Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

POLEMIK HUTANG DALAM KEUANGAN


NEGARA
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Drs. M. Fahmi Muqoddas, M.Hum
Lise Yolanda, S.H.,M.H.

DISUSUN OLEH :
FACHRUL UMAM AIDIL FITRA
18521065

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Bismillahirrohmannirrohim,
Puji Syukur atas segala nikmat, iman, sehat dan daya serta upaya yang telah Allah
SWT berikan. Berkat rahmat dan Hidayah-Nya lah kami mampu menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Polemik Hutang dalam keuangan negara”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Tersusunnya makalah ini tak lepas dari bantuan dari berbagai pihak sehingga bisa
memperlancar dan memaksimalkan pembuatan makalah ini. Penulis menyadari masih ada
kekurangan dalam makalah ini,maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun
penulis harapkan sebagai sarana evaluasi kesempurnaan dalam penulisan tugas makalah ini.
Mudah-mudahahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembelajaran PKN dan bagi seluruh
pembaca.

Syukron,

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, 11 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………. 1
C. Tujuan …………………………………………………………………………… 1
D. Manfaat .................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Keuangan & Hutang Negara ……………........................................... 2 - 3
B. Jenis Hutang dan Dampak dari Terjadinya Hutang di Suatu Negara .................... 4 - 7
C. Permasalahan yang Tengah Terjadi Menjelang Pilpres 2019 ............................... 7 – 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................................................. 9
B. Saran …………………………………………………………………………….. 9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keuangan negara merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian,
pembanguanan infrastruktur suatu negara. Sektor keuangan dianggap sebagai sektor
yang mampu menjadi momok dalam suatu negara, baik dari segi pendapatan maupun
segi pengeluaran. Keuangan menjadi penolong bagi perekonomian suatu negara,serta
penolong bagi infrastruktur negara dengan pemasukan negara melalui pebayaran
pajak serta pengeluaran negara dengan pembangunan banyak infrastruktur yang masih
terbengkalai sehingga pemerintah banyak memberikan kebijaksanaan- kebijaksanaan
tentang sektor keuangan ini.
Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut,
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Dalam pengaplikasiaan keuangan negara ini memiliki suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
negara pada khususnya, dan manusia pada umumnya, untuk menuju masyarakat adil
dan makmur.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud Keuangan & Hutang Negara
2. Apa saja Jenis hutang dan dampak dari terjadinya Hutang di suatu negara
3. Bagaimana Permasalahan yang tengah terjadi menjelang pilpres 2019

4. Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud Keuangan & hutang negara
2. Mengetahui jenis hutang dan dampak dari terjadinya hutang di suatu negara
3. Mengetahui permasalahan yang tengah terjadi menjelang pilpres 2019

5. Manfaat
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini yaitu sebagai wawasan seluruh warga
di indonesia betapa pentingnya mengetahui mengenai keuangan negara dan dampak
terhadap hutang negara itu sendiri

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keuangan & Hutang Negara

1
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menyelenggarakan pemerintahan
Negara dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat yang adil, makmur,
dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Dalam rangka pencapaian tujuan bernegara inilah, negara
menyelenggarakan fungsi pemerintahan dalam berbagai bidang, sehingga
berkonsekuensi pada timbulnya hak dan kewajiban negara, termasuk berkaitan dengan
keuangan negara. Khususnya di Indonesia, pengertian keuangan negara dapat
ditemukan pada Undang-undang (UU) No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
dan UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Dalam UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, khususnya pasal 1 ayat 1
dinyatakan bahwa pengertian Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban
negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak
dan kewajiban tersebut.
Untuk memahami pengertian di atas, maka keuangan negara dapat dilihat dari
berbagai pendekatan berikut ini, yaitu:
1. Dari sisi obyek, Keuangan Negara merupakan semua hak dan kewajiban negara
dalam menyelenggarakan fungsi pemerintahan yang dapat dinilai dengan uang,
misalnya: kebijakan pemberian ataupun pengurangan subsidi Bahan Bakar
Minyak (BBM) dan kebijakan pemungutan pajak terhadap rakyat, serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut, misalnya: dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan kendaraan dinas pejabat negara atau
pemerintahan.
2. Dari sisi subyek, Keuangan Negara merupakan seluruh obyek keuangan negara
yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan
keuangan negara, misalnya: uang yang ada di kas negara dan barang-barang yang
dimiliki oleh pemerintah daerah.
3. Dari sisi proses, Keuangan Negara merupakan seluruh rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan obyek keuangan negara mulai dari perumusan
kebijakan, penetapan regulasi, penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja
Negara/Daerah (APBN/APBD) sampai dengan pertanggungjawaban
APBN/APBD.
4. Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan
hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek
keuangan negara dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.

Sedangkan pada penjelasan UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi, yang dimaksud dengan keuangan negara adalah seluruh kekayaan
negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk di
dalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul
karena :
1. Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban pejabat lembaga
Negara, baik di tingkat pusat maupun di daerah;

2
2. Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban Badan Usaha
Milik Negara/Daerah (BUMN/BUMD), yayasan, badan hukum, dan perusahaan
yang menyertakan modal negara, atau perusahaan yang menyertakan modal pihak
ketiga berdasarkan perjanjian dengan Negara.
Dari kedua pengertian keuangan negara tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
keuangan negara tidak hanya terbatas pada uang semata, tetapi termasuk segala hak
dan kewajiban negara (dalam bentuk apapun) yang dapat dinilai dengan uang, serta
segala sesuatu yang dapat dijadikan milik negara, baik yang berada dalam penguasaan
pemerintah maupun penguasaan pihak lain selain pemerintah.
Utang atau dalam konteks ini utang negara berdasarkan Undang-Undang nomor 1
tahun 2004 merupakan jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah pusat dan/atau
kewajiban pemerintah pusat yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, perjanjian, atau berdasarkan sebab lain yang sah.

Utang sering kali menjadi permasalahan yang pelik dalam lingkup nasional, karena
telah tertanam dalam benak mayoritas masyarakat sebuah doktrin general yang
memberikan sinyal buruk terhadap utang, khususnya utang negara. Namun ternyata
utang merupakan salah satu bagian penting dalam menetapkan kebijakan fiskal
(APBN) dimana juga merupakan begian dari suatu sistem besar yang disebut
pengelolaan ekonomi. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau yang biasa
disingkat APBN merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah pusat yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). APBN memuat rincian yang
sistematis atas rencana pendapatan yang akan diterima dan nilai pagu maksimal yang
akan dibelanjakan oleh negara. APBN Indonesia hingga kini masih menerapkan
sistem penganggaran defisit. Hal inilah yang menyebabkan terdapat kolom
pembiayaan dalam APBN untuk mengisi nilai pendapatan pembiayaan (netto) yang
diperlukan untuk menutupi kekurangan pendapatan negara. Untuk menutupi
kekurangan pendapatan negara tersebut banyak cara yang dapat dipilih dari sekian
banyak opsi seperti penjualan aset yang dimiliki, utang dan lainnya. Namun dari
semuanya itu, utang (terlepas apapun jenisnya) merupakan instrumen yang paling
sering digunakan pemerintah dalam pelaksanaan APBN, karena memiliki tingkat
risiko yang dapat dikendalikan, tingkat fleksibilitas yang tinggi (dari segi waktu, jenis
dan sumbernya), dan kapasitas yang sangat besar.

B. Jenis Hutang dan Dampak Terjadinya Hutang di Suatu Negara


Dalam proses hutang piutang negara tentu memiliki beberapa jenis dalam proses
peminjamannya, berikut jenis jenis hutang piutang :
 Pinjaman. Ada dua jenis pinjaman, yaitu :
1. Pinjaman Luar Negeri

3
Dapat berasal dari World Bank, Asian Development Bank, Islamic
Development Bank dan kreditor bilateral (Jepang, Jerman, Perancis dll), serta
Kredit Ekspor. Pinjaman luar negeri ini terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Pinjaman Program:
Untuk budget support dan pencairannya dikaitkan dengan pemenuhan
Policy Matrix di bidang kegiatan untuk mencapai MDGs (pengentasan
kemiskinan, pendidikan, pemberantasan korupsi), pemberdayaan
masyarakat, policy terkait dengan climate change dan infrastruktur.
change dan infrastruktur.

b. Pinjaman Proyek :
Untuk pembiayaan proyek infrastruktur di berbagai sektor (perhubungan,
energi, dll); proyek-proyek dalam rangka pengentasan kemiskinan
(PNPM).
2. Pinjaman Dalam Negeri
a. Peraturan Pemerintah (PP) No.: 54 Tahun 2008 Tentang Tata Cara
Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri oleh Pemerintah ;
b. Berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN); Pemerintah Daerah,dan
Perusahaan Daerah;
c. Untuk membiayai kegiatan dalam rangka pemberdayaan industri dalam
negeri dan pembangunan infrastruktur untuk pelayanan umum; kegiatan
investasi yang menghasilkan penerimaan.
 Surat Berharga Negara (SBN) dalam Rupiah dan valuta asing, tradable & non-
tradable, fixed & variable :
1. Surat Utang Negara (SUN)
a. Surat Perbendaharaan Negara (SPN/T-Bills): SUN jangka pendek (s.d. 12
bulan);
b. Obligasi Negara (> 1 thn)
c. Coupon Bond
d. Tradable: ORI, FR/VR bond, Global bond
e. Non tradable: SRBI untuk BLBI, dan Surat Utang/SU ke BI untuk
penyehatan dan restrukturisasi perbankan
f. Zero coupon

2. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara dalam Rupiah dan


valuta asing dengan berbagai struktur, misalnya Ijarah, Musyarakah, Istisna dll
a. SBSN jangka pendek (Islamic T-Bills); SBSN Ritail (Sukri);
b. SBSN jangka panjang (IFR/Ijarah Fixed Rate; Global Sukuk; SDHI/Sukuk
Dana Haji Indonesia).
Anggaran yang defisi akan membuat pemerintah kekurangan dana untuk
menutupi anggaran sehingga mengakibatkan pemerintah meminjam dana utang dari
luar negeri dan utang Indonesiapun semakin meningkat dan menumpuk dan lama
kelamaan Indonesia dapat dikuasai oleh negara lain karena hutang yang menumpuk
dan bisa menjadi negara yang termiskin akibat adanya utang tersebut dan

4
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat menjadi menurun. Selain hutang luar
negeri yang menghambat pembangunan ekonomi di Indonesia yaitu faktor nasib
pembangunan yaitu pengangguran dan pengerjaan proyek-proyek pembangunan yang
berkaitan dengan kehidupan massal masyarakat .

Pengangguran salah satu faktor yang menghambat pembangunan di Indonesia


akibat tidak tersedianya lapangan pekerjaan dan kurangnya lapangan pekerjaan di
daerah-daerah. Kurangnya lapangan pekerjaan di daerah serta tidak meratanya
pendapatan mengakibatkan pola pikir masyarakat daerah bahwa jika ingin kaya harus
bekerja di kota-kota besar. Akibat pola pikir masyarakat tersebut yang pergi ke kota
ada yang mendapatkan pekerjaan dan ada yang tidak mendapat pekerjaan, bagi yang
tidak mendapatkan pekerjaan akan mengakibatkan masalah-masalah baru yang terjadi
di kota tersebut sehingga pengangguranpun semakin banyak, pengemis semakin
marak dan kejahatan terjadi.

Namun bagi yang mendapatkan pekerjaan di kota kota besar tersebut tentunya
akan menaikkan pajak penghasilan bagi kota dan negara. Akan tetapi hal tersebut
tidaklah sehat karena kesenjangan akan meningkat antara orang orang di kota dan di
daerah. Seharusnya pemerintah membuat , membuka, dan menyediakan lapangan
pekerja di daerah-daerah agar lapangan pekerjaan di Indonesia dapat merata dan
distribusi pendapatan pun merata serta pajak penghasilanpun dapat merata. Bagi pihak
swasta pun yang berpusat di kota juga membuka lapangan pekerjaan di daerah-daerah
agar kesenjangan antara kota dan daerah berkurang dan distribusi pendapatan dan
pajak penghasilan merata di berbagai daerah.

Dampak hutang luar Negeri Indonesia di lihat dampak positifnya dalam jangka
pendek, utang luar negeri sangat membantu pemerintah Indonesia dalam upaya
menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja negara, yang diakibatkan oleh
pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang cukup besar.
Dengan adanya utang luar negeri membantu pembangunan negara Indonesia, dengan

5
menggunakan tambahan dana dari negara lain. Laju pertumbuhan ekonomi dapat
dipacu sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.

Selain itu, hutang luar negeri bisa memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Membantu dan mempermudah negara untuk melakukan kegiatan ekonomi.
2. Sebagai penurunan biaya bunga APBN
3. Sebagai sumber investasi swasta
4. Sebagai pembiayaan Foreign Direct Investment (FDI) dan kedalaman pasar modal
5. Berguna untuk menunjang pembangunan nasional yang dimiliki oleh suatu negara

Di lihat dampak negatifnya dalam jangka panjang utang luar negeri dapat
menimbulkan berbagai macam persoalan ekonomi negara Indonesia, salah satunya
dapat menyebabkan nilai tukar rupiah jatuh (Inflasi). Utang luar negeri dapat
memberatkan posisi APBN RI, karena utang luar negeri tersebut harus dibayarkan
beserta dengan bunganya. Negara akan dicap sebagai negara miskin dan tukang utang,
karena tidak mampu untuk mengatasi perekonomian negara sendiri, (hingga
membutuhkan campur tangan dari pihak lain).

Selain itu terdapat juga dampak diantaranya

 Pemerintah akan kehilangan kedaulatan dalam mengelola negara


 Contoh terbaru dari dampak tersebut adalah Yunani. Ketika Yunani terlilit utang dan
tidak mampu melunasinya, maka Uni Eropa menawarkan bantuan modal dengan
syarat Yunani harus menerima syarat-syarat terkait pengelolaan APBN dan
kebijakan ekonomi mereka. Semenjak itu, angka pengangguran bertambah tinggi dan
kerusuhan bermunculan dimana mana. Yunani tidak bisa lagi mengendalikan
perekonomian mereka di masa depan.
 Masyarakat kehilangan daya beli
 Pengangguran yang bermunculan akan mengakibatkan masyarakat kehilangan daya
beli untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kehilangan daya beli menuntun
masyarakat pada peningkatan tingkat kejahatan.
 Negara bisa bubar
 Mungkin inilah akibat paling parah yang dapat menjadi dampak utang di suatu
negara. Mungkin belum ada negara yang bubar akibat utang, namun semua ini
merupakan siklus dari dampak yang pertama disebut.

Ada yang berpendapat bahwa utang dapat mempercepat proses pembangunan


infrastruktur yang berujung pada perbaikan perekonomian masyarakat. Pendapat ini
6
tidak sepenuhnya salah, namun juga tidak sepenuhnya benar. Pembangunan memang
bisa berlangsung lebih cepat dan masif, namun tetap saja ada syarat-syarat yang bisa
membawa dampak buruk ke depannya. Perlu ditekankan, bahwa pembayaran utang
diambil dari APBN, dan dalam APBN itu berisi juga penerimaan pajak, yang berarti
uang untuk melunasi utang tersebut diambil dari uang rakyat. Jadi sebenarnya rakyatlah
yang membayar utang tersebut. Ibarat pepatah, lebih baik mencegah daripada
mengobati. Saya berharap pemerintah Indonesia menghentikan permintaan utang luar
negeri, dan mulai melunasi 700 an triliun utang yang sudah ada.

C. Permasalahan yang Tengah Terjadi Menjelang Pilpres 2019


Kementerian Keuangan memaparkan dalam laporan bertajuk "APBN Kita"
bahwa total utang pemerintah sampai akhir tahun 2018 tercatat sebesar Rp 4.418,3
triliun. Itu artinya, terdapat penambahan utang sebesar Rp 1.809,6 triliun utang sejak
Joko Widodo menjadi presiden. Dalam berbagai kesempatan, Menteri Keuangan Sri
Mulyani Indrawati mengaku bahwa utang Indonesia masih dalam batas aman,
mengacu pada rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Beliau berkata
Debt to GDP ratio sepengetahuan saya itu 30%, enggak tinggi. Tapi kita tidak katakan
mau sembrono. Kan enggak juga. Kita harus hati-hati, defisit makin diperkecil.
Apakah dengan defisit kemarin Rp 1,7 triliun itu besar? Apakah itu berarti pemerintah
ugal-ugalan? Ya enggak lah,"

UU 17/2003 tentang Keuangan Negara mengatur bahwa defisit anggaran


dibatasi maksimal 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB), sedangkan jumlah
pinjaman dibatasi maksimal 60% dari PDB. Masih dalam laporan APBN Kita, rasio
utang di akhir 2018 tercatat sebesar 29,98% dari total PDB. Kementerian mengatakan
rasio ini di bawah batas yang ditentukan oleh UU Keuangan Negara. Sri Mulyani
mengatakan utang dibutuhkan untuk percepatan pembangunan di Indonesia.
Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) juga angkat bicara. JK mengatakan
wajar bila suatu negara berutang untuk pembangunan. Yang penting, katanya, negara
tersebut dapat membayar utang tersebut. Sampai saat ini, lanjutnya, tidak ada utang
Indonesia yang jatuh tempo dan tidak dibayar.

Menko Kemaritiman Luhut Pandjaitan pun membela Sri Mulyani dengan


mengatakan bahwa Sri adalah menteri terbaik di dunia. Luhut mengatakan apa yang
dikatakan Prabowo tidak etis.
'Kondisi keuangan negara dalam keadaan sehat dan bugar' Kepala Biro Komunikasi
dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan, Nufransa Wira Sakti, ikut bicara dan
membantah tudingan Prabowo. "Utang adalah bagian dari pembiayaan yang
merupakan bagian dari kebijakan fiskal (APBN). Kebijakan fiskal dan APBN adalah
alat untuk menjaga perekonomian dan alat untuk memakmurkan rakyat dan mencapai
tujuan bernegara," ujarnya

7
Ia menyebut Indonesia termasuk dalam kategori investment grade oleh
lembaga rating Moodys, Fitch, S&P, RNI dan Japan Credit Rating Agency "Dengan
peringkat tersebut adalah salah menyatakan utang negara sudah dalam stadium lanjut.
Yang benar adalah kondisi keuangan negara dalam keadaan sehat dan bugar.
Seharusnya semua calon presiden menyampaikan informasi yang benar pada rakyat,
bukan ucapan menyesatkan dan bahkan bertujuan menakut-nakuti rakyatnya,"
katanya. Merujuk dari data APBN Kita, utang Indonesia terdiri dari pinjaman, yang
terdiri dari pinjaman luar negeri dan pinjaman dalam negeri, (18,23%) dan Surat
Berharga Negara (81,77%).

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance


(Indef) Enny Sri Hartati mengatakan skema hutang setelah era reformasi, yang
mengandalkan utang domestik, berbeda dari skema utang zaman orde baru yang
mengandalkan hutang pihak asing. Utang domestik dengan nilai tukar Rupiah,
katanya, dipilih karena lebih aman dibanding utang luar negeri, yang menggunakan
mata uang asing dan dapat berfluktuasi sewaktu-waktu. Namun, kata Enny, itu tidak
berarti posisi Indonesia aman. "Dalam praktiknya kita lihat sekalipun pemerintah
Indonesia mengeluarkan utang dalam bentuk currency Rupiah, tetapi siapa yang
membeli dan memegang currency itu? Sekitar 38 persen itu dipegang oleh asing,"
kata Enny kepada wartawan BBC News Indonesia Callistasia Wijaya. "Ini
meningkatkan risiko terhadap berbagai macam gejolak eksternal dan membuat
Indonesia masuk dalam kategori negara 'Fragile Six'," katanya

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keuangan suatu negara dikatakan sehat dan bugar apabila angka hutang yang
dikeluarkan oleh negara tidak lebih dari 50% masih di batas wajar. Indonesia saat ini
berada di anga 29.98% artinya keuangan Indonesia masih dalam keadaan sehat. Namun
disatu sisi terkadang ketika kita mendengar kata hutang yang terbesit ialah gimana cara
membayarnya dan hanya diliat dari jumlah nominal yang dikeluarkan negara. Hutang

8
bisa dibebaskan karena pembangunan infrastruktur negara yang membeli bahan baku
dari negara lain tetapi masyarakat menganggap bahwasannya hal itu tidaklah terlalu
penting, karena bagi mereka Indonesia harus tidak mempunyai hutang agar masyarakat
Indonesia menjadi masyarakat yang sejahtera, Makmur di segala aspek terutama di aspek
perekenomian bangsa . baik dalam negeri maupun luar negeri.

B. Saran
Sebagai warga masyarakat yang menjunjung tinggi aspek persatuan dan kesatuan
NKRI ini , semoga Indonesia kedepannya lebih baik dari tahun tahun sebelumnya dan
juga hutang yang dikeluarkan oleh negara tidak begitu melejit sehingga kami sebagai
warga Indonesia yakin akan kinerja pemerintahan yang selama ini dianggap hanya
sebelah mata.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://andichairilfurqan.wordpress.com/2012/05/23/pengertian-keuangan-negara/
https://www.warsidi.com/2010/01/keuangan-negara-definisi-menurut-uu-no.html
https://shareshareilmu.wordpress.com/2012/09/18/pengertian-fungsi-tujuan-dan-jenis-jenis-
utang-negara/
https://rajawalisiber.com/dampak-positif-negatif-negara-dan-rakyat-indonesia-terlilit-hutang/
https://www.kompasiana.com/elsafanpakpahan/58ff28bcb392733c182b4d7b/utang-dan-
dampaknya-bagi-negara
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-47067217

iii

Anda mungkin juga menyukai