Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

"Dampak Sistem dan Krisis Moneter Internasional Terhadap Indonesia"

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Ekonomi Internasional
Dosen Pengampuh : Ria Estiana,S.Pt,,M.M

Oleh :
1. Fitra Anggraeni ( 1807810070077)
2. Mohammad Adi Wijaya ( 1807810070075)
3. Ahmad Ruj’a (2007810070005)

Office Management
STIE Dharma Negara Businees School
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas segala berkat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dampak Sistem
& Krisis Moneter Internasional Terhadap Indonesia”.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
memberikan dukungan dan motivasi. Kami meminta maaf jika dalam
penulisan makalah ini terdapat kesalahan pengetikan dan kekeliruan.
Kami berharap agar makalah ini dapat membantu menambah
pengetahuan bagi pembaca.
Kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk dapat
menyempurnakan makalah ini.

Karawang, 03 Januari 2022


Daftar Isi
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................3
1. LATAR BELAKANG...........................................................................................................................3
2. Rumusan Permasalahan.................................................................................................................5
3. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................6
A. Kronologi Krisis Ekonomi 1998 di Indonesia...................................................................................6
B.Dampak Krisis Ekonomi 1998 Krisis ekonomi.....................................................................................9
1.Sektor Ekonomi Inflasi.....................................................................................................................9
2.Sektor Sosial Masyarakat...............................................................................................................11
3.Sektor Pemerintahan.....................................................................................................................12
BAB III........................................................................................................................................................16
KESIMPULAN.............................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG

Masalah Krisis ekonomi merupakan suatu kondisi dimana


perekonomian suatu negara ataupun kawasan beberapa
negara mengalami perguncangan dan ketidak stabilan yang
berdampak sistemik pada berbagai sektor. Akibat apabila suatu
negara dilanda krisis ekonomi antara lain penurunan Produk
Domestik Bruto (PDB), pengeringan likuiditas, dan harga-harga naik
(inflasi)atau menurun (deflasi), yang dampaknya jika diukur dengan
jangka waktu dapat diklasifikasikan menjadi resesi dan depresi.
Resesi ekonomi biasanya tidak lebih dari satu tahun dan efeknya
lebih ringan dari depresi. Depresi ekonomi dunia yang sangat
terkenal terjadi pada tahun 1930 –1940, ketika ekonomi Amerika
Serikat nyaris mengalami kehancuran total. Lantas bagaimanakah
dengan Indonesia ketika dilanda krisis ekonomi?Indonesia sampai
dengan saat ini telah mengalami beberapa kali krisis ekonomi, tetapi
krisis yang terdahsyat dan terasa sekali dampaknya ialah krisis tahun
1998 yang diawali dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap
dollar AS, sehingga mengakibatkan utang luar negeri Indonesia
dalam dollar AS semakin membengkak lebih dari 200%. Disamping
itu, pergejolakan ekonomi merambah ke sektor politik, yang
diindikasikan dengan demonstrasi di berbagai titik,insiden
penembakan mahasiswa Universitas Trisakti, dan mundurnya
presiden Soeharto. Dengan demikian, krisis ekonomi yang telah
terjadi dapat dianalisis dari berbagai sudut pandang untuk dapat
diketemukan faktor-faktor pemicu dan penyebabnya, sehingga
Indonesia dapat memperbaiki sistem perbankan, moneter, fiskal,
dan instrumen utang, yang meminimalisir dan memitigasi risiko
terjadinya krisis ekonomi.

2. Rumusan Permasalahan

Dalam pembahasan tentang krisis ekonomi 1998, dapat dirumuskan


beberapa permasalahansebagai berikut.

1.Bagaimanakah kronologis krisis ekonomi 1998 di Indonesia?

2.Bagaimanakah dampak yang secara signifikan terjadi pada tahun 1998


akibat krisis?
3.Bagaimanakah upaya penanggulanan yang dilakukan pemerintah
untuk menghadapi gejolakekonomi 1998?

4.Bagaimanakah upaya mitigasi risiko berupa pencegahan agar krisis


dalam bentuk apapuntidak terjadi di kemudian hari?

3. Tujuan Penulisan

Pembahasan dan analisis yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui


seberapa jauh dampak krisis ekonomi 1998 yang melanda Indonesia
dengan mengidentifikasi penyebab utama melalui kronologis krisis,
upaya penanggulangan yang telah dilakukan pada saat krisis dan
upaya penanggulangan yang seharusnya dilakukan ketika krisis yang
serupa terjadi. Dengan demikian dapat dipetakan upaya pencegahan
yang dapat dilakukan pada berbagai sektor moneter maupun riil, demi
keberlangsungan sustainability growth yang diharapkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kronologi Krisis Ekonomi 1998 di Indonesia

menurut Bank Indonesia dan Sumber Lain Awal Juli 1997, adanya
gejolak nilai tukar dan bersama dengan itu, pemerintah
melakukan pengetatan likuiditas. Kondisi ini memunculkan
krisis kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional,
terutama setelah pencabutan ijin usaha 16 bank pada tanggal 1
November1997. Hal ini berdampak buruk yang memicu
terjadinya depresiasi kepercayaan terhadap perbankan.
Sebagai manifestasi krisis kepercayaan masyarakat tersebut,
terjadi penarikan dana secara besar-besaran. Indonesia, Pada Juli,
sebagai akibat Thailand mengambangkan baht, sementara
otoritas Moneter Indonesia melebarkan jalur perdagangan dari 8
persen ke 12 persen. Rupiah mulai terserang kuat di Agustus.
Pada 14 Agustus 1997, pertukaran floating teratur ditukar
dengan pertukaran floating-bebas sehingga rupiah jatuh lebih
dalam. Sebagai konsekuensi dari krisis moneter ini, Bank
Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1997terpaksa membebaskan
nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, khususnya dollar AS, dan
membiarkannya berfluktuasi secara bebas (free floating)
menggantikan sistem managed floatingyang dianut pemerintah sejak
devaluasi Oktober 1978. Dengan demikian Bank Indonesia tidaklagi
melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menopang nilai tukar
rupiah, sehingga nilaitukar ditentukan oleh kekuatan pasar semata.
Nilai tukar rupiah kemudian merosot dengan cepatdan tajam dari rata-
rata Rp 2.450 per dollar AS Juni 1997 menjadi Rp 13.513 akhir Januari
1998,namun kemudian berhasil menguat kembali menjadi sekitar Rp
8.000 awal Mei 1999.
Penanam modal asing portfolio yang pada awalnya
membeli saham besar-besarandimingimingi keuntungan yang besar
yang ditunjang oleh perkembangan moneter yang relatifstabil
kemudian mulai menarik dananya keluar dalam jumlah besar. Spekulan
domestik ikutbermain. Para spekulan inipun tidak semata-mata
menggunakan dananya sendiri, tetapi jugameminjam dana dari sistem
perbankan untuk bermain.
Banyak bank yang mengalami kesulitan likuiditas yang
disusul dengan kelangkaanlikuiditas perekonomian secara
keseluruhan (liquidity crunch). Keadaan semakin diperparahdengan
melambungnya suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) hingga
mencapai 300% pertahun. Perbankan (systemic risk) dan besarnya
risiko yang ditanggung masyarakat (economic cost).Selain itu,
keputusan likuidasi itu juga merupakan hasil evaluasi dan rekomendasi
IMF yangdituangkan ke dalam Letter of Intent (LoI) antara pemerintah
dengan IMF pada tanggal 31Oktober 1997. Kesepakatan dengan IMF ini
yang juga merupakan tahapan awal pelaksanaanreformasi ekonomi
dan perbankan yang tertuang dalam Memorandum of
Economic andFinancial Policies yang ditandatangani pada awal
November 1997. Program reformasi tersebutjuga telah mendapat
dukungan teknis dan keuangan dari Bank Dunia, ADB, dan negara-
negarasahabat lainnya. Namun, upaya yang semula dimaksudkan
untuk memulihkan kepercayaan kepadaperbankan itu ternyata
oleh masyarakat ditanggapi secara negatif. Masyarakat
melakukanpenarikan dan pengalihan dana secara besar-besaran
(bank run), sehingga sejumlah bankmengalami mismatch dan terus
mengalami saldo negatif (saldo debet) pada gironya di Bank Indonesia.

Untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap


perbankan, pada tanggal 26Januari 1998, pemerintah memutuskan
untuk menjamin pembayaran seluruh kewajiban bank,baik kepada
deposan maupun kreditur lewat program penjaminan (blanket
guarantee). Langkahini diambil dengan Keputusan Presiden No. 26
Tahun 1998 tentang Program Penjaminan BPR,Fasilitas Dana Talangan
untuk Pembayaran Kewajiban Luar Negeri Bank dalam Rangka
TradeFinance dan Inter Bank Debt Arrears, serta jaminan Pembiayaan
Perdagangan Internasional. BI menyediakan dana talangan terlebih
dahulu. Pada gilirannya, semua pengeluaran akanditagih oleh Bank
Indonesia kepada pemerintah. Kebijakan pemerintah tersebut
direalisasikandalam berbagai bentuk fasilitas BI yang kemudian dikenal
dengan istilah Bantuan LikuiditasBank Indonesia (BLBI). Sesuai
Persetujuan Bersama antara Gubernur BI dan Menteri Keuangantanggal
6 Februari 1999, nilai BLBI yang disepakati adalah Rp 144,5 triliun dalam
bentuk suratutang. Suharto dipaksa mundur pada pertengahan 1998
dan B.J. Habibie menjadi presiden. Sampai1996, Asia menarik hampir
setengah dari aliran modal negara berkembang. lalu pelaku ekonomi
telah memikirkan akibat Daratan Tiongkok pada ekonomi sebagai faktor
penyumbang krisis.Yang paling penting, mata uang Thailand dan
Indonesia adalah berhubungan erat dengan dollar,yang naik nilainya
pada 1990-an. Importir Barat mencari pemroduksi yang lebih murah
danmenemukannya di Tiongkok yang biayanya rendah dibanding
dollar.Permainan yang dilakukan oleh spekulan asing yang dikenal
sebagai hedge funds tidakmungkin dapat dibendung dengan melepas
cadangan devisa yang dimiliki Indonesia pada saatitu, karena praktek
margin trading, yang memungkinkan dengan modal relatif kecil
bermaindalam jumlah besar. Dewasa ini mata uang sendiri sudah
menjadi komoditi perdagangan, lepasdari sektor riil.

B.Dampak Krisis Ekonomi 1998 Krisis ekonomi

yang terjadi di Indonesia tahun 1998 sangat berdampak tidak


hanya disektor ekonomi, namun juga berdampak pada sektor sosial
masyarakat dan sektor pemerintahan.
1.Sektor Ekonomi Inflasi

adalah salah satu dampak dari krisis ekonomi 1998. Berdasarkan


Laporan TahunanBank Indonesia tahun 1998/1999 laju inflasi pada
tahun 1998 yang diukur dengan IndeksHarga Konsumen (IHK) mencapai
angka 77,6 %. Tingkat inflasi ini hampir mencapai padatingkat
hyperinflasi. Penyebab dari tingginya laju inflasi adalah tingginya tingkat
penawaransedangkan pasokan menipis, menurunnya tingkat rupiah
sehingga menaikkan harga barang-barang impor dan meningkatkan
harga barang secara umum. Selain itu, produksi barang yangmenurun
akibat menurunnya kegiatan produksi, kurang berhasilnya pertanian,
dan distribusiyang terhambat akibat kerusuhan Mei 1998. Menurut
“Krisis Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, Peran IMF, dan Saran”
penyebabinflasi bukan dikarenakan imported inflation tapi lebih tepat
dikatakan foreign exchangeinduced inflation, yakni krisis ini berkaitan
dengan nilai tukar valas yang tinggi sehinggaberakibat pada harga
barang import yang tinggi, bukan dikarenakan naiknya harga barang-
barang impor itu sendiri. Nilai rupiah yang turun drastis berimbas pada
kesulitan negaramenutup APBN, utang luar negeri dalam rupiah
melonjak, harga BBM/tarif listrik naik, tarifangkutan naik, perusahaan
tutup atau mengurangi produksinya karena tidak bisa
menjualbarangnya dan beban utang yang tinggi, PHK terjadi di mana-
mana, investasi menurunkarena impor barang modal menjadi mahal.
Selain itu, menurut Laporan Tahunan Bank Indonesia 1998/1999
pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar 13,7%.
pada tahun 1998 dibandingkan dengan tahun 1997 yang terlihat masih
mengalami ekspansi4,9%.

Pada sisi lain merosotnya nilai tukar rupiah secara tajam juga
membawa hikmah. Secaraumum impor barang menurun tajam
termasuk impor buah, perjalanan ke luar negeri danpengiriman anak
sekolah ke luar negeri, kebalikannya arus masuk turis asing akan
lebihbesar, daya saing produk dalam negeri dengan tingkat kandungan
impor rendah meningkatsehingga bisa menahan impor dan merangsang
ekspor khususnya yang berbasis pertanian,proteksi industri dalam
negeri meningkat sejalan dengan merosotnya nilai tukar
rupiah,pengusaha domestik tidak lagi meminjam dana dari luar negeri.
Hasilnya adalah perbaikandalam neraca berjalan.
Petani yang berbasis ekspor penghasilannya dalam rupiah
mendadak melonjak drastis,sementara bagi konsumen dalam negeri
harga beras, gula, kopi dan sebagainya ikut naik.Sayangnya ekspor yang
secara teoritis seharusnya naik, tidak terjadi, bahkan cenderungsedikit
menurun pada sektor barang hasil industri. Meskipun penerimaan
rupiah petanikomoditi ekspor meningkat tajam, tetapi penerimaan
ekspor dalam valas umumnya tidakberubah, karena pembeli di luar
negeri juga menekan harganya karena tahu petani dapatuntung besar,
dan negara-negara produsen lain juga mengalami depresiasi dalam nilai
tukarmata uangnya dan bisa menurunkan harga jual dalam nominasi
valas. Hal yang serupa jugaterjadi untuk ekspor barang manufaktur,
hanya di sini ada kesulitan lain untuk meningkatkanekspor, karena ada
masalah dengan pembukaan L/C dan keadaan sosial-politik yang
belummenentu sehingga pembeli di luar negeri mengalihkan pesanan
barangnya ke negara lain.Namun secara keseluruhan dampak
negatifnya dari jatuhnya nilai tukar rupiah masih lebihbesar dari
dampak positifnya.
2.Sektor Sosial Masyarakat
Menurut Data Strategis BPS persentase penduduk miskin tercatat
pada tahun 1998sebanyak 24,23 persen (49,5 juta orang).
Meningkatnya jumlah penduduk miskin tidakterlepas dari jatuhnya
nilai tukar rupiah yang tajam, yang menyebabkan
terjadinyakesenjangan antara penghasilan yang berkurang karena
PHK atau pengeluaran yangmeningkat tajam karena tingkat inflasi
yang tinggi. Semakin tingginya pengangguran tinggipula tingkat
kriminalitas yang terjadi.
3.Sektor Pemerintahan

Seiring dampak sektor sosial yang terjadi di masyarakat,


dampak sektor sosial inimemicu pada sektor politik dimana
Soeharto sebagai pemegang kekuasaan tertinggi mulaidiragukan
keberadaannya. Berbagai tindakan kekerasan terjadi akibat
berbagai masalahpolitik yang terjadi. Banyak kerusuhan dimana-
mana akibat rasa ketidakpercayaanmasyarakat terhadap
kepemimpinan presiden. Pada akhirnya, tanggal 21 Mei 1998
Soehartosecara resmi digantikan wakil presiden BJ.Habibie.
C.Upaya Penanggulangan Krisis EkonomiDalam pembahasan
sebelumnya disebutkan bahwa krisis ekonomi Indonesia
tahun1997/1998 berdampak pada sektor ekonomi, masyarakat, dan
pemerintahan. Berbagai upayatelah dilakukan pemerintah untuk
mencegah menurunnya kepercayaan negara lain terhadapIndonesia,
menyelamatkan perekonomian Indonesia, dan mencegah penanam
modal mencabutinvestasinya di Indonesia. Adapun upaya-upaya
tersebut menurut Salamah (2001) adalah sebagaiberikut:
1.Menteri keuangan melakukan kunjungan ke berbagai negara
untuk meyakinkan para kreditur.
2.Membentuk Tim Negosiasi Utang Luar Negeri Swasta dengan
melibatkan berbagai pimpinanbank bertaraf internasional, seperti Bank
of England, Standard Chartered Bank, dan BankSwitzerland East Asia.
Pembentukan Badan Restrukturisasi Utang Luar Negeri
PerusahaanSwasta Indonesia dibentuk melalui Keputusan Presiden
Nomor 95 Tahun 1998 dengan tugasmengusahakan restrukturisasi
utang luar negeri perusahaan swasta Indonesia sesuai denganyang
disepakati oleh pemerintah dan kreditor luar negeri.
3.Menjamin seutuhnya atas deposito maupun pinjaman dari
semua bank umum yang berbadanhukum Indonesia, baik yang
bersifat swasta maupun milik negara. Likuidasi 16
bankmengakibatkan kepercayaan kepada pemerintah menurun
sehingga pemerintah memberikanjaminan atas seluruh kewajiban
pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat.Kebijakan
tersebut dituangkan dalam Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998
tentangJaminan terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum dan
Keputusan Presiden Nomor 193Tahun 1998 tentang Jaminan terhadap
Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat.Langkah ini kemudian
ditindaklanjuti dengan pembentukan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perbankan yang mengamanatkan
pembentukan Lembaga PenjaminSimpanan sebagai pelaksana
penjaminan dana masyarakat.
4.Bank Indonesia melakukan intervensi atas pasar valuta asing
dan kebijakan suku bunga SBI.Bank-bank yang mengalami masalah
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok bankyang perlu
direkapitalisasi dan yang memerlukan pengawasan lebih intensif,
perwalian, ataupengambilalihan bank. Bank Indonesia melakukan
koordinasi bersama Kejaksaan Agung danKepolisian dalam rangka
meningkatkan efektivitas penegakan hukum terkait dugaan
tindakpidana perbankan. Fungsi pengawasan bank dititikberatkan
pada program penyehatanperbankan yang meliputi penjaminan,
rekapitalisasi perbankan dan restrukturisasi kredit sertaprogram
peningkatan ketahanan perbankan yang meliputi perbaikan
infrastruktur,peningkatan mutu pengelolaan, penyempurnaan
ketentuan perbankan, dan pemantapansistem pengawasan bank.
5.Membentuk Dewan Pemantapan Ketahanan Ekonomi dan
Keuangan (DPKEK). DPKEKdibentuk melalui Keputusan Presiden Nomor
17 Tahun 1998 tentang Dewan PemantapanKetahanan Ekonomi dan
Keuangan dengan tujuan melakukan pengendalian dan pengawasan
pelaksanaan program reformasi dan restrukturisasi ekonomi dan
keuangan. Adapun IMFbertindak selaku penasihat.
6.Membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)
dalam rangka restrukturisasisektor perbankan. BPPN dibentuk
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1998tentang
Pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional dengan tugas
yang diberikanmeliputi:a.Melakukan pengadministrasian jaminan
pemerintah.b.Melakukan pengawasan, pembinaan, dan upaya
penyehatan termasuk restrukturisasi bankyang oleh Bank Indonesia
dinyatakan tidak sehat.c.Melakukan tindakan hukum lain yang
diperlukan dalam rangka penyehatan bank.
7.Meminta bantuan kepada International Monetary Fund (IMF)
yang mencakup rencana aspekekonomi menyeluruh. Kesepakatan
antara Pemerintah dan IMF tertuang dalamMemorandum on
Economic and Financial Policies. Perjanjian tersebut terdiri dari 50
butiryang mencakup kebijakan makroekonomi (kebijakan fiskal serta
kebijakan nilai tukar danmoneter), restrukturisasi sektor perbankan
(program restrukturisasi bank serta penguatanhukum dan
pengawasan kerangka kerja bank), dan reformasi struktural
(investasi dan perdagangan luar negeri, privatisasi dan deregulasi,
kesempatan kerja, dan lingkungan).Perjanjian tersebut ditandatangi di
Jakarta pada tanggal 15 Januari 1998.
8.Kebijakan Menteri Keuangan terkait pembenahan
perbankan, penguatan infrastrukturfinansial, dan pembenahan
sektor riil dari ekonomi nasional yang meliputi:
a.Keputusan Menteri Keuangan Nomor 15/KMK.017/1998
mengenai pencabutanpembatasan pembukaan cabang bank
campuran dan cabang pembantu bank asing.
b.Keputusan Menteri Keuangan Nomor 16/KMK/01/1998 tentang
penurunan bea masukbeberapa produk pertanian, menurunkan tarif
seluruh produk makanan maksimal limapersen.
c.Keputusan Menteri Keuangan Nomor 17/KMK/01/1998 tentang
penurunan bea masukatas impor produk tertentu.
D.Upaya Pencegahan Terjadinya Krisis EkonomiDari faktor
penyebab krisis ekonomi yang telah disampaikan diatas, hal-hal yang
dapatdilakukan pemerintah dalam melakukan pencegahan terjadinya
krisis ekonomi antara lain:
1.Memelihara kestabilan makro ekonomi dengan:
a.Menerapkan kebijakan fiskal/anggaran berimbang untuk
menghindari pertambahanhutang pembiayaan pemerintah;
b.Menerapkan kebijakan moneter yang berhati-hati dan
menjaga agar pertumbuhanlikuiditas sesuai dengan pertumbuhan
permintaan riil;
c.Menjaga nilai tukar rupiah pada posisi yang realistis;
d.Mempertahankan kebijakan lalu lintas devisa bebas untuk
menarik investasi asing yangdiharapkan dapat mendorong kondisi
perekonomi Indonesia dapat menyesuaikanterhadap perubahan
kondisi perubahan ekonomi internasional.
2.Kebijakan perdagangan luar negeri
a.Melindungi industri nasional dari persaingan barang-barang
impor;
b.Menjaga keseimbangan neraca pembayaran dan menjamin
ketersediaan valuta asingyang cukup untuk membayar kebutuhan
impor dan membayar cicilan dan Bunganhutang luar negeri;
c.Menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil;
d.Kebijakan Promosi Ekspor.
3.Reformasi struktural di sektor riil
a.Penghapusan beberapa praktek monopoli;
b.Deregulasi dan Debirokratisasi di berbagai bidang.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan, berikut
ini simpulan dampak, upayapenanggulangan dan pencegahan krisis
ekonomi 1998 di Indonesia
1.Krisis ekonomi 1998 ditandai dengan adanya gejolak nilai tukar
pada awal Juli 1997 danbersama dengan itu, pemerintah melakukan
pengetatan likuiditas. Kondisi ini memunculkankrisis kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan nasional. Sebagai manifestasi
krisiskepercayaan masyarakat tersebut, terjadi penarikan dana secara
besar-besaran.Banyak bankyang mengalami kesulitan likuiditas
yang disusul dengan kelangkaan likuiditasperekonomian secara
keseluruhan (liquidity crunch).BI menyediakan dana talangan
terlebihdahulu. Pada gilirannya, semua pengeluaran akan ditagih oleh
Bank Indonesia kepadapemerintah. Kebijakan pemerintah tersebut
direalisasikan dalam berbagai bentuk fasilitas BIyang kemudian dikenal
dengan istilah Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).Suhartodipaksa
mundur pada pertengahan 1998 dan B.J. Habibie menjadi presiden.
2.Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia tahun 1998 sangat
berdampak tidak hanya disektor ekonomi, namun juga berdampak
pada sektor sosial masyarakat dan sektorpemerintahan3.Berbagai
upaya telah dilakukan pemerintah untuk mencegah menurunnya
kepercayaannegara lain terhadap Indonesia, menyelamatkan
perekonomian Indonesia, dan mencegahpenanam modal mencabut
investasinya di Indonesia antara lain :
-Menteri keuangan melakukan kunjungan ke berbagai negara
untuk meyakinkan parakreditur;
-Menteri keuangan melakukan kunjungan ke berbagai negara
untuk meyakinkan parakreditur;
-Membentuk Tim Negosiasi Utang Luar Negeri Swasta dengan
melibatkan berbagaipimpinan bank bertaraf internasional;
-Menjamin seutuhnya atas deposito maupun pinjaman dari semua
bank umum yangberbadan hukum Indonesia;
-Bank Indonesia melakukan intervensi atas pasar valuta asing dan
kebijakan suku bungaSBI;
-Membentuk Dewan Pemantapan Ketahanan Ekonomi dan
Keuangan (DPKEK)
Membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)
dalam rangkarestrukturisasi sektor perbankan;
-Meminta bantuan kepada International Monetary Fund (IMF)
yang mencakup rencanaaspek ekonomi menyeluruh;
-Kebijakan Menteri Keuangan terkait pembenahan perbankan,
penguatan infrastrukturfinansial, dan pembenahan sektor riil dari
ekonomi nasional.
4.Upaya yang dapat dilakukan pemerintah dalam melakukan
pencegahan terjadinya krisisekonomi antara lain :
-Memelihara kestabilan makro ekonomi;
-Menetapkan kebijakan perdagangan luar negeri sesuai dengan
kepentingan nasional;
-Melakukan reformasi struktural di sektor riil.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Burhanuddin; 2003; Peran Kebijakan Ekonomi dan
Perbankan DalamMengatasi KrisisEkonomi Indonesia; Makalah Bank
Indonesia;
Jakarta(http://www.bi.go.id/biweb/html/sambutan/makalah-13-2003-
gbi.pdf)Diakses padatanggal 27 Oktober 2011
Anwar, Moh. Arsjad. 1997. “Transformasi Struktur Perekonomian
Indonesia: Pola dan Potensi”,dalam: M. Pangestu, I. Setiati
(penyunting), Mencari Paradigma Baru PembangunanIndonesia,
Jakarta: CSIS, hal. 33-48.
Atmaja Adwin S.; 1999; Inflasi Di Indonesia : Sumber-Sumber
Penyebab&Pengendalian;JurnalAkuntansidanKeuanganVol.1.(http://pu
slit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/aku/article/viewFile/
15656/15648%2526embedded%253Dtrue)Diakses pada 23 Oktober
2011.
Bank Indonesia. 1998. “Financial Crisis in Indonesia”,
Jakarta, August. Bello, W. 1998.“Mencari Solusi Alternatif untuk
Mengatasi Krisis”, saduran, Jakarta: Kompas, 1September, hal. 3.
Data Strategis BPS; CV. Nasional
Indah.(http://www.bps.go.id/65tahun/data_strategis_2011.pdf)Diakses
pada tanggal 22Oktober 2011
Ehrke, M.1998. “Pangloss oder die beste aller moeglichen Welten,
Ursachen und Auswirkungender Asienkrise”, Bonn: Friedrich Ebert
Stiftung, Februari.
Fischer, S. 1998a. “IMF dan Krisis Asia”, Kompas, Jakarta, 6 April.
________. 1998b. “Peranan IMF Saat Krisis”, Kompas, Jakarta, 8
April.
________. 1998c. “The Asian Crisis and the Changing Role of the
IMF”, Washington,D.C.:
Finance & Development, Vol. 35 No. 2, June, pp. 2-5.Greenwood, J.
1997. “The Lessons of Asia’s Currency Crisis”, Hong Kong: The Asian
WallStreet Journal, 9 Oktober, hal. 6.
Gunawan, A.H., Sri Mulyani I.. 1998. “Krisis Ekonomi Indonesia dan
Reformasi (Makro)Ekonomi”, makalah pada Simposium Kepedulian
Universitas Indonesia Terhadap TatananMasa Depan Indonesia”,
Kampus UI, Depok, 30 Maret - 1 April
http://www.academia.edu/3827540/KRISIS_EKONOMI_INDO_2
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 15/KMK.017/1998 tentang
Perubahan
Keputusan MenteriKeuangan Nomor 220/KMK.017/1993 tentang Bank
Umum
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 16/KMK/01/1998 tentang
Penurunan Tarif Bea Masuk Beberapa Produk Pertanian Tertentu
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 17/KMK/01/1998 Penurunan
Tarip Bea Masuk atas ImporProduk Tertentu
Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1998 tentang Pembentukan
Badan Penyehatan PerbankanNasional
Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1998 tentang Dewan
Pemantapan Ketahanan Ekonomi danKeuangan
Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan terhadap
Kewajiban PembayaranBank Umum
Keputusan Presiden Nomor 193 Tahun 1998 tentang Jaminan terhadap
Kewajiban PembayaranBank Perkreditan Rakyat
Keputusan Presiden Nomor 95 Tahun 1998 tentang Pembentukan
Badan Restrukturisasi UtangLuar Negeri Perusahaan Swasta Indonesia
Laporan Tahunan 1998/1999 Bank
Indonesia(http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Tahunan/Lap
oran+Perekonomian+Indonesia/LapTah+1998+1999.htm)Diaksespada
tanggal 23 Oktober 2011Mankiw N. Gregory; 2008;
Macroeconomics;Salamah, Lilik. 2001. Lingkaran Krisis Ekonomi
Indonesia. Masyarakat, Kebudayaan danPolitik, Th XIV,No. 2, 65-76.
Mankiw N. Gregory; 2008; Macroeconomics;
Tarmidi Lapi T.; Krisis Moneter : Sebab, Dampak, Peran IMF
dan Saran.(http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/427EA160-F9C2-4EB0-
9604-C55B96FC07C6/3015/bempvol1no4mar.pdf)Diakses pada tanggal
19 Oktober 2011.
Waibot, Zulkifli. 2014. Early Warning System Krisis Keuangan di
IndonesiaPendekatanParametrik. Tesis Undip

Anda mungkin juga menyukai