EKONOMI MONETER
“KRISIS MONETER”
Ilmu Ekonomi (STIE) Amkop. Ucapan terima kasih kami sampaikan pula kepada
Bapak Muhammad Dedy Miswar, S.E.,M.M., dosen mata kuliah Eknomi Moneter
yang telah memberikan arahan dan materi sehingga penulis dalam membuat
makalah ini.
untuk itu disampaikan permohonan maaf dan kami harapkan saran serta kritik
yang membangun dari pembaca untuk perbaikan makalah penulis dimasa yang
akan datang.
Besar harapan kami agar makalah ini dapat berguna secara luas, serta
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya kepada penulis
sendiri.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................1
B. TUJUAN...............................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................2
A. PENGERTIAN KRISIS MONETER..................................................................2
B. DAMPAK KRISIS MONETER..........................................................................2
C. PENYEBAB KRISIS MONETER......................................................................3
D. CIRI-CIRI KRISIS MONETER.........................................................................5
E. KRISIS MONETER DI INDONESIA................................................................6
BAB III...........................................................................................................................13
PENUTUP.......................................................................................................................13
A. KESIMPULAN...................................................................................................13
B. SARAN................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Krisis moneter adalah krisis keuangan yang menerpa beberapa wilayah hampir
di seluruh Asia Timur. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1997 silam dan tengah
mengakibatkan kepanikan.
Tak hanya itu, krisis moneter yang menimpa hampir seluruh Asia Timur ini
keuangan. Pada saat itu, hampir seluruh negara di bagian Asia Timur, tak terkecuali
Indonesia terpukul oleh fenomena krisis moneter sehingga perekonomian dan usaha di
Perlu diketahui bahwa krisis moneter ini tak terjadi begitu saja tanpa adanya
sebab dan akibat serta mempunyai dampak dan ciri. untuk itu makalah berikut akan
menjelaskan lebih dalam terkait penyebab dan dampak terjadinya krisis moneter.
B. TUJUAN
Berikut beberapa tujuan mempelajar krisis moneter :
a. Agar dapat memahami dan mengetahui penyebab terjadinya krisis moneter
1
BAB II
PEMBAHASAN
Krisis moneter adalah keadaan dimana nilai instrumen keuangan dan aset
kekurangan uang tunai atau aset yang dapat dikonversi untuk mendanai proyek
kepercayaan pada nilai aset dan pendapatan mereka sehingga menarik modal, disisi
lain bank sentral negara mulai kekurangan atau tidak memiliki cadangan devisa yang
cukup untuk mempertahankan nilai tukar sehingga nilai mata uang anjlok.
Krisis moneter adalah krisis keuangan yang menerpa beberapa wilayah hampir
di seluruh Asia Timur. Krisis moneter ini menyebabkan dampak yang kurang baik
bagi negara yang tertimpa krisis dan biasanya diakibatkan lantaran kurs nilai tukar
valas khususnya dolar AS yang tinggi sehingga nila mata uangnya jatuh.
menghentikan karyawannya dengan alasan lantaran tak dapat membayar upah. Selain
itu pemerintah akan kesulitan dalam menutup APBN. Harga barang naik cukup tinggi
sehingga masyarakat sangat sulit mendapat kebutuhan pokok. Utang luar negeri
melonjak dengan harga bbm yang terus naik. Ketika krisis, banyak perusahaan yang
meminjam uang pada perusahaan negara asing dengan bunga yang tinggi pula.
2
C. PENYEBAB KRISIS MONETER
produksi
3) Stok utang luar negeri swasta yang besar serta berjangka pendek. Yang pada
nantinya kondisi tidak akan stabil. Hal tersebut bisa terjadi karena para menteri di
bidang ekonomi maupun perbankan memiliki rasa terlalu percaya diri dengan
5) Ketergantungan pada utang luar negeri yang berkaitan dengan perilaku pelaku
6) Perubahan politik yang tidak jelas maka akan menjadi persoalan dalam segi
ekonomi.
3
Jika berbicara tentang krisis moneter yang terjadi di Indonesia, secara umum
1) Rupiah Anjlok
Tahun 1997 bisa jadi awal indikasi terjadinya krisis moneter 1998, dimulai
dari bulan Agustus nilai mata uang rupiah terus terjun bebas dan mencapai nilai
terendah di bulan berikutnya, September. Hanya dalam jangka waktu setahun, yang
awalnya kedudukan nilai mata uang rupiah berada di angka Rp 2.380 per satu
dolarnya, mengalami penurunan hingga 600 persen. Puncaknya pada bulan Juli
1998, nilai mata uang rupiah benar-benar terpuruk, titik tukar rupiah ke dalam
dolar mencapai Rp 16.650. Meski pada 31 Desember 1998 nilai rupiah mulai
bangkit dan dihargai Rp 8.000 per dolarnya, hal ini tak banyak memberi pengaruh
Selain anjloknya nilai mata uang rupiah pada 1997 sampai 1998, krisis
moneter tersebut juga dipicu oleh membengkaknya angka utang luar negeri oleh
swasta. Yakni, pada Maret 1998, 72,5 miliar dolar AS dari 138 miliar dolar AS
merupakan utang swasta yang dua dari tiga utang tersebut merupakan utang jangka
pendek yang jatuh tempo masa tenggat pembayaran di tahun tersebut. Sementara
cadangan devisa senilai 14.44 miliar dolar AS yang dimiliki Indonesia jauh dari
kata cukup untuk membayar utang, apalagi beserta bunganya. Faktor utang luar
negeri yang membengkak itulah yang menjadi salah satu penyebab perekonomian
3) Krisis kepercayaan
4
lagi dengan kondisi kedua Presiden Soeharto yang kian memburuk membuat
bantuan finansial secara cepat. Hal inilah yang juga menjadi sebab krisis moneter
1998.
dampak yang bagus, paket reformasi keuangan yang dianjurkan IMF malah
pinjaman secara terbatas, di sisi lain Bank Indonesia juga harus menggelontorkan
2) Negara akan mendapati dan mengalami inflasi yang tidak dapat terkontrol
5
E. KRISIS MONETER DI INDONESIA
internasional seperti Bank Dunia. Namun semua itu kemudian terguncang dalam
waktu satu malam, ditandai dengan krisis Thailand pada juli 1997 kemudian berimbas
juga ke Indonesia.
Pada saat tekanan terhadap rupiah Indonesia akhirnya terlalu kuat, rupiah
diputuskan untuk diambangkan bebas (float freely) pada bulan Agustus 1997. Dan
sejak saat itu mulailah terjadi depresiasi yang sangat signifikan. Pada tanggal 1
Januari 1998, nilai nominal rupiah hanya 30 persen dari nilai yang pernah dicapai
pada bulan Juni 1997. Pada tahun-tahun sebelum tahun 1997 banyak perusahaan
swasta di Indonesia yang memperoleh pinjaman luar negeri jangka pendek yang tidak
dilindungi terhadap gejolak nilai tukar (unhedged) dalam mata uang dolar Amerika,
dan utang sektor swasta yang sangat besar ini ternyata menjadi bom waktu yang
menimbulkan lebih banyak tekanan terhadap rupiah dan memperburuk situasi utang
sekali) akan menderita kerugian yang amat besar. Persediaan devisa menjadi langka
6
diberikan oleh kreditur asing. Karena tidak mampu mengatasi krisis ini maka
IMF tiba di Indonesia dengan paket bailout sebesar USD $43 milyar untuk
swasta, penurunan subsidi pangan dan energi, dan menyarankan agar Bank Indonesia
untuk menaikkan iklim suku bunga. Akan tetapi paket reformasi ini ternyata gagal.
memicu penarikan dana besar-besaran pada bank-bank lain. Milyaran rupiah ditarik
dan memaksa Bank Indonesia untuk memberikan kredit dalam jumlah besar kepada
bank-bank yang masih ada untuk mencegah krisis perbankan yang semakin parah.
Selain itu, IMF tidak pernah berusaha untuk mengekang sistem patronase yang
dimiliki Suharto dan yang merusak perekonomian negara dan juga merusak program
IMF. Sistem patronase ini adalah alat yang dijalankan oleh Suharto untuk
mempertahankan kekuasaan; dalam imbalan atas dukungan politik dan keuangan dia
memberikan jabatan yang kuat kepada para keluarga, teman dan musuh (sehingga
menjelang akhir tahun 1997 adalah kekeringan parah yang disebabkan oleh El Nino
(sehingga menyebabkan kebakaran hutan dan hasil panen yang buruk) dan
7
Kesepakatan kedua dengan IMF diperlukan karena ekonomi masih tetap saja
memburuk. Pada bulan Januari 1998 rupiah kehilangan setengah nilainya hanya
dalam rentang waktu lima hari saja dan ini menyebabkan masyarakat berusaha
menimbun makanan. Kesepakatan kedua dengan IMF ini berisi 50 pokok program
struktural ini dengan patuh justru menambah buruk situasinya. Di sisi lain IMF
dikritik karena dinilai terlalu memaksakan banyak program reformasi dalam waktu
memang membuat kesalahan pada saat melakukan pendekatan awal dalam krisis
Indonesia namun lembaga ini akhirnya menjadi sadar bahwa kunci utama untuk
mengatasi krisis adalah untuk memulai kembali aliran modal swasta ke Indonesia.
tanda mengkhawatirkan. Namun kali ini IMF lebih fleksibel dalam tuntutannya
dibanding sebelumnya. Misalnya, subsidi pangan yang besar untuk rumah tangga
berpenghasilan rendah diberikan dan defisit anggaran dibiarkan melebar. Akan tetapi
IMF juga menyerukan privatisasi badan milik negara, tindakan cepat untuk
pengadilan baru untuk menangani kasus-kasus kepailitan. IMF juga bersikeras untuk
8
pengalaman yang lalu menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia tidak sepenuhnya
meningkat setelah ia terpilih kembali sebagai presiden dan membentuk kabinet baru
pada bulan Maret 1998. Kabinet baru yang provokatif ini berisi sejumlah anggota
yang berasal dari kelompok kroninya dan oleh karenanya tidak mampu berbuat
memutuskan untuk mengurangi subsidi BBM pada awal bulan Mei, kerusuhan
berskala besar terjadi di Medan, Jakarta dan Solo. Meskipun IMF telah memberikan
waktu kepada Suharto sampai dengan Oktober untuk mengurangi subsidi secara
sendiri.
Beberapa hari berikutnya Jakarta dilanda kerusuhan sangat buruk. Seperti yang
pernah terjadi sebelumnya, etnis Tionghoa - yang sudah lama dibenci karena dianggap
kaya - banyak menjadi sasaran dalam kerusuhan ini. Toko-toko dan rumah-rumah
milik warga Tionghoa dibakar dan banyak perempuan China diperkosa secara brutal.
Setelah kerusuhan redam, lebih dari seribu orang tewas dan ribuan bangunan hancur.
Pada tanggal 14 Mei 1998 Soeharto mengundurkan diri dari kursi kepresidenan ketika
semua politisi menolak untuk bergabung dengan sebuah kabinet baru yang
9
dibentuknya. Krisis finansial telah sepenuhnya berubah menjadi krisi sosial dan
politik.
berikutnya, beralih kepada sosok teknokrat ekonomi untuk mengatasi krisis finansial
dengan IMF. Perjanjian ini ditandatangani pada bulan Juni 1998 dan memungkinkan
terjadinya defisit anggaran yang lebih longgar sementara dana baru dialirkan ke dalam
perekonomian.
Dalam jangka waktu beberapa bulan ada beberapa tanda pemulihan. Nilai
tukar rupiah mulai menguat sejak pertengahan Juni 1998 (waktu terjun bebas ke
angka Rp 16,000 per US dolar) menjadi Rp 8,000 per US dolar pada bulan Oktober
1998, inflasi membaik secara drastis, saham-saham di Bursa Efek Indonesia mulai
bangkit dan ekspor non-migas mulai hidup kembali menjelang akhir tahun. Sektor
perbankan (pusat dari krisis ini) masih rapuh karena adanya jumlah kredit bermasalah
yang sangat tinggi dan bank-bank masih tetap sangat ragu-ragu untuk meminjamkan
uang. Selain itu, sektor perbankan telah menyebabkan peningkatan utang pemerintah
secara tajam dan utang-utang ini terutama disebabkan oleh penerbitan obligasi untuk
Indonesia mulai membaik secara bertahap selama tahun 1999, sebagian disebabkan
ekspor.
Menarik untuk menanyakan apakah krisis seperti itu dapat terjadi lagi di
10
dibandingkan semua negara lain yang terkena dampaknya karena yang terjadi di
Indonesia tidak hanya krisis ekonomi. Awalnya yang terjadi adalah krisis finansial
namun berkembang dan akhirnya diperparah menjadi krisis politik dan sosial yang
kekuasaan mereka. Mengingat bahwa iklim politik yang tertib dan kondusif sangat
setelah Suharto jatuh, ketidakpastian politik membuat banyak investor (baik asing
maupun domestik) untuk tidak atau belum masuk kembali ke pasar Indonesia.
Akan tetapi saat ini, Indonesia sedang menuju demokrasi yang benar,
meskipun ini adalah suatu proses yang juga disertai dengan berbagai hambatan.
Pemerintahan otoriter yang pernah berkuasa selama beberapa decade telah mematikan
Butuh waktu sebelum negara ini dapat meninggalkan sebutan negara 'demokrasi
cacat’ ('flawed democracy') yang diukur oleh Unit Kecerdasan Ahli Ekonomi untuk
Indeks Demokrasinya. Akan tetapi pemilihan umum yang adil dan bebas memberikan
kepastikan bahwa ada dukungan yang lebih besar bagi pemerintah selama periode
langsung oleh rakyat Indonesia merupakan salah satu keputusan yang penting secara
lebih rapuh (dengan kata lain kurang stabil) dibandingkan dengan demokrasi yang
sudah lama dibangun karena banyak kelompok (yang visinya berbeda) mencoba
membangun posisi mereka pada demokrasi yang masih belum matang. Laporan lebih
11
Faktor penting lainya yang sangat memperburuk krisis keuangan di Indonesia
adalah sektor keuangan Indonesia yang sudah dalam keadaan yang sangat buruk
sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh budaya patronase dan korupsi yang tidak
memiliki model pengawasan yang baik. Bahkan Bank Indonesia tidak tahu tentang
arus uang (sehingga menyebabkan timbulnya utang swasta jangka pendek yang sangat
('bubble economy'). Budaya patronase dan korupsi (serta kurangnya kepastian hukum)
sangat menghambat fungsi ekonomi yang efisien dan merupakan bom waktu yang
telah membuat langkah-langkah keuangan yang bijak untuk memastikan agar krisis
sekarang ketat dan transparan, 'uang panas' ('hot money') ditangani secara lebih hati-
hati (misalnya dengan membatasi utang jangka pendek), dan rasio utang pemerintah
terhadap PDB lebih rendah (sekitar 25 persen dan menunjukkan tren menurun)
dibandingkan kebanyakan negara-negara ekonomi maju. Pada saat krisis tahun 2008
melanda, Indonesia terkena kembali arus keluar kapital yang besar namun mampu
menjamin ekonomi yang stabil karena fundamental ekonomi yang baik. Bahkan
pertumbuhan PDB sebesar 4.6 persen terutama didukung oleh konsumsi domestik.
halaman surat kabar. Korupsi dan pengelompokan modal pada sekelompok elit kecil
masih menjadi masalah serius di negeri ini dan dapat menghambat pertumbuhan
ekonomi yang efisien, baik dan adil. Terutama korupsi politik menyebar luas dan
sering kali digunakan politisi untuk mencari keuntungan dalam sektor bisnis nasional.
12
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari beberapa penjelasan yang dipaparkan pada makalah ini, dapat disampaikan
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1) Krisis moneter adalah keadaan dimana nilai instrumen keuangan dan aset
menurun secara signifikan
2) Penyebab terjadinya krisis moneter ada banyak, namun penyebab utama
adalah turunnya nilai mata uang, utang yang membengkak, melemahnya
sektor perbankan dan adanya krisis kepercayaan masyarakat pada pemerintah.
3) Indonesia telah mengalami 3 kali krisis moneter sampai saat ini yakni era
Presiden Suharto (19987-1998), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2008)
dan Joko Widodo (2020).
14
B. SARAN
Semoga dengan selesainya makalah ini, diharapkan penulis dan para pembaca
khususnya mahasiswa STIE Amkop dapat memahami terkait krisis moneter. Kami
selaku penulis memohon kritik dan saran dari para pembaca mengenai makalah kami
demi perbaikan untuk kedepannya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Adytya, Billy. 2012. “Krisis Moneter adalah Krisis Keuangan, Ketahui Dampak, Ciri Hingga
Penyebabnya”, (Daring), (https://www.merdeka.com/trending/krisis-moneter-adalah-
krisis-keuangan-ketahui-dampak-ciri-hingga-penyebabnya-kln.html?page=4 diakses
pada 15 Juli 2021)
Muhid, Hendrik Khoirul. 2021. “23 Tahun Reformasi: 4 Penyebab Utama Krisis Moneter
1998, Nilai Mata Uang Anjlok”, (Daring), (https://bisnis.tempo.co/read/1461833/23-
tahun-reformasi-4-penyebab-utama-krisis-moneter-1998-nilai-mata-uang-
anjlok/full&view=ok, diakses pada 15 Juli 2021)
16