Anda di halaman 1dari 13

KARYA TULIS

KEBIJAKAN GUNTING SYAFRUDDIN


UNTUK MENGATASI KONDISI EKONOMI
PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL

Disusun Oleh:
Alia Pratiwi Mangando
Jesika Bara Tonapa
XII IPA 4

TUGAS SEJARAH INDONESIA


SMA NEGERI 1 TORAJA UTARA
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah berkenan memberi petunjuk dan kekuatan kepada kami sehingga karya tulis
“Kebijakan Gunting Syafruddin Untuk Mengatasi Kondisi Ekonomi Pada
Masa Demokreasi Liberal” ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangannya karena
keterbatasan pengetahuan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan bimbingan
atau saran-saran dari pembaca untuk menyempurnakan karya tulis ini.
Karya tulis ini disusun dan dibuat bertujuan agar dapat menambah
pengetahuan dan wawasan penulis dalam mengetahui bagaimana kondisi ekonomi
pada masa liberal.
Akhir kata kami mengharapkan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Rantepao, 21 November 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................
A.Latar Belakang Permasalahan....................................................
B.Rumusan Masalah......................................................................
C.Tujuan dan Manfaat....................................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................
A.Kebijakan Gunting Syafruddin...................................................
B.Tujuan Kebijakan Gunting Syafruddin.......................................
C.Dampak Kebijakan Syafruddin..................................................
D.Keberhasilan Kebijakan Gunting Syafruddin...........................
BAB III PENUTUP......................................................................
A.Kesimpulan...............................................................................
B.Saran.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Republik Indonesia Serikat di bulan Desember 1949


mewarisi keadaan ekonomi yang kocar-kacir akibat perang
kemerdekaan yang berlangsung kurang lebih empat tahun. Warisan
ekonomi kolonial dengan struktur yang membuat Indonesia
menjadi bergantung pada ekonomi dunia, pemerintahan Indonesia
ingin mengubah menjadi ekonomi nasional. Walaupun Indonesia
mendapatkan kedaulatan, tetapi pada hasil kesepakatan KMB,
Indonesia tetap diberi batasan tertentu karena dalam kesepakatan
tersebut masih mempertahankan struktur ekonomi kolonial yang
membuat Indonesia terbatasi dalam mengambil langkah untuk
membangun ekonomi nasional yang mandiri.
Konflik yang terjadi antara Indonesia dan Belanda diakhiri
dengan adanya kesepakatan yang dicapai dalam KMB di akhir
tahun 1949. Adanya langkah ini, Indonesia dapat memperoleh
pengakuan resmi di dunia internasional sebagai negara berdaulat.
Dalam hal lainnya, Indonesia juga harus menanggung beban
hutang yang terjadi semasa pemerintahan Hindia-Belanda sampai
tahun 1949. Termasuk biaya-biaya untuk keperluan militer sewaktu
terjadinya pemberontakan di masa itu. Seperti negara yang baru
merdeka lainnya, Indonesia memiliki permasalahan yang mendasar
khususnya pada perekonomian. Banyak kesulitan dalam bidang
keuangan yang dihadapi oleh pemerintah yang baru itu, yang harus
segera diselesaikan.
Indonesia dihadapkan pada kenyataan yaitu adanya
kerusakan berat pada sarana dan prasarana produksi, birokrasi
pemerintahan yang belum mapan dan belum berjalan dengan baik,
beban utang yang harus ditanggung sebagai konsekuensi dari
kesepakan KMB, kemudian konstelasi kekuasaan ekonomi dan
kemampuan ekonomi antar kelompok sosial yang tidak jauh
berbeda dengan masa kolonial dahulu. Keadaan ekonomi Indonesia
sangat buruk, ekonomi nasional boleh dikatakan mengalami
stagflasi. Defisit saldo neraca pembayaran dan defisit keuangan
pemerintah sangat besar, kegiatan produksi disektor pertanian dan

4
sektor industri manufaktur praktis terhenti, kemudian tingkat
inflasi sangat tinggi.
Saat itu mata uang yang beredar di Indonesia ada tiga jenis,
yaitu uang De Javasche Bank, uang NICA, dan ORI. Hal tersebut
mempengaruhi situasi ekonomi Indonesia yang saat itu sedang
terpuruk karena utang menumpuk, inflasi tinggi terus menerus
terjadi, dan harga barang dan jasa melambung, serta cadangan
devisa yang kian menyusut. Syafruddin Prawiranegara selaku
Menteri Keuangan pada saat itu, sadar bahwa perlu adanya
tindakan drastis yang dilakukan. Maka dari itu dilakukan digunting
dapat ditukarkan dengan surat obligasi pemerintah penyehatan
moneter, karena hanya dengan cara itu harapan untuk
mengembangkan ekonomi dapat dilakukan.
Pada tanggal 18 Maret 1950 dikeluarkanlah Undang-
Undang Darurat tentang pinjaman darurat yang memberi kuasa
kepada Menteri Keuangan untuk mengambil segala tindakan untuk
mengadakan pinjaman bagi negara Republik Indonesia Serikat dan
untuk mewajibkan turut serta dalam pinjaman sedemikian itu,
lagipula untuk mengeluarkan peraturan-peraturan tentang
peredaran uang. Kemudian munculah upaya dalam bidang moneter
yang disebut dengan “Gunting Syafruddin” melalui SK MENKEU
RIS No. PU/1 pada pasal 5, sebagai Menteri Keuangan Syafruddin
Prawiranegara mengambil keputusan untuk memotong 2 uang
NICA dan uang De Javasche Bank dengan gunting dari pecahan
Rp 5 keatas. Tetapi, uang ORI tidak digunting. Kebijakan ini mulai
berlaku pada pukul 8 malam tanggal 19 Maret 1950. Bagian kiri
uang tetap menjadi alat pembayaran yang sah hingga tanggal 22
Maret 1950, kemudian harus ditukarkan dengan uang baru, bila
uang tersebut tidak ditukarkan hingga waktu yang ditentukan maka
uang tersebut sudah tidak laku lagi sebagai alat pembayaran.
Sedangkan bagian kanan dari uang yang sebesar dari nominal uang
tersebut. Obligasi ini dinamakan Obligasi Pinjaman Darurat 1950,
dengan besaran bunga 3% setahun.
Kebijakan tersebut merupakan salah satu upaya untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar serta menekan inflasi dan
menurunkan harga barang, yang juga akan mengisi kas pemerintah
dengan pinjaman wajib yang kemungkinan akan mencapai Rp 1,5
M. Kebijakan tersebut merupakan kebijakan moneter paling
fenomenal selama periode ekonomi liberal di Indonesia. Kebijakan
ini menimbulkan reaksi yang pro dan kontra dalam masyarakat.
Awal berlakunya kebijakan gunting Syafruddin masyarakat hilang

5
kepercayaan terhadap uang dan membelajakan uangnya dengan
membeli barang walaupun harganya tinggi. Hingga sampai pada
titik barang-barang membludak sedangkan yang membeli tidak
ada, kemudian harga barang jatuh, mereka yang memiliki barang
mencoba menjual barang tersebut sesuai dengan penawaran yang
pas agar tidak terlalu rugi. Harga barang yang merosot cukup
mengejutkan golongan pedagang. Tetapi setelah adanya penurunan
harga barang, keadaan pasar menjadi lebih normal, masyarakat
kembali menaruh kepercayaan pada uang.
Suasana kehidupan di tahun 1950 juga diwarnai dengan
kebebasan jurnalis dalam menerbitkan pers. Dapat dikatakan
bahwa siapapun yang memiliki uang, tidak peduli dari kelompok
manapun atau menganut ideologi politik apapun, tanpa harus
mendapat izin dari siapapun, dapat menerbitkan pers, terutama
surat kabar. Sementara itu, pemerintah Indonesia sendiri
mendorong penerbitan dengan memberikan bantuan modal, subsidi
untuk kertas koran, peralatan percetakan dan langganan untuk
setiap surat kabar terbitan (Sjahril & Sjureich, 1971: 127). Upaya
pemerintah tersebut terkait dengan kebutuhan untuk memperoleh
informasi dan pandangan yang kondusif bagi kepentingan dan
kebijakan pemerintah Indonesia dalam kondisi pers Belanda dan
Cina yang masih berkembang pesat, yang mengekspresikan suara
dan orientasi politiknya.
Tanggapan masyarakat terhadap kebijakan gunting
Syafruddin, dapat terlihat dari berbagai berita koran-koran se
zaman. Koran merupakan suatu media yang dibutuhkan oleh
pemerintah maupun masyarakat dalam kehidupan bernegara.
Pemerintah mengharapkan mendapatkan dukungan dalam
menjalankan program dan kebijakan, sementara itu masyarakat
juga ingin tahu program dan kebijakan pemerintah yang telah,
sedang, dan akan dilaksanakan.15 Koran dapat dikatakan sebagai
salah satu institusi sosial yang penting dan berfungsi dalam
memberikan berita dan opini kepada masyarakat dan pemerintah.
Karena fungsi tersebut, seringkali koran dan media pers lainnya
dianggap sebagai kekuatan demokrasi ke empat, di samping
lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Beberapa koran yang ada pada tahun 1950 yaitu, Pedoman,
Persatuan, Suara Masjarakat, Waspada dan lainnya. Koran
Pedoman terbit harian di Jakarta sejak 29 November 1948, koran
Persatuan terbit harian di Bandung sejak tahun 1946, Suara
Masjarakat terbit harian di Malang sejak Mei 1950, dan koran

6
Waspada terbit harian sejak 11 Januari 1947 di Medan. Dengan
adanya koran-koran tersebut, tersebarlah informasi mengenai
peristiwa sehari-hari yang terjadi, termasuk pada saat kebijakan
pengguntingan uang diumumkan melalui saluran radio, yang
kemudian dituliskan di koran. Koran-koran yang terbit saat itu aktif
memberikan gambaran situasi masyarakat di Indonesia setelah
berlakunya kebijakan pengguntingan uang dan informasi mengenai
rencana perekonomian dan lainnya yang dirancang oleh
pemerintah.
Dipilihnya kebijakan moneter “Gunting Syafruddin”
sebagai upaya menghadapi masalah ekonomi pada saat itu dengan
benar-benar menggunting uang menjadi daya tarik tersendiri, selain
itu tindakan yang diambil oleh pemerintah ini bertujuan untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar pada saat itu dan
penyamarataan mata uang. Kebijakan gunting Syafruddin menjadi
kebijakan yang kontroversial, diawal kebijakanan ini berlaku
masyarakat hilang kepercayaan pada uang, tetapi setelah beberapa
hal terjadi, kebijakan ini mampu membuat masyarakat menaruh
kepercayaan kembali pada uang. Oleh karena itu peneliti ingin
mengetahui bagaimana pemberitaan mengenai kebijakan gunting
Syafruddin pada koran-koran periode 1950. Penelitian ini
memusatkan perhatian terhadap bagaimana ekses yang ditimbulkan
oleh kebijakan gunting Syafruddin khususnya pada bidang sosial
ekonomi melalui berita koran-koran sezaman.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kebijakan gunting Syafruddin ?


2. Apa tujuan dari kebijakan gunting Syafruddin?
3. Apa dampak yang ditimbulkan dari dilaksanakannya kebijakan
gunting Syafruddin?
4. Apa keberhasilan kebijakan gunting Syafruddin?

7
C. Tujuan dan Manfaat
Karya tulis ini bertujuan untuk, mengetahui apa yang dimaksud dengan
kebijakan gunting Syafruddin yang dimuat diberbagai koran sezaman.
Kemudian menjabarkan bagaimana dampak sosial-ekonomi yang
ditimbulkan dari dilaksanakannya kebijakan gunting Syafruddin. Selain itu
juga menjelaskan bagaimana kebijakan gunting Syafruddin itu dapat
menjaga inflasi di Indonesia dan membuat masyarakat menaruh kembali
kepercayaan terhadap uang. Penjabaran dan penjelasan didapatkan dari
koran-koran periode 1950, yang kemudian dianalisis.
Adapun manfaat dari makalah ini adalah untuk mengetahui apa yang
melatarbelakangi kebjikan gunting Syafruddin 1950, apa yang dimaksud
dengan kebijakan gunting Syafruddin, apa tujuan dari kebijakan gunting
Syafruddin, apa dampak yang ditimbulkan dari dilaksanakannya kebijakan
gunting Syafruddin, apa keberhasilan kebijakan gunting Syafruddin.

8
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebijakan Gunting Syafruddin

Kebijakan gunting Syafruddin adalah kebijakan pemotongan nilai


uang atau sanering yang dilakukan Menteri Keuangan Syafruddin
Prawiranegara. Kebijakan ekonomi gunting Syafruddin tidak hanya
memangkas setengah dari nilai mata uangnya, tetapi juga dengan cara
memotong fisik uang kertas tersebut menjadi dua bagian
Kebijakan yang berani itu diambil untuk menyelamatkan
perekonomian Indonesia yang sedang merosot. Di sisi lain, banyak
yang mengkritik kebijakan itu karena merugikan rakyat.

B. Tujuan Kebijakan Gunting Syafruddin

Tujuan kebijakan gunting Syafruddin adalah untuk mengatasi krisis


ekonomi atau bertujuan untuk menyeimbangkan antara jumlah uang
dan barang yang beredar, sehingga tidak akan terjadi inflasi nantinya.
Pada 20 Maret 1950, semua uang yang bernuilai 5 gulden ke atas
dipotong nilainya hingga setengahnya.
Nilai itu dianggap tak akan membebani rakyat kecil. Sebab saat itu,
pecahan uang di atas 5 gulden hanya dimiliki mereka dengan ekonomi
menengah ke atas.

C. Dampak Kebijakan Gunting Syafruddin

Dampak kebijakan gunting Syafruddin adalah nilai uang bisa


hangus jika melebihi batas waktu penukaran. Pada 22 Maret 1950
sampai 16 April 1950, bagian sebelah kiri sudah harus ditukarkan
dengan uang kertas yang baru di bank dan tempat-tempat yang telah
ditentukan. Jika lebih dari tanggal tersebut sudah tidak lagi dapat
digunakan.

9
D. Keberhasilan Kebijakan Gunting Syafruddin

Keberhasilan kebijakan gunting Syafruddin berhasil menekan


peredaran jumlah uang De Javasche Bank dan uang NICA. Selain itu,
kebijakan ini juga mampu menekan laju inflasi.
Ada tiga jenis mata uang yang beredar di Indonesia saat itu, yakni
mata uang peninggalan pemerintah kolonial Hindia Belanda yang
dikeluarkan oleh De Javasche Bank, mata uang yang digunakan ketika
NICA (Belanda) berada di Indonesia pasca kemerdekaan atau selama
masa revolusi fisik, serta Oeang Republik Indonesia (ORI). Ketiga
jenis mata uang ini bisa dipakai untuk alat pembayaran dan beredar
dalam jumlah besar. Tentu saja, peredaran uang yang tidak sebanding
dengan ketersediaan barang mengakibatkan harga melambung, belum
lagi beban utang dan tingkat inflasi yang semakin tinggi. Untuk
menyeimbangkan antara jumlah uang yang beredar dan ketersediaan
barang, Menkeu RIS menerapkan kebijakan-kebijakan yang cukup
ekstrem, yakni gunting uang, dalam arti yang sebenar-benarnya.
Kebijakan ini resmi diterapkan sejak tanggal 10 Maret 1950 mulai
pukul 20.00 WIB. Penerapannya hanya untuk uang De Javasche Bank
dan uang NICA atau yang saat itu dikenal dengan istilah “uang
merah”. Sementara untuk ORI, aturan gunting uang tidak berlaku
untuk meminimalisir kebingungan masyarakat menengah ke bawah.
Penerapannya, uang De Javasche Bank dan NICA pecahan 5 gulden ke
atas, digunting benar-benar dipotong dengan gunting tepat di bagian
tengahnya menjadi dua. Guntingan sebelah kiri tetap berlaku sebagai
alat pembayaran yang sah dengan nilai setengah dari jumlah semula.
Dalam jangka waktu yang ditentukan, guntingan sisi kiri ini harus
ditukarkan ke bank-bank atau tempat-tempat tertentu dengan uang
baru.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Gunting Syafruddin adalah kebijakan moneter yang ditetapkan


oleh Syafruddin Prawiranegara, Menteri Keuangan dalam Kabinet
Hatta II, yang mulai berlaku pada jam 20.00 tanggal 10 Maret
1950. Kebijakan itu dikenal sebagai kebijakan berani yang
ditetapkan pemerintah Indonesia dengan cara menggunting fisik
uang kertas. Tujuannya adalah untuk mengatasi krisis ekonomi atau
bertujuan untuk menyeimbangkan antara jumlah uang dan barang
yang beredar, sehingga tidak akan terjadi inflasi nantinya.

B. Saran

Tentunya penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan


karya tulis di atas masih banyak kesalahan serta jauh dari kata
sempurna.
Adapun nantinya penulis akan melakukan perbaikan susunan
karya tulis dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber
dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Scholar.unand. “BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang”,


http://scholar.unand.ac.id/67490/2/S1-2016-1610712001-BAB
%20PENDAHULUAN.pdf. Diakses pada 21 November 2022
pukul 12:26 WITA
Kompas (2020, Maret 10). Kebijakan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Liberal. Diakses
pada 22 November 2022 pukul 09: 13 WITA melaluii
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/11/100000569/gunting-syafruddin-latar-
belakang-tujuan-dan-dampaknya?page=all

Roboguru “Sejarah Kebijakan Gunting Syafruddin”. Diakses pada 22 November


2022 pukul 09:25 melalui https://www.ruangguru.com/blog/sejarah-kebijakan-
gunting-syafruddin
Gadis Saktika, Berita 99 (13 Mei 2022). Contoh Saran dalam Makalah yang Baik dan
Benar. Diakses pada 23 November 2022 pukul 13:05 WITA
melalui https://berita.99.co/contoh-saran-dalam-makalah/
https://www.google.com/search?
q=tujuan+kebijakan+gunting+syafruddin&oq=tujuan+kebijakan+g
unting+syafruddin&aqs=chrome..69i57j0i512l3j0i10i22i30j0i22i30
l4.13672j0j15&sourceid=chrome&ie=UTF-8, diakses pada 22
November 2022 pukul 11: 03 WIT

12
13

Anda mungkin juga menyukai