Anda di halaman 1dari 19

Tugas Perekonomian Indonesia

SITTINUR HAZANAH WANBOKO

NIM 19061102109

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN MANAJEMEN

5-B3
TUGAS 1

Sistem Ekonomi Dunia

 Sistem Ekonomi Sosialis


o Definisi

Sistem ekonomi sosialis adalah sistem yang masyarakatnya memiliki kesetaraan dalam kepemilikan atas
faktor-faktor produksi. Meski dimiliki oleh setiap anggota masyarakat, pengelolaannya sendiri diatur oleh
negara secara penuh. Pemerintah berperan penuh dalam mengatur distribusi dari hasil produksi. Faktor
produksi dalam sistem sosialis adalah pekerja, pengusaha, modal, dan sumber daya alam. Semua faktor
ini dimiliki oleh masyarakat dan diatur sepenuhnya oleh negara.

Pada kenyataannya, sulit untuk menentukan bahwa satu negara menerapkan ekonomi sosialis secara
penuh. Seringkali sistem ini digabungkan dengan sistem lain seperti liberal dan komunis.

Norwegia, Denmark, dan Swedia menjadi contoh negara yang menerapkan sebagian dari sistem ekonomi
sosialis. Negara-negara tersebut menyediakan layanan bagi masyarakatnya mulai dari kesehatan,
pendidikan, dan jaminan pensiun.

Selanjutnya ada Tiongkok dan Korea Utara sebagai negara yang menyatukan ekonomi sosialis dengan
sistem komunisme.

o Kelebihan

Kelebihan dari sistem perekonomian ini adalah sebagai berikut:

1. Di bawah sistem ini, para pekerja tidak mengalami eksploitasi. Hal ini dapat terjadi karena
mereka akan mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang mereka upayakan.
2. Sistem ini bisa menghilangkan penderitaan rakyat karena seluruh akses terhadap pendidikan,
kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya telah diatur dan disediakan oleh negara. Ketersediaan
tersebut memungkinkan masyarakat tidak perlu pusing lagi dan bisa fokus dengan apa yang ingin
mereka raih.
3. Dikarenakan kontrol negara yang kuat, pengelolaan sumber daya alam bisa dilakukan dengan
lebih bijak.

o Kekurangan

Adapun untuk kekurangan yang dimiliki oleh sistem ekonomi sosialis adalah seperti berikut ini:

1. Sistem ekonomi sosialis mempercayai bahwa pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan
untuk bekerjasama. Kepercayaan ini menihilkan fakta bahwa terdapat persaingan yang bisa
timbul antar manusia. Keadaan yang seperti inilah yang mengakibatkan sistem ekonomi sosialis
menjadi sulit untuk diterapkan secara penuh.
2. Dikarenakan setiap anggota masyarakat telah memiliki peran yang diatur oleh negara, keinginan
untuk menjadi wirausaha pun berpotensi menurun. Dampaknya adalah tingkat inovasi yang
cenderung lebih rendah jika dihadapkan kepada sistem kapitalis.
3. Peran negara yang terlalu besar juga bisa berbahaya bagi masyarakat jika pemimpin yang terpilih
ternyata menyalahgunakan kekuasaannya.
 Sistem Ekonomi Kapitalis
o Definisi

Sistem ekonomi ini memungkinkan swasta untuk memiliki seluruh faktor produksi. Keempat
faktor produksi tersebut adalah pengusaha, modal, sumber daya alam, dan pekerja. Jika pada
sistem sosialis pengelolaan faktor produksi ini dilakukan oleh negara, sistem kapitalis
menyerahkan pengelolaan faktor-faktor ini kepada pihak swasta.

Sistem ini memiliki kaitan erat dengan pasar bebas, permintaan-penawaran, tarif, dan banyak
lainnya. Hal-hal tersebut mempengaruhi keberlangsungan sistem ini untuk dapat terus
berkembang. Adanya pasar bebas, kebijakan bebas tarif, permintaan yang bagus akan membuat
sistem ini semakin kuat. Salah satu semboyan yang digaungkan dalam sistem ini adalah “greed is
good” karena ketamakan bisa membuat bisnis terus berkembang.

Contoh negara-negara yang menerapkan sistem ini adalah Hongkong, Singapura, Swiss, Estonia,
Kanada, dan banyak lainnya. Negara-negara ini memberlakukan kebebasan tarif dalam rangka
menghilangkan halangan yang bisa mengganggu perdagangan bebas.

o Kelebihan

Kelebihan yang bisa didapatkan jika menerapkan sistem ekonomi yang satu ini adalah:

1. Kapitalisme membuat barang-barang paling diinginkan akan dihargai dengan harga yang
lebih tinggi. Dampaknya adalah para produsen akan berlomba-lomba dalam menciptakan
barang-barang dengan kualitas terbaik.
2. Efek dari keinginan untuk meningkatkan kualitas adalah adanya inovasi yang terjadi terus
menerus. Inovasi pun akan terus dilakukan demi mendapat harga tertinggi. Penemuan-
penemuan baru akan terus dibuat dan hal ini bisa meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia.

o Kekurangan

Walau memiliki kelebihan yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, sistem ini
masihlah memiliki kekurangan. Kekurangan dari sistem ini adalah sebagai berikut ini:

1. Kapitalisme akan menjadi kejam bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan. Para
produsen cenderung menginginkan produksi yang efisien sehingga orang-orang yang
kurang mampu akan disingkirkan oleh mereka yang lebih berkemampuan. Dampaknya
adalah munculnya pengangguran.
2. Demi mengejar pertumbuhan, seringkali kapitalisme menihilkan beberapa akibat dari
kegiatan produksinya. Salah satunya adalah kerusakan lingkungan.

 Sistem Ekonomi Campuran


o Definisi
Sistem ekonomi campuran adalah perpaduan dari sistem ekonomi tradisional, sosialis, dan
kapitalis. Setiap kelebihan yang dimiliki masing-masing sistem digabungkan ke dalam satu
sistem.

Sistem ini memiliki tiga karakteristik. Pertama, sistem ini melindungi kepemilikan individu atas
asetnya. Setiap individu berhak memiliki apa yang diusahakannya. Kedua, sistem ini
mengizinkan hukum permintaan dan penawaran untuk menentukan harga suatu komoditas.
Ketiga, sistem ini digerakkan oleh kepentingan milik individu. Dalam sistem ini, pemerintah
memiliki peran dalam mengatur beberapa area seperti militer, perdagangan internasional, dan
transportasi.

o Kelebihan

Kelebihan yang dimiliki oleh sistem ekonomi campuran adalah berikut ini:

1. Barang dan jasa dapat tersalurkan ke tempat mereka paling dibutuhkan. Hal ini bisa
terjadi karena pemerintah memiliki kewenangan untuk ikut campur. Walau demikian
harga barang dan jasa tetap diatur oleh mekanisme pasar.
2. Sistem ini mengizinkan inovasi untuk terus terjadi karena konsumen tetap cenderung
untuk memilih komoditas yang paling murah, kreatif, dan efisien.

o Kekurangan

Walaupun sistem ini adalah perpaduan dari setiap kelebihan yang dimiliki sistem lain, sistem ini
tetaplah tidak luput dari yang namanya kekurangan. Kekurangan yang ditimbulkan dari
penerapan sistem ini bergantung kepada sistem mana yang cenderung lebih berkuasa. Bisa
sosialis, tradisional, maupun kapitalis.

2. Sejarah Sistem Ekonomi Indonesia

Di dalam negara Indonesia sendiri, secara total sudah ada 4 perubahan sistem ekonomi dari masa
penjajahan hingga sekarang, berikut ini adalah penjelasannya.

1. Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)

Sistem ekonomi indonesia yang pertama kali diterapkan adalah sistem ekonomi liberal. Sistem ekonomi
ini berlangsung dari tahun 1950 hingga tahun 1957, artinya beberapa tahun setelah Indonesia merdeka
pada tahun 1945. Saat itu, perubahan kabinet yang sering sekali terjadi pada saat itu berdampak negatif
pada lemahnya ekonomi di Indonesia

Untuk menanggulanginya, diterapkanlah kebijakan menggunting uang kertas Rp 5 menjadi dua bagian,
bagian pertama yang bernilai Rp 2,5 digunakan sebagai alat pembayaran yang sah, dan bagian Rp 2,5
yang lain digunakan untuk membeli obligasi pinjaman nasional. Kebijakan ini diambil oleh menteri
keuangan yang saat itu tengah menjabat, yaitu Bapak Syafruddin Prawiranegara.
Selain kebijakan menggunting uang kertas, pada saat itu juga terjadi gerakan banteng untuk merubah
struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional. Kebijakan ini dinyatakan oleh Dr. Sumitro
Djojohadikusumo , seorang ahli ekonomi pada masa kabinet Natsir. Gerakan ini dilakukan untuk
melindungi para pengusaha dalam negeri dengan memberikan suatu bantuan berupa kredit dan bimbingan
yang konkret.

2. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966)

Pada masa demokrasi terpimpin, sistem ekonomi Indonesia mengalami perubahan dari yang awalnya
ekonomi liberal berubah menjadi sistem ekonomi etatisme, dimana seluruh sistem ekonomi ini diatur dan
dikuasai oleh pihak negara, baik itu dalam aspek sosial, ekonomi, ataupun politik. Sistem ekonomi ini
dicetuskan oleh Presiden Ir. Soekarno di tahun 1959.

Sistem ekonomi ini dilakukan karena sistem ekonomi liberal membuat setiap pengusaha dalam negeri
tidak mampu bersaing dengan pengusaha asing. Sehingga, dibentuklah Dewan Perancang Nasional atau
Depernas di tahun yang sama yang dipimpin oleh Moh. Yamin untuk mempersiapkan rancangan undang-
undang pembangunan nasional.

Pada kalai itu, terjadi penurunan nilai uang, seperti uang kertas yang nilainya Rp 500 menurun menjadi
Rp 50, dan uang kertas Rp 1000 menjadi Rp 100 saja. Namun, usaha ini belum mampu mengatasi
penurunan ekonomi di bidang finansial.

3. Masa Demokrasi Ekonomi (1967-1998)

Demokrasi ekonomi terjadi pada tahun 1967 hingga tahun 1998, atau pada masa pemerintahan orde baru
yang kala itu di pimpin oleh Bapak Soeharto. Pada masa ini, sistem ekonomi Indonesia menganut sistem
ekonomi campuran, yang di dalamnya terdapat campur tangan pemerintah bersama masyarakat yang turut
serta dalam meningkatkan kegiatan ekonomi.

Pemerintah berperan sebagai pengendali ekonomi dan masyarakat berperan penuh sebagai pelaku
produksi, distribusi dan sekaligus konsumennya. Usaha pemerintah ini bertujuan untuk membantu
masyarakat agar terhindar dari masalah ekonomi modern seperti kesulitan dalam menentukan harga
barang atau jasa yang akan diproduksi. Kebijakan Bapak Soeharto dalam bidang ekonomi ini meliputi:

 Bergabungnya kembali Indonesia dengan IMF atau International Monetary Fund , sehingga ada
bantuan utang keuangan dari negara asing yang masuk ke Indonesia.
 Menghapus kebijakan hiperinflasi dengan melarang adanya pendanaan domestik untuk mencetak
uang.
 Melakukan pembebasan bea cukai import dan mengatasi devaluasi rupiah, sehingga mampu
meningkatkan nilai ekspor ke tingkat internasional.

4. Masa Demokrasi Pancasila (1998-Sekarang)

Pada tahun 1998 hingga saat ini, sistem ekonomi Indonesia menggunakan sistem ekonomi Pancasila.
Sistem ekonomi ini adalah bentuk pengembangan dari sistem ekonomi campuran. Koperasi salah satu
wujud dari diterapkannya sistem ekonomi Pancasila yang berlandaskan pada pilar ekonomi kerakyatan
yang berasaskan kekeluargaan.
Hal ini sesuai dengan amanat undang-undang tahun 1992 pasal 3, yang didalamnya dijelaskan bahwa
tujuan koperasi adalah untuk mensejahterakan anggotanya serta turut serta dalam membangun tatanan
perekonomian negara agar mampu mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur. Pengelolaan
sistem ekonomi ini dilakukan berdasarkan hasil musyawarah yang dilakukan oleh perwakilan rakyat.

Karakteristik Sistem Ekonomi Indonesia

1. Setiap kegiatan ekonomi yang dilakukan adalah kegiatan bersama atau gotong royong yang lebih
fokus dalam mengedepankan ikatan kekeluargaan.
2. Negara menguasai berbagai cabang produksi yang sifatnya strategis dan penting untuk banyak
orang.
3. Alasan negara untuk menguasai cabang produksi yang strategis di tanah air adalah demi
kemakmuran rakyat.
4. Terdapat beberapa komponen sistem ekonomi campuran yang diterapkan pada sistem ekonomi
pancasila.
5. Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh negara dan masyarakat harus kontinyu dan ramah
lingkungan.
6. Pemerintah Indonesia juga berhak mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh pihak swasta secara
umum agar terhindar dari praktik penipuan, monopoli, dan mafia perdagangan. Tujuannya tentu
untuk menciptakan keadilan pada masyarakat.

TUGAS 2

1. Pertumbuhan Ekonomi

 Adam Smith

Adam Smith berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi adalah suatu perubahan tingkat ekonomi yang
dialami suatu negara yang bergantung pada adanya perkembangan jumlah penduduk. Dengan adanya
perkembangan jumlah penduduk, maka hasil dari produksi suatu negara juga tentunya akan meningkat.

 Sadono Sukimo (1985)

Sadono Sukimo mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah suatu perubahan tingkat aktivitas
ekonomi yang berlaku dari tahun ke tahunnya. Diperlukan perbandingan pendapatan nasional dari tahun
ke tahun untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini biasa kita sebut dengan laju
pertumbuhan ekonomi.

Ciri-Ciri Pertumbuhan Ekonomi

Prof. Simon Kuznets berpendapat bahwa terdapat enam karakteristik pertumbuhan ekonomi modern yang
terlahir dalam analisa berdasarkan produk nasional dan komponennya, penduduk, tenaga kerja, dll.

Ke enam ciri-ciri tersebut adalah adanya laju pertumbuhan penduduk dan produk perkapita yang sangat
cepat, perkembangan produktivitas masyarakat, pertumbuhan tingkat struktural yang melesat, tingkat
urbanisasi yang tinggi, adanya ekspansi pada negara maju, terjadi arus barang, modal dan manusia di
berbagai negara.
Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi

Jika sebelumnya kita sudah memahami pengertian pertumbuhan ekonomi, lengkap dengan ciri-cirinya,
maka saat ini kita harus mengetahui apa saja faktor yang mampu mempengaruhinya. Setidaknya, terdapat
lima faktor pertumbuhan ekonomi yang mampu mempengaruhi suatu bisnis, faktor-faktor tersebut adalah

1. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia atau yang biasa disingkat menjadi SDM adalah suatu indikator perkembangan
ekonomi pada suatu bangsa. Faktor SDM mampu mempercepat dan bahkan mampu memperlambat
proses pertumbuhan ekonomi. Contohnya adalah saat suatu negara mempunyai jumlah pengangguran
yang meningkat terhadap penduduknya, maka negara tersebut pun dinilai mengalami kemunduran.

Adanya penurunan kualitas pada sumber daya manusia ini melahirkan peningkatan jumlah pengangguran
yang kemudian diperburuk dengan semakin menurunnya jumlah lapangan pekerjaan. Peningkatan jumlah
pengangguran ini mampu memicu tingginya angka kemiskinan di negara tersebut.

Nantinya, hal ini akan berpengaruh pada permintaan masyarakat atas barang dan jasa dari suatu
perusahaan. Umumnya, para masyarakat akan lebih menghemat pendapatannya dan hanya akan
berbelanja untuk memenuhi kebutuhan pokoknya saja.

2. Sumber Daya Alam

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa negara kita adalah negara yang kaya akan sumber daya alam.
Meskipun begitu, kekayaan SDA yang kita miliki tidak diiringi dengan kualitas peningkatan SDM yang
baik dalam mengelolanya. Hasilnya, negara kita menjadi sering melakukan ekspor barang mentah dan
mengimpornya kembali dengan barang yang sudah jadi dengan harga yang lebih mahal.

Adanya keterbatasan dalam mengelola sumber daya alam ini mewajibkan suatu perusahaan yang bergerak
dalam bidang pengelolaan barang mentah kerap kali mengimpor bahan mentahnya dari luar negeri,
sehingga membuat produk perusahaan menjadi lebih mahal daripada saat harus memperolehnya dari luar
negeri.

Kondisi inilah yang kerap kali menjadi dilema di negara Indonesia. Masih banyak produk-produk dalam
negeri yang ternyata lebih mahal, sehingga membuat permintaannya menjadi menurun.

3. Kemajuan IPTEK

Suatu negara akan dinilai maju dalam hal ekonomi jika mengalami peningkatan terkait pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologinya. Hal yang sama berlaku untuk perusahaan yang mengutamakan teknologi
untuk melahirkan barang atau jasa yang lebih efisien.

Adanya pemanfaatan teknologi yang sudah maju dinilai bahwa perusahaan tersebut bisa melahirkan
produk yang lebih cepat serta efisien. Contohnya saja teknologi dalam hal peralatan produksi, jika
digunakan secara tepat, maka akan membantu mengurangi penyerapan tenaga kerja sehingga anggaran
tenaga kerja bisa dipangkas dan digunakan untuk keperluan lain.
Namun, penerapan teknologi ini tentunya masih jarang atau sulit diterapkan untuk perusahaan yang
sedang berkembang, karena alat berteknologi tinggi tersebut umumnya sangat mahal dan harus diimpor
dari luar negeri.

4. Tingkat Inflasi

Salah satu gejala yang mampu memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi adalah inflasi. Inflasi
adalah suatu kondisi laju peredaran mata uang yang tidak terkendali.

Terjadinya peningkatan harga sangat berdampak pada produktivitas bahan baku karena membuat
peningkatan biaya operasional perusahaan dalam hal memasok bahan mentah. Selain itu, inflasi juga akan
berdampak pada gaji karyawan.

Setidaknya, terdapat dua jenis inflasi yang mampu memberikan dampak langsung pada bisnis suatu
perusahaan, yaitu cost-push inflation dan demand-pull inflation. Cost-push inflation adalah adanya
kenaikan pada harga produk karena adanya peningkatan permintaan, sedangkan demand-pull inflation
adalah adanya kenaikan permintaan masyarakat yang membuat harga produk barang dan jasa menjadi
naik.

5. Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga yang ada pada suatu negara juga mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonominya.
Pertumbuhan tersebut cenderung akan membuat tingkat suku bunga meningkat karena adanya
peningkatan pendapatan yang terjadi di masyarakat.

Suku bunga yang tinggi akan berpengaruh buruk pada suatu perusahaan yang biasanya digunakan untuk
modal pinjaman dalam meningkatkan kualitas perusahaan.

2. Perubahan Struktur Ekonomi

Perubahan struktur ekonomi merupakan suatu gejala dalam ekonomi yang terjadi dalam perekonomian
sebagai akibat pertumbuhan ekonomi atau meningkatnya kesejahteraan dalam masyarakat sehingga akan
berpengaruh pada tingkat serta pola konsumsi masyarakat.

Penelitian empiris yang dilakukan oleh Chenery dan Syrquin dalam amir 2001 mengidentifikasi bahwa
sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat perkapita yang membawa perubahan dalam pola
permintaan konsumen dari penekanan pada makanan dan barang-barang kebutuhan pokok lain ke
berbagai macam barang-barang manufaktur dan jasa, akumulasi modal fisik dan manusia (Sumber Daya
Manusia), perkembangan kota-kota dan industri –industri di urban bersamaan dengan proses migrasi
penduduk dari pedesaan ke perkotaan, dan penurunan laju pertumbuhan penduduk dan family size yang
semakin kecil, struktur perekonomian suatu negara bergeser dari yang semula di dominasi oleh sektor
pertanian atau dan pertambangan menuju sektor-sektor non primer khususnya industri.

Pemahaman Pergeseran Struktur Ekonomi di Indonesia

Menurut Kuznets, sektor ekonomi terbagi menjadi 3 yaitu:


1.Pertanian yaitu kegiatan yang termasuk didalamnya bidang pertanian, perburuan, perikanan, dan
kehutanan.

2.Industri yaitu kegiatan yang termasuk didalamnya bidang pertambangan, industri pengolahan, industri
tenaga (air & listrik), perhubungan serta pengangkutan.

3.Jasa-jasa yaitu kegiatan yang termasuk didalamnya bidang perdagangan, keuangan, jasa perseorangan,
dan jasa-jasa lainnya.

Factor Penyebab Perubahan Struktur Ekonomi

1. Sifat manusia dalam kegiatan konsumsi

Hukum Engels: makin tinggi pendapatan masyarakat, maka akan makin sedikit proporsi pendapatan yang
digunakan untuk membeli bahan pertanian. Proporsi pendapatan untuk membeli produksi industri
menjadi bertambah besar.

Perubahan teknologi yang terjadi dalam proses pembangunan akan menimbulkan perubahan struktur
produksi yang bersifat compulsory dan inducive.

INDUCIVE yaitu kemajuan tsb menciptakan barang-barang baru yang menambah pilihan yang dapat
dikonsumsi masyarakat. Misalnya perbaikan dalam alat pengangkutan menyebabkan digantikannya kereta
kuda dengan kereta api, mobil dll.

COMPULSORY yaitu Industrialisasi, urbanisasi, dan pengembangan kota yang selalu mengikuti
pertumbuhan ekonomi memerlukan perumahan yagn lebih baik, jaringan pengangkutan dan perhubungan
yang lebih sempurna dan administrasi pemerintahan yang lebih luas, untuk menjamin agar kehidupan
dikota dan kegiatan ekonomi yang semakin bertambah kompleks dapat berjalan dengan teratur.

Faktor yang menyebabkan pola perubahan berbeda

◆Disektor pertanian, secara relatif, perubahan yang terjadi dalam sumbangan sektor itu dalam
menciptakan produksi nasional adalah hampir bersamaan peranannya dengan perubahan dalam
menyediakan pekerjaan.

◆ Disektor industri perubahan relatif dari peranannya dalam menciptakan produksi nasional adalah lebih
besar daripada perubahan relatif peranannya dalam menampung tenaga kerja.

◆ Disektor jasa perubahan relatif dari peranannya dalam menciptakan produksi nasional adalah lebih
kecil dari perubahan relatif peranannya dalam menampung tenaga kerja.

3. PDB ADHB dan PDB ADHK

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode
tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar
harga konstan. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit
usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga
konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang
berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar.

PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang
harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

Dari data PDB dapat juga diturunkan beberapa indikator ekonomi penting lainnya, seperti :

1. Produk Nasional Bruto

yaitu PDB ditambah dengan pendapatan neto dari luar negeri. Pendapatan neto itu sendiri merupakan
pendapatan atas faktor produksi (tenaga kerja dan modal) milik penduduk Indonesia yang diterima dari
luar negeri dikurangi dengan pendapatan yang sama milik penduduk asing yang diperoleh di Indonesia.

2. Produk Nasional Neto atas dasar harga pasar

yaitu PDB dikurangi dengan seluruh penyusutan atas barang-barang modal tetap yang digunakan dalam
proses produksi selama setahun.

3. Produk Nasional Neto atas dasar biaya faktor produksi yaitu

produk nasional neto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung neto. Pajak tidak
langsung neto merupakan pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi dengan subsidi yang
diberikan oleh pemerintah. Baik pajak tidak langsung maupun subsidi, kedua-duanya dikenakan terhadap
barang dan jasa yang diproduksi atau dijual. Pajak tidak langsung bersifat menaikkan harga jual
sedangkan subsidi sebaliknya. Selanjutnya, produk nasional neto atas dasar biaya faktor produksi disebut
sebagai Pendapatan Nasional.

4. Angka-angka per kapita

yaitu ukuran-ukuran indikator ekonomi sebagaimana diuraikan di atas dibagi dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun.

Kegunaan statistika pendapatan nasional

Data pendapatan nasional adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi
perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah :

 PDB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan
oleh suatu negara. Nilai PDB yang besar menunjukkan sumber daya ekonomi yang besar, begitu
juga sebaliknya.
 PNB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang memungkinkan untuk dinikmati oleh
penduduk suatu negara.
 PDB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan atau setipa sektor dari tahun ke tahun.

 Distribusi PDB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian atau peranan
setiap sektor ekonomi dalam suatu negara. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran besar
menunjukkan basis perekonomian suatu negara.
 PDB harga berlaku menurut penggunaan menunjukkan produk barang dan jasa digunakan untuk
tujuan konsumsi, investasi dan diperdagangkan dengan pihak luar negeri.
 Distribusi PDB menurut penggunaan menunjukkan peranan kelembagaan dalam menggunakan
barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi.
 PDB penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju pertumbuhan
konsumsi, investasi dan perdagangan luar negeri.
 PDB dan PNB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDB dan PNB per kepala
atau per satu orang penduduk.
 PDB dan PNB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata
ekonomi per kapita penduduk suatu negara.

TUGAS 3

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II 2021

Perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku
triwulan II-2021mencapai Rp4.175,8 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.772,8
triliun.

Ekonomi sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 3,31 persen Indonesia triwulanII-2021terhadap


triwulan (q-to-q). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan mengalami
pertumbuhan tertinggi sebesar 12,93 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran
Konsumsi Pemerintah (PK-P) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 29,07 persen.
Ekonomi Indonesia triwulan II-2021 terhadap triwulan II-2020 mengalami pertumbuhan sebesar 7,07
persen (y-on-y). sisi produksi, Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan mengalami pertumbuhan
tertinggi sebesar 25,10 persen. Dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami
pertumbuhan tertinggi sebesar 31,78 persen.
Pertumbuhan (y-on-y) triwulan II-2021 terjadi di semua kelompok pulau. Hal ini terutama terlihat pada
kelompok provinsi di Pulau Jawa, dengan kontribusi sebesar 57,92 persen, dan pertumbuhan (y-on-y)
sebesar 7,88 persen.

A. PDB MENURUT LAPANGAN USAHA

1. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II-2021 Terhadap Triwulan I-2021 (q-to-q)

Ekonomi Indonesia triwulan II-2021 dibanding triwulan I-2021 (q-to-q) mengalami pertumbuhan sebesar
3,31 persen. Pertumbuhan terjadi pada hampir semua lapangan usaha, kecuali Konstruksi dan Pengadaan
Listrik dan Gas yang terkontraksi masing-masing sebesar 2,51 persen dan 1,17 persen. Lapangan usaha
yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 12,93
persen dan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 10,04 persen.
Sementara itu, Lapangan Usaha Industri Pengolahan dan Perdagangan Besar-Eceran, Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor yang memiliki peran dominan juga mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar
1,07 persen dan 3,36 persen. Sementara itu, beberapa lapangan usaha lainnya yang tumbuh tinggi di
antaranya Jasa Pendidikan sebesar 6,86 persen; Jasa Kesehatan sebesar 3,56 persen; dan Pertambangan
dan Penggalian sebesar 3,37 persen.

Pertumbuhan PDB Beberapa Lapangan Usaha (q-to-q) (persen)


1 ,2
1 ,9
1 ,2

3,3 1,9 3,3 3,5 3,4


0,6 10
, 1,0 19
, 0,8 1,6

-2,1 -25
, -1,8
-6,0 -4,1 -4,7 -5,6
-6,4 -6,7 -7,3
-1 ,3

-2 ,2
-2 ,1
Industri Pertanian, Perdaganga Konstruk Transportasi Penyediaa Informasi JasaKesehatan Lainnya
Pengolaha Kehutanan,&ReparasiMobil& Pergudang Akomodasi Komunika KegiatanSosial
Perikana Moto MakanMinu

TriwII- TriwI- TriwII-

Struktur PDB Indonesia menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku triwulan II-2021 tidak
menunjukkan perubahan berarti. Perekonomian Indonesia masih didominasi oleh Lapangan Usaha
Industri Pengolahan sebesar 19,29 persen; diikuti oleh Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 14,27
persen; Perdagangan Besar-Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 13,08 persen; dan
Konstruksi sebesar 10,12 persen. Peranan keempat lapangan usaha tersebut dalam perekonomian
Indonesia mencapai 56,76 persen.

2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II-2021 Terhadap Triwulan II-2020 (y-on-y)

Ekonomi Indonesia triwulan II-2021 dibanding triwulan II-2020 (y-on-y) mengalami pertumbuhan
sebesar 7,07 persen. Pertumbuhan terjadi pada semua lapangan usaha. Lapangan usaha yang mengalami
pertumbuhan signifikan adalah Transportasi dan Pergudangan sebesar 25,10 persen dan Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum sebesar 21,58 persen. Sementara itu, Industri Pengolahan yang memiliki
peran dominan juga mengalami pertumbuhan sebesar 6,58 persen.

Pertumbuhan PDB Beberapa Lapangan Usaha (y-on-y) (persen)


25,10 21,58

10,85 8,71 11,62


9,44
6,58 6,87 7,28
3,71 3,32
2,203,33 4,42
0,38
-1,38 -1,23 -0,79 -1,19
-6,18 -5,39 -7,26 -5,06
-7,59
-13,12

-21,97

-30,80

Industri Pertanian, Perdagangan Konstruksi Transportasi& Penyediaan Informasi& JasaKesehatan& Lainnya


Pengolaha Kehutanan,& ReparasiMobil& Pergudanga Akomodasi& Komunikas KegiatanSosial
Perikana Motor MakanMinum

TriwII-2020 TriwI-2021 TriwII-2021


3. Pertumbuhan Ekonomi Semeter I-2021 Terhadap Semester I-2020 (c-to-c)

Ekonomi Indonesia semester I-2021 dibanding semester I-2020 mengalami pertumbuhan sebesar 3,10
persen (c-to-c). Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha. Lapangan usaha yang mengalami
pertumbuhan signifikan adalah Informasi dan Komunikasi sebesar 7,78 persen. Diikuti Jasa Kesehatan
dan Kegiatan Sosial sebesar 7,38 persen; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
sebesar 5,62 persen; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 5,35 persen; dan Pengadaan
Listrik dan Gas sebesar 5,23 persen.

Pertumbuhan PDB Beberapa Lapangan Usaha (c-to-c) (persen)

1 ,3
8,7
7,7 70
, 7,3
5,3
33
, 39
, 2,7 33
,
2,4 1,7 1,7 2,9
11
,

-0,7 -0,4
-1,3 -1,2 -1,2 -1,1
-2,0
-30
,
-7,2
-1 ,1
-1 ,1
-1 ,0

Industri Pertanian, Perdaganga Konstruk Transportasi Penyediaa Informasi JasaKesehatan Lainnya


Pengolaha Kehutanan,&ReparasiMobil& Pergudang Akomodasi Komunika KegiatanSosial
Perikana Moto MakanMinu

TriwII-2020 TriwI- TriwII-

B. PDB MENURUT PENGELUARAN

1. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II-2021 Terhadap Triwulan I-2021 (q-to-q)

Ekonomi Indonesia triwulan II-2021 dibanding triwulan I-2021 tumbuh sebesar 3,31 persen (q-to-q).
Pertumbuhan terjadi pada hampir semua Komponen Pengeluaran, kecuali Komponen Pembentukan
Modal Tetap Bruto (PMTB) yang terkontraksi sebesar 2,69 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada
Komponen PK-P sebesar 29,07 persen; diikuti Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit
yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 7,50 persen; Komponen Ekspor Barang dan Jasa
sebesar 6,58 persen; dan Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) sebesar 1,27 persen.
Sementara itu, Komponen Impor Barang dan Jasa (yang merupakan faktor pengurang dalam PDB
menurut pengeluaran) tumbuh sebesar 5,81 persen.
Pertumbuhan PDB Beberapa Komponen Pengeluaran (q-to-q)
(persen)
29,07
22,24

7,50 8,12 6,58 6,66 5,81


1,27

-0,58 -0,91 -2,21


-4,12 -2,69
-6,53
-9,71
-13,44 -14,96

-43,69
PengeluaranKonsumsi PengeluaranKonsumsi PengeluaranKonsumsiPembentukanModalTetap
EksporBarangdanJasa ImporBarangdanJasa
RumahTangga LNPR Pemerinta Brut

TriwII-2020 TriwI-2021 TriwII-2021

Struktur PDB Indonesia menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku triwulan II-2021 tidak
menunjukkan perubahan yang berarti. Perekonomian Indonesia masih didominasi oleh Komponen PK-RT
yang mencakup lebih dari separuh PDB Indonesia yaitu sebesar 55,07 persen; diikuti oleh komponen
PMTB sebesar 29,86 persen; Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 20,31 persen; Komponen PK-P
sebesar 8,51 persen; Komponen Perubahan Inventori sebesar 2,40 persen; dan Komponen PK-LNPRT
sebesar 1,26 persen. Sementara itu, Komponen Impor Barang dan Jasa sebagai faktor pengurang dalam
PDB memiliki peran sebesar 19,00 persen.
Gambar 5

Pertumbuhan PDB Beberapa Komponen Pengeluaran (y-on-y) (persen)


3 ,7 3 ,2

8,06 7,54 7,03 5,46


5,93 4,1 2,34

-2,2 -0,2
-5,52 -4,03
-7,8 -6,9 -8,6
-1 ,02
-1 ,2

PengeluaranKonsumsi PengeluaranKonsum
PengeluaranKonsum
PembentukanModalTeta
EksporBarangdanJasa ImporBarangdanJas
RumahTangga LNPR Pemerinta Brut

TriwII- TriwI- TriwII-

3. Pertumbuhan Ekonomi Semester I-2021 Terhadap Semester I-2020 (c-to-c)

Ekonomi Indonesia semester I-2021 dibanding semester I-2020 tumbuh sebesar 3,10 persen (c-to-c).
Pertumbuhan terjadi pada semua komponen pengeluaran. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen
Ekspor Barang dan Jasa sebesar 18,51 persen; diikuti Komponen PK-P sebesar 5,49 persen; Komponen
PMTB sebesar 3,46 persen; Komponen PK-RT sebesar 1,72 persen; dan Komponen PK-LNPRT sebesar
0,03 persen. Sementara itu, Komponen Impor Barang dan Jasa tumbuh sebesar 17,30 persen.
Pertumbuhan PDB Beberapa Komponen Pengeluaran (c-to-c) (persen)
1 ,5
1 ,3

7,0
5,4 5,4
23
, 3,4
1,7
0,0
-0,2
-1,3 -2,2 -23
,
-4,0 -3,4
-6,4 -5,7

-1 ,9
PengeluaranKonsum
PengeluaranKonsum
PengeluaranKonsuPembentukanModalTet
EksporBarangdanJas
ImporBarangdanJas
RumahTangg LNP Pemerint Brut

TriwII- TriwI- TriwII-

C. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)


Secara spasial, struktur perekonomian Indonesia pada triwulan II-2021 didominasi oleh kelompok
provinsi di Pulau Jawa dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 57,92 persen; diikuti Pulau Sumatera
sebesar 21,73 persen; Pulau Kalimantan sebesar 8,21 persen; Pulau Sulawesi sebesar 6,88 persen; Pulau
Bali dan Nusa Tenggara sebesar 2,85 persen; dan Pulau Maluku dan Papua sebesar 2,41 persen.

Setelah setahun lebih pandemi COVID-19 melanda Indonesia, perbaikan perekonomian mulai terjadi di
semua kelompok pulau namun dengan level pertumbuhan yang berbeda-beda. Pada triwulan II-2021,
kelompok Pulau Maluku dan Papua mengalami pertumbuhan (y-on-y) tertinggi sebesar 8,75 persen;
diikuti Pulau Sulawesi sebesar 8,51 persen; Pulau Jawa sebesar 7,88 persen; Pulau Kalimantan sebesar
6,28 persen; Pulau Sumatera sebesar 5,27 persen; dan terakhir Pulau Bali dan Nusa Tenggara sebesar 3,70
persen.

Pertumbuhan dan Kontribusi PDRB Menurut Pulau, Triwulan II-2021 (persen)


SUMATERA
KALIMANTAN
21,73% 8,21%
5,27% 6,28% SULAWESI
6,88% MALUKUDANPAPUA
8,51% 2,41%
8,75%

JAWA
57,92%
7,88%
BALIDANNUSATENGGARA
Kontribusi 2,85%
Pertumbuhan 3,70%
Tabel 1
PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha

(triliun rupiah)
Harga Berlaku Harga Konstan 2010

Lapangan Usaha Triw I-2021 Triw II-2021


Triw I-2021 Triw II-2021
(1) (2) (3) (4) (5)

A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 524,6 596,0 333,2 376,2


B. Pertambangan dan Penggalian 303,4 338,0 196,7 203,4
C. Industri Pengolahan 787,4 805,6 558,9 564,9
D. Pengadaan Listrik dan Gas 46,7 46,0 28,2 27,9
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 2,9 dan Daur 3,0 2,4 2,5
Ulang
F. Konstruksi 428,7 422,5 271,5 264,7
G. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil 519,9 dan 546,4 351,6 363,4
Sepeda Motor
H. Transportasi dan Pergudangan 169,7 175,9 97,3 99,2
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 101,5 103,6 76,8 78,3
J. Informasi dan Komunikasi 181,8 185,2 169,6 172,4
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 181,9 184,5 117,1 117,3
L. Real Estat 114,3 116,3 81,6 82,9
M,N. Jasa Perusahaan 74,8 75,4 49,2 49,4
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 137,3 156,9 87,7 96,5
Jaminan Sosial Wajib
P. Jasa Pendidikan 128,6 140,8 82,5 88,1
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 49,5 52,1 35,0 36,2
R,S,T,U. Jasa Lainnya 76,9 77,4 49,7 49,8
Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga Dasar 3 829,9 4 025,6 2 589,0 2 673,1

Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk 140,6 150,2 95,0 99,7

Produk Domestik Bruto (PDB) 3 970,5 4 175,8 2 684,0 2 772,8

Tabel 2

Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha (persen)
Triw I-2021 Triw II-2021 Triw I-2021 Triw II-2021 Semester I-2021 Sumber
Terhadap Terhadap Terhadap Terhadap Terhadap Pertumbuhan
Lapangan Usaha
Triw IV-2020 Triw I-2021 Triw I-2020 Triw II-2020 Semester I-2020 Triw II-2021
(q-to-q) (q-to-q) (y-on-y) (y-on-y) (c-to-c) (y-on-y)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 10,22 12,93 3,33 0,38 1,75 0,06
B. Pertambangan dan Penggalian -1,56 3,37 -2,02 5,22 1,53 0,39
C. Industri Pengolahan 0,61 1,07 -1,38 6,58 2,46 1,35
D. Pengadaan Listrik dan Gas 0,98 -1,17 1,68 9,09 5,23 0,09
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, -0,59 1,66 5,46 5,78 5,62 0,01
Limbah dan Daur Ulang
F. Konstruksi -2,10 -2,51 -0,79 4,42 1,72 0,42
G. Perdagangan Besar dan Eceran, 1,07 3,36 -1,23 9,44 3,92 1,21
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
H. Transportasi dan Pergudangan -6,05 1,96 -13,12 25,10 2,72 0,77
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan -1,80 1,91 -7,26 21,58 5,35 0,54
Minum
J. Informasi dan Komunikasi 0,88 1,64 8,71 6,87 7,78 0,43
K. Jasa Keuangan dan Asuransi -0,17 0,17 -2,97 8,35 2,38 0,35
L. Real Estat 0,18 1,59 0,94 2,82 1,88 0,09
M,N. Jasa Perusahaan -1,31 0,56 -6,10 9,94 1,31 0,17
O. Administrasi Pemerintahan, -9,96 10,04 -3,05 9,49 3,14 0,32
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
P. Jasa Pendidikan -13,14 6,86 -1,71 5,72 1,99 0,18
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial -10,37 3,56 3,32 11,62 7,38 0,14
R,S,T,U. Jasa Lainnya -1,53 0,21 -5,16 11,97 2,71 0,21
Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga Dasar -0,18 3,25 -0,99 6,98 2,90 6,73
Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk -17,68 4,93 7,80 9,56 8,70 0,34
Produk Domestik Bruto (PDB) -0,92 3,31 -0,71 7,07 3,10 7,07
Catatan: q-to-q: PDB atas dasar harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya y-on-y: PDB
atas dasar harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya
c-to-c : PDB atas dasar harga konstan kumulatif sampai dengan triwulanan dibandingkan periode kumulatif yang sama pada tahun sebelumnya
Tabel 3

Distribusi PDB Menurut Lapangan Usaha (persen)


2020
2021

Lapangan Usaha
Triw I Triw I Triw II
Triw II
(1) (2) (3) (4) (5)

A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 12,84 15,45 13,21 14,27

B. Pertambangan dan Penggalian 6,82 6,28 7,64 8,09

C. Industri Pengolahan 19,98 19,87 19,83 19,29

D. Pengadaan Listrik dan Gas 1,17 1,14 1,18 1,10

E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan 0,07 0,08 0,07 0,07
Daur Ulang
Tabel 4

PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran (triliun rupiah)
Harga Berlaku Harga Konstan 2010
Komponen
Triw I-2021 Triw II-2021
Triw I-2021
Triw II-2021
(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2 259,5 2 299,8 1 450,3 1 468,8

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 48,9 52,8 31,3 33,7

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 264,3 355,6 163,3 210,7


4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 1 247,0 874,3 850,8

5. Perubahan Inventori 109,7 100,4 61,4 56,0

6. Ekspor Barang dan Jasa 763,3 848,0 585,8 624,4

7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 720,0 793,6 497,4 526,3

Diskrepansi Statistik1) -24,7 65,8 15,0 54,7

Produk Domestik Bruto (PDB) 3 970,5 4 175,8 2 684,0 2 772,8


1)
Keterangan: Selisih PDB Lapangan Usaha dan PDB Pengeluaran

Tabel 5

Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran (persen)


Triw I-2021 Triw II-2021 Triw I-2021 Triw II-2021 Semester I-2021 Sumber
Terhadap Terhadap Terhadap Terhadap Terhadap Pertumbuhan
Komponen
Triw IV-2020 Triw I-2021 Triw I-2020 Triw II-2020 Semester I-2020 Triw II-2021
(q-to-q) (q-to-q) (y-on-y) (y-on-y) (c-to-c) (y-on-y)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga -0,58 1,27 -2,22 5,93 1,72 3,17

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT -4,12 7,50 -4,03 4,12 0,03 0,05

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah -43,69 29,07 2,34 8,06 5,49 0,61

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto -2,21 -2,69 -0,23 7,54 3,46 2,30

5. Perubahan Inventori – – – – – –

6. Ekspor Barang dan Jasa 8,12 6,58 7,03 31,78 18,51 5,81

7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 6,66 5,81 5,46 31,22 17,30 4,83

Produk Domestik Bruto (PDB) -0,92 3,31 -0,71 7,07 3,10 7,07
Catatan: q-to-q: PDB atas dasar harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya y-on-y: PDB
atas dasar harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya
c-to-c : PDB atas dasar harga konstan kumulatif sampai dengan triwulanan dibandingkan periode kumulatif yang sama pada tahun sebelumnya
Tabel 6

Distribusi PDB Menurut Pengeluaran (persen)

2020 2021

Komponen
Triw I Triw II Triw I Triw II

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 58,13 57,84 56,91 55,07


2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1,28 1,36 1,23 1,26

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 6,50 8,66 6,66 8,51

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 31,86 30,61 31,97 29,86

5. Perubahan Inventori 2,25 3,27 2,76 2,40

6. Ekspor Barang dan Jasa 17,38 15,50 19,22 20,31

7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 17,52 15,27 18,13 19,00

Diskrepansi Statistik1) 0,12 -1,97 -0,62 1,59

Produk Domestik Bruto (PDB) 100,00 100,00 100,00 100,00


1)
Keterangan: Selisih PDB Lapangan Usaha dan PDB Pengeluaran

Tabel 7

Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan PDRB Menurut Pulau (persen)

Triw I-2021 Triw II-2021 Triw I-2021 Triw II-2021 Semester I-2021 Sumber
Terhadap Terhadap Terhadap Terhadap Terhadap Pertumbuhan
Pulau
Triw IV-2020 Triw I-2021 Triw I-2020 Triw II-2020 Semester I-2020 Triw II-2021
(q-to-q) (q-to-q) (y-on-y) (y-on-y) (c-to-c) (y-on-y)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Sumatera -0,59 2,34 -0,86 5,27 2,15 1,13

2. Jawa 0,40 1,03 -0,92 7,88 3,31 4,60

3. Bali dan Nusa Tenggara -4,69 5,85 -5,14 3,70 -0,79 0,11

4. Kalimantan -1,04 2,51 -2,24 6,28 1,90 0,52

5. Sulawesi -3,31 6,28 1,20 8,51 4,84 0,56

6. Maluku dan Papua -0,29 0,26 8,97 8,75 8,86 0,21


Catatan: q-to-q: PDB atas dasar harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya y-on-y: PDB
atas dasar harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya
c-to-c : PDB atas dasar harga konstan kumulatif sampai dengan triwulanan dibandingkan periode kumulatif yang sama pada tahun sebelumnya

Anda mungkin juga menyukai