Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI


INDONESIA

Dosen Pengampu : Nurul Julaifah, M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 3

1. Mirayati (2022A1H245)
2. Evi Kurniawati (2022A1H220)
3. Ida Tias Wulandari (2022A1H241)
4. Nur Halidah (2022A1H215)
5. Jainul (2022A1H212)
6. Raisul Anam (2022A1H233)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena hanya atas karunia dan rahmat-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah kami dengan baik dan tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Nurul Julaifah, M.Pd selaku dosen
mata kuliah Konsep Dasar PKn yang telah memberikan kami tema/judul dalam pengerjaan
makalah ini. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang Sejarah Perkembangan Pendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia.

Makalah ini tentu saja banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat kami
harapkan dari para pembaca demi terciptanya makalah yang lebih baik di waktu selanjutnya.

Akhir kata, kami selaku penyusun makalah mengucapkan banyak terima kasih dan semoga
makalah yang berjudul Sejarah Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia ini
bermanfaat bagi kita semua

Mataram, 09 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………...………………………………ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………….……………………iii

BAB I PENDAHULUAN………...………………………………………………………………1

1.1 Latar Belakang………….…………………………………………………………………1


2.1 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………1
3.1 Tujuan……..………………………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………3

2.1 Latar Belakang PKn………………………………………………………………………4


2.2 Sejarah Pkn………………………………………………………………………………..5
2.3 Perkembangan Pkn pada Masa Transisi Demokrasi….……..…………………………….9
2.4 Tujuan Pkn …………………………………………………………..…………………...9

BAB III PENUTUP………………………………………………………..……………………11

3.1 Kesimpulan……………………..…………………………………………..……………11
3.2 Saran………………………………………………………………………………..……11

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...…………12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan diseluruh
dunia, meskipun dengan berbagai macam istilah dan nama. Mata kuliah tersebut sering
disebut sebagai civic education, citizenship education dan bahkan ada yang menyebut
sebagai democracy education, Mata kuliah ini memiliki peranan yang strategis dalam
mempersiapkan warganegara yang cerdas, bertanggung jawab dan berkeadaban,
Berdasarkan rumusan "Civic Internation" pada tahun 1995, disepakati bahwa pendidikan
demokrasi penting untuk pertumbuhan civic culture. Untuk keberhasilan pengembangan
dan pemeliharaan pemerintah demokrasi.
Dalam pembelajaraan Pendidikan Kewarganegaraan harus diberikan materi pada
mata kuliah keada seluruh Mahasiswa pada Perguruan Tinggi, dan diberikan pada jenjang
pendidikan dasar mengenah pertama dan menengah atas, sekolah seharusnya
dikembangkan sebagai tatanan sosial yang kondusif atau memberi suasana bagi tumbuh
kembangnya berbagai kualitas pribadi peserta didik. Sekolah sebagai bagian integral dari
masyarakat perlu dikembangkan sebagai pusat pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik sepanjang hayat, yang mampu memberi keteladanan, membangun kemauan dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran demokrasi. Dalam
makalah ini akan dijelaskan pengertian, latar belakang lahirnya dan tujuan pendidikan
kewarganegaraan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah yang dibahas
dalam makalah ini, antara lain:
1. Bagaimana Latar Belakang Pkn?
2. Bagaimana Sejarah Perkembangan PKn di Indonesia?
3. Bagaimana Perkembangan PKn pada masa transisi Demokrasi?
4. Apa Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini agar dapat bermanfaat bagi pembaca
umumnya dan tujuan khusus penulisan makalah ini, diantaranya:
1. Untuk mengetahui dan memahami Latar Belakang PKn.
2. Untuk mengetahui dan memahami Perkembangan PKn di Indonesia.
3. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan PKn pada masa
transisi Demokrasi.
4. Untuk mengetahui dan memahami tujuan Pendidikan Kewarganegaraan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Pkn


Latar belakang lahirnya pendidikan Kewarganegaraan berawal dari perjalanan
sejarah panjang bangsa Indonesia yang dimulai sejak dari perebutan dan mempertahankan
kemerdekaan sampai pada pengisian kemerdekaan, bahkan terus berlangsung hingga
zaman reformasi. Kondisi perebutan dan mempertahankan kemerdekaan itu ditanggapi
oleh hangsu indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai perjuangan bangsa yang
senantiasa tumbuh dan berkembang. Kesamaan nilai-nilai tersebut dilandasi oleh jiwa,
tekad dan semangat kebangsaan. Kesemuanya itu tumbuh dan berkembang menjadi
kekuatan yang mampu mendorong proses Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pendidikan kewarganegaraan diselenggarakan untuk membekali para mahasiswa
selaku secalon pemimpian dimasa depan dengan kesadaran bela negara serta kemampuan
berpikir secara komprehensif integral dalam rangka ketahanan nasional kesadaran bela
negara ini berwujud sebagai kerelaan dan kesadaran melakukan kelangsungan hidup
bangsa melalui profesinya kesadaran bela negara dengan demikian kesadaran bela negara
mengandung arti:
a. Kecintaan kepada tanah air
b. Kesadaran berbangsa dan bernegara,
c. Keyakinan akan pancasila dan UUD 1945,
d. Kerelaan berkorban bagi bangsa dan negara serta
e. Sikap dan perilaku awal bela negara.

Negara Indonesia diproklamasikan kemerdekaannya dari penjajahan pada tanggal 17


Agustus 1945 kemerdekaan yang diproklamasikan itu berangkat dari perjalanan sejarah
peperangan yang panjang yang berabad-abad lamanya melawan penjajahan dalam suasana
perpecahan tidak adanya semangat persatuan dan kesatuan menyebabkan lamanya dibumi
nusantara. Penjajahan itu mengakibatkan kebodohan dan penderitaan yang pada awal abad
ke-20 mendorong timbulnya semangat kebangsaan kebangkitan nasional ini ditandai
dengan lahirnya gerakan Budi Utomo pada tahun 1908 peristiwa sumpah pemuda yang
diikrarkan pada tanggal 28 oktober 1928 merupakan tonggak sejarah yang sangat penting.
Sumpah tersebut merupakan perjuangan sikap dan tekad bangsa Indonesia untuk bersatu
dalam wadah negara bangsa dan bahasa Indonesia. "Satu tanah air menunjukkan serta
kesatuan geografis satu bangsa menunjukkan satu kesatuan politikdan satu bahasa
menujukkan satu kesatuan sosial budaya tekad ini mewujudkan perjuagan yang akhirnya
melahirkan proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan
selama penjajahan kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan
kemerdekaan sampai hingga era kemerdekaan menimbulkan kondisi dan menuntut yang
berbeda sesuai dengan zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda indones ditanggapi
oleh bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai perjuangan bangsa yang
senantiasa tumbuh dan berkembang. Kesamaan nilai-nilai tersebut dilandasi oleh jiwa
tekad dan semangat kebangsaan, Kesamaan itu timbul menjadi kekuatan yang mampu
mendorong proses terwujudnya negara kesatuan Republik Indonesia dalam wadah
nusantara.

2.2 Sejarah perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia


Sejarah perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia dimulai pada
tahun 1957 saat pemerintahan Soekarno atau yang lebih dikenal dengan istilah Civics.
Penerapan Civics sebagai pelajaran di sekolah-sekolah dimulai pada tahun 1961 dan
kemudian berganti nama menjadi Pendidikan Kewargaan Negara pada tahun 1968.
Civics atau Ilmu Kewarganegaraan telah dikenal di Indonesia sejak zaman kolonial
Belanda dengan nama Burgerkunde. Pelajaran ini pada hakikatnya untuk kepentingan
penguasa kolonial, yang pada saat itu diberikan di sekolah guru, sedangkan kebanyakan
sekolah lanjutan mendapat pelajaran Staats Inrichting (Tata Negara). Terdapat dua buku
pelajaran Civics yang digunakan, yaitu:
1. Indische Burgerschapkunde, disusun oleh P. Tromps dan diterbitkan oleh penerbit
J.B. Wolters Maatsschappij N.V. Groningen, Den Haag, Batavia, tahun 1934. Buku
ini membahas masalah masyarakat pribumi, pengaruh Barat, bidang sosial, ekonomi,
hukum, ketatanegaraan, dan kebudayaan.
2. Rech en Plicht (Indische Burgerschapkunde voor iedereen). Buku ini membicarakan
badan pribadi, meliputi masyarakat, tempat kita lahir sampai dewasa, pernikahan dan
keluarga, serta setelah badan pribadi tiada.
Pada tahun 1950, dalam suasana Indonesia merdeka, kedua buku teks tersebut di atas
menjadi buku pegangan guru Civics di sekolah menengah atas, tetapi dalam mata
pelajaran yang termuat pada sekolah menengah atas tahun 1950 itu dikatakan bahwa:
Kewarganegaraan yang diberikan di samping tata negara adalah tugas dan kewajiban
warga negara terhadap pemerintah, masyarakat, keluarga, dan diri sendiri, misalnya hal-
hal yang berkaitan dengan:
a. Akhlak, pendidikan, pengajaran, dan ilmu pengetahuan.
b. Kehidupan rakyat, kesehatan, imigrasi, perusahaan, perburuhan, agraria,
kemakmuran rakyat, kewanitaan, dan lain-lain.
c. Keadaan dalam dan luar negeri, pertahanan rakyat, perwakilan, pemerintah
dan soal-soal internasional.
Pelajaran tersebut tidak diberikan secara ilmu pengetahuan melainkan sebagai dasar
yang berjiwa nasional serta kewarganegaraan yang baik (good citizenship).
Pada tahun 1955 terbit buku tentang kewarganegaraan berbahasa Indonesia dengan
judul “Inti Pengetahuan Warga Negara”, disusun oleh J.T.C. Simorangkir, Gusti Mayur,
dan Sumintarjo. Dalam kata pendahuluan dinyatakan bahwa tujuan pelajaran tersebut
adalah untuk membangkitkan dan memelihara keinsyafan dan kesadaran bahwa warga
negara Indonesia memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, dan negara
(good citizenship). Materi buku meliputi Indonesia tanah airku, Indonesia Raya, bendera
dan lambang negara, warga negara beserta hak dan kewajibannya, ketatanegaraan,
keuangan negara, pajak, dan perekonomian, termasuk koperasi.
Pada tahun 1961 mata pelajaran Civics digunakan untuk memberi pengertian tentang
Pidato Kenegaraan Presiden ditambah dengan Pancasila, sejarah pergerakan, dan hak serta
kewajiban warga negara. Buku pegangan resmi adalah Manusia dan Masyarakat Baru
Indonesia, disusun oleh Soepardo, M. Hutauruk, Soeroyo Warsid, Soemarjo, Chalid
Rasyidi, Soekarno dan J.T.C. Simorangkir.
Di tahun 1961 itu juga istilah “Kewarganegaraan” diganti dengan istilah “Kewargaan
Negara” atas prakarsa Dr. Sahardjo, S.H. Alasan penggantian itu guna menyesuaikan
dengan pasal 26 Ayat (2) UUD 1945 dan menekankan pada warga, yang mengandung
pengertian atas hak dan kewajiban terhadap negara. “Warga” berarti anggota, jadi warga
negara berarti anggota suatu negara, sehingga dengan demikian ada perbedaan hak dan
kewajiban antara warga negara dan orang asing. Istilah “Kewargaan Negara” baru
digunakan secara resmi pada tahun 1967 dengan Intruksi Direktur Jenderal Pendidikan
Dasar Nomor 31 Tahun 1967 Tertanggal 28 Juni 1967.
Pada tahun 1966 buku karangan Soepardo, dkk. dilarang digunakan sebagai buku
pegangan di sekolah-sekolah. Untuk mengatasi kekosongan materi Civics, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan mengintruksikan muatan Civics meliputi: Pancasila, UUD
1945, Ketetapan-Ketetapan MPR, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Orde Baru, Sejarah
Indonesia, dan Ilmu Bumi Indonesia.
Pada tahun 1972 diselenggarakan Seminar Nasional Pengajaran dan Pendidikan Civics
(Civics Education) di Tawangmangu, Surakarta, dengan hasil yang memberi ketegasan
terhadap istilah Civics sebagai berikut:
1. Istilah Civics diganti dengan istilah Ilmu Kewargaan Negara, yaitu suatu
disiplin yang objek studinya mengenai peranan para warga negara dalam bidang
spiritual, sosial ekonomi, politik, yuridis, kultural sesuai dan sejauh yang diatur
dalam pembukaan UUD 1945 dan batang tubuh UUD 1945.
2. Civics Education diganti dengan istilah “Pendidikan Kewargaan Negara”, yaitu
suatu program pendidikan yang tujuan utamanya membina warga negara
menjadi lebih baik menurut syarat-syarat, kriteria dan ukuran ketentuan-
ketentuan Pembukaan UUD 1945 dan batang tubuh UUD 1945. Bahannya
diambil dari Ilmu Kewargaan Negara termasuk Kewiraan Nasional, Filsafat
Pancasila, Moral Pancasila, dan Filsafat Pendidikan Nasional, serta menuju
kedudukan para warga negara yang diharapkan di masa depan.
Mata pelajaran pendidikan Kewarganegaraan resmi masuk dalam kurikulum
sekolah di Indonesia pada tahun 1968.
Pendidikan Kewarganegaraan telah mengalami perkembangan yang fluktuatif, baik
dalam kemasan maupun substansinya. Hal tersebut dapat dilihat dalam substansi
kurikulum PKn yang sering berubah dan tentu saja disesuaikan dengan kepentingan negara.
Secara historis. epistemologis dan pedagogis, pendidikan kewarganegaraan berkedudukan
sebagai program kurikuler dimulai dengan diintroduksikannya mata pelajaran Civics
dalam kurikulum SMA tahun 1962 yang berisikan materi tentang pemerintahan Indonesia
berdasarkan Undang- Undang Dasar 1945 (Dept. P&K: 1962). Pada saat itu, mata pelajaran
Civics atau kewarganegaraan, pada dasarnya berisikan pengalaman belajar yang digali dan
dipilih dari disiplin ilmu sejarah, geografi, ekonomi, dan politik, pidato-pidato presiden,
deklarasi hak asasi manusia, dan pengetahuan tentang Perserikatan Bangsa-Bangsa
(Somantri, 1969:7). Istilah Civics tersebut secara formal tidak dijumpai dalam Kurikulum
tahun 1957 maupun dalam Kurikulum tahun 1946. Namun secara materiil dalam
Kurikulum SMP dan SMA tahun 1957 terdapat mata pelajaran tata negara dan tata hukum,
dan dalam kurikulum 1946 terdapat mata pelajaran pengetahuan umum yang di dalamnya
memasukkan pengetahuan mengenai pemerintahan.
a. Dalam kurikulum tahun 1968 dan 1969
Istilah Civis dan Pendidikan Kewargaan Negara digunakan secara
bertukar pakai (interchangeably). Misalnya dalam Kurikulum SD 1968
digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara yang dipakai sebagai
nama mata pelajaran, yang di dalamnya tercakup sejarah Indonesia,
geografi Indonesia, dan Civics ( diterjemahkan sebagai pengetahuan
Kewargaan Negara). Dalam Kurikulum SMP 1968 digunakan istilah
Pendidikan Kewargaan Negaraan yang berisikan sejarah Indonesia dan
Konsititusi termasuk UUD 1945.
b. Dalam tahun 1973/1974
Pendidikan Kewiraan dimulai tahun 1973/1974, sebagai bagian dari
kurikulum pendidikan nasional, dengan tujuan untuk menumbuhkan
kecintaan pada tanah air dalam bentuk PPBN yang dilaksanakan dalam dua
tahap, yaitu tahap awal yang diberikan kepada peserta didik SD sampai
sekolah menengah dan pendidikan PPBN tahap lanjut diberikan di PT
dalam bentuk pendidikan kewiraan,
c. Dalam Kurikulum tahun 1975
Istilah Pendidikan Kewargaan Negara diubah menjadi Pendidikan
Moral Pancasila (PMP) yang berisikan materi Pancasila sebagaimana
diuraikan dalam Pedoman Penghayatan dan pengamalan Pancasila atau P4.
Perubahan ini sejalan dengan misi pendidikan yang diamanatkan oleh Tap.
MPR II MPR 1973. Mata pelajaran PMP ini merupakan mata pelajaran
wajib untuk SD, SMP. SMA, SPG dan sekolah Kejuruan.
d. Kurikulum PPKn 1994
Kurikulum ini mengorganisasikan materi pembelajarannya bukan
atas dasar rumusan butir-butir nilai P4. tetapi atas dasar konsep nilai yang
disaripatikan dari P4 dan sumber resmi lainnya yang ditata dengan
menggunakan pendekatan spiral meluas atau Spiral of concept development
(Taba, 1967). Pendekatan ini mengarkulasikan sila-sila Pancasila dengan
jaharan nilainnya untuk setiap jenjang pendidikan dan kelas secara catur
wulan dalam setiap kelas.
e. Dalam tahun 2004
Dengan berlakunya Undang-undang Sistem pendidikan Nasional
No. 20 tahun 2003, diberlakukan kurikulum yang dikenal dengan nama
Kurikulum berbasis kompetensi tahun 2004 dimana Pendidikan
Kewarganegaraan berubah nama menjadi Kewarganegaraan.
f. Tahun 2006
Namanya berubah kembali menjadi Pendidikan Kewarganegaraan,
dimana secara substansi tidak terdapat perubahan yang berarti, hanya
kewenangan pengembangan kurikulum yang diserahkan pada masing-
masing satuan pendidikan, maka kurikulum tahun 2006 ini dikenal dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Berbagai perubahan yang dialami dalam pengimlementasian PKn
sebagaimana diuraikan atas menunjukkan telah terjadinya ketidakajekan
dalam kerangka pikir, yang sekaligus mencerminkan telah terjadinya krisis
konseptual, yang berdampak pada terjadinya krisis operasional kurikuler
secara Konseptual istilah Pendidikan Kewarganegaraan dapat terangkum
sebagai berikut:
1. Kewarganegaraan (1956)
2. Civics (1959)
3. Kewarganegaraan (1962)
4. Pendidikan Kewarganegaraan (1968)
5. Pendidikan Moral Pancasila (1975)
6. Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan (1994)
7. Pendidikan Kewarganegaraan (UU No. 20 Tahun 2003)

2.3 Perkembangan Pkn pada Masa Transisi Demokrasi


Perkembangan PKn pada era Orde Baru, ternyata lebih ditentukan faktor
kepentingan untuk membangun negara (state Building) ketimbang untuk membangun
bangsa (Nation Building). Hal tersebut di sebabkan karena:
1. Kemerosotan nilai estetika dan moral para penyelenggara negara yang sudah
kehilangan semangat pengabdian, pengorbanan kejujuran dan keikhlasan.
2. Hukum lebih merupakan alat kekuasaan dari pada alat keadiland an kebenaran.
3. Fandalisme, paternalisme dan absolutism.
4. Posisi dan peran ABRI lebih merupakan alat kekuasaan dari pada alat negara untuk
mengabdi kepada kepentingan rakyat. Kondisi di atas berpengaruh pada perubahan
kurikulum PPKn dan pelaksanaan pengajarannya di lapangan yang lebih
menekankan untuk mendukung status quo atau legitimasi dan pembenaran
(justifikasi) berbagai kebijakan rezim orba dari pada untuk meningkatkan
pemberdayaan warga Negara dalam berhubungan dengan negara. Dalam era
reformasi, tantangan PPKn semakin berat. P4 dipermasalahkan substansinya,
karena tidak memberikan gambaran yang tepat tentang nilai Pancasila sebagai satu
kesatuan. Dengan adanya perubahan UU No. 2 tahun 1989 yang diubah dengan UU
No. 2 tahun 2003 tidak dieksplisitkan lagi nama pendidikan Pancasila, sehingga
tinggal Pendidikan. Kewarganegaraan, Begitu pula kurikulum 2004
memperkenalkan istilah Pengganti PPKn dengan kewarganegaraan/pendidikan
kewarganegaraan. Perubahan nama ini juga diikuti dengan perubahan isi PKn yang
lebih memperjelas akar keilmuan yakni politik, hukum dan moral.

2.4 Tujuan Pkn


Terdapat 2 tujuan tentang Pendidika Kewarganegaraan, yaitu Tujuan Umum dan
Tujuan khusus dari pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri:
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada Mahasiswa
mengenai hubunga antara warga negara dengan negara serta PPBN agar menjadi
warga negara yang diandalkan oleh bangsa dan negara.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban
secara santun, jujur dan demokrasi serta ikhlas sebagai Warga Negara
Indonesia terdidik dan bertanggung jawab.
b. Agar mahasiswa mmenguasai dan memahami berbagai masalah dasar
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dapat
mengatasinya dengan pemikiran kritis dan bertanggung jawab yang
berdasarkan Pancasila, Wawasan Nusantara, dan ketahanan nasional.
c. Agar mahasiswa memiliki sikap dan perilku yang sesuai dengan nilai-nilai
perjuangan, cinta tanah air, serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan diatas, dapat disimpulkan :
1. Istilah Civics tersebut secara formal tidak dijumpai dalam Kurikulum tahun 1957
maupun dalam Kurikulum tahun 1946. Namun secara materiil dalam Kurikulum
SMP dan SMA tahun 1957 terdapat mata pelajaran lata negara dan tata hukum, dan
dalam kurikulum 1946 terdapat mata pelajaran pengetahuan umum yang di
dalamnya memasukkan pengetahuan mengenai pemerintahan.
2. Latar belakang lahimya pendidikan Kewarganegaraan berawal dari perjalanan
sejarah panjang bangsa Indonesia yang dimulai sejak dari perebutan dan
mempertahankan kemerdekaan sampai pada pengisian kemerdekaan, bahkan terus
berlangsung hingga zaman reformasi. Kondisi perebutan dan mempertahankan
kemerdekaan itu ditanggapi oleh bangsa indonesia berdasarkan kesamaan nilai-
nilai perjuangan bangsa yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Kesamaan nilai-
nilai tersebut dilandasi oleh jiwa, tekad dan semangat kebangsaan. Kesemuanya itu
tumbuh dan berkembang menjadi kekuatan yang mampu mendorong proses Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
3. Untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada Mahasiswa
mengenai hubunga antara warga negara dengan negara serta PPBN agar menjadi
warga negara yang diandalkan oleh bangsa dan negara.

3.2 Saran
Sebagai warga negara yang mencintai negaranya, kita harus memahami dan
mengetahui sejarah perkembangan PKn, agar dalam melaksanakan pendidikan tidak terjadi
kesalahan. Hal ini penting karena PKn adalah pelajaran yang diwajibkan di semua jenjang
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdiar, 2010, Pengertian. Tujuan, Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan


http://ahdiar.wordpress.com/2010/05/05/pengertian-tujuan-sejarah-pendidikan Kewargan
egaraan/

Ardi. 2012, Perkembangan PKn (Pendidikan Kewarganegarana),


http://hitamandhiru.wordpress.com/2012/07/perkembangan-pkn pendidikan.html

Ilham Nurfadil. 2013, Pengertian, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan.


http://inflifestyle.wordpress.com/2013/09/pengertian-fungsi-dan- tujuan-pendidikan.html

Raharjo, 2009. Pengertian, Tujuan, Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan http://raharjo


wordpress.com/2009/11/10/276/

Sumarsono, dkk. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Widya, Ratna. 2012, Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia,


http://widoitwidito.wordpress.com/2012/05/normal-0-false-false-false-en- us-x-none.html
Than.

Anda mungkin juga menyukai