Anda di halaman 1dari 18

RESUME

KRISIS MONETER INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN NON BANK

Disusun Oleh :
Isrokatin Mufida (2261201048)

DOSEN PEMBIMBING
Nasikh Mukarrom, S.E.

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AL-RIF’AIE MALANG


Jl. Raya Ketawang No 2, Krajan Ketawang Gondanglegi - Kab.
Malang, Jawa Timur
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmad dan
nikmatnya serta memberikan kesempatan dan kemampuan untuk menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Krisis Moneter Indonesia Setelah Kemerdekaan Hingga Tahun 2023” untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bank & Lembaga Keuangan Non Bank.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak,
terutama pada Bapak Nasikh Mukarrom, S.E. selaku dosen mata kuliah Bank & Lembaga
Keuangan Non Bank yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah ilmu serta
pengetahuan mengenai krisis moneter yang terjadi pada Banngsa Indonesia

Makalah yang kami buat ini jauh dari sempurna seperti apa yang diharapkan, oleh karena
itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan berharap kritik serta saran dari rekan-rekan
semua sehingga makalah ini dapat menjadi jauh lebih baik lagi dan bisa bermanfaat bagi kita
semua.

Malang, 20 Oktober 2023


Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… 2


DAFTAR ISI………………………………………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………………………… 4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………. 4
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………... 4
1.4 Metode Penyusunan Makalah……………………………………………………... 5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Awal Terjadinya Krisis Moneter di Indonesia……………………………………. 6
2.2 Faktor – faktor Krisis Moneter.…………………………………………………….. 6
2.3 Krisis Yang Terjadi di Indonesia ………………….……………………………….. 7
2.3.1 Setelah kemerdekaan hingga tahun 1997……………………………………. 7
2.3.2 Tahun 1998 – 2003…………………………………………………………… 8
2.3.3 Tahun 2004 – 2008………………………………………………………….. 10
2.3.4 Tahun 2009 – 2013………………………………………………………….. 11
2.3.5 Tahun 2014 – 2018………………………………………………………….. 12

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………… 16
3.2 Saran ………………………………………………………………………………. 16

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….. 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Krisis moneter adalah kondisi terpuruknya perekonomian suatu negara yang
menyebabkan harga-harga aset mengalami penurunan tajam. Selain itu, krisis keuangan juga
bisa membuat masyarakat tidak bisa melunasi utang dan industri perbankan kekurangan
likuiditas. Kondisi krisis moneter tentunya akan memicu kepanikan masyarakat sehingga
mereka berlomba-lomba menjual aset dan menarik dana dari rekening tabungan. Hal tersebut
dilakukan untuk menghindari risiko kerugian karena harga aset yang terus menurun apabila
tetap disimpan. Tindakan tersebut selanjutnya akan berdampak buruk pada pasar saham,
pemerintah, serta menimbulkan krisis mata uang.
Indonesia adalah salah satu negara yang pernah mengalami krisis moneter dan paling
terkelam terjadi pada tahun 1997. Dimana keadaan keuangan yang tidak stabil akibat
lembaga keuangan dan nilai tukar mata uang yang tidak berfungsi sesuai dengan harapan.
Sehingga mengakibatkan harga barang naik cukup tinggi dan masyarakat kesulitan
mendapatkan kebutuhan pokok serta hutang luar negeri melonjak dan harga bbm yang terus
naik.
Maka dari itu di kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai krisis moneter yang
pernah terjadi di Indonesia dan apa saja kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah
Indonesia dalam menangani masalah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang pembahasan makalah ini, kami berinisiatif membahas
beberapa persoalan dalam tema ini, yaitu :
1. Bagaimana awal terjadinya krisis moneter di Indonesia ?
2. Apa faktor penyebab terjadinya krisis moneter di Indonesia?
3. Apa dampak dan kebijakan pemerintah dalam mengatasi krisis moneter di
Indonesia?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah makalah ini, maka kami bertujuan untuk menjawab
rumusan masalah, sebagai berikut :
1. Menjelaskan awal terjadinya krisis moneter di Indonesia

4
2. Menyebutkan penyebab terjadinya krisis moneter di Indonesia
3. Menjelaskan Dampak dan kebijakan pemerintah dalam mengatasi krisis moneter di
Indonesia

1.4 Metode Penyusunan Makalah


Dalam melakukan penyusunan makalah yang berjudul “Krisis Moneter Indonesia
Setelah Kemerdekaan Hingga Tahun 2023” ini, kami menggunakan metode dengan melihat
sumber-sumber yang berkaitan dengan krisis moneter yang relevan seperti buku, media elektronik
dan sumber lainnya yang relevan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Awal Terjadinya Krisis Moneter di Indonesia


Krisis moneter adalah anjloknya perekonomian suatu negara yang disebabkan oleh
hancurnya suatu sistem pemerintahan yang berdampak besar terhadap suatu negara
Indonesia selama perkembangannya telah mengalami beberapa fase pemerintahan.
Sebagai negara berkembang, Indonesia sudah sering mengalami krisis moneter. Krisis
moneter yang paling parah terjadi pada pertengahan tahun 1997, berawal dari
melemahnya mata uang Thailand baht terhadap dollar AS. Pada tanggal 14 dan 15 Mei
1997, nilai tukar baht terhadap dollar AS mengalami gocangan akibat para investor asing
mengambil keputusan jual karena tidak percaya lagi terhadap prospek perekonomian dan
ketidakstabilan politik negara Thailand.
Sehingga pada tanggal 2 Juli 1997, bank sentral Thailand mengumumkan bahwa nilai
tukar baht dibebaskan dari ikatan dollar AS dan meminta bantuan IMF (International
Monetary Fund). Pengumuman ini menyebabkan nilai baht terdepresiasi hingga mencapai
nilai terendah, yakni 28.20 baht per dollar AS yang menyebabkan nilai dollar menguat,
yang kemudian berimbas ke rupiah Indonesia.
Sebenarnya krisis yang terjadi di Indonesia bukan hanya karena dipicu oleh melemahnya
Thailand baht terhadap dollar AS saja, tetapi juga disebabkan oleh sistem ekonomi yang
dijalankan oleh pemerintah pada saat itu. Sebelumnya krisis yang terjadi di negara-
negara Asia seperti Thailand, Korea Selatan dan Indonesia sudah dapat diramalkan
walaupun waktunya tidak dapat dipastikan.
Hal ini terlihat dari defisit neraca yang terlalu besar dan terus meningkat pada
setiap tahunnya. Selama pemerintahan Presiden Soeharto (Orde Baru), Indonesia
menikmati pertumbuhan ekonomi yang mengesankan, dengan kembali membaiknya
hubungan politik dengan negara-negara Barat dan adanya kesungguhan pemerintah untuk
melakukan rekontruksi dan pembangunan ekonomi, maka arus modal mulai masuk
kembali ke Indonesia.

2.2 Faktor – faktor Krisis Moneter


Penyebab dari krisis ini bukanlah fundamental ekonomi Indonesia yang selama ini
lemah, hal ini dapat dilihat dari data-data statistik, tetapi terutama karena utang swasta luar

6
negeri yang telah mencapai jumlah yang besar. Yang jebol bukanlah sektor rupiah dalam
negeri, melainkan sektor luar negeri, khususnya nilai tukar dollar AS yang mengalami
overshooting yang sangat jauh dari nilai nyatanya.
Krisis yang berkepanjangan ini adalah krisis merosotnya nilai tukar rupiah yang sangat
tajam, akibat dari serbuan yang mendadak dan secara bertubi-tubi terhadap dollar AS
(spekulasi) dan jatuh temponya utang swasta luar negeri dalam jumlah besar.
Seandainya tidak ada serbuan terhadap dollar AS ini, meskipun terdapat banyak distorsi
pada tingkat ekonomi mikro, ekonomi Indonesia tidak akan mengalami krisis.
Dengan lain perkataan, walaupun distorsi pada tingkat ekonomi mikro ini
diperbaiki, tetapi bila tetap ada gempuran terhadap mata uang rupiah, maka krisis akan
terjadi juga, karena cadangan devisa yang ada tidak cukup kuat untuk menahan gempuran
ini. Krisis ini diperparah lagi dengan akumulasi dari berbagai faktor penyebab lainnya
yang datangnya saling bersusulan. Analisis dari faktor-faktor penyebab ini penting,
karena penyembuhannya tentunya tergantung dari ketepatan diagnosa.

2.3 Krisis Yang Terjadi di Indonesia


2.3.1 Setelah kemerdekaan hingga tahun 1997
Kondisi ekonomi Indonesia pasca pengakuan kedaulatan masih sangat kacau.
Kekacauan ekonomi Indonesia disebabkan oleh beberapa permasalahan dalam bidang
politik, keamanan dan sosial masyarakat Indonesia. Dilansir dari buku Sejarah
Indonesia Modern (1200-2004) (2005) karya M.C Ricklefs, faktor penyebab krisis
ekonomi Indonesia pasca kemerdekaan adalah :
 Situasi perang akibat adanya Agresi Militer Belanda
 Inflasi yang sangat tinggi karena mata uang yang beredar di Indonesia lebih dari
satu
 Adanya blokade ekonomi yang dilakukan Belanda sejak November 1945 untuk
menutup sektor perdagangan Indonesia
 Kekosongan Kas Negara
 Perbankan didominasi oleh perusahaan Belanda, Inggris dan Cina
 Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia sebesar 97 juta jiwa pada tahun 1955-
1961

Kebijakan Pemerintah dalam menanggulangi peristiwa tersebut :

7
Untuk mengatasi permasalahan ekonomi pasca kemerdekaan, Indonesia menempuh
beberapa langkah strategis. Dalam buku Ekonomi Indonesia: Dalam Lintasan Sejarah
(2017) karya Boediono, langkah-langkah yang ditempuh Indonesia dalam memperbaiki
masalah ekonomi adalah:
 Membentuk Badan Perancang Ekonomi untuk merencanakan pembangunan ekonomi
Indonesia dalam jangka waktu 2-3 tahun.
 Menteri Keuangan mengadakan Program Pinjaman Nasional dengan persetujuan BP-
KNIP pada Juli 1946.
 Berupaya menembus blokade ekonomi Belanda dengan cara mengadakan diplomasi
beras ke India serta mengadakan kerja sama dengan perusahaan swasta Amerika
Serikat.
 Melaksanakan program swasembada pangan bernama Kasimo Plan yang berisi
Intensifikasi lahan dengan bibit unggul, penanaman lahan kosong, mencegah
penyembelihan hewan, pembentukan kebun bibit di desa-desa serta Transmigrasi
atau pemindahan penduduk

2.3.2 Tahun 1998 – 2003


Pada tahun 1998 merupakan periode terkelam ekonomi Indonesia,ada beberapa faktor
penyebab terjadinya krisis yaitu
1. Melemahnya nilai rupiah terhadap dollar.
Semua berawal di tahun 1997 dimulai dari bulan Agustus nilai mata uang rupiah
terus terjun bebas dan mencapai nilai terendah di bulan berikutnya, September.
Hanya dalam jangka waktu setahun, yang awalnya kedudukan nilai mata uang
rupiah berada di angka Rp 2.380 per satu dolarnya, mengalami penurunan hingga
600 persen. Puncaknya pada bulan Juli 1998, nilai mata uang rupiah benar-benar
terpuruk, titik tukar rupiah ke dalam dolar mencapai Rp 16.650. Meski pada 31
Desember 1998 nilai rupiah mulai bangkit dan dihargai Rp 8.000 per dolarnya, hal
ini tak banyak memberi pengaruh sebab ekonomi rakyat sudah kadung terpuruk.
2. Membengkaknya utang luar negeri
Selain anjloknya nilai mata uang rupiah pada 1997 sampai 1998, krisis moneter
tersebut juga dipicu oleh membengkaknya angka utang luar negeri oleh swasta.
Yakni, pada Maret 1998, 72,5 miliar dolar AS dari 138 miliar dolar AS merupakan
utang swasta yang dua dari tiga utang tersebut merupakan utang jangka pendek
yang jatuh tempo masa tenggat pembayaran di tahun tersebut. Sementara cadangan
devisa senilai 14.44 miliar dolar AS yang dimiliki Indonesia jauh dari kata cukup
8
untuk membayar utang, apalagi beserta bunganya. Faktor utang luar negeri yang
membengkak itulah yang menjadi salah satu penyebab perekonomian Indonesia
mendapatkan tekanan berat.
3. Krisis kepercayaan
Kebijakan pemerintah dalam menangani krisis keuangan yang dinilai plintat-plintut
menyebabkan kepercayaan masyarakat dan pasar mulai runtuh. Ditambah lagi
dengan kondisi kesehatan Presiden Soeharto yang kian memburuk membuat
suksesi mengalami ketidakpastian. Akibatnya investor asing enggan memberikan
bantuan finansial secara cepat. Hal inilah yang juga menjadi sebab krisis moneter
1998.

Kebijakan Pemerintah dalam menanggulangi peristiwa tersebut :


Dalam menanggulangi krisis tahun 2018 Pemerintah dan Bank Indonesia
memperketat kebijakan moneter dan fiskal untuk mengatasi kondisi tersebut. Dari sisi
moneter, suku bunga SBI dinaikkan dari 11,625% menjadi 30%. Gebrakan inj
dilakukan untuk mencegah efek devaluasi pada 1987, BUMN-BUMN besar diminta
untuk membeli SBI. Dari sisi fiskal, pemerintah mengatur ulang APBN dan menunda
proyek-proyek raksasa yang menyerap dana cukup besar hingga 13 milliar, namun
kondisi keuangan tidak kunjung membaik.
Akhirnya Presiden Soeharto memutuskan untuk meminta pertolongan IMF
dengan cara restruktural finansial atau hutang keluar negri dan atas usulan IMF yang
meminta 16 bank yang saat itu “sakit” ditutup. Namun kebijakan ini malah lebih
memperburuk keadaan keuangan Indonesia.
Namun pada tahun 1999, Indonesia berusaha bangkit dari terpuruknya ekonomi.
Dalam tahun ini Indonesia berusaha untuk menstabilkan ekonomi dengan membuat
kondusif perkembangan politik serta perbaikan-perbaikan aktifitas ekonomi nasional.
Sehingga Langkah ini menjadikan nilai tukar rupiah menguat dan relatif stabil, antara
lain berkat terkendalinya jumlah uang beredar, yaitu dari rata-rata 8.025 per US( pada
tahun 1998 menjadi sekitar 7809 per US( pada tahun 1999, dengan fluktuasi yang
lebih rendah daripada tahun sebelumnya. Dalam periode yang sama, inflasi menurun
tajam dari 77,6 persen menjadi hanya 2,0 persen dan suku bunga deposito menurun
dari rata-rata 36,8% persen menjadi 13,1 persen dan hal ini bertahan serta terus
meningkat higga lima tahun kedepan.

9
Dari data BPS, inflasi Indonesia pada 1999 adalah 2,01%, sedangkan 2000, 9,35
%. Pada 2001, meningkat menjadi 12,55 %, lalu menurun pada 2002 menjadi 10,03
%. Dan pada 2003 ini, inflasi Indonesia, 5,06 %.

2.3.3 Tahun 2004 – 2008


Tahun 2004 merupakan tahun dimana negara Indonesia menghadapi Pemilihan
Umum (Pemilu) dan sudah tidak terikat lagi dengan program Dana Moneter
Internasional (IMF). Dan pada tahun ini dewan juga menetapkan pendapatan negara
dan hibah 2004 sebesar Rp 349,9 triliun yang diperoleh dari penerimaan pajak sebesar
Rp 272,17 triliun dan penerimaan bukan pajak Rp 77,12 triliun.
Melihat kondisi tersebut, di tahun berikutnya yakni tahun 2006 Bank Indonesia
berusaha untuk mengambil kebijakan moneter ketat agar tidak terjadi tingginya angka
inflasi. Karena dilihat dari pertumbuhan ekonomi tahun ini Indonesia akan
menghadapi tiga tantangan yakni pertama, risiko terhadap ketidakstabilan makro yang
ditandai dengan masih adanya efek kenaikan harga BBM atau second round effect.
Kedua, pembiayaan di sektor ekonomi karena meningkatnya suku bunga
Namun di tahun 2008 Indonesia mengalami krisis moneter kembali namun tidak
separah tahun 1998, hal ini ditandai dengan :
1. Penurunan IHSG
2. Tekanan di Pasar Obligasi
3. Harga Surat hutang menurun drastis dengan imbal hasil melonjak sekitar 10
persen menjadi 17 persen.
4. Krisis Likuiditas pada Perbankan

Kebijakan Pemerintah dalam menanggulangi peristiwa tersebut :


Pemerintah akan bertumpu pada konsumsi dan investasi. Sisi konsumsi berasal
dari banyaknya pengeluaran pemerintah dan meningkatnya daya beli masyarakat
sebagai akibat kenaikan upah. Sisi investasi adalah dari infrastruktur dan proyek
migas yang mulai berjalan. Pemerintah juga melakukan pergantian Undang-undang
pada Oktober 2008 sebagai berikut :
 Perppu 2/2008 untuk memperketat fungsi lender of the last resort BI dengan
memperluas aset yang bisa dijadikan agunan oleh bank untuk mendapatkan
pinjaman.
 Perppu 3/2008 untuk memperkuat peran LPS di masa krisis.

10
 Perppu 4/2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK) menetapkan
mekanisme, tata cara, dan koordinasi antar lembaga untuk mencegah serta
menangani krisis

2.3.4 Tahun 2009 – 2013


Kondisi perekonomian global yang masih mengalami tekanan akibat krisis tahun
2008 menghadapkan perekonomian Indonesia pada sejumlah tantangan yang tidak
ringan selama tahun 2009. Ketidakpastian yang terkait dengan sampai seberapa dalam
kontraksi global dan sampai seberapa cepat pemulihan ekonomi global akan terjadi,
bukan saja menyebabkan tingginya risiko di sektor keuangan, tetapi juga berdampak
negatif pada kegiatan ekonomi di sektor riil domestik. Kondisi tersebut
mengakibatkan stabilitas moneter dan sistem keuangan pada 2009 masih mengalami
tekanan berat, sementara pertumbuhan ekonomi juga dalam tren menurun akibat
kontraksi ekspor barang dan jasa yang cukup dalam. Kondisi tersebut menurunkan
kepercayaan pelaku ekonomi di sektor keuangan dan sektor riil, serta berpotensi
menurunkan berbagai kinerja positif yang telah dicapai dalam beberapa tahun
sebelumnya.
Bank Indonesia dan Pemerintah menempuh sejumlah kebijakan untuk menjaga
stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta mencegah turunnya pertumbuhan
ekonomi yang lebih dalam melalui kebijakan stimulus moneter dan fiskal. Meskipun
melambat dibandingkan dengan tahun 2008, pertumbuhan ekonomi tahun 2009 dapat
mencapai 4,5%, tertinggi ketiga di dunia setelah China dan India.
Stabilitas pasar keuangan dan makroekonomi juga semakin membaik sampai
dengan akhir tahun 2009. Hal itu tercermin pada berbagai indikator di sektor
keuangan seperti Currency Default Swap (CDS), Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), imbal hasil (yield) SUN, dan nilai tukar yang membaik. Sementara itu, inflasi
juga tercatat rendah 2,78%, terendah dalam satu dekade terakhir.
Untuk memperbaiki dan tetap menjaga tekanan inflasi selama tahun 2010 Bank
Indonesia menempuh bauran kebijakan yang terdiri dari bauran kebijakan untuk
stabilitas internal maupun bauran kebijakan untuk stabilitas eksternal. Bauran
instrumen untuk stabilitas internal ditujukan untuk stabilisasi harga dan pengelolaan
permintaan domestik, sedangkan bauran instrumen untuk stabilitas eksternal ditujukan
untuk pengelolaan aliran masuk modal asing dan stabilitas nilai tukar.

11
Hingga di tahun 2011 sampai tahun 2013 perekonomian Indonesia memiliki daya
tahan yang kuat di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, tercermin
pada kinerja pertumbuhan yang bahkan lebih baik dan kestabilan makroekonomi yang
tetap terjaga meskipun masih ada juga sejumlah resiko dan tantangan yang haruss
dihadapi

Kebijakan Pemerintah dalam menanggulangi peristiwa tersebut :


Pada lima tahun ini pemerintah terus berupaya untuk tetap mengoptimalkan peran
bauran kebijakan moneter untuk menjaga inflasi tetap berada di dalam kisaran
sasarannya serta mendorong pertumbuhan ekonomi dalam rangka memitigasi risiko
perlambatan ekonomi global

2.3.5 Tahun 2014 – 2018


Tahun 2014 diwarnai peristiwa-peristiwa yang mengubah perekonomian, tidak
hanya Indonesia namun juga dunia. Dunia tambang Indonesia misalnya, mengalami
kelesuan akibat pemerintah yang resmi melarang ekspor mineral mentah sebagai
implemenasi Undang-undang Minerba (Pertambangan Mineral dan Batubara). Ekspor
sektor tambang pun anjlok, yang berimbas penerimaan pemerintah.
Pada tahun 2014 juga masyarakat akhirnya harus menerima kenyataan, harga
BBM bersubdisi dinaikkan pemerintah. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun langsung
mengumumkannya di Istana Negara. Selain itu masyarakat Indonesia juga menyoroti
salah satu anggota Kabinet Kerja Jokowi. Menteri Perikanan dan Kelautan Susi
Pudjiastuti seolah menjadi bintang. Aksi-aksi menteri yang tidak tamat SMA ini
mengundang decak kagum namun ada pula yang mencibir.
Di sektor keuangan, mata uang rupiah harus mengakui keperkasaan dollar AS.
Rencana pencabutan stimulus moneter Amerika Serikat oleh banks sentral AS,
memukul mata uang dunia termasuk Indonesia. Rupiah pun melorot hingga mendekati
level 13.000, level terendah pasca krisis moneter tahun 1998.
Di tahun 2015 Indonesia gagal memenuhi sebagian besar target ekonomi yang
ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P)
Alasan utama dari lemahnya kinerja adalah harga komoditi yang rendah, pertumbuhan
ekonomi global yang lesu, perlambatan ekonomi Republik Rakyat Tiongkok (RRT),
dan arus keluar modal yang dipicu oleh pengetatan kebijakan moneter Federal
12
Reserve Amerika Serikat (AS). Hanya realisasi inflasi dan hasil treasury yield yang
sejalan dengan target pemerintah.
Dan di tahun 2016 tahun yang penuh tantangan bagi perekonomian Indonesia dan
juga global. Dimana pertumbuhan ekonomi dunia yang belum kuat, kinerja ekspor
pun masih melemah dan harga komoditas dunia yang merosot, ketidakpastian pasar
keuangan juga terpantau masih tinggi. Hal ini disebabkan oleh kenaikan suku bunga di
Amerika Serikat dan berujung pada penguatan nilai tukar dollar AS
Namun di tahun 2017, Indonesia bisa bangkit kembali dibandingkan periode
2015, pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 4,88%, kemudian 2016 5,02% dan
kuartal III-2017 5,06%. Dan di tahun 2018 pertumbuhan ekonomi Indonesia terus
terjaga dintandai dengan Realisasi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB)
triwulan IV-2018 tercatat 5,18% (yoy), sedikit naik dibandingkan dengan capaian
pada triwulan sebelumnya sebesar 5,17% (yoy).

Kebijakan Pemerintah dalam menanggulangi peristiwa tersebut :


Kebijakan moneter pada 2017 secara konsisten diarahkan untuk menjaga
stabilitas makroekonomi. Bank Indonesia menempuh stance kebijakan moneter yang
sesuai dengan upaya menjaga inflasi dalam kisaran sasarannya dan mengendalikan
defisit transaksi berjalan dalam tingkat yang aman. Sejalan dengan terjaganya
stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, Bank Indonesia melonggarkan
kebijakan moneter secara berhati-hati dan terukur, melengkapi siklus pelonggaran
yang sudah dilakukan sejak 2016. Pelonggaran kebijakan moneter diharapkan dapat
memperkuat momentum pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung.

2.3.6 Tahun 2019 - 2023


Pada 2019 menjadi yang terendah sejak krisis moneter 1998. Pertama, pasokan
produksi yang memadai dengan permintaan pasar. Inflasi inti lebih cerminan seberapa
jauh pasokan bisa memenuhi permintaan, Kedua, koordinasi pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan BI dalam memenuhi ketersediaan dan keterjangkauan bahan
pangan juga mempengaruhi inflasi.
Namun beberapa komoditas justru mengalami deflasi. Deflasi seperti bawang
merah. Cabai naik sedikit tapi tidak besar, hampir semua komponen tercatat inflasi
rendah bahkan deflasi. Ketiga, inflasi rendah dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah yang
bergerak stabil sepanjang 2019.

13
Keempat, BI memperkirakan harga sejumlah komoditas masih terjaga dalam
waktu mendatang. Dengan begitu, inflasi bisa bertahan di level rendah. Sebagai
informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi nasional sebesar 2,72
persen secara tahunan pada Januari-Desember 2019. Kemudian, inflasi inti tercatat
sebesar 3,02 persen dari sebelumnya 3,07 persen.
Perekonomian Indonesia sepanjang tahun 2020 tidak tumbuh atau 0%. Sementara
IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2020 akan kontraksi
atau -0,5%. Di tahun ini terjadi wabah Covid-19 sehingga Indonesia mengalami kisis
global, Indonesia pernah mengalami kondisi serupa pada tahun 1998. Apabila
dibandingkan dengan krisis 1998, ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih kuat dan
sehat. Hal tersebut tercermin pada beberapa aspek termasuk peningkatan Produk
Domestik Bruto (PDB) hingga lima kali lipat menjadi 1,1 triliun Dolar AS, dan
peningkatan cadangan devisa sekitar tujuh kali lipat menjadi 129 miliar Dolar AS.
Selalu menjadi kekhawatiran, pinjaman luar negeri naik sebesar 3,1 kali lipat
menjadi 404 miliar Dolar AS. Adapun, hal yang perlu di garis bawahi adalah rasio
utang Indonesia terhadap PDB yang mengalami penurunan dari 57% menjadi 36%.
Uniknya, tahun 1998 dan 2020 mencatat depresiasi Rupiah yang serupa yaitu sekitar
Rp16.500 sampai Rp16.600. Hal yang berbeda di tahun 2020 adalah tingkat depresiasi
sebesar 16%, dari 500% di tahun 1998.
Pada triwulan I 2021, perbaikan ekonomi kembali terlihat dengan kontraksi yang
lebih rendah dari triwulan IV 2020, yaitu dari 2,19% (yoy) menjadi 0,74% (yoy).
Inflasi IHK pada Oktober 2022 tercatat sebesar 5,71% (yoy), masih di atas sasaran
3,0±1%, meskipun lebih rendah dari prakiraan dan inflasi bulan sebelumnya sebesar
5,95% (yoy).
Ekonomi global pada tahun 2023 ini terasa semakin nyata dengan beberapa
indikasi yang sudah mulai terjadi, seperti kenaikan suku bunga acuan secara agresif
yang dilakukan bank sentral berbagai negara dalam upaya meredam laju inflasi.
Namun pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap tinggi di tengah perlambatan
ekonomi global. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia triwulan II 2023 tercatat sebesar 5,17% (yoy), meningkat dari
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,04% (yoy). Ke depan, Bank
Indonesia akan terus memperkuat sinergi stimulus fiskal Pemerintah dengan stimulus
makroprudensial Bank Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya
dari sisi permintaan. Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi 2023
mencapai kisaran 4,5-5,3%.
14
Kebijakan Pemerintah dalam menanggulangi peristiwa tersebut :
Pemulihan ekonomi nasional dilakukan dengan mengambil kebijakan fiskal dan
moneter yang komprehensif. Di samping itu, Pemerintah juga mengalokasikan dana
APBN untuk pemulihan ekonomi sebesar Rp 695,2 triliun saat dan pasca pandemi
Covid-19 untuk mendorong konsumsi/kemampuan daya beli Masyarakat karena
semakin banyak konsumsi maka ekonomi akan bergerak.
Serta peningkatan aktivitas dunia usaha serta menjaga stabilitasi ekonomi dan
ekpansi moneter. Kebijakan tersebut dilaksanakan secara bersamaan dengan sinergy
antara pemegang kebijakan fiskal, pemegang kebijakan moneter dan institusi terkait.

15
BAB III
PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
Krisis moneter adalah anjloknya perekonomian suatu negara yang disebabkan
oleh hancurnya suatu sistem pemerintahan yang berdampak besar terhadap suatu
negara Indonesia selama perkembangannya telah mengalami beberapa fase
pemerintahan. Indonesia mengalami beberapa kali krisis yaitu pada tahun 1998, 2008,
2020

1.2 SARAN
Demikian, semoga dapat mengambil manfaat materi yang menjadi subjek dari
makalah ini, tentu saja, masih banyak kekurangan dan kelemahan, karena kekurangan
pengetahuan dan kurangnya referensi berkaitan dengan judul makalah ini. Penulis sangat
berharap pembaca yang budiman, memberikan kritik dan saran yang membangun untuk
makalah yang sempurna kepada penulis dalam penulisan makalah di kesempatan
berikutnya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ini 10 Peristiwa Ekonomi Penting Tahun 2014, Desember 2014 [internet] diakses tanggal 17
Oktober 2023,
https://ekonomi.kompas.com/read/2014/12/31/1017170/Ini.10.Peristiwa.Ekonomi.Penting.Tahun.
2014.
BI: 2016, Tahun Penuh Tantangan bagi Perekonomian Indonesia, April 2017 [internet] diakses
tanggal 17 Oktober 2023
https://kmp.im/app6https://money.kompas.com/read/2017/04/27/115243526/
bi.2016.tahun.penuh.tantangan.bagi.perekonomian.indonesia
BI Beberkan Kondisi Ekonomi RI Sepanjang 2017, Desember 2017 [internet] diakses tanggal 17
Oktober 2023 https://apps.detik.com/detik/https://finance.detik.com/moneter/d-3788899/bi-
beberkan-kondisi-ekonomi-ri-sepanjang-2017
Ekonomi Indonesia 2018 Tumbuh 5,17 Persen, Juni 2016 [internet] diakses tanggal 17 Oktober
2023 https://www.bps.go.id/pressrelease/2019/02/06/1619/ekonomi-indonesia-2018-tumbuh-5-
17-persen.html
Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2014, April 2015 [internet] diakses tanggal 17 Oktober
2023 https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan/Pages/LPI_2014.aspx
Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2015, April 2016 [internet] diakses tanggal 17 Oktober
2023 https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan/Pages/LPI_2015.aspx
Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2016, April 2017 [internet] diakses tanggal 17 Oktober
2023 https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan/Pages/LPI_2016.aspx
Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2017, April 2018 [internet] diakses tanggal 17 Oktober
2023 https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan/Pages/LPI_2017.aspx
Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2018, April 2019 [internet] diakses tanggal 17 Oktober
2023 https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan/Pages/LPI_2018.aspx
Krisis Moneter 1997/1998 adalah Periode Terkelam Ekonomi Indonesia, November 2020
[internet], diakses tanggal 19 Oktober 2023, https://tirto.id/krisis-moneter-1997-1998-adalah-
periode-terkelam-ekonomi-indonesia-f6YV

17
Strategi Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) , 2020 [internet] diakses tanggal 20
oktober 2023] https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13287/Strategi-Kebijakan-
Pemulihan-Ekonomi-Nasional.html

18

Anda mungkin juga menyukai