Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro
KELAS : 1P MANAJEMEN
KELOMPOK 1 :
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah tentang “Krisis Inflasi Yang Terjadi Pada Tahun 1963-1965 di
Indonesia” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga
terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita
selaku umatnya. Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi
Makro. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Makalah “Krisis Inflasi Yang Terjadi Pada Tahun 1963-1965 di Indonesia” ini. Dan
kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah tentang
“Krisis Inflasi Yang Terjadi Pada Tahun 1963-1965 di Indonesia" ini, sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Krisis Inflasi Yang Terjadi Pada Tahun 1963-1965
di Indonesia ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Penyebab Terjadinya Krisis Inflasi Yang Terjadi Pada Tahun 1963-1965
di Indonesia
2.3 Upaya Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Dalam Menghadapi Krisis Inflasi Yang
Terjadi Pada Tahun 1963-195 di Indonesia
BAB III
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Keadaan ekonomi Indonesia pada awal kemerdekaan sangatlah buruk. Salah satu buktinya
ialah inflasi besar-besaran atau hiperinflasi setelah proklamasi kemerdekaan. Saat inflasi terjadi
pada 1950, biaya hidup masyarakat meningkat sebesar 100 persen. Bahan pangan juga
mengalami kenaikan harga dan upah yang diterima para pegawai dan buruh pun ikut terdampak.
Menurut M.C. Ricklefs dalam buku Sejarah Indonesia Modern (2007), penyebab utama
terjadinya inflasi setelah proklamasi kemerdekaan ialah karena ada tiga jenis mata uang yang
beredar di pasaran secara tidak terkendali. Kala itu, Pemerintah Indonesia menyatakan jika tiga
jenis mata uang tersebut berlaku di Indonesia dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah.
Dilansir dari situs Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu RI), berikut
merupakan mata uang yang berlaku saat awal kemerdekaan, berdasarkan Maklumat Presiden
Republik Indonesia pada 3 Oktober 1945: Uang kertas De Javasche Bank yang merupakan
peninggalan zaman kolonial Belanda, uang kertas dan logam milik Pemerintah Hindia Belanda
yang telah disiapkan Jepang, yakni De Japansche Regering dengan satuan gulden, dan uang
kertas milik Jepang yang menggunakan Bahasa Indonesia, yakni Dai Nippon emisi 1943 dan Dai
Nippon Teikoku Seibu emisi 1943 bergambar Wayang Orang Satria Gatot Kaca. Selain karena
adanya tiga jenis mata uang yang berlaku, inflasi di Indonesia saat awal kemerdekaan juga
disebabkan oleh beberapa hal lainnya.
1. Seperti apa krisis inflasi yang terjadi pada tahun 1963-1965 di Indonesia?
2. Apa penyebab terjadinya krisis inflasi yang terjadi pada tahun 1963-1965 di Indonesia?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dalam menghadapi krisis inflasi
yang terjadi pada tahun 1963-195 di Indonesia?
1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini yaitu untuk memaparkan hasil tinjauan penulis tentang
terjadinya krisis inflasi yang terjadi pada tahun 1963-1965 di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Krisis Ekonomi terparah di Indonesia terjadi pada tahun 1960-an. Beberapa tahun
menjelang keruntuhan orde lama yang dipimpin ole Presiden Soekarno dan digantikan
pemerintahan orde baru dibawah pimpinan Presiden Soeharto. Puncak Krisis Ekonomi pada
tahun 1965 tingkat inflasi di Indonesia berhasil menembus 594% sangat jauh lebih parah
dibandingkan inflasi pada tahun 1998 yang mana hanya mencapai 78%.
Inflasi ini terjadi dimana saat kedatangan sekutu untuk merebut kembali kekuasaan
nusantara, paska proklamasi dan perang demi mempertahankan kemerdekaan. Setelah Indonesia
merdeka dan diakui kedaulatannya, negara Indonesia tidak langsung kompak dan bersatu dalam
pembangunan ekonomi. Ada banyak pihak dari internal sendiri belum bisa menerima
kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia. Sehinga munculnya pemberontakan-pemberontakan di
daerah-daerah seperti, Pemberontakan Permesta di Manado, Pemberontakan RMS di Maluku,
Pemberontakan DI/TII dan perang melawan Belanda untuk merebut Irian Barat.
Di tengah banyaknya potensi perpecahan bangsa, tidak heran jika anggaran pemerintah
banyak disalurkan untuk pengeluaran militer. Dari beberapa operasi militer, yang paling banyak
menguras anggaran pemerintah adalah Operasi Trikora untuk pembebasan Irian Barat dari
Belanda dan Operasi Dwikora yang sering dikenal dengan Kampanye Ganyang Malaysia dan
pemberontakan lainnya yang mana menjadi pemicu signifikan terhadap devisit anggaran
pemerintah pada tahun 1963-1965 di masa Kepemimpinan Soekarno.
Pada saat itu, Indonesia mendapatkan bantuan kredit ekspor sekitar 2,5 M USD dari Uni
Soviet. Anggaran tersebut banyak digunakan untuk berbagai persenjataan dan kendaraan perang,
sehingga dikatakan Militer Indonesia menjadi paling kuat di belahan bumi selatan. Namun
dibalik kemajuan militernya, perekonomian Indonesia terus mengalami kemunduran sepanjang
tahun 1960-an. Sepanjang tahun1960-1956, ekspor Indonesia mengalami penurunan. Dari 840
juta USD menjadi 680 juta USD. Diluar militer, anggaran pemerintah juga banyak dialokasikan
untuk pembangunan proyek-proyek besar di Pulau Jawa seperti, Stasiun TV-RI, Monumen
Nasional, Glora Bung Karno, Masjid Istiqlal, dan juga Asian Games tahun 1962 di Indonesia.
Saat itu infrastruktur dasar diberbagai daerah sangat minim, daerah di luar Jawa belum
beraspal, belum banyak dermaga atau pelabuhan, belum banyak juga fasilitas pasar yang menjadi
pusat ekonomi daerah. Hal itu juga yang akhirnya membuat banyak kalangan yang mengkritik
kebijakan pemeritah pada saat itu. Anggaran negara devisit, dan pemasukannya minim sekali
dengan jumlah penduduk yang banyak dan fasilitas tunjangan ekonomi yang hanya terpusat di
Jawa menyebabkan Indonesia tidak mempunyai ruang gerak ekonomi sama sekali. Di saat inilah,
pemerintah Indonesia yang mana pada saat itu tidak dapat alternatif apapun untuk menutupi
anggarannya, akhirya Indonesia mengambil langkah yang akan berujung pada mimpi buruk,
yaitu mencetak uang sebanyak-banyaknya.
Sejak Tahun 1957, Bank Sentral Indonesia sudah banyak kehilangan otoritasnya sebagai
lembaga independen yang mengatur kebijakan moneter tanpa diganggu pemerintah. Setelah
wewenang Bank Sentral diambil alih, pemerintah terus menerus mencetak uang untuk
membiayai kebutuhan anggaran militer dan proyek pembangunan di Pulau Jawa. Dengan adanya
pencetakan uang besar-besaran itu menyebabkan peredaran uang tidak terkontrol. Pada saat itu
banyak sekali uang yang beredar dimasyarakat, namun bukan menambah kaya yang ada
menambah miskin dan menderita karena uang yang beredar itu tidak ada nilainya.
2.2 Penyebab Terjadinya Krisis Inflasi Yang Terjadi Pada Tahun 1963-1965 di Indonesia
Perang
Negara yang sedang berperang menghabiskan dana yang sangat besar, untuk
pengadaan senjata dan alat-alat pertempuran, serta kompensasi terhadap jasa para
pejuang. Pemerintah juga cenderung kurang fokus pada perekonomian negara, dan
produktivitas akan menurun. Hal tersebut berdampak pada pendapatan nasional yang
juga akan menurun.
Depresi Ekonomi
Defisit anggaran pemerintah yang diatasi oleh pemerintah dengan mencetak uang
baru akan menyebabkan jumlah uang beredar di masyarakat semakin banyak sehingga
memicu terjadinya hiperinflasi. Tingkat harga mengalami kenaikan, namun nilai uang
mengalami penurunan. Masyarakat memiliki banyak uang, tetapi justru daya belinya
menurun, sebab nilai uang yang dimiliki tak sesuai dengan tingkat harga komoditas
yang ada di negara tersebut.
Hiperinflasi terjadi di Indonesia pada akhir masa Orde Lama di tahun 1963-1965.
Presiden RI Soekarno yang memiliki proyek pembangunan mencetak Rupiah untuk
membayar hutang dan mendanai proyek-proyek megah hingga inflasi mencapai
600%. Pendapatan per kapita Indonesia menurun secara signifikan (terutama pada
tahun 1962-1963). Sehingga tanggal 13 Desember 1965 pemerintah melakukan
pemotongan nilai rupiah (Sanering) dari 1000 Rupiah menjadi 1 Rupiah.
2.3 Upaya Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Dalam Menghadapi Krisis Inflasi Yang Terjadi
Pada Tahun 1963-195 di Indonesia
Penyebab krisis ini sendiri tidak disebabkan oleh satu faktor. Terdapat berbagai
macam interupsi politik dan ekonomi yang membuat Indonesia jatuh kedalam inflansi
yang begitu dalam.
Instabilitas politik juga memperburuk krisis finansial pada saat itu. Setiap tahun
kondisi moneter nasional semakin parah, tingkat inflasi semakin meroket, Terjadilah
hiperinflasi yang ditandai dengan laju inflasi yang sangat tinggi pada 1961, bisa di
kisaran 100 persen atau lebih. Puncaknya terjadi pada tahun 1965, dimana tingkat inflasi
saat itu menembus angka 594%.
Kebijakan ‘Dekontrol’
Kebijakan ini menekankan penghematan belanja negara dan subsisi. Anggaran yang
dikeluarkan oleh negara tidak boleh lebih besar dari pendapatannya untuk mengurangi
defisit.
Kebijakan Moneter
Kebijakan ini digunakan untuk mengendalikan uang yang beredar. Semakin banyak uang
yang beredar, maka nilai Rupiah akan melemah. Untuk mengendalikannya, pemerintah
menaikkan suku bunga bank, suku bunga kredit (rata-rata naik 6-9 persen per bulan), dan
suku bunga simpanan (naik 5 persen perbulannya).
Pemulihan Neraca Pembayaran
Pemerintah memperlancar ekspor impor, sistem kurs tunggal melalui mekanisme pasar,
meningkatkan arus dana masuk, dan negosiasi utang luar negeri.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari analisa pembahasan pada bab sebelumnya penulis menyimpulkan, inflasi yang
terjadi pada tahun 1963-1965 adalah karena adanya pemberontakan-pemberontakan yang terjadi
di Indonesia. Selain itu anggaran juga banyak digunakan untuk berbagai persenjataan perang dan
kendaraan perang militer dan juga digunakan untuk pembangunan proyek-proyek besar di Pulau
Jawa. Adupun upaya pemerintah dalam menangani krisis inflasi yang terjadi pada masa itu
adalah dengan 4 kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan, yakni Kebijakan Dekontrol,
Kebijakan Disiplin Fiskal dan Anggaran Berimbang, Kebijakan Moneter dan Pemulihan Neraca
Pembayaran.
3.2 Saran