Judul ............................................................................................................................................. i
2.1 Dampak Positif Dari Kebijakan Pemerintah Pada Masa Orde Baru .......................... 5
a. Kebijakan Bidang Politik Dalam Negeri ............................................................... 5
b. Kebijakan Bidang Politik Luar Negeri .................................................................. 5
c. Kebijakan Di Bidang Ekonomi ............................................................................. 5
d. Kebijakan Bidang Pertanian .................................................................................. 6
e. Kebijakan Bidang Pendidikan ............................................................................... 6
f. Kebijakan Bidang Kesehatan ................................................................................. 7
g. Kebijakan Bidang Industri .................................................................................... 7
h. Kebijakan Bidang Sosial Budaya Dan Kemasyarakatan ....................................... 7
Orde baru merupakan masa pemerintahan Soeharto yaitu berlangsung dari tahun 1966
sampai tahun 1998. Pada masa orde baru ini presiden Soeharto mengalami keruntuhan
yaitu seiring jatuhnya Soeharto sebagai presiden yang telah memimpin Indonesia selama
32 tahun, setelah sebelumnya krisis ekonomi menghancurkan legitimasi pemerintahan
Orde Baru.
Permasalahan-permasalahan banyak terjadi pada masa orde baru ini seperti kolusi,
korupsi, nepotisme, krisis ekonomi. Itu semua tidak lepas dari kebijakan-kebijakan yang
ditetapkan presiden Soeharto. Maka selama 32 tahun yang dijalankan oleh Soeharto
memberikan dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dampak positifnya.
Masa pemerintahan yang begitu panjang menjadi arena membungkam demokrasi dan
menenggelamkan partisipasi masyarakat luas dalam hampir semua sektor kehidupan,
sampai untuk membangun gedung-gedung SD di seluruh Indonesia harus lewat Inpres
(instruksi presiden). Maka dapat disaksikan menjelang akhir kekuasaan Orde Baru, ketika
terjadi krisis moneter, ekonomi yang dibangun dengan stabilitas politik dan keamanan itu
rontok seperti bangunan tanpa pondasi yang dilanda gempa bumi, rata dengan tanah.
Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini
terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu,
kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar. Orde baru yang
dijalankan oleh Presiden Soeharto yang berakhir dengan krisis moneter memberikan
perubahan dalam pembangunan politik dan perekonomian.
Sehingga jika disimpulkan memang banyak dampak positif yang dirasakan semasa
pemerintahan orde baru diantaranya :
1) Pemerintah mampu membangun pondasi yang kuat bagi kekusaan lembaga
kepresidenan yang membuat semakin kuatnya peran negara dalam masyarakat.
2) Pemerataan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan serta kesempatan kerja
3) Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi
muda dan kaum wanita
4) Pemeratan kesempatan memperoleh keadilan
5) Pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena setiap program pembangunan pemerintah
terencana dengan baik dan hasilnya pun dapat dilihat secara konkrit.
6) Situasi keamanan terjaga dengan baik karena pemerintah mampu mengatasi semua
tindakan dan sikap yang dianggap bertentangan dengan Pancasila.
7) Dilakukan peleburan partai dimaksudkan agar pemerintah dapat mengontrol parpol.
8) Pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena setiap program pembangunan pemerintah
terencana dengan baik dan hasilnyapun dapat terlihat secara konkrit.
9) Indonesia mengubah status dari negara pengimpor beras terbesar menjadi bangsa yang
memenuhi kebutuhan beras sendiri (swasembada beras).
10) Penurunan angka kemiskinan yang diikuti dengan perbaikan kesejahteraan rakyat.
11) Penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi pendidikan dasar yang semakin
meningkat.
12) Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan pada
1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000
13) Sukses transmigrasi
14) Sukses KB
15) Sukses memerangi buta huruf
16) Sukses swasembada pangan
17) Pengangguran minimum
18) Sukses Gerakan Wajib Belajar
19) Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh
20) Sukses keamanan dalam negeri
21) Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia
22) Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri
23) Revolusi hijau dan industrialisasi
24) Revolusi Hijau merupakan revolusi biji-bijian dari hasil penemuan ilmiah berupa benih
unggul dari berbagai varietas gandum, padi, dan jagung yang membuat hasil panen
komoditas tersebut meningkat di begara-negara berkembang. Revolusi hijau lahir
karena masalah pertambahan penduduk yang pesat. Pertambahan penduduk harus
diimbangi dengan peningkatan produksi pertanian.
d. Di Bidang Ekonomi
a. Keberhasilan pembangunan yang tidak merata menimbulkan kesenjangan antara
yang kaya dan miskin.
b. Bercampurnya institusi negara dan swasta.
c. Perkembangan utang luar negeri dari tahun ke tahun cenderung meningkat.
d. Terjadi pemusatan kekuasaan di tangan presiden, sehingga pemerintahan dijalankan
secara otoriter.
e. Terjadi monopol penafsiran Pancasila. Pancasila ditafsirkan sesuai keinginan
pemerintah untuk membenarkan tindakan – tindakannya.
f. Pemerintah campur tangan terhadap kekuasaan kehakiman, sehingga kekuasaan
kehakiman tidak merdeka.
g. Terjadi korupsi, kolusi, dan nepotisme yang luar biasa parahnya sehingga merusak
segala aspek kehidupan, dan berakibat pada terjadinya krisis multidimensi.
h. Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan
pembangunan, terutama di Aceh dan Papua.
i. Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang
memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun pertamanya.
j. Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang
dibreidel.
k. Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan program
“Penembakan Misterius” (petrus).
l. Adanya korporatisme yang bersifat sentralis, ditandai oleh urbanisasi besar-besaran
dari desa ke kota atau dari daerah ke pusat. Korporatisme ialah sistem kenegaraan
dimana pemerintah dan swasta saling berhubungan secara tertutup satu sama lain,
yang ciri-cirinya antara lain keuntungan ekonomi hanya dinikmati oleh segelintir
pelaku ekonomi yang dekat dengan kekuasaan, dan adanya kolusi antara kelompok
kepentingan ekonomi serta kelompok kepentingan politik.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sejalan dengan dasar empirik sebelumnya, masa awal orde baru ditandai oleh terjadinya
perubahan besar dalam pegimbangan politik di dalam Negara dan masyarakat, sebelumya
pada era Orde Lama kita tahu bahwa pusat kekuasaan ada di tangan presiden, militer dan
PKI. Namun pada Orde Baru terjadi pergeseran pusat kekuasaan dimana dibagi dalam
militer, teknokrat, dan kemudian birokrasi. Namun harapan itu akhirnya menemui ajalnya
ketika pada pemilu 1971, golkar secara mengejutkan memenangi pemilu lebih dari separuh
suara dalam pemilu.Itulah beberapa sekelumit cerita tentang Orde Lama dan Orde Baru,
tentang bagaimana kehidupan sosial, politik dan ekonomi di masa itu. Yang kemudian pada
orde baru akhirnya tumbang bersamaan dengan tumbangnya Pak Harto atas desakan para
mahasiswa di depan gendung DPR yang akhrinya pada saat itu titik tolak era Reformasi
lahir. Dan pasca reformasilah demokrasi yang bisa dikatakan demokrasi yang di Inginkan
pada saat itu perlahan-lahan mulai tumbuh hingga sekarang ini.
3.2. Saran
Perjalanan kehidupan birokrasi di Indonesia selalu dipengaruhi oleh kondisi sebelumnya.
Budaya birokrasi yang telah ditanamkan sejak jaman kolonialisme berakar kuat hingga
reformasi saat ini. Paradigma yang dibangun dalam birokrasi Indonesia lebih cenderung
untuk kepentingan kekuasaan. Struktur, norma, nilai, dan regulasi birokrasi yang demikian
diwarnai dengan orientasi pemenuhan kepentingan penguasa daripada pemenuhan hak sipil
warga negara. Budaya birokrasi yang korup semakin menjadi sorotan publik saat ini.
Banyaknya kasus KKN menjadi cermin buruknya mentalitas birokrasi secara institusional
maupun individu.
Sejak orde lama hingga reformasi, birokrasi selalu menjadi alat politik yang efisien dalam
melanggengkan kekuasaan. Bahkan masa orde baru, birokrasi sipil maupun militer secara
terang-terangan mendukung pemerintah dalam mobilisai dukungan dan finansial. Hal
serupa juga masih terjadi pada masa reformasi, namun hanya di beberapa daerah. Beberapa
kasus dalam Pilkada yang sempat terekam oleh media menjadi salah satu bukti nyata masih
adanya penggunaan birokrasi untuk suksesi. Sebenarnya penguatan atau ”penaklukan”
birokrasi bisa saja dilakukan dengan catatan bahwa penaklukan tersebut didasarkan atas
itikad baik untuk merealisasikan program-program yang telah ditetapkan pemerintah.
Namun sayangnya, penaklukan ini hanya dipahami para pelaku politik adalah untuk
memenuhi ambisi dalam memupuk kekuasaan.
Mungkin dalam hal ini, kita sebagai penerus bangsa harus mampu dan terus bersaing
dalam mewujudkan Indonesia yang lebih baik dari sebelumnya , harga diri bangsa
Indonesia adalah mencintai dan menjaga aset negara untuk dijadikan simpanan buat anak
cucu kelak. Dalam proses pembangunan bangsa ini harus bisa menyatukan pendapat demi
kesejahteraan masyarakat umumnya.