Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PEREKONOMIAN INDONESIA

“ KRISIS EKONOMI ”

Disusun Oleh:
Kelompok II
Meyfi Wulandari ( 22120001 )
Kruyt Theodoran ( 22222017 )
Anggun Selviani ( 22120017 )
Nofriansyah ( 22120021 )
Martha Lusiana ( 22222038 )
Natalia Safitri ( 22120014 )

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ( STIE )


PANCA BHAKTI PALU
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur seraya kami panjatkan ke
hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan tepat waktu.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok Perekonomian Indonesia. Saya berterima kasih kepada dosen mata kuliah
yang telah memberikan arahan serta bimbingan, dan juga kepada semua pihak yang
telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan.
Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan kami selaku kelompok .
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang positif dan
membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya
guna di masa yang akan datang.

Palu,6 Maret 2023

Kelompok II
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Krisis Ekonomi
B. Jenis Krisis Ekonomi dan Jalur Transmisi Dampaknya
C. Jalur Transmisi Kunci dan Indikator Monitoring Dampak Krisis
D. Analisis Empiris
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis ekonomi di Indonesia dari zaman dahulu hingga sekarang sudah
sering terjadi apalagi pada tahun 1997 Indonesia pernah mengalami krisis
moneter selama lebih dari 2 tahun diubahlah menjadi krisis ekonomi yakni
lumpuhnya kegiatan ekonomi karena semakin banyak perusahaan yang tutup
dan meningkatnya jumlah pekerja yang menganggur. Oleh karena itu, perlu
adanya tindakan-tindakan nyata dari pemerintah untuk memperbaiki ini semua
sehingga Indonesia bisa menjadi lebih baik dan tingkat pengangguran di
Indonesia berkurang.
Krisis ekonomi yang berkembang menjadi krisis di berbagai bidang telah
memberikan kesadaran baru akan adanya persoalan di bidang ekonomi, politik.
hukum serta agama dan sosial budaya yang bersifat struktural dan terus
berkembang di kalangan masyarakat. Persoalan ketidakadilan terus
dipertanyakan dan dituntut oleh masyarakat untuk segera diperbaiki. Masyarakat
menuntut reformasi di segala bidang secara mendasar, termasuk pemulihan
ekonomi secepatnya. Langkah-langkah untuk menanggulangi krisis secepatnya
dan melaksanakan reformasi tersebut selanjutnya telah diamanatkan rakyat
Indonesia melalui Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat bulan
November 1998. Namun demikian upaya pemulihan ekonomi berjalan lambat
karena situasi sosial, politik, dan keamanaan yang kurang kondusif.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Jenis krisis Ekonomi & Jalur Transmisi Dampaknya?
2. Menjelaskan Jalur Transmisi Kunci Indikator Monitoring Dampak Krisis?
3. Menjelaskan Analisis Empiris?
C. Tujuan Penulisan
1. Mampu Menjelaskan Jenis Krisis Ekonomi & Jalur Transmisi Dampaknya
2. Mampu Menjelaskan Jalur Transmisi Kunci Indikator Monitoring Dampak
Krisis
3. Mampu Menjelaskan Analisis Empiris
BAB II
PEMBAHASAN
A. Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi atau sering yang disebut dengan nama krisis moneter
merupakan suatu peristiwa atau kondisi dimana menurunnya ekonomi suatu
negara. Semua negara praktisnya mengalami yang namanya krisis dalam
perekonomian negaranya, karena krisis merupakan kejadian yang simultan dan
memiliki efek yang akan menyebar keberbagai negara. Krisis ekonomi Indonesia
merupakan salah satu negara di Asia yang mengalami krisis mata uang,
kemudian disusul oleh krisis moneter dan berakhir dengan krisis ekonomi yang
besar. Ekonomi setiap negara tentu berbeda-beda perkembangannya, sehingga
bagi pejabat yang mengatur perekonomian negara tidak hanya mengatur
perekonomian saja namun juga mengendalikannya ketika terjadi gejolak
ekonomi. Walaupun hanya masyarakat biasa namun perlu mengetahui pula
kondisi ekonomi yang sedang bergejolak atau yang akan mengalami krisis
ekonomi. Tujuannya agar ketika krisis tersebut terjadi sebagai masyarakat
khususnya yang berprofesi sebagai pengusaha dapat mengantisipasi atau
meminimalisir kerugian yang mungkin terjadi
Secara umum, negara yang menghadapi keadaan kriss ekonomi akan
mengalami penurunan PDB (produk domestik bruto), anjloknya harga properti
dan saham, serta naik turunnya harga karena inflasi.Kejadian ini memang sangat
menakutkan.Sebab, akan ada banyak sekali pihak yang dirugikan jika sampai
terjadi krisis ekonomi di suatu negara.
Dilansir dari Detik, gejala yang muncul saat krisis ekonomi biasanya
diawali oleh penurunan belanja dari pemerintah.Lalu, jumlah pengangguran
melebihi 50% dari jumlah tenaga kerja. Selain itu, terjadi pula kenaikan harga
pokok yang semakin meroket, penurunan konsumsi yang rendah, penurunan
nilai tukar yang tidak terkontrol, dan penurunan pertumbuhan ekonomi yang
drastis.
Indonesia pernah menghadapi resesi sebanyak tiga kali yakni pada 1963, 1998,
dan 2020/2021. Ketiga krisis tersebut dipicu penyebab yang berbeda dan dengan
dampak yang berbeda pula.

 Resesi pada 1963 dipicu oleh hiperinflasi. Kondisi ekonomi dan politik


Indonesia pada saat itu dikucilkan dari dunia internasional karena sikapnya yang
konfrontatif, seperti keluar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Inflasi melambung hingga 119% pada 1963 sementara ekonomi ambles. Produk
Domestik Bruto (PDB) nasional pada tahun tersebut terkontraksi 2,24%.
Pengeluaran rumah tangga terkontraksi 3,95%, ekspor-impor terkontraksi
26,58% sementara investasi terkontraksi 23,69%.

Perekonomian Indonesia membaik setelah periode kelam 1965 dan melonjak pada
1970an dan 1980an. Pada periode 1990an awal, ekonomi Indonesia sebenarnya
tengah dalam periode pertumbuhan yang tinggi di kisaran 6%. Inflasi Indonesia
juga hanya berada di angka 5,1%. Setelah melewati pertumbuhan tinggi,
Indonesia mengalami resesi hebat pada 1998. Ekonomi terkontraksi hingga
13,13% sementara inflasi Indonesia melambung 77,63% pada 1998.
Ekonomi domestik terkontraksi 6,4% pada kuartal I. Kontraksi semakin
membesar menjadi 16,8% pada kuartal II dan 17,4% pada kuartal IV.

 Resesi 1998 dipicu oleh Krisis Keuangan Asia. Krisis bermula dari Thailand
yang meninggalkan kebijakan nilai tukar tetapnya (fixed exchange rate) terhadap
dolar AS pada Juli 1997.
Kebijakan tersebut membuat banyak perusahaan menjadi gagal bayar karena
nilai mata uang yang melemah. Krisis menjalar ke negara-negara Asia Tenggara
termasuk Indonesia. Krisis menjatuhkan nilai tukar rupiah dari Rp 2.500
menjadi Rp 16.900 per dolar AS. Indonesia harus membayar mahal atas terjadinya
krisis 1997/1998 yakni runtuhnya pemerintahan hingga krisis politik dan sosial yang
mengakibatkan kerusuhan massal. Krisis moneter bahkan sampai menjalar ke ranah
politik dan sosial hingga menjatuhkan kepemimpinan Presiden Soeharto yang
sudah berlangsung 32 tahun. Resesi pada 1998 juga melambungkan angka
kemiskinan di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah
penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan pada 1996 berjumlah 22,5 juta
jiwa atau sekitar 11,3% dari total penduduk.
Sampai dengan akhir tahun 1998, jumlah penduduk miskin melonjak menjadi
49,5 juta orang, atau sekitar 24,2% dari total penduduk. Akibat resesi, industri
besar dan sedang berkurang drastis dari 22.997 perusahaan pada 1996 menjadi 20.422
pada 1998. Jumlah tenaga kerja pada periode tersebut anjlok hingga 18,5% atau 3,53
juta orang.

 Resesi ketiga yang dialami Indonesia adalah pada 2020/2021. PDB nasional
terkontraksi selama empat kuartal yakni dari kuartal II-2020 hingga kuartal I-
2021.
Berbeda dari resesi 1963 dan 1998 yang dipicu oleh persoalan ekonomi, resesi
2020/2021 disebabkan oleh krisis kesehatan.
Krisis bermula dari menyebarnya virus Covid-19 dari China. Virus dengan cepat
menyebar ke seluruh dunia hingga Badan Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya
menetapkan Covid-19 sebagai pandemi global pada 13 Maret 2020.
Untuk menekan penyebaran Covid-19, seluruh negara melakukan pembatasan
mobilitas bahkan sebagian besar "mengunci" negara mereka dengan menutup
perbatasan.

Akibatnya, lalu lintas barang dan manusia berkurang drastis secara global. Dunia
bahkan seperti berhenti beraktivitas karena absennya aktivitas ekonomi mulai
dari produksi, perdagangan, pariwisata, hingga belanja besar-besaran.

1) Penyebab Terjadinya Krisis Ekonomi


 Utang negara yang berlebihan
Salah satu penyebab terjadinya krisis ekonomi adalah karena banyaknya
beban utang negara sehingga tidak mampu membayarnya.Hal ini sama
seperti halnya suatu perusahaan. Apabila memiliki banyak utang dan
tidak mampu membayarnya, bisa dipastikan perusahaan tersebut akan
bangkrut.
 Laju inflasi yang tinggi
Inflasi merupakan sebuah peristiwa di mana harga barang dan jasa
mengalami kenaikan dalam waktu yang panjang.Sebenarnya, inflasi
tidak selalu menjadi hal yang negatif, bergantung pada tinggi rendahnya
tingkat presentase inflasi.Akan tetapi, jika inflasi terjadi dalam waktu
yang lama serta mengalami laju yang tinggi, hal ini bisa mengakibatkan
nilai uang turun dan membuat perekonomian di suatu negara semakin
memburuk.
 Pertumbuhan ekonomi yang macet
Penyebab lainnya dari krisis ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi di
suatu negara tidak berkembang atau macet.Semakin buruk
pertumbuhannya, maka ada kemungkinan negara tersebut masuk ke
jurang krisis perekonomian.Contoh nyata karena suatu negara mengalami
pertumbuhan ekonomi yang lambat adalah karena adanya virus corona
seperti saat ini.Beberapa negara ada yang sudah mengalami resesi karena
adanya pandemi virus corona.Seperti yang sudah dijelaskan di atas, pada
kuartal II dan III, pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami hasil
yang negatif sehingga terancam akan mengalami resesi. Kendati
demikian, sampai saat ini pemerintah masih terus berupaya untuk
menjauh dari jurang tersebut.
2) Dampak Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi memberikan dampak yang sangat besar bagi negara dan
tentunya dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat.ketika
suatu negara mengalami peristiwa tersebut, dipastikan banyak perusahaan yang
melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada karyawannya.Hal tersebut
dilakukan karena perusahaan tidak memiliki cukup uang untuk memberikan gaji
kepada mereka.Dengan kejadian tersebut, dipastikan juga angka pengangguran
akan semakin naik. Setelahnya, angka kemiskinan juga meningkat karena
orang-orang tidak memiliki pendapatan.
Selain itu, pemerintah dipastikan akan kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan belanja negara.Ditambah lagi, masyarakat juga kesulitan memenuhi
kehidupan sehari-hari karena harga kebutuhan naik secara tajam.Melihat
dampak yang terjadi, krisis ekonomi memang menjadi momok yang sangat
menakutkan bagi suatu negara.Jika terjadi, bisa dipastikan keadaannya akan
sangat kacau. Bahkan, bisa jadi penjarahan dan perampokan akan terjadi di
mana-mana.
3) Perbedaan Krisis dan Resesi Ekonomi
pengertian umum dari resesi adalah pertumbuhan ekonomi yang negatif selama
2 triwulan atau kuartal berturut-turut.resesi itu merupakan siklus bisnis dan
sesuatu yang wajar terjadi di negara. Terlebih dengan adanya virus corona
seperti saat ini.Menurut Piter, yang lebih berbahaya dari resesi adalah krisis
ekonomi. Sebab, itu bukan lagi merupakan siklus bisnis, melainkan kondisinya
sudah menjadi lebih buruk.Jadi, secara sederhananya, resesi itu merupakan
perlambatan ekonominya menurun tetapi masih terbilang sehat.
4) Cara Menyikapi Krisis Ekonomi
Meskipun pemerintah sudah mempersiapkan banyak strategi untuk
mencegahnya, belum tentu krisis ekonomi tidak akan terjadi lagi.Kamu harus
selalu waspada akan berlakunya peristiwa satu ini, terutama di masa-masa tidak
menentu seperti sekarang.Nah, supaya kamu tidak terkena dampak buruknya,
berikut adalah beberapa hal yang harus kamu lakukan untuk menyikapi krisis
ekonomi.
 Mempersiapkan keuangan
Hal pertama yang bisa kamu lakukan untuk mengantisipasi terjadinya
krisis ekonomi adalah dengan mempersiapkan keuangan.Memiliki
kondisi finansial yang baik saat ekonomi negara tumbang sifatnya
sangatlah penting.Hal satu ini kamu perlukan untuk menghadapi kondisi
ekonomi yang semakin tidak menentu dan sedang jatuh.Kamu bisa mulai
melakukannya dengan menabung, mempersiapkan dana darurat, dan
menekan jumlah pengeluaran untuk hal-hal yang kurang penting.
 Mengurangi biaya pengeluaran
Mengurangi biaya untuk pengeluaran per bulan juga dapat menjadi cara
yang baik untuk menyikapi bahaya krisis ekonomi. jika bisa mengurangi
pengeluaran serendah mungkin, kamu tidak akan memiliki kesulitan
untuk membayar tagihan saat kondisi keuangan sedang memburuk.Maka
dari itu, mulailah dengan melihat anggaranmu dan tentukan hal-hal yang
kamu rasa tak terlalu dibutuhkan.Prioritaskan pembelian dan pengeluaran
khusus barang-barang serta hal lainnya yang menjadi kebutuhan
pokokmu dan keluarga.
 Mengurangi utang
Hal berikutnya yang dapat kamu lakukan untuk menyikapi kemungkinan
terjadinya krisis ekonomi adalah dengan mengurangi utang.Ingat, di
masa jatuhnya ekonomi negara, semua orang terancam kehilangan
pekerjaan dan berbagai aset lain seperti rumah dan kendaraan yang
disebabkan oleh utang.Maka dari itu itu, cobalah untuk mengurangi dan
segera melunasi utang yang tersisa sebagai upaya untuk menghadapi
kondisi ekonomi yang sedang jatuh.Bayarlah utang yang memiliki
tingkat bunga paling tinggi terlebih dahulu. Dengan cara ini, dijamin
kamu bisa mengurangi beban biaya bunga yang harus dibayar dalam
jangka waktu panjang.
 Diversifikasi asset
Apabila hendak berinvestasi, penting bagimu untuk memiliki
diversifikasi aset yang merata.Mengapa demikian? Sebab, aset akan
menjadi komponen yang sangat penting untuk menghadapi bahaya krisis
ekonomi.Apabila hanya berfokus pada satu instrumen, kamu berisiko
mengalami kerugian yang cukup tinggi.Sebagai contoh, saat industri
perbankan kolaps karena mengalami kredit macet, rekening simpanan,
baik itu dalam bentuk tabungan atau deposito, umumnya akan sulit untuk
diakses dan dicairkan dalam kurun waktu yang cepat.Nah, hal ini
tentunya dapat kamu antisipasi bila memiliki investasi pada aset atau
instrumen lainnya.
 Memiliki pendapatan tambahan
Memiliki pendapatan tambahan merupakan salah satu cara terbaik untuk
menyikapi bahaya krisis ekonomi.Seperti yang sudah Glints paparkan,
setiap pekerja berisiko terkena PHK dan kehilangan sumber
pendapatan.Nah, maka dari itu, solusi paling jitu adalah untuk memiliki
sumber penghasilan tambahan yang stabil.Hal ini bisa kamu dapatkan
dengan cara memperkaya skill dan mencari pekerjaan dari bidang yang
digemari. Kamu juga bisa berinvestasi atau mencari peluang kerja
freelance.
 Periksa cakupan asuransi
Langkah selanjutnya yang perlu kamu ambil untuk mengantisipasi krisis
ekonomi adalah dengan memerika cakupan asuransi yang
dimiliki.Menurut laman Investopedia, memiliki cakupan asuransi yang
baik dapat mencegah satu krisis finansial untuk menumpuk di atas yang
lain.Penting juga untuk memastikan bahwa kamu memiliki asuransi
dengan cakupan yang benar-benar dibutuhkan dan bukan hanya minimal.
Ini berlaku untuk polis yang sudah kamu miliki, serta polis yang
mungkin perlu dibeli.
 Mempersiapkan stok bahan pangan
Mempersiapkan stok untuk kebutuhan pangan juga menjadi hal yang
penting untuk dilakukan guna menyikapi bahaya krisis ekonomi.Hal satu
ini mungkin terlihat sepele. Akan tetapi,  kolapsnya ekonomi sering
terjadi karena adanya kelangkaan bahan pokok makanan. Walaupun
tersedia, harga bahan pangan akan menjadi  sangat mahal.Nah, untuk
menyiasatinya, kamu bisa menyimpan stok makanan sebelum ekonomi
negara benar-benar jatuh.Namun, kamu tidak perlu stok makanan dengan
jumlah yang berlebihan. Jenis makanan yang disimpan pun harus yang
tidak gampang busuk.
 Dekatkan diri dengan keluarga dan orang-orang yang dicintai
Cara terakhir untuk menyikapi kemungkinan terjadinya krisis ekonomi
adalah mendekatkan diri dengan keluarga serta orang-orang yang
dicintai.Tanpa disadari, jatuhnya ekonomi negara dapat memengaruhi
kehidupanmu secara signifikan. Kehilangan pekerjaan dan aset tentunya
dapat menjadi sesuatu yang dapat memicu stres tinggi.Maka dari itu,
kamu akan selalu memerlukan dukungan dari keluarga dan orang-orang
yang dicintai, entah itu untuk keperluan emosional atau finansial.
B. Jenis Krisis Ekonomi dan Jalur Transmisi Dampaknya
Suatu perubahan ekonomi dapat menjelma menjadi suatu krisis ekonomi.
Dilihat dari proses terjadinya, krisis ekonmi mempunyai dua sifat yang berbeda.
Pertama, krisis ekonomi yang terjadi secara mendadak atau muncul tanpa ada
tanda-tanda sebelumnya, yang umum disebut goncangan ekonomi tak terduga.
Seperti kenaikan harga minyak pada tahun 1974, kenaikan harga minyak
tersebut disebut sebagai krisis minyak. Sedangkan bagi indonesia yang saat itu
masih menjadi salah satu pengekspor minyak di dunia, peristiwa tersebut
merupakan suatu keuntungan besar (oil bloom) bagi pemerintah.
1) Krisis Produksi
Krisis ini termasuk tipe krisis ekonomi yang bersumber dari dalam negeri.
Krisis tersebut bisa dalam bentuk penurunan produksi domestik secara
mendadak dari sebuah komoditas pertanian, misalnya padi/beras. Penurunan
produksi tersebut  berakibat langsung pada penurunan tingkat pendapatan rill
dari para petani dan buruh tani padi. Selanjutnya jika pemerintah disebuah
provinsi yang mengalami penurunan produksi padi tidak melakukan impor
padi untuk mengkompensasi kekuranagn beras di pasar lokal akibat
penuruan produksi tersebut, maka akan terjadi kelebihan permintaan
terhadap padi di provinsi tersebut, dan sesuai dengan mekanise pasar maka,
harga beras di provinsi tersebut akan melonjak tinggi yang berakhir dengan
laju inflasi yang tinggi.
2) Krisis Perbankan
Dampak langsung atau fase dari efek krisis perbankan adalah kesempatan
kerja dan pendapatan yang menurun di subsektor keuangan tersebut. Pada
fase kedua krisis perbankan merembet ke perusahaan-perusahaan yang
sangat tergantung pada sektor perbankan dalam pembiayaan kegiatan-
kegiatan produksi. perusahaan-perusahaan tersebut sedang mengalami
kekurangan dana atau bangkrut, atau perusahaan masih bisa mendapatkan
kredit tetapi dengan tingkat suku bunga pinjaman (R) yang jauh lebih tinggi
dibandingkan pada saat perbankan dalam keadaan normal.
3) Krisis Nilai Tukar
Suatu perubahan kurs dari sebuah mata uang, misalnya rupiah terhadap dolar
AS yang dianggap krisis apabila kurs dari mata uang tersebut megalami
penurunan atau depresiasi yang sangat besar yang prosesnya mendadak atau
berlangsung terus-menerus yang membentuk sebuah tern yang meningkat
(rupiah per satu doalr AS ). Dampak langsung dari perubahan tersebut
adalah pada ekspor dan impor. Paling tidak, menurut teori konvensional
mengenai perdagangan inernasional, depresiasi nilai tukar dari suatu mata
uang terhadap misalnya dolar AS yang membuat daya saing harga dar
produk-produk buatan negara dari mata uang tersebut membaik, yang
selanjutnya membuat volume ekspornya meningkat.Di sisi impor akibat kurs
mata uang nasional melemah, misalnya dalam rupiah, dari Rp 2.000 per satu
dolar AS menjadi Rp 10.000 per satu dolar AS, maka harga-harga dalam
rupiah di pasar dalam negeri dari produk-produk impor akan naik, yang
bahkan bisa mengakibatkan meningkatnya laju inflasi di Indonesia. Besar
pengaruhnya terhadap laju inflasi sangat tergantung pada jenis produk yang
paling banyak diimpor ( barang-barang kebutuhan pokok atau bahan baku )
dan keterkaitan antar barang-barang yang diimpor dengan kegiatan dalam
negeri.
4) Krisis Perdagangan
Dalam hal krisis ekonomi yang berasal dari sumber –sumber eksternal, ada
dua jalur utama, yaitu perdagangan dan investasi/arus modal . Di dalam jalur
perdagangan itu sendiri ada dua sub-jalur, yaitu ekspor dan impor ( barang
dan jasa ). Dalam jalur ekspor, misalnya ekspor barang, suatu krisis bagi
negara eksportir turun  secara drastis atau permintaan dunia terhadap
komoditas tersebut menurun secara signifikan.Dalam ekspor jasa, suatu
krisis bisa terjadi jika jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke dalam
negeri menurun secara drastis, atau jumlah pengiriman uang ke Indonesia
dari tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri mengalami
pengurangan secara signifikan. Dalam hal impor, suatu kenaikan harga dunia
yang signifikan atau suatu penurunan secara tiba-tiba dan dalam jumlah yang
besar dari persediaan dunia untuk suatu komoditas yang di perdagangkam di
pasar global dapat menjadi suatu krisis ekonomi yang serius bagi negara-
negara importir jika komoditas itu sangat krusial, misalnya beras, atau
minyak yang juga sering merupakan komoditas-komoditas kunci bagi
masyarakat miskin.Dalam kasus ini, jalur-jalur transmisi paing utama adalah
perubahan-perubahan dalam output, inflasi dan kesempatan kerja.
Kelompok-kelompo masyarakat yang paling rentan terhadap krisis tipe ini
yaitu : pertama, perusahaan yang sangat bergantung pada minyak seagai
sumber energi atau bahan baku utama dan pekerja-pekerja di perusahaan
tersebut. Dan kedua, lewat keterkaitan produksi dan konsumsi pendapatan
domestik, yaitu perusahaan tau sektor-sektor yang terkait, termasuk pekerja-
pekerja.
5) Krisis Modal
Suatu pengurangan modal di dalam negeri dalam jumlah besar atau
penghentian bantuan serta pinjaman luar negeri akan menjadi sebuah krisis
ekonomi bagi banyak negara miskin di dunia, seperti di Afrika dan Asia
Tengah yang ekonomi mereka selama ini sangat tergantung pada ULN atau
hibah internasional. Suatu pelarian modal, baik yang berasal dari sumber
dalam negeri maupun modal asing, terutama investasi asing jangka pendek
( uang panas ), dalam jumlah yang besar dan seacara menadadak bisa
menjelma menjadi sebuah krisis besar bagi ekonomi dari negara-negarayang
sangat memerlukan modal investasi.Proses mulai dari larinya mdal ke luar
negeri hingga menjadi sebuah krisis ekonomi sangat sederhana, dana
investasi di dalam negeri berkurang, investasi menurun ,kegiatan produksi
dan tingkat produktivitas menurun, pertumbuhan ekonomi merosot, jumlah
angkatan kerja yang bisa bekerja berkurang, tingkat pendapatan rill menurun
dan pada akhirnya, tingkat kemiskinan bertambah. Di sisi lain, suatu pelarian
modal dalam jumlah besar akan menyebabkan depresiasi nilai tukar mata
uang dari negara bersangkutan.
C. Jalur  Transmisi Kunci dan Indikator Monitoring Dampak Krisis
Sebuah krisis ekonomi bisa memiliki jalur-jalur pertama, kedua dan ketiga
sekaligus, tergantung pada tipe krisis tersebut. Juga dalam sebuah krisis
ekonomi yang mempengaruhi lebih dari satu sektor ekonomi, sebuah jalur
transmisi bisa masuk kategori primer untuk satu sektor sementara untuk sektor-
sektor lainnya yang juga terkena dampaknya, jalur tersebut masuk kategori
sekunder. Misalnya, dalam kasus krisis perbankan, jalur output merupakan jalur
primer, yaitu output dari sektor tersebut merosost, tetapi merupakan jalur
sekunder bagi perusahaan non-bank yang tergantung pada perbankan untuk
pendanaan kegiatan-kegiatan produksi mereka .
D. Analisis Empiris
1. Krisis keuangan Asia 1997-1998
Krisis keuangan Asia muncul sekitar pertengahan tahun 1997 dan
mencapai klimaksnya pada tahun 1998 dipicu awalnya oleh larinya modal,
terutama modal asing jangka pendek. Dari Thailand, secara tiba-tiba da
dalam jumlah yang tidak kecil, cukup kuat untuk membuat banyak investor
dan pengusaha gugup dalam menanggapinya. Pelarian tersebut
mengakibatkan nilai tukar bath terhadap dolar AS terdepresiasi dalam jumlah
yang besar. Dalam jangka waku yang tidak lama, hal yang sama juga terjadi
di Indonesia yang membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah.
Dalam waktu yang tidak lama, depresiasi kurs rupiah tersebut
menimbulkan suatu krisis keuangan yang paling besar yang pernah Indonesia
alami dalam sejarah, dan memaksa sejumlah bank swasta tutup menjelang
akhir tahun 1997 serta bergabungnya sejumlah bank mengakibatkan
kepanikan masyarakat yang sangat besar, mereka berbondong-bondong
menarik uang mereka dari semua  bank, khususnya bank-bank swasta
nasional. Sebagai suatu akibat langsung dari tindakan masyarakat tersebut
adalah munculnya sebuah efek domino, bank-bank sebenarnya tidak
mempunyai masalah keuangan akhirnya ikut goyang akibat kehabisan dana
dari pihak ketiga. Hal ini menimbulkan suatu krisis ekonomi yang terparah,
yang pernah dialami Indonesia sejak tahun 1945.
Selain  menyebabkan sejumlah bank mengalami kesulitan likuiditas
yang sanagt serius, depresiasi nilai tukar rupiah tersebut juga berdampak
buruk pada perusahaan non-bank di dalam negeri yang banyak impor dan
memiliki ULN dalam jumlah yang banyak dalam mata uang asing yang
terapresiasi atau menguat terhadap rupiah, yaitu dolar AS. Banyak dari
mereka harus berhenti beroperasi karena tidak sanggup membayar kembali
ULN mereka atau meneruskan impor, terutama perusahan yang selama itu
sangat tergantung pada impor utuk bahan baku utama bagi keperluan proses
produksi mereka sanagat terpukul. Memang selama orde baru banyak
perusahaa khususnya konglomerat, di dalam negeri selain sangat tergantung
pada impor bahan baku dan input lainnnya juga membuat banyak ULN.
2. Krisis Ekonomi Global 2008-2009
Krisis ekonomi global 2008-2009 dipicu oleh suatu krisis keuangan
besar di AS pada tahun 2007 dan melalui keterkaitan keuangan global, krisis
tersebut menjalar ke sebagian besar dunia, terutama negara-negara maju
seperti jepang dan UE yang secara ekonomi dan keuangan sangat terintegrasi
dengan AS. Krisis 2008-2009 tersebut mempengaruhi banyak negara melalui
sejumlah jalur, yaitu ekspor, investasi dan pengiriman uang dari para pekerja
migran. Namun demikian, jalur paling utama untuk sebagian besar negara-
negara terkena dampaknya adalah ekspor, seperti yang dinyatakan di dalam
Asia Development Outlook. Konsekuensinya, dampak dari krisis itu sangat
luas terhadap volume ekspor, jumlah produksi, dan para pekerja dan
keluarga mereka di negara-negara Asia yang berorientasi ekspor tersebut.
Satu hal yang menarik, bahwa sementara ekonomi dari negara-negara
lain mengalami keterpurukan yang serius terutama selama bulan pertama
tahun 2009. Indonesia tidak hanya mempertahankan pertumbuhan PDB yang
positif, tetapi juga laju pertumbuhannya sedikit lebih tinggi selama kuartal
pertama dan kedua tahun 2009. Kemampuan Indonesia memperthankan
pertumbuhan ekonomi yang positif (walaupun dalam persentase yang kecil )
selama periode krisis terutama karena permintaan agregat di dalam negeri
tetap bisa tumbuh dengan baik khususnya permintaan rumah tangga dan
konsumsi pemerintah.Pembentukan modal tetap domestik bruto di Indonesia
juga tumbuh positif walaupun dalam suatu laju sangat rendah, tercatat hanya
sekitar 0,9 % dalam enam bulan pertama 2009, sebelumnya mengalami laju
pertumbuhan positif dua digit sejak pertengahan tahun 2007.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Krisis Ekonomi yang terjadi di Indonesia tidak sepenuhnya karena sistem
ekonomi Indonesia melainkan juga karena kiriman dari negara lain. Inflasi juga
merupakan salah satu faktor terjadinya krisis tersebut. Dampak yang di
timbulkan berbagai macam dan dampak tersebut kebanyakan membawa
pengaruh negatif terhadap perekonomian Indonesia bahkan berpengaruh
langsung kepada rakyat Indonesia.
Krisis ekonomi di Indonesia yang diawali dengan stok hutang luar negeri
swasta yang sangat besar dan umumnya berjangka pendek telah menciptakan
kondisi "ketidakstabilan ekonomi dan kelemahan dalam sistem perbankan di
Indonesia. Dan yang menjadi tugas pemerintah saat ini dan ke depan adalah
bagaimana penegakkan peraturan-peraturan tersebut. Perekonomia Indonesia
yang telah kebih baik masih harus mengurangi beban ekonomi rakyat dan
penganguran demi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, khususnya
ekonomi pada pemberdayaan ekonomi rakyat dan daerah.
B. Saran
Saran kami adalah masih diperlukan pembenahan manajemen pembangunan
dan pemerintahan. Jika ekonomi Indonesia mengalami satu kerapuhan struktur
jangan hanya difokuskan pada satu sisi permasalahan tersebut saja, pemerintah
lebih baik meninjau permasalahannya lebih dalam lagi. Pemerintah harus lebih
mengawasi sistem perekonomian agar sehat dan jauh dari krisis. Juga
memperhatikan laju tingkat pertumbuhan ekonomi. Sehingga, dengan lebih
teraturnya sistem ekonomi Indonesia, kondisi ekonomi yang sehat dapat lebih
mensejahterakan dan memakmurkan masyarakat Indonesia terutama kaum
miskin.Untuk mengantisipasi krisis ekonomi bukan hanya semata-mata tugas
pemerintah namun menjadi tugas bersama untuk saling bahu membahu dalam
mengatasi krisis antara pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA
Tambunan, Tulus. "Krisis Ekonomi Indonesia." BUKU DOSEN-2011 (2012).
http://milarosalinasiregar.blogspot.com/2015/04/krisis-ekonomi.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai