Anda di halaman 1dari 16

Makalah

KRISIS EKONOMI
Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia

Oleh Kelompok 5 :

Fakhru Rozzi (2040401057) Sisi Adinda (2040401052)

Galluh (2040401114) Elia Jones (2040401107)

Sawaria (2040401016) Firman Ramadhani (2040401111)

Sherliena Elisa (2040401051)

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan Rahmat-Nya, sehingga penulis beserta teman-teman kelompok 5 dapat
menyelesaikan makalah tentang “Krisis Ekonomi”

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan


oleh Dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia yaitu Aan Digita Malik, S.E.,
M.Ak.

Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita


semua, dalam hal menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang Krisis
Ekonomi

Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan kelompok yang


telah mendukung dan menjalin kerjasama yang baik sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.

Penulis menyadari makalah ini terdapat banyak kekurangan, maka penulis


mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik. Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.

Tarakan, 18 Maret 2021

Penulis Fakhru Rozzi

ii
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………………………1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………2

1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Krisis Ekonomi…………………………………………………,……………………………….3

2.2 Penyebab Terjadinya Krisis Ekonomi………………………..……………………………………3

2.3 Jenis Krisis Ekonomi dan Jalur Transmisi Dampaknya…,,………………………………..4

2.4 Jalur Transmisi Kunci dan Indikator Monitoring Dampak Krisis…………………...…8

2.5 Analisis Empiris…………………………………………………………………………………………….10

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan………………………………………………………………………………………………..…….13

3.2 Saran…………………………………………………………………………………………………………….13

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………….……………13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan ekonomi berperan begitu penting dalam sebuah negara. Namun,
ternyata untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang sehat sangatlah tidak
mudah. Kegiatan ekonomi tidak selamanya terus menerus berkembang dengan
baik. Indonesia pernah mengalami ketidakseimbangan laju pertumbuhan
ekonomi yang dinamakan “Krisis Ekonomi” pada tahun1997-1998.

Tingginya laju inflasi pada waktu itu menyebabkan menurunnya daya beli
masyarakat, khususnya golongan berpendapatan rendah. Hal ini sesuai dengan
teori Keynes (Alvin, 1964) bahwa jumlah uang menjadi suatu faktor yang penting
dalam menentukan jumlah pengeluaran, perubahan jumlah uang dapat
mempengaruhi tingkat bunga, dan fungsi konsumsi. Jadi, jumlah uang
menimbulkan perubahan dalam permintaan seluruhnya. Krisis Ekonomi hingga
sekarang belum bisa dibilang terselesaikan, walaupun tidak separah di masa lalu.

Jadi dapat diketahu bahwa Krisis ekonomi merupakan salah satu dimensi
yang telah membawa sebagian besar rakyat kita terjerumus lebih dalam ke
suasana kehidupan yang amat memprihatinkan. Untuk mewujudkan pemulihan
ekonomi Indonesia, bukanlah pekerjaan yang mudah. Meskipun begitu, kita harus
tetap bertekad, dan bekerja sama. Setiap orang Indonesia diharapkan dapat
untuk berpartisipasi menyumbangkan pikiran, tenaga, dan mau bekerja keras
untuk keluar dari krisis yang dialami.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dari Uraian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah, adapun rumusan
masalah dalam pembahasan ini adalah,

1. Apa Pengertian Krisis ekonomi

2. Penyebab terjadinya krisis ekonomi

3. Apa Jenis Jenis Krisis Ekonomi dan Jalur Transmisi Dampaknya

4. Analisis Empiris dari krisis ekonomi

1.3 Tujuan Penulisan


Dari rumusan masalah diatas dapat dirumuskan beberapa tujuan
pembahasan. Adapun tujuannya yakni sebagai berikut;

1. Mengetahui serta memahami dan mendalami Pengertian dari Krisis


ekonomi.

2. Mempelajari dan memcegah bagaimana krisis ekonomi itu bisa terjadi.

3. Mengetahui serta memahami jenis-jenis Krisis ekonomi.


2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Krisis Ekonomi


Menurut Market Business News, krisis ekonomi adalah keadaan di mana perekonomian
di suatu negara mengalami penurunan secara drastis.

Menurut para ahli juga, pengertian krisis ekonomi adalah suatu keadaan dimana sebuah negara
yang pemerintahnya tidak dipercaya lagi oleh rakyatnya, khususnya masalah finansial.
Rakyatnya tidak mau lagi menyimpan uang di bank-bank yang ada, sehingga bank-bank
mengalami kesulitan uang tunai. jika itu terjadi maka bank sentral akan mencairkan asetnya
untuk menalangi semua bank-bank itu. Setelah itu maka harga-harga naik seiring dengan
banyaknya uang tunai di masyarakat akibat bank kelebihan uang tunai.

Definisi Secara umum, negara yang menghadapi keadaan tersebut akan mengalami penurunan
PDB (produk domestik bruto), anjloknya harga properti dan saham, serta naik turunnya harga
karena inflasi. Kejadian ini memang sangat menakutkan. Sebab, akan ada banyak sekali pihak
yang dirugikan jika sampai terjadi krisis ekonomi di suatu negara. Gejala yang muncul saat krisis
ekonomi biasanya diawali oleh penurunan belanja dari pemerintah. Lalu, jumlah pengangguran
melebihi 50% dari jumlah tenaga kerja.

Selain itu, terjadi pula kenaikan harga pokok yang semakin meroket, penurunan konsumsi yang
rendah, penurunan nilai tukar yang tidak terkontrol, dan penurunan pertumbuhan ekonomi
yang drastis.

2.2 Penyebab Terjadinya Krisis Ekonomi


1. Utang negara yang berlebihan
Salah satu penyebab terjadinya krisis ekonomi adalah karena banyaknya beban utang
negara sehingga tidak mampu membayarnya. Hal ini sama seperti halnya suatu perusahaan.
Apabila memiliki banyak utang dan tidak mampu membayarnya, maka bisa dipastikan
perusahaan tersebut akan bangkrut.

2. Laju inflasi yang tinggi

3
Inflasi merupakan sebuah peristiwa di mana harga barang dan jasa mengalami kenaikan
dalam waktu yang panjang. Sebenarnya, inflasi tidak selalu menjadi hal yang negatif,
bergantung pada tinggi rendahnya tingkat presentase inflasi. Akan tetapi, jika inflasi terjadi
dalam waktu yang lama serta mengalami laju yang tinggi, hal ini bisa mengakibatkan nilai uang
turun dan membuat perekonomian di suatu negara semakin memburuk.

3. Pertumbuhan ekonomi yang macet


Penyebab lainnya dari krisis ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi di suatu negara
tidak berkembang atau macet. Semakin buruk pertumbuhannya, maka ada kemungkinan
negara tersebut masuk ke jurang krisis perekonomian. Contoh nyata karena suatu negara
mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat adalah karena adanya virus corona seperti saat
ini. Beberapa negara ada yang sudah mengalami resesi karena adanya pandemi virus corona.

4. Lemahnya Bank Sentral


Keterbatasan Bank Indonesia dalam menjalankan kebijakan moneter yang semakin
terbatas karena kondisi keuangannya yang sulit.

2.3 Jenis Krisis Ekonomi dan Jalur Transmisi Dampaknya


Suatu perubahan ekonomi dapat menjelma menjadi suatu krisis ekonomi. Dilihat dari
proses terjadinya, krisis ekonomi mempunyai dua sifat yang berbeda. Pertama, krisis ekonomi
yang terjadi secara mendadak atau muncul tanpa ada tanda-tanda sebelumnya, yang umum
disebut goncangan ekonomi tak terduga. Misalnya, kenaikan harga minyak yang sangat besar di
pasar internasional pada tahun 1974, yang dilakukan oleh OPEC sebagai suatu reaksi keras dari
negara-negara Barat terutama AS dan Eropa Barat terhadap Israel yang sedang terlibat suatu
perang besar dengan negara-negara Arab, khususnya, Mesir, Suriah, Irak dan Yordania.
Sedangkan bagi Indonesia yang saat itu masih menjadi salah satu pengekspor minyak di dunia,
peristiwa tersebut merupakan suatu keuntungan besar (oil boom) yang memberikan
pemasukan yang sangat besar (yang tidak terduga sebelumnya) bagi pemerintah.

Sedangkan krisis ekonomi yang sifatnya tidak mendadak, melainkan melewati suatu
proses akumulasi yang cukup panjang, adalah seperti krisis ekonomi global yang terjadi pada
periode 2008-2009. Krisis ini diawali dengan suatu krisis keuangan yang paling serius yang
pernah terjadi di AS setelah depresiasi pada dekade 30-an, yang akhirnya merembet ke
negara-negara maju lainnya seperti Jepang dan Eropa lewat keterkaitan-keterkaitan keuangan
global. Setelah beberapa bulan kemudian ekonomi dunia mulai mengalami resesi yang ditandai

4
dengan penurunan pendapatan dan permintaan global yang juga berimbas pada perekonomian
Indonesia dan banyak negara lainnya di dunia.

Suatu krisis ekonomi di suatu negara atau wilayah bisa berasal dari luar atau dari dalam
negara/wilayah tersebut. Bersumber dari dalam, misalnya penurunan produksi suatu komoditas
secara mendadak. Bersumber dari luar adalah seperti krisis ekonomi global 2008-2009, atau
krisis minyak pertama pada tahun1974 dan kedua pada tahun 1979.

Berikut ini akan dibahas sejumlah tipe krisis ekonomi yang mana dunia atau banyak
negara pernah mengalaminya dalam 50 tahun belakangan ini (1961-2011, atau kemungkinan
besar akan terjadi dimasa yang akan datang.

1. Krisis Produksi
Krisis produksi adalah termasuk tipe krisis ekonomi yang bersumber dari dalam negeri.
Krisis tersebut bisa dalam bentuk penurunan produksi domestik secara mendadak dari sebuah
(atau sejumlah) komoditas pertanian, misalnya, padi/beras. Penurunan produksi tersebut
berakibat langsung pada penurunan tingkat pendapatan riil dari para petani dan buruh tani
padi.

Gambar 1: Krisis Produksi Domestik dan Dampaknya terhadap Kemiskinan


Dalam tipe krisis ini, jalur-jalur transmisi dampaknya terhadap kemiskinan adalah
perubahan-perubahan dalam harga (inflasi), jumlah kesempatan kerja dan tingkat pendapatan.
Kelompok-kelompok masyrakat yang paling rentan terhadap tipe krisis ini adalah petani dan
keluarganya, buruh tani dan keluarganya, dan pada peringkat berikutnya adalah pekerja dan
pemilik-pemilik usaha sertai keluarga-keluarga mereka di sektor-sektor lainnya yang terkait
lewat produksi dengan subsektor padi.

5
2. Krisis Perbankan
Dampak langsung atau fase pertama dari efek krisis perbankan adalah kesempatan kerja
dan pendapatan mennurun disubsektor keuangan tersebut. Pada fase kedua krisis perbankan
merembet ke perusahaan perusahaan yang sangat tegantung pada sektor perbankan.

Rumah tangga juga kena dampaknya. Ada dua macam dampak terhadap rumah tangga
dan dua tipe kelompok rumah tangga yang terkena dampaknya. Pertama, kelompok rumah
tangga kaya: tabungan mereka hilang karena bank-bank yang menyimpan uang mereka
bangkrut. Di banyak negara, termasuk Indonesia, pemeritah memberikan jaminan keamnan
bagi pemilik-pemilik rekening tabungan di perbankan, tapi hanya hingga suatu batas (jumlah)
tertentu saja. Kedua, kelompok rumah tangga non-kaya: pengeluaran-pengeluaran mereka
terutama untuk barang-barang bukan kebutuhan pokok (seperti mobil, rumah, naik haji)
menurun karaena mereka tidak bisa meminjam dari bank, atau masih tetap bisa mendapatkan
kredir konsumen dengan tingkat R yang sangat tinggi yang membuat biaya pinjaman terlalu
mahal.

Dalam tipe krisis ekonomi ini, jalur-jalur transmisi paling utama lewat mana krisis
tesebut berdampak pada tingkat kemiskinan yakni perubahan dalam arus kredit dari perbankan
ke dunia usaha atau tingkat suku bunga pinjaman, volume produksi (output), jumlah
kesempatan kerja, dan tingkat pendapatan masyarakat.Kelompok-kelompok masyarkat yang
paling rentan terhadap krisis ini adalah bukan masyrakat miskin seperti dalam kasus krisis
produksi pertanian, melainkan masyarakat kelas menengha dan atas seperti pegawai dan
pemilik bank.

3. Krisis Nilai Tukar


Suatu perubahan kurs dari sebuah mata uang, misalnya rupiah terhadap dolar AS
dianggap krisis apabila kurs dari mata uang tersebut mengalami penurunan atau depresiasi
yang sangat besar yang prosesnya mendadak atau berlangsung terus-menerus yang
membentuk sebuah tren yang meningkat (rupiah per satu dolar AS).

Dampak langsung dari perubahan tersebut adalah pada ekspor dan impor. Paling tidak
menurut teori konvensional mengenai perdagangan internasional, depresiasi nilai tukar dari
suatu mata uang terhadap misalnya dolar AS yang membuat daya saing harga (dalam dolar AS)
dari produk-produk buatan negara dari mata uang tersebut menjadi lebih murah, yang
selanjutnya membauat volume ekspornya meningkat.

6
Dalam tipe krisis ekonomi ini, jalur-jalur transmmisi kuncinya adalah perubahan dalam
volume ekspor-impor. Sedangkan jalur-jalur sekundernya adalah perubahan dalam volume
produksi, jumlah kesempatan kerja, tingkat pendapatan dan laju inflasi. Kelompok masyrakat
yang paling rentan terhadap krisis nilai tukar adalah mereka yang bekerja di perusahaan-
perusahaan yang berurusan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan ekpor-impor .

4. Krisis Perdagangan
Dalam hal krisis-krisis ekonomi yang berasal dari sumber-sumber eksternal ada dua jalur
utama, yaitu perdagangan dan investasi/arus modal. Di dalam jalur perdagangan itu sendiri ada
dua sub-jalur, yaitu ekspor dan impor (barang dan jasa).

Gambar 2 Krisis Minyak dan Dampaknya pada Kemiskinan di Negara-Negara


Pengimpor Minyak
Dalam kasus ini, jalur-jalur transmisi paling utama adalah perubahan-perubahan dalam
output inflasi,dan kesempatan kerja. Kelompok-kelompok masyarakat yang paling rentan
terhadap krisis tipe ini yaitu: pertama, perusahaan-perusahaan yang sangat tergantung pada
minyak sebagai sumber energi atau bahan baku utama dan pekerja-pekerja (termasuk keluarga-
keluarga mereka) di perusahaan-perusahaan tersebut, dan kedua, lewat keterkaitan-
keterkaitan produksi dan konsumsi/pendapatan domestik, yaitu perusahaan-perusahaan atau
sektor-sektor yang terkait, termasuk pekerja-pekerja (termasuk keluarga-keluarga mereka).

7
5. Krisis Modal
Terakhir, suatu pengurangan modal di dalam negeri dalam jumlah besar atau
penghentian bantuan serta pinjaman luar negeri akan menjadi sebuauh krisis ekonomi bagi
banyak negara miskin di dunia, seperti di Afrika, dan Asia Tengah yang ekonomi mereka selama
ini sangat tergantung pada ULN atau hibah Internasional.

Suatu pelarian modal, baik yang berasal dari sumber dalam negeri maupun modal asing,
terutama investasi asing jangka pendek (yang umum disebut ‘uang panas’), dalam jumlah yang
besar dan secara mendadak bisa menjelma menjadi sebuah krisis besar bagi ekonomi dari
negara-negara yang sangat memerlukan modal investasi.

Dalam kasus ini, jalur-jalur transmisi memiliki dampak utama, yakni perubahan-
perubahan dalam jumlah investasi, khususnya investasi jangka panjang (volume atau unit
proyek), volume produksi, dan jumlah tenaga kerja yang bekerja. Kelompok-kelompok
masyarakat yang paling rentan terhadap krisis ekonomi dari kategori ini bisa kelompok miskin
tetapi juga bisa kelompok non-miskin, tergantung pada sektor atau industri yang paling
dirugikan dengan kekurangan modal investasi.

2.4 Jalur Transmisi Kunci dan Indikator Monitoring Dampak Krisis


Sebuah krisis ekonomi bisa memiliki jalur-jalur pertama, kedua dan ketiga sekaligus,
tergantung pada tipe krisis tersebut. Juga dalam sebuah krisis ekonomi yang mempengaruhi
lebih dari satu sektor ekonomi, sebuah jalur transmisi bisa masuk kategori primer untuk satu
sektor sementara untuk sektor-sektor lainnya yang juga terkena dampaknya, jalur tersebut
masuk kategori sekunder. Misalnya, dalam kasus krisis perbankan, jalur output merupakan
jalur primer (*), yaitu output dari sektor tersebut merosost, tetapi merupakan jalur sekunder
(**) bagi perusahaan non-bank yang tergantung pada perbankan untuk pendanaan kegiatan-
kegiatan produksi mereka.

Tabel 1 : Jalur- Jalur Transmisi Dampak Utama dan Indikator-Indikator Utama untuk
Memonitor Pengaruh dari Krisis Ekonomi menurut Tipe Krisis

Tipe Krisis Ekonomi Jalur-Jalur Transmisi Utama Indikator-Indikator Utama untuk Memonitor
Dampak
Krisis Produksi Kesempatan Kerja* Output menurut sektor dan wilayah
Pendapatan* Kesempatan kerja menurut sektor dan wilayah
Inflasi* Pendapatan menurut sektor dan wilayah

8
Inflasi (IHK) menurut wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
Krisis Perbankan Kredit* Output menurut sektor dan wilayah
Suku bunga pinjaman* Kesempatan kerja menurut sektor dan wilayah
Output*,** Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Kesempatan kerja**,*** Kemiskinan menurut wilayah
Pendapatan**,***
Krisis Nilai Tukar Ekspor* Ekspor menurut sektor dan wilayah
Impor* Impor menurut sektor dan wilayah
Output** Output menurut sektor dan wilayah
Kesempatan kerja*** Inflasi menurut wilayah
Pendapatan***,**** Kesempatan kerja menurut sektor dan wilayah
Inflasi*** Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
Krisis Ekspor Output* Ekspor menurut sektor dan wilayah
Kesempatan kerja** Output menurut sektor dan wilayah
Pendapatan**,*** Kesempatan kerja menurut sektor dan wilayah
Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
Krisis Impor Output* Output menurut sektor dan wilayah
Kesempatan kerja** Kesempatan kerja menurut sektor dan wilayah
Pendapatan** Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Inflasi** Kemiskinan menurut wilayah
Inflasi menurut wilayah
Krisis Modal Output* Output menurut sektor dan wilayah
Nilai tukar* Kesempatan kerja menurut sektor dan wilayah
Kesempatan kerja** Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Pendapatan** Kemiskinan menurut wilayah
Inflasi** Inflasi menurut wilayah

Tabel 1 memberikan sebuah daftar dari jalur-jalur transmisi dampak utama menurut tipe-
tipe krisis ekonomi tersebut. Jalur-jalur itu dapat diperingkat menurut proses munculnya efek-
efek dari sebuah krisis:
(*) Jalur-jalur pertama atau primer, yaitu efek-efek pertama yang muncul;
(**) Jalur-jalur kedua/sekunder
(***) jalur-jalur ketiga; dst

2.5 Analisis Empiris


1. Krisis Keuangan Asia 1997-1998

9
Krisis keuangan Asia muncul sekitar pertengahan tahun 1997 dan mencapai klimaksnya
pada tahun 1998 dipicu awalnya oleh larinya modal, terutama modal asing jangka pendek. Dari
Thailand, secara tia-tiba dan jumlah yang tidak kecil, cukup kuat untuk membuat banyak
investor dan pengusaha gugup dalam menanggapinya. Pelarian tersebut mengakibatkan nilai
tukar rupiah bath terhadap dolar AS terdepresiasi dalm jumlah yang besar. Dalam jangka waktu
yang tidak lama, hal yang sama juga terjadi di Indonesia.

Prosesnya mulai terjadi pada pertengahan kedua taun 1997 dan terus berlangsung
hingga sempat mencapai di atas Rp 10.000 per satu dolar AS dalam periode 6 bulan pertama
tahun 1998. Pemerintah waktu itu berupaya mengehentikan jatuhnya nilai tukar rupiah dan
sekaligus membalikkan arus modal yang lari kembali ke dalam negeri dengan menaikkan tingkat
suku bungan tabungan dalm suatu persentase yang paling tinggi yang pernah dilakukan oleh
otoritas moneter Indonesia dalam sejarah negara terebut. Namun, upaya itu gagal
mengehentikan laju penurunan nilai rupiah dan tidak mampu menarik kembali modal dari luar
Indonesia. Akhirnya, pemerintah Indonesia terpaksa melepas sistem penentuan kurs rupiah
managed floating (bebas terkendali; kurs rupiah bebas bergerak ke atas dan ke bawah, namun
ada batas maksimum dan minimum) pada tahun 1998, karena Bank Indonesia mulai kehabisan
stok dolar AS untuk intervensi pasar.

Setelah pengalaman pahit tersebut, pemerintah Indonesia melakukan banyak langkah


untuk mencegah agar di kemudian hari walaupun krisis seperti tahun 1997-1998 tersebut akan
sangat mungkin muncul kembali namunn dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dapat
ditekan seminimum mungkin. Langkah-langka tersebut terutama fokus pada:

1. Memperkuat ekspor non-migas

2. Mengurangi dan menghilangkan ketergantungan pada ULN (utang luar negeri), impor
dan investasi jangka pendek atau yang bermotivasi spekulasi dihilangkan

3. Memperkuat sektor perbankan/keuangan

4. Menerpakan kembali mekanisme penentuan lurs berdasarkan sistem bebas terkendali

5. Menyiapkan cara penanggulangan krisis yang bagus dengan memperhatikan semua


faktor-faktor yang secar teori sangat memungkinkan munculnya suatu krisis serupa

2. Krisis Ekonomi Global 2008-2009


Krisis ekonomi global 2008-2009 dipicu oleh suatu krisis keuangan yang besar di AS pada
tahun 2007 dan melalui keterkaitan keuagan global, krisis tersebut menjalar ke sebagian besar

10
dunia, terutama negara-negara maju seperti Jepang dan Uni Eropa yang secara ekonomi dan
keuangan sangat terintegrasi dengan AS. Oleh banyak ekonom dunia krisis ini disebut sebagai
krisis ekonomi paling serius setelah depresiasi ekonomi besar yang terjadi pada dekade 30-an.

Berdasarkan laporan mengenai perekonomian Asia dari IMF (International Monetery


Fund) yang dikeluarkan pada bulan April 2009, pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut
secara keseluruhan di prediksi menurun sekitar 1,4 persen pada tahun 2009.

Krisis 2008-2009 tersebut mempengaruhi banyak negara melalui sejumlah jalur, yaitu
ekspor, investasi (termasuk PMA), dan pengiriman uang dari pekerja-pekerja migran. Namun
demikian, jalur yang paling utama untuk sebagian besar negara-negara yang terkena
dampaknya adalah ekspor.

Ekspor merupakan jalur transmisi yang memiliki dampak bagi kebanyakan negara,
terutama negara-negara yang berorientasi ekspor seperti Hongkong-Cina, Korea Selatan,
Malaysia, Singapora, Cina-Taipei, dan Thailand maka krisis ekonomi global 2008-2009 (berbeda
dengan kasus krisis 1997-1998) bagi banyak negara, termasuk Indonesia, merupakan sebuah
krisis permintaan dunia.

Sebuah krisis ekonomi bersumber dari luar seperti krisis 2008-2009 yang dapat memberi
suatu dampak sangat buruk terhadap sebuah negara, namun pada saat yang bersamaan,
beberapa sektor ekonomi di negara itu bisa sama sekali tidak merasakan dampaknya. Ada
beberapa sektor yang lebih berorientasi ekspor daripada sektor-sektor lainnya, dan ada pula
beberapa sektor yang mempunyai ketergantungan besar terhadap impor, sementara ada pula
beberapa sektor lainnya yang sangat tergantung pada hanya menjualnya pada pasar domestik
dan menggunakan hanya input-input dari dalam negeri. Jadi, dari sisi produksi/suplai, sektor-
sektor ekonomi yang berbeda bisa mengalami dampak yang berbeda dari krisis 2008-2009.
Untuk melihat hal ini, Tabel 2 memperlihatkan laju pertumbuhan PDB Indonesia berdasarkan
tiga sektor periode yaitu: sebelum krisis 1997-1998, setelah krisis tersebut hingga menjelang
krisis 2008-2009 dan krisis 2008-2009.

Tabel 2: Pertumbuhan PDB Indonesia menurut Sektor 1995-2010 (% tahun-ke-tahun)


Sektor 1995 2000 2007 2008 2009
Pertanian 4,4 2,3 3,4 4,8 4,1
Pertambangan 6,7 5,3 2,0 0,5 4,4
Industri Manufaktur 10,8 5,5 4,7 3,7 2,1
Listrik, Gas, dan Suplai Air 15,9 9,6 10,3 10,9 13,8
Bangunan 12,9 5,8 8,6 7,3 7,1
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7,9 8,5 8,4 7,2 1,1
Transportasi dan komunikasi 8,5 8,7 13,9 16,7 15,5
Keuangan 11,0 5,7 8,0 8,2 5,0

11
Jasa-jasa 3,3 2,4 6,6 6,4 6,4
PDB 6,2 5,4 6,3 6,1 4,5

Seperti yang dapat dilihat, sebelum terjadinya krisis 1997-1998 itu, kinerja ekonomi
Indonesia sangat baik dengan laju pertumbuhan PDB yang tinggi rata-rata pertahun selama
dekade 80-an hingga pertengahan tahun 90-an. Satu tahun sebelum krisis 2008-2009 terjadi
perekonomian Indonesia relatif sehat, walaupun laju pertumbuhan PDBnya masih di bawah
tingkat yang pernah dicapai pada era sebelum krisis 1997-1998 itu terjadi. Selama periode krisis
2008-2009, semua sektor ekonomi mampu mempertahankan pertumbuhan output tetap positif
walaupun dalam laju-laju yang menurun. Khusus industri manufaktur, indeks produksi
(2000=100) di Indonesia mengalami suatu penurunan dari tingkat maksimum 131,83 yang
tercatat pada bulan Agustus 2008 ke 124,17 pada bulan Januari 2009, setelah itu mulai naik
kembali.
Jika dilihat dari daerah Asia Tenggara negara Laos sebagai negara kecil yang dikelilingi oleh
negara-negara lain (landlocked), dan (karena itu) ekonominya berorientasi ke dalam daripada
keluar sangat mungkin ekonomi negara tersebut terisolasi dari pengaruh karena krisis tersebut.

12
BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan
Krisis demi krisis telah kita lalui, banyak hikmah sekaligus trauma yang didapat
terutama, dua krisis terakhir yaitu Krisis Keuangan Asia tahun 1997/1999 dan Krisis Ekonomi
Global. Krisis Ekonomi Global memiliki skala dan dampak kerusakan perekonomian dunia yang
jauh lebih kuat dibandingkan krisis Asia 1999. Selain itu, Krisis Ekonomi Global juga telah
membawa dampak lanjutan terhadap fluktuasi nilai tukar dan permasalahan fiskal akut di AS
dan Uni Eropa. Namun faktanya, Krisis Global 2008 tersebut justru memberikan dampak yang
minimal, dibandingkan krisis keuangan Asia 1999 yang menimbulkan kerusakan serius bagi
perekonomian nasional serta memicu krisis sosial-politik skala nasional.

3.2 Saran
Untuk mewujudkan pemulihan ekonomi Indonesia, bukanlah pekerjaan yang mudah.
Walaupun begitu, kita harus tetap bertekad, dan bekerja sama tidak peduli siapapun itu.
Sebagai seorang mahasiswa atau bisa dibilang penerus bangsa, kita perlu memperbanyak
menambah ilmu agar dapat memajukan bangsa. Dalam pembuatan makalah ini, kami
menyadari bahwa masih terlalu jauh dari kata sempurna, kedepannya kami akan lebih fokus
dan details dalam menjelaskan tentang masalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

Daftar Pustaka
 http://elconquistador123.blogspot.co.id/2015/01/makalah-krisis-ekonomi-dan-
kemiskinan.html%20di%20akses%20pada%2018/9/2016
 https://www.academia.edu/29309518/krisis_ekonomi_docx?auto=download
 http://milarosalinasiregar.blogspot.com/2015/04/krisis-ekonomi.html
 https://glints.com/id/lowongan/krisis-ekonomi/

13

Anda mungkin juga menyukai