Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDHULUAN

1.1 Latar Belakang masalah


Sebuah negara akan dinilai sukses apabila negara tersebut mampu
menyediakan lapangan kerja, menurunkan kemiskinan serta meningkatkan taraf
hidup manusia seperti di negara belahan Eropa dan Amerika Serikat. Namun,
untuk menciptakan itu semua sebuah negara harus menciptakan iklim investasi
yang baik dan mampu mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Sebuah negara
dapat dikatakan semakin berkembang apabila pertumbuhan ekonomi dalam
negara tersebut terus meningkat. Kebutuhan pokok rakyat dapat terpenuhi dengan
lancar dan kehidupan masyarakat sejahtera. Kalau laju pertumbuhan ekonomi
sebuah negara sudah mampu memberikan gambaran hidup ideal seperti yang
diharapkan, maka kemakmuran yang diharapkan akan terwujud.
Kegiatan ekonomi berperan begitu penting dalam sebuah negara. Namun,
ternyata untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang sehat sangatlah tidak
mudah. Kegiatan ekonomi tidak selamanya terus menerus berkembang dengan
baik. Indonesia pernah mengalami ketidakseimbangan laju pertumbuhan ekonomi
yang dinamakan “Krisis Ekonomi” pada tahun 1997-1998. Krisis moneter yang
terjadi di Indonesia tahun 1997 berawal dari kebijakan pemerintah Thailand di
mulai pada juli 1997 untuk mengembangkan mata uang Thailand Bath terhadap
Dollar US, dan mempengaruhi mata uang, bursa saham, dan harga aset lainnya di
beberapa negara Asia. Krisis moneter yang terjadi berkembang menjadi krisis
multi dimensi, dan hampir semua orang Indonesia terkena imbasnya.
Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak awal Juli 1997
melumpuhkan kegiatan ekonomi karena puluhan bahkan ratusan perusahaan mulai
dari skala kecil sampai milik konglomerat bertumbangan. Lebih dari 70%
perusahaan yang tercatat di pasar modal mengalami kebangkrutan. Keadaan ini
diperberat dengan berbagai musibah nasional seperti kegagalan panen padi di
banyak tempat karena musim kering berkepanjangan dan hama, kebakaran hutan

Page | 1
besar-besaran di Kalimantan dan peristiwa kerusuhan di banyak kota pada
pertengahan Mei 1998 lalu.
Keadaan ekonomi Indonesia pada tahun 2014 sudah jauh lebih baik
dengan mengalami pemulihan dan stabilisasi dibandingkan dengan tahun 1998.
Namun, Indonesia belum mencapai taraf maksimal karena masih banyak
pengangguran, kemiskinan, inflasi, laju pertumbuhan ekonomi yang lambat,
kesenjangan penghasilan, hutang negara dan keterbatasan bahan pangan belum
dapat jalan keluarnya.
Maka itu, penting kita ulas mengenai ‘Krisis Ekonomi” dalam makalah ini,
agar kita dapat mengerti dan menemukan solusi yang terbaik bagi bangsa
Indonesia. Supaya kita sebagai mahasiswa dapat lebih kritis terhadap situasi krisis
ekonomi yang mana sekarang menjadi topik hangat dan dilema luar biasa bagi
seluruh dunia. Paling tidak mahasiswa dapat memecahkan masalah kecil yang
berhubungan dengan krisis ekonomi tersebut. Diharapkan pula makalah ini dapat
menjadi acuan belajar dalam mempelajari permasalahan ekonomi di Perguruan
Tinggi.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari krisis ekonomi?
2. Apa yang menjadi penyebab terjadinya krisis ekonomi?
3. Apa dampak akibat dari krisis ekonomi?
4. Bagaimana solusinya untuk mengatasi krisis ekonomi?
5. Bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia?

1.3 Manfaat Penulisan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah makalah di atas, maka, manfaat dari
penulisan makalah ini adalah :
1. Memenuhi nilai tugas mata kuliah Ekonomi Makro.
2. Mengetahui pengertian dari krisis ekonomi.

Page | 2
3. Mengetahui apa penyebab dari krisis ekonomi.
4. Mengetahui dampak dan akibat dari krisis ekonomi.
5. Mengetahui solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi krisis ekonomi.
6. Mengetahui kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Page | 3
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Kronologi Krisis Ekonomi 1997-1998


Tahun 1997 - 1998 adalah sebuah tragedi yang bersejarah dan tak
terlupakan bagi Indonesia. Karena perekonomian Indonesia tercatat sebagai
keadaan yang paling suram. Begitu Soeharto menyatakan diri mundur sebagai
presiden ke-2 RI pada Tanggal 21 Mei 1998. banyak sekali tragedy-tragedi yang
terjadi di Indonesia. Kecenderungan pelemahan rupiah pasar, terus menjadi-jadi
Sejak aksi penembakan mahasiswa Trisakti tangal 12 Mei dan aksi penjarahan 14
Mei di Jakarta. Hal itu diikuti gelombang kerusuhan dan aksi politik yang tidak
habis-habisnya pasca mundurnya Soeharto.
Pada bulan Juli 1997, kurs Rupiah terhadap dollar mulai merosot
mencapai Rp. 17.000, pada saat inilah awal sejarah perekonomian sangat buruk
bagi masyarakat Indonesia. Merasa tidak mampu dan tidak percaya diri
menyelesaikan krisis yang ada, sejumlah pejabat pemerintah akhirnya
memunculkan wacana untuk meminta pertolongan IMF. Bahkan banyak media
massa dalam dan luar negeri yang saat itu memuat saran-saran agar Indonesia
segera meminta pinjaman pada International Monetary Fund (IMF).
Akhirnya, pada tanggal 8 Oktober 1997 pemerintah meminta bantuan
kepada IMF untuk memulihkan keadaan krisis ekonomi saat itu. sebenarnya
ECONIT secara tegas memperingatkan bahwa mengundang IMF hanya akan
menjerumuskan Indonesia ke jurang krisis yang lebih parah. ECONIT
mengibaratkan Indonesia sebagai orang sakit. Memang Indonesia menghadapi
sejumlah penyakit dan harus diberikan perawatan diriumah sakit, tetapi Indonesia
tidak harus masuk kedalam perawatan Unit Gawat Darurat (UGD) yang
diibaratkan IMF. Berdasarkan pengalaman dari negara-negara yang pernah
bekerjasama dengan IMF, hanya sementara saja IMF memberikan perekonomian
yang stabil dan tidak lama kemudian krisis itu kembali lagi. Tetapi Indonesia
mengabaikan peringatan dari ECONIT. Direktur Pelaksana IMF, Michel
Camdessus, mengumumkan paket bantuan IMF untuk Indonesia senilai 23 miliar

Page | 4
dollar AS untuk menstabilkan keuangan dan melakukan reformasi ekonomi.
Bantuan tersebut terdiri atas 18 miliar dollar AS pinjaman badan multilateral dan
lima miliar dollar AS sisanya berasal dari pemerintah Indonesia. Toh, meskipun
IMF telah mengumumkan bantuannya kepada Indonesia, kurs rupiah tetap saja
melemah hingga mencapai Rp 3.670.
Kebijakan yang disarankan IMF juga menjerumuskan Indonesia ke krisis
yang lebih parah, seperti kasus likuidasi 16 bank pada bulan November 1997,
yang memicu rush terhadap puluhan bank besar Indonesia seperti Bank BCA dan
Bank Danamon, membuat kolaps sistem perbankan nasional, dan kian
menenggelamkan nilai tukar rupiah.
IMF juga memicu kerusuhan sosial melalui saran yang diberikan. Atas
saran IMF, untuk memangkas subsidi BBM dan listrik, pemerintah menaikkan
harga BBM antara 25 persen (minyak tanah) sampai 71 persen (premium) pada
tanggal 4 Mei 1998. Selang sehari kemudian, ribuan mahasiswa di Makasar turun
ke jalan dan terjadi bakar-bakaran untuk memprotes kenaikan harga BBM. Pada
hari-hari berikutnya, aksi tersebut meluas ke Medan, Surabaya, Solo, Yogyakarta,
dan puncaknya berakhir di Jakarta 12 Mei 1998. Akibat saran IMF tersebut,
ratusan orang meninggal di seluruh Indonesia, ribuan luka-luka, ratusan gedung
dan ribuan kendaraan hancur dan terbakar. Inilah contoh kesekian kalinya di
negara berkembang: terjadi kerusuhan sosial akibat saran IMF
Dengan kata lain sangatlah sulit bagi negara-negara yang memiliki
perekonomian yang berkembang diatas sistem keuangan dunia yang labil dan
cenderung menjerumuskannya kedalam perangkapnya. Rekayasa dan spekulasi
yang disengaja untuk menyerang mata uang suatu negara bisa berakibat fatal bagi
sistem ekonomi suatu negara secara keseluruhan. Bentuk aksinya adalah dengan
memperlemah sistem keuangan yang berlaku dengan negara yang bersangkutan.
Hal ini bisa terjadi oleh karena kekuatan berupa potensi dan yang dimilikinya dan
diperkuat dengan praktik dan institusi pasar valuta. Pada gilirannya, praktik-
praktik semacam ini menyebabkan negara dan rakyat yang aktif di sector riil
menanggung pil pahit dari akibat yang ditimbulkannya.
Kronologis krisis moneter yang ada di indonesia dari 1997 :

Page | 5
 Tertekannya nilai tukar rupiah setelah terjadi hal yang serupa terhadap baht
Thailand yang diikuti dengan pengambangan baht tanggal 2 Juli 1997 dan
peso Pilipina 11 Juli 1997.
 Dilakukan pelebaran kurs intervensi rupiah dari 8% menjadi 12% pada 11 Juli
1997, setelah dilakukan pelebaran sebanyak enam kali sejak 1994.
 Dilakukan penghapusan rentang kurs intervensi atau pengambangbebasan
rupiah pada tanggal 14 Agustus 1998.
 Dilakukan intervensi dalam pasar valas menghadapi tekanan yang timbul baik
setelah pelebaran kurs intervensi maupun setelah 14 Agustus 1997. Hal ini
diikuti dengan langkah-langkah yang biasa dilakukan untuk mempertahankan
kurs dengan intervensi, yaitu pengetatan likuiditas melalui kebijakan moneter
dan fiskal dengan berbagai bentuknya (penundaan pengeluaran anggaran,
peningkatan suku bunga SBI dan pengubahan deposito milik BUMN ke
dalam SBI).
 Langkah -langkah kebijakan makro dan sektoral 3 September 1997, suatu
"self imposed IMF program ": Keputusan untuk meminta bantuan IMF awal
Oktober 1997, Perundingan dengan IMF yang menghasilkan 'letter of intent'
pertama, 31 Oktober 1997, dari precautionary menjadi standby arrangement.
Program yang akan diimplementasikan meliputi kebijakan pengendalian
moneter dan nilai tukar, langkah-langkah fiskal, restrukturisasi sektor
keuangan dan restrukturisasi sektor riil.
 Kebijakan pencabutan ijin usaha 16 bank dan implikasinya.
 Pencairan pinjaman tahap pertama $3 milyar dari pinjaman IMF $10 milyar
sebagai bagian dari paket $43 milyar. Intervensi pasar valas bersama Jepang
dan Singapore yang berhasil, kemudian implementasi program dengan
dukungan IMF yang kurang lancar (masalah tuntutan terhadap Gubernur BI
dan Menkeu di PTUN, ketidakjelasan pelaksanaan penghapusan monopoli
dan penundaan proyek-proyek serta pelaksanaan kebijakan moneter yang
seret) dan reaksi pasar yang negatif.
 Proses terjadinya 'letter of intent' kedua, 15 Januari 1998, didahului dengan
desakan G7.

Page | 6
 Reaksi pasar terhadap kemungkinan pencalonan Habibie sebagai Wapres.
 Pelaksanaan restrukturisasi perbankan dengan pemberian garansi terhadap
semua deposito, giro, tabungan dan pinjaman perbankan serta pendirian
BPPN.
 Keputusan BPPN membekukan 7 bank serta melaksanakan pengawasan
intensif terhadap 7 bank lain.
 Perundingan Pemerintah dengan IMF yang menghasilkan "Memorandum
Tambahan tentang Kebijaksanaan Ekonomi dan Keuangan", yang ditanda
tangani Menko Ekuin pada tanggal 9 April 1998.
 Pencairan pinjaman tahap ke dua sebesar $1 milyar.
 Penyelesaian pinjaman swasta dengan berbagai perundingan di Tokyo, New
York dan Frankfurt.
 Pengumuman Kabinet Reformasi dan pemberian status independen ke pada
Bank Indonesia setelah pergantian Presiden dari Soeharto ke Habibie.

2.2 Penyebab Krisis Ekonomi


Berbagai kajian yang menelaah krisis keuangan Asia telah banyak
dilakukan, tentunya dari berbagai sudut pandang pula. Secara umum terlihat suatu
pola dan karakteristik yang berlaku sama di seluruh negara yang dilanda krisis.
Namun, dalam hal kedalamannya dan jangka waktunya, Indonesia dapat dikatakan
sangat unik. Sulit mencari pembandingnya, barangkali negara yang paling layak
untuk dibandingkan waktu itu adalah Rusia, dan sekarang mungkin Argentina.
Sebagai introspeksi, harus diakui bahwa krisis di Indonesia benar-benar tidak
terduga datangnya, sama sekali tidak terprediksi sebelumnya.
Seperti dikatakan oleh Furman dan Stiglitz (1998), bahwa di antara 34
negara bermasalah yang diambil sebagai sampel penelitiannya, Indonesia adalah
negara yang paling tidak diperkirakan akan terkena krisis bila dibandingkan
dengan negara-negara lainnya. Ketika Thailand mulai menunjukkan gejala krisis,
orang umumnya percaya bahwa Indonesia tidak akan bernasib sama. Fundamental
ekonomi Indonesia dipercaya cukup kuat untuk menahan eksternal shock akibat

Page | 7
kejatuhan ekonomi Thailand. Berikut ini akan diuraikan mengenai penyebab
Krisis Ekonomi Indonesia tahun 1997-1998 :
Faktor utama yang menyebabkan krisis moneter tahun 1998 yaitu faktor politik.
Pada tahun 1998 krisis ekonomi bercampur kepanikan politik luar biasa saat rezim
Soeharto hendak tumbang. Begitu sulitnya merobohkan bangunan rezim Soeharto
sehingga harus disertai pengorbanan besar berupa kekacauan yang mengakibatkan
pemilik modal dan investor kabur dari Indonesia. Pelarian modal besar-besaran
karena kepanikan politik ini praktis lebih dahsyat daripada pelarian modal yang
dipicu oleh pertimbangan ekonomi semata. Karena itu, rupiah merosot amat
drastis dari level semula Rp 2.300 per dollar AS (pertengahan 1997) menjadi level
terburuk Rp17.000 per dollar AS (Januari 1998). Penyebab lainnya adalah:
1. Stok hutang luar negeri swasta yang sangat besar dan umumnya berjangka
pendek, telah menciptakan kondisi bagi “ketidakstabilan” ekonomi Indonesia.
Hal ini diperburuk oleh rasa percaya diri yang berlebihan, bahkan cenderung
mengabaikan, dari para menteri di bidang ekonomi maupun masyarakat
perbankan sendiri menghadapi besarnya serta persyaratan hutang swasta
tersebut. Pemerintah selama ini selalu ekstra hati-hati dalam mengelola
hutang pemerintah (atau hutang publik lainnya), dan senantiasa menjaganya
dalam batas-batas yang dapat tertangani (manageable). Akan tetapi untuk
hutang yang dibuat oleh sektor swasta Indonesia, pemerintah sama sekali
tidak memiliki mekanisme pengawasan.
2. Banyaknya kelemahan dalam sistem perbankan di Indonesia. Dengan
kelemahan sistemik perbankan tersebut, masalah hutang swasta eksternal
langsung beralih menjadi masalah perbankan dalam negeri. Ketika liberalisasi
sistem perbankan diberlakukan pada pertengahan tahun 1980-an, mekanisme
pengendalian dan pengawasan dari pemerintah tidak efektif dan tidak mampu
mengikuti cepatnya pertumbuhan sektor perbankan. Hampir tidak ada
penegakan hukum terhadap bank-bank yang melanggar ketentuan, khususnya
dalam kasus peminjaman ke kelompok bisnisnya sendiri, konsentrasi
pinjaman pada pihak tertentu, dan pelanggaran kriteria layak kredit. Pada
waktu yang bersamaan banyak sekali bank yang sesunguhnya tidak bermodal

Page | 8
cukup (undercapitalized) atau kekurangan modal, tetapi tetap dibiarkan
beroperasi. Semua ini berarti, ketika nilai rupiah mulai terdepresiasi, sistem
perbankan tidak mampu menempatkan dirinya sebagai “peredam kerusakan”,
tetapi justru menjadi korban langsung akibat neracanya yang tidak sehat.
3. Sejalan dengan makin tidak jelasnya arah perubahan politik, maka isu tentang
pemerintahan otomatis berkembang menjadi persoalan ekonomi pula. Hill
(1999) menulis bahwa banyaknya pihak yang memiliki vested interest dengan
intrik-intrik politiknya yang menyebar ke mana-mana telah menghambat atau
menghalangi gerak pemerintah, untuk mengambil tindakan tegas di tengah
krisis. Jauh sebelum krisis terjadi, investor asing dan pelaku bisnis yang
bergerak di Indonesia selalu mengeluhkan kurangnya transparansi, dan
lemahnya perlindungan maupun kepastian hukum. Persoalan ini sering
dikaitkan dengan tingginya “biaya siluman” yang harus dikeluarkan bila
orang melakukan kegiatan bisnis di sini. Selama Indonesia menikmati
economic boom persepsi negatif tersebut tidak terlalu menghambat ekonomi
Indonesia. Akan tetapi begitu krisis menghantam, maka segala kelemahan itu
muncul menjadi penghalang bagi pemerintah untuk mampu mengendalikan
krisis. Masalah ini pulalah yang mengurangi kemampuan kelembagaan
pemerintah untuk bertindak cepat, adil, dan efektif. Akhirnya semua itu
berkembang menjadi “krisis kepercayaan” yang ternyata menjadi penyebab
paling utama dari segala masalah ekonomi yang dihadapi pada waktu itu.
Akibat krisis kepercayaan itu, modal yang dibawa lari ke luar tidak kunjung
kembali, apalagi modal baru.
4. Perkembangan situasi politik telah makin menghangat akibat krisis ekonomi,
dan pada akhirnya memperbesar dampak krisis ekonomi itu sendiri. Faktor ini
merupakan hal yang paling sulit diatasi. Kegagalan dalam mengembalikan
stabilitas sosial-politik telah mempersulit kinerja ekonomi dalam mencapai
pemulihan secara mantap dan berkesinambungan. Meskipun persoalan
perbankan dan hutang swasta menjadi penyebab dari krisis ekonomi, namun,
kedua faktor yang disebut terakhir di atas adalah penyebab lambatnya
pemulihan krisis di Indonesia. Pemulihan ekonomi sangat sulit dan bahkan

Page | 9
tidak mungkin dicapai, tanpa pulihnya kepercayaan pasar, dan kepercayaan
pasar tidak mungkin pulih tanpa stabilitas politik dan adanya permerintahan
yang terpercaya.

2.3 Dampak Krisis Ekonomi


Berbagai dampak krisis ekonomi timbul di Indonesia. Krisis ekonomi membawa
dampak yang kurang baik bagi Indonesia, ini disebabkan karena kurs nilai tukar
valas, khususnya dollar AS, yang melambung tinggi jika dihadapkan dengan
pendapatan masyarakat dalam rupiah tetap. Dampak yang terlihat seperti:
- Banyak perusahaan yang terpaksa mem-PHK pekerjanya dengan alasan tidak
dapat membayar upah para pekerjanya. Sehingga menambah angka
pengangguran di Indonesia.
- Pemerintah kesulitan menutup APBN. Harga barang yang naik cukup tinggi,
yang mengakibatkan masyrakat kesulitan mendapat barang-barang kebutuhan
pokoknya.
- Hutang luar negeri jangka pendek dan menengah sehingga nilai tukar rupiah
mendapat tekanan yang berat karena tidak tersedia cukup devisa untuk
membayar utang yang jatuh tempo beserta bunganya, ditambah sistem
perbankan nasional yang melemah.
- Harga BBM naik.
- Kemiskinan juga termasuk dampak krisis moneter.
- Merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang sangat tajam.
- Banyaknya kelemahan dalam sistem perbankan di Indonesia. Dengan
kelemahan sistemik perbankan tersebut, masalah hutang swasta eksternal
langsung beralih menjadi masalah perbankan dalam negeri.
Pada Oktober 1998 jumlah keluarga miskin di perkirakan sekitar 7.5 juta.
Meningkatnya jumlah penduduk yang miskin tidak terlepas dari jatuhnya nilai
mata uang rupiah yang tajam, yang menyebabkan terjadinya kesenjangan antara
penghasilan yang berkurang akibat PHK atau naik sedikit dengan pengeluaran
yang meningkat tajam karena tingkat inflasi yang tinggi.

Page | 10
Disaat krisis itu terjadi banyak pejabat yang melakukan korupsi. Sehingga
mengurangi pendapatan para pekerja yang lain. Banyak perusahaan yang
meminjam uang pada perusahaan Negara asing dengan tingkat bunga yang
lumayan tinggi, hal itu menambah beban utang Negara.
Pada sisi lain merosotnya nilai tukar rupiah juga membawa hikmah.
Secara umum impor barang menurun tajam. Sebaliknya arus masuk turis asing
akan lebih besar, daya saing produk dalam negeri dengan tingkat kandungan
impor rendah meningkat sehingga bisa menahan impor dan merangsang ekspor
khususnya yang berbasis pertanian. Krisis ini sangat mengganggu kesejahteraan
masyarakat.

2.4 Solusi Krisis Ekonomi


Setiap bangsa mempunyai cita-cita luhur yang ingin dicapai dan cita-cita
tersebut mempunyai fungsi sebagai penentu dari tujuan nasional. Dalam rangka
mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia yang tak luput dari tantangan,
ancaman, hambatan serta gangguan yang senantiasa perlu dihadapi ataupun
ditanggulangi mencakup seluruh komponen bangsa terutama para penerus-penerus
bangsa yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.
Oleh karena itu,suatu bangsa harus mempunyai kemampuan, kekuatan,
ketangguhan dan keuletan dalam menghadapinya dan semua itu dilakukan tak lain
semata-mata untuk dapat mempertahankan kelangsungan kehidupan suatu bangsa.
Dimana semua dari komponen ini disusun dan dikembangkan berdasarkan
wawasan nusantara dan untuk mewujudkan semua itu bagi bangsa Indonesia
sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat harus mempunyai kekuatan dari
aspek-aspek, unsur-unsur ekonomi ketahanan nasional guna mengantisipasi
kemungkinan besar dampak dari krisis ekonomi.
Pemerintah sudah berusaha untuk segera mengatasi dampak krisis. Namun
pemerintah tidak bisa bekerja sendiri dan membutuhkan dukungan semua pihak,
terutama rakyat Indonesia demi nasib bangsa. Langkah- langkah di antaranya:

Page | 11
1. Presiden mengajak semua pihak dalam menghadapi krisis global harus terus
memupuk rasa optimisme dan saling bekerjasama sehingga bisa tetap
menjagar kepercayaan masyarakat.

2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan mencari peluang ekspor dan


investasi serta mengembangkan perekonomian domestik.

3. Mengoptimalkan APBN secara efisien untuk terus memacu pertumbuhan


dengan tetap memperhatikan `social safety net` dengan sejumlah hal yang
harus diperhatikan yaitu infrastruktur, alokasi penanganan kemiskinan,
ketersediaan listrik serta pangan dan BBM.

4. Ajakan pada kalangan dunia usaha untuk tetap mendorong sektor riil dapat
bergerak. Bila itu dapat dilakukan maka pajak dan penerimaan negara bisa
terjaga dan juga tenaga kerja dapat terjaga. Sementara Bank Indonesia dan
perbankan nasional harus membangun sistem agar kredit bisa mendorong
sektor riil. Di samping itu, masih menurut Kepala Negara, pemerintah akan
menjalankan kewajibannya untuk memberikan insentif dan kemudahan secara
proporsional.

5. Mengembangkan pasar dinegara-negara tetangga dikawasan asia yang secara


tidak lamgsung terkena pengaruh krisis keuangan AS.

6. Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri dan menggalakkan kembali


penggunaan produk dalam negeri sehingga pasar domestik akan bertambah
kuat.

7. Memanfaatkan peluang perdagangan internasional.

8. Menyatukan langkah strategis Pemerintah dengan Bank Indonesia (BI).

9. Menghindari politik non partisan untuk menghadapi krisis.

Page | 12
10. Semua kalangan diharapkan untuk menghindari sikap ego-sentris dan
memandang remeh masalah yang dihadapi.

11. Presiden meminta semua pihak melakukan komunikasi yang tepat dan baik
pada masyarakat. Tak hanya pemerintah dan kalangan pengusaha, serta
perbankan, Kepala Negara juga memandang peran pers dalam hal ini sangat
penting karena memiliki akses informasi pada masyarakat.

2.5 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia


Kondisi Perekonomian Indonesia Tahun 2008 – 2012 dimulai dari tahun
2008. Perekonomian dunia diguncangkan dengan adanya krisis global, namun
adanya krisis global ini ternyata tidak terlalu berpengaruh pada pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak mengalami penurunan
yang cukup berarti seperti saat periode krisis ekonomi, pada tahun 2008
pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 6,01%, turun 0,33% dibandingkan
pertumbuhan pada tahun 2007.
Dampak adanya krisis global ini justru baru dirasakan pada tahun 2009.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 ternyata mengalami penurunan yang lebih
besar jika dibandingkan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi pada tahun
2008. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 4,58 persen, jika
dibandingkan tahun 2008 pertumbuhan ekonomi tahun 2009 mengalami
penurunan sebesar 1,44 persen. Pada tahun 2010 kondisi perekonomian Indonesia
kembali menunjukkan kondisi yang cukup baik, pertumbuhan ekonomi Indonesia
tahun 2010 tumbuh 6,1 persen, meningkat dibandingkan tahun 2009 dan mampu
lebih tinggi dari tahun 2008.
Melihat kinerja dan stabilitas perekonomian yang cukup bagus pada tahun
2010 memberikan suatu harapan bahwa di tahun selanjutnya pertumbuhan
ekonomi Indonesia mampu bertahan dan mengalami peningkatan. Kondisi
perekonomian global pada tahun 2011 menunjukkan kondisi yang penuh
ketidakpastian. Hal tersebut dapat berakibat negatif pada kondisi perbankan di
berbagai negara, selain juga memiliki dampak terhadap meningkatnya resiko

Page | 13
kondisi perekonomian di masa yang akan datang. Walaupun demikian, kondisi
buruk tidak terjadi di Indonesia. Kondisi perekonomian Indonesia pada tahun
2011 mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu mencapai 6,5 persen. Hal
ini juga seiring dengan kondisi perbankan di Indonesia yang cukup baik.
Namun demikian, senada dengan Irwan, Abdul Rachman juga mengatakan
bahwa di tengah ancaman krisis global, perekonomian Indonesia memiliki kondisi
yang baik. Kondisi Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 bahkan
diproyeksikan solid, dan memiliki peningkatan hingga 6,7 persen. Menurutnya,
hal ini besar dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi domestik. “Ekonomi
domestik tumbuh karena porsi ekonomi kita yang bergantung pada ekspor relatif
kecil,” ungkapnya.
Pertumbuhan Ekonomi Negara Indonesia dan Beberapa Negara Lain tahun 2011
(%)
Negara 2011
Kw1 Kw2
AS 2,3 1,5
Jepang -1,0 -1,0
Jerman 5,4 2,8
China 9,7 9,5
Korea Selatan 4,2 3,4
Singapura 8,3 0,9
Indonesia 6,5 6,5
Sumber: BI (dikutip dari Kompas, Sabtu, 10 September 2011, Ekonomi, halaman 19).

Bank Pembangunan Asia (ADB, 2011), yang didalam laporan tahunannya


mengenai perekonomian global, termasuk negara-negara di kawasan Asia,
menurunkan perkiraan target pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut pada
tahun 2011 dari sebelumnya 7,8 persen menjadi 7,5 persen. Namun, di sisi lain, di
dalam laporannya itu, ADB justru memperkirakan pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada tahun 2011 akan lebih baik daripada perkiraan sebelumnya yakni
dari 6,4 persen menjadi 6,6 persen. Bahkan ADB memperkirakan pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada tahun 2012 adalah 6,8 persen, meningkat dari perkiraan
semula yakni 6,7persen. Alasan utama yang diberikan oleh ADB untuk merevisi
kebawah laju pertumbuhan ekonomi Asia adalah melemahnya permintaan ekspor
dari dua pasar penting yakni Eropa dan AS yang sudah mulai kelihatan sejak

Page | 14
semester pertama tahun 2011. Negara-negara Asia yang mengalami penurunan
permintaan ekspor dari kedua wilayah tersebut adalah termasuk China yang
selama ini memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi di Asia (yang oleh sebab itu
selama ini sebagai motor utama pertumbuhan ekonom Asia). Tetapi, menurut
laporan itu, perdagangan antar negara di Asia tidak menurun, paling tidak hingga
semester pertama 2011. Bahkan dalam 5 tahun terakhir volumenya mengalami
peningkatan.

Page | 15
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Krisis Ekonomi yang terjadi di Indonesia tidak sepenuhnya karena sistem
ekonomi Indonesia melainkan juga karenam kiriman dari negara lain. Inflasi juga
merupakan salah satu faktor terjadinya krisis tersebut. Dampak yang di timbulkan
berbagai macam dan dampak tersebut kebanyakan membawa pengaruh negatif
terhadap perekonomian Indonesia bahkan berpengaruh langsung kepada rakyat
Indonesia.
Krisis ekonomi di Indonesia yang diawali dengan stok hutang luar negeri
swasta yang sangat besar dan umumnya berjangka pendek telah menciptakan
kondisi “ketidakstabilan” ekonomi dan kelemahan dalam sistem perbankan di
Indonesia. Dan yang menjadi tugas pemerintah saat ini dan ke depan adalah
bagaimana penegakkan peraturan-peraturan tersebut. Perekonomia Indonesia yang
telah kebih baik masih harus mengurangi beban ekonomi rakyat dan penganguran
demi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, khususnya ekonomi pada
pemberdayaan ekonomi rakyat dan daerah.
Dalam pemulihan ekonomi, pemerintah dan pelaku ekonomi mengelola
kebijakan makro dan mikro ekonomi secara terkoordinasi dan sinergis guna
menentukan tingkat suku bunga yang wajar, tingkat inflasi terkendali, tingkat kurs
rupiah yang stabil dan sesuai realita, dan berusaha menyediakan fasilitas publik
yang memadai dan harga terjangkau serta mempelancar perizinan yang
transparan, mudah, murah dan cepat.
Juga mengembangkan kebijakan fiskal dengan memperhatikan prinsip
transparansi, disiplin, efisiensi, efektivitas untuk menambah penerimaan negara
dan mengurangi ketergantungan dana dari luar negeri serta mengembangkan pasar
modal yang sehat, transparan, efisiensi dan meningkatkan penerapan peraturan
perundangan sesuai standar internasional dan diawasi oleh lembaga indepeden.
Serta mengoptimalkan penggunaan pinjaman luar negeri pemerintah untuk
kegiatan produktif yang dilaksanakan secara transparan, efektif dan efisien.

Page | 16
Mekanisme dan prosedur pinjaman luar negeri harus ada persetujuan dari DPR
dan di atur oleh Undang-Undang.
Dengan mempercepat penyelamatan dan pemulihan ekonomi guna
membangkitkan sektor riil terutama bagi pengusaha kecil, menengah dan koperasi
melalui upaya pengendalian laju inflasi, stabilitas kurs rupiah pada tingkat yang
realitis dan tingkat suku bunga yang wajar serta di dukung oleh tersedianya
likuiditas sesuai kebutuhan, maka sistem ekonomi mengalami pemulihan dan
stabilisasi yang wajar dengan pertumbuhan ekonomi yang sehat.
3.2 Saran
Saran saya adalah masih diperlukan pembenahan manajemen
pembangunan dan pemerintahan. Jika ekonomi Indonesia mengalami satu
kerapuhan struktur jangan hanya difokuskan pada satu sisi permasalahan tersebut
saja, pemerintah lebih baik meninjau permasalahannya lebih dalam lagi.
Pemerintah harus lebih mengawasi sistem perekonomian agar sehat dan jauh dari
krisis. Juga memperhatikan laju tingkat pertumbuhan ekonomi. Sehingga, dengan
lebih teraturnya sistem ekonomi Indonesia, kondisi ekonomi yang sehat dapat
lebih mensejahterakan dan memakmurkan masyarakat Indonesia terutama kaum
miskin.
Untuk mengantisipasi krisis ekonomi bukan hanya semata-mata tugas
pemerintah namun menjadi tugas bersama untuk saling bahu membahu dalam
mengatasi krisis antara pemerintah. Dunia usaha dan pelaku-pelaku ekonomi
lainnya akan menciptakan iklim usaha yang kondusif, sehingga para investor tidak
ragu dalam menanamkan modal dan berinvestasi di Indonesia. Para eksportir
harus jelih dalam mengamati peluang pasar  yang ada. Sehingga pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang diimpikan bersama dapat tercapai.

Page | 17
DAFTAR PUSTAKA

http://gentagboy.wordpress.com/about/tugas-makalah/krisis-ekonomi/
http://watiqqleind.wordpress.com/2011/11/08/makalah-pengaruh-krisis-ekonomi-
global-terhadap-keadaan-ekonomi-di-indonesia/
http://forumkeuangan.blogspot.com/2007/12/pentingnya-pertumbuhan-ekonomi-
yang.html
http://gentagboy.wordpress.com/about/tugas-makalah/krisis-ekonomi/
http://ismyiissetiawati.blogspot.com/2013/07/makalah-ekonomi-makro-krisis.html
http://myasirarafat.wordpress.com/2012/05/31/apa-itu-krisis-ekonomi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_makro
http://junaardas.blogspot.com/2010/03/ekonomi-adalah.html
http://ssbelajar.blogspot.com/2013/01/teori-teori-pertumbuhan-ekonomi.html
http://kertaskecil-farah.blogspot.com/
http://putracenter.net/2009/02/10/4-penyebab-krisis-ekonomi-indonesia-tahun-
1997-1998-apakah-akan-terulang-pada-krisis-ekonomi-sekarang/
http://nizarakbar.blogspot.com/2012/05/terjadinya-krisis-moneter.html
http://hilmihusada.wordpress.com/2012/11/05/faktor-penyebab-krisis-
ekonomi-2/
http://fideliavania25.blogspot.com/2013/04/cara-mengatassi-krisis-
moneter.html
http://jmmigo.wordpress.com/2013/10/16/beberapa-cara-untuk-mengatasi-
perekonomian-indonesia-2/
http://goresaninspirasi.blogspot.com/2012/06/teori-finansial-dan-pertumbuhan-
ekonomi.html

Page | 18

Anda mungkin juga menyukai