Anda di halaman 1dari 4

Nama : ALFIANSYAH LAKORO

NIM : 19061102112
KELAS : 4B3 Perekonomian Indonesia

Sejarah Perkembangan Perekonomian Indonesia Dari Masa Orde Lama, Orde Baru,
Era Reformasi, Sampai Sekarang

 Masa Orde Lama


Pada tanggal 17 agustus 1945, Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya. Namun demikian tidak berarti Indonesia sudah bebas dari Belanda.
Tetapi setelah akhirnya pemerintah Belanda mengakui secara resmi kemerdekaan
Indonesia. Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950) keadaan ekonomi keuangan
pada masa awal kemerdekaan amat buruk karena inflasi yang disebabkan oleh
beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Pada Oktober 1946
pemerintah RI mengeluarkan ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti
uang Jepang. Namun adanya blokade ekonomi oleh Belanda dengan menutup pintu
perdagangan luar negeri mengakibatkan kekosongan kas negara.
Sampai tahun 1965, gejolak politik di dalam negeri dan beberapa
pemberontakan di sejumlah daerah. Seperti pertumbuhan ekonomi yang menurun
sejak tahun 1958 dan defisit anggaran pendapatan dan belanja pemerintahan terus
membesar dari tahun ke tahun. Dapat disimpulkan bahwa buruknya perekonomian
Indonesia selama pemerintahan Orde Lama terutama disebabkan oleh hancurnya
infrastruktur ekonomi, fisik, maupun nonfisik selama pendudukan Jepang. Dilihat dari
aspek politiknya selama periode orde lama, dapat dikatakan Indonesia pernah
mengalami sistem politik yang sangat demokratis yang menyebabkan kehancuran
politik dan perekonomian nasional.
Dalam menghadapi krisis ekonomi keuangan, pemerintah menempuh berbagai
kegiatan, diantaranya :
a. Pinjaman Nasional, menteri keuangan Ir. Soerachman dengan persetujuan Badan
Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP) mengadakan pinjaman
nasional yang akan dikembalikan dalam jangka waktu 40 tahun.
b. Hubungan dengan Amerika, Banking and Trade Corporation (BTC) berhasil
mendatangkan Kapal Martin Behrman di pelabuhan Cirebon yang mengangkut
kebutuhan rakyat, namun semua muatan dirampas oleh angkatan laut Belanda.
c. Konferensi Ekonomi, konferensi yang membahas mengenai peningkatan hasil
produksi pangan, distribusi bahan makanan, sandang, serta status dan
administrasi perkebunan asing.
d. Rencana Lima Tahunan (Kasimo Plan), memberikan anjuran memperbanyak
kebun bibit dan padi unggul, mencegah penyembelihan hewan-hewan yang
membantu dalam pertanian, menanami tanah terlantar di Sumatra, dan
mengadakan transmigrasi.
e. Keikutsertaan Swasta dalam Pengembangan Ekonomi Nasional, mengaktifkan
dan mengajak partisipasi swasta dalam upaya menegakkan ekonomi pada awal
kemerdekaan.
f. Nasionalisasi de Javasche Bank menjadi Bank Negara Indonesia,
g. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng (Benteng Group)
h. Sistem Ekonomi Ali-Baba

 Masa Orde Baru


Maret 1966, Indonesia dalam era Orde Baru perhatian pemerintahan lebih
ditujukan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lewat  pembangunan
ekonomi dan sosial tanah air. Usaha pemerintah tersebut ditambah lagi dengan
penyusunan rencana pembangunan 5 tahun secara bertahap dengan target-target
yang jelas sangat dihargai oleh negara-negara barat. Tujuan jangka panjang dari
pembangunan ekonomi di Indonesia pada masa Orde Baru adalah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui suatu proses industrialisasi dalam skala besar.
Perubahan ekonomi struktural juga sangat nyata selama masa Orde Baru dimana
sektor industri manufaktur meningkat setiap tahun. Dan kondisi utama yang harus
dipenuhi terlebih dahulu agar suatu usaha membangun ekonomi dapat berjalan
dengan baik, yaitu sebagai berikut: kemampuan politik yang kuat, stabilitas ekonomi
dan politik, SDM yang lebih baik, sistem politik ekonomi terbuka yang berorientasi ke
Barat, dan dan kondisi ekonomi dan politik dunia yang lebih baik.
Hasilnya, pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras, penurunan
angka kemiskinan, perbaikan indikator kesejahteraan rakyat seperti angka partisipasi
pendidikan dan penurunan angka kematian bayi, dan industrialisasi yang meningkat
pesat. Pemerintah juga berhasil menggalakkan preventive checks untuk menekan
jumlah kelahiran lewat KB. Namun dampak negatifnya adalah kerusakan serta
pencemaran lingkungan hidup dan sumber-sumber daya alam, perbedaan ekonomi
antar daerah, antar golongan pekerjaan dan antar kelompok dalam masyarakat
terasa semakin tajam, serta penumpukan utang luar negeri. Disamping itu,
pembangunan menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang sarat korupsi, kolusi dan
nepotisme. Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa
diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang adil.
Sehingga meskipun berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tapi secara
fundamental pembangunan nasional sangat rapuh. Akibatnya, ketika terjadi krisis
yang merupakan imbas dari ekonomi global, Indonesia merasakan dampak yang
paling buruk. Harga-harga meningkat secara drastis, nilai tukar rupiah melemah
dengan cepat, dan menimbulkan berbagai kekacauan di segala bidang, terutama
ekonomi. 

 Era  Reformasi
Orde reformasi dimulai saat kepemimpinan presiden BJ.Habibie, namun belum
terjadi peningkatan ekonomi yang cukup signifikan dikarenakan masih adanya
persoalan-persoalan fundamental yang ditinggalkan pada masa orde baru. Kebijakan
yang menjadi perhatian adalah cara mengendalikan stabilitas politik. Sampai pada
masa kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, hingga
masa kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun masalah-masalah
yang diwariskan dari masa orde baru masih belum dapat diselesaikan secara
sepenuhnya. Bisa dilihat dengan masih adanya KKN, inflasi, pemulihan ekonomi,
kinerja BUMN, dan melemahnya nilai tukar rupiah yang menjadi masalah polemik
bagi perekonomian Indonesia.
Kemudian pemerintahan reformasi yang dipimpin oleh Presiden Wahid,
masyarakat umum menaruh pengharapan besar terhadap kemampuan Gusdur.
Dalam hal ekonomi, perekonomian Indonesia mulai menunjukkan adanya perbaikan.
Namun selama pemerintahan Gusdur, praktis tidak ada satupun masalah di dalam
negeri yang dapat terselesaikan dengan baik. Selain itu hubungan pemerintah
Indonesia di bawah pimpinan Gusdur dengan IMF juga tidak baik. Ketidakstabilan
politik dan sosial yang tidak semakin surut selama pemerintahan Abdurrahman
Wahid menaikkan tingkat country risk Indonesia. Makin rumitnya persoalan ekonomi
ditunjukkan oleh beberapa indikator ekonomi. Seperti pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang negatif dan
rendahnya kepercayaan pelaku bisnis terhadap pergerakan nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS. 
Masa Kepemimpinan Megawati Soekarnoputri, masalah yang mendesak untuk
dipecahkan adalah pemulihan ekonomi dan penegakan hukum. Kebijakan yang
dilakukan untuk mengatasi persoalan ekonomi antara lain :
1. Meminta penundaan utang sebesar US$ 5,8 Milyar pada pertemuan paris Club
ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar 116,3 Trilliun.
2. Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi yaitu menjual perusahaan negara di dalam
periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi
kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Penjualan tersebut
berhasil menaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia menajadi 4,1%. Namun
kebijakan ini menimbulkan kontroversi yaitu BUMN yang diprivatisasikan dijual
pada perusahaan asing.
Masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono, Kebijakan kontroversial
Presiden Yudhoyono yaitu :
1. Kebijakan kontroversi pertama, mengurangi subsidi BBM, yang
dilatarbelakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM
dialihkan ke subsidi sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang
yang mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.
2. Kebijakan kontroversial yang kedua yakni BLT bantuan langsung tunai bagi
masyarakat miskin. Namun kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang
berhak, dan pembagiannya juga banyak menimbulkan masalah sosial. 
Kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah
mengandalkan pembangunan infrastruktur summit pada 2006 , yang
mempertemukan para investor dengan kepala-kepala daerah. 

Pada tahun 2016, angka pertumbuhan ekonomi mulai berangsur membaik.


Pada tahun itu, PDB tercatat sebesar 5,02 persen, tren peningkatan pertumbuhan
ekonomi itu berangsur membaik pada 2017 menjadi 5,07 persen, tahun 2018 5,17
persen dan pada 2019 meski terjadi tekanan dari eksternal, kinerja ekonomi berhasil
tumbuh di angka 5,02 persen. Tahun 2020 merupakan tantangan berat, pandemi
Covid-19 telah menyerang semua sendi ekonomi. Konsumsi turun, investasi anjlok,
dan ekspor - impor rontok. Alhasil, kinerja ekonomi pada kuartal II/2020 tercatat
minus hingga 5,32 persen. Resesi Pun sudah datang di depan pintu. Selama tahun
2020, pemerintah tercatat tiga kali mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi. Pada
Maret-April, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kisaran minus 0,4
persen hingga minus 2,3 persen. Pada Mei-Juni, perkiraan lebih pesimistis di angka
minus 0,4 persen hingga minus 1 persen. Setelah melihat berbagai perkembangan,
pada September-Oktober, proyeksi pertumbuhan kembali direvisi menjadi kontraksi
1,7 persen hingga 0,6 persen. 
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan II-2021 tumbuh sebesar
7,07% (yoy), tertinggi dalam 16 tahun terakhir. Ini sekaligus mencatatkan rekor
pertumbuhan triwulanan tertinggi sejak Krisis Subprime Mortgage, bahkan lebih
tinggi dari negara peers. Pertumbuhan tersebut dicapai pada saat Kasus Aktif Covid-
19 rata-rata selama Triwulan II-2021 yang tercatat mencapai sekitar 113.218 kasus.
Hal ini menunjukkan pemulihan ekonomi terus berlanjut dan tingginya angka
kepercayaan masyarakat maupun investor terhadap Penanganan Covid-19 dan
Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) yang dilakukan Pemerintah. Pertumbuhan
ekonomi yang terjadi tersebut ditopang oleh kuatnya pertumbuhan baik dari sisi
demand maupun supply. 

Ada beberapa strategi utama yang akan terus dilakukan oleh Pemerintah, yakni:
1. Penanganan Covid-19 melalui intensifikasi vaksinasi dalam rangka
melandaikan lonjakan kasus dan menurunkan angka kematian, dan sudah
disiapkan 73 juta dosis di Agustus 2021 ini. Pemerintah juga terus
berkoordinasi secara lebih intensif dengan seluruh stakeholders terkait untuk
mencapai herd immunity.
2. Optimalisasi pemberlakuan PPKM untuk mendukung efektivitas vaksinasi.
Penerapan PPKM dilakukan berdasarkan klasifikasi risiko penyebaran di
masing-masing wilayah, sehingga laju penambahan kasus dapat lebih cepat
ditekan dan risiko perlambatan laju ekonomi dapat diminimalisasi.
3. Mendorong peran serta masyarakat dalam mensukseskan program vaksinasi
dan meningkatkan kepatuhan bersama terhadap protokol kesehatan serta
kebijakan PPKM.

Anda mungkin juga menyukai