satu-satunya formasi
sosial yang benar-benar bisa dipercaya kehandalan dan dan
akurasinya dalam kehidupan dan keberadaan masyarakat.
23 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
Istilah Positivisme pertama kali digunakan oleh Saint Simon
(sekitar 1825). Prinsip filosofik tentang positivisme
dikembangkan pertama kali oleh seorang filosof berkebangsaan
Inggeris yang bernama Francis Bacon yang hidup di sekitar
abad ke-17 (Muhadjir, 2001). Ia berkeyakinan bahwa tanpa
adanya pra asumsi, komprehensi-komprehensi pikiran dan
apriori akal tidak boleh menarik kesimpulan dengan logika
murni maka dari itu harus melakukan observasi atas hukum
alam.
3. Tokoh-tokoh Positivisme
a. Auguste Comte
26 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
bulan sesudah bertemu dengan comte, dia meninggal.
Kehidupan comte lalu bergoncang, dia bersumpah membaktikan
hidupnya untuk mengenang “bidadarinya” itu.
28 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
4. Tiga Zaman Perkembangan Pemikiran Manusia
a. Zaman Teologis
29 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
2). Politisme : Tahap politisme merupakan perkembangan dari
tahap pertama. Pada hari ini, menusia percaya pada dewa yang
masing-masing menguasai suatu lapangan tertentu ; dewa laut,
dewa gunung, dewa halilintar, dan sebagainya
b. Zaman Metafisis
c. Zaman Positif
C. Pragmatisme
1. Pengertian Pragmatisme
32 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti
berguna bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu dinyatakan
benar oleh masyarakat yang kedua.
33 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
seperti itu dapat di terapkan. Misalnya dalam penggunaan obat
atau semacamnya. la belum menyadari bahwa keyakinan seperti
itu juga cocok untuk filsafat. menurut Peirce, sangat lemah
dalam metode yang akan memberi arti kepada ide-ide filosofis
dalam rangka eksperimental serta metode yang akan menyusul
dan memperluas ide-ide dan kesimpulan-kesimpulan sampai
mencakup fakta-fakta baru.
34 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
sebagai usaha Peirce untuk merintis suatu metode bagi
pemikiran filosofis sebagaimana yang dikehendaki di atas.
35 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
dalam penerapanteknologi, kebijaksanaan-kebijaksanaan politik
pemerintah, dan sebagainya.
36 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang
bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal
yang mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan terus dan
segala yang kita anggap benar dalam pengembangan itu
senantiasa berubah, karena di dalam prakteknya apa yang kita
anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Oleh
karena itu, tidak ada kebenaran mutlak, yang ada adalah
kebenaran-kebenaran (artinya, dalam bentuk jamak) yaitu apa
yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap
kali dapat diubah oleh poengalaman berikutnya.
38 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
saja sudah cukup untuk mengguncangkan kehidupan,
mengancam kemanusiaan, bahkan manusianya itu sendiri.
39 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
demikian, filsafat akan dapat menyusun sistem norma-norma
dan nilai-nilai.
PENUTUP
A. Kesimpulan
41 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena
pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam
satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi
pengetahuan.
42 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
Kata pragmatisme sering sekali diucapkan orang. Orang-
orang menyebut kata ini biasanya dalam pengertian praktis. Jika
orang berkata, Rencana ini kurang pragmatis, maka maksudnya
ialah rancangan itu kurang praktis. Pengertian seperti itu tidak
begitu jauh dari pengertian pragmatisme yang sebenarnya, tetapi
belum menggambarkan keseluruhan pengertian pragmatisme.
43 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
B. Saran
44 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e
DAFTAR PUSTAKA
45 | E m p i r i s m e , P o s i ti v i s m e , d a n P r a g m a ti s m e