1997-1998 DI INDONESIA
KATA PENGANTAR
Indonesia merupakan salah satu Negara di Asia yang mengalami krisis mata
uang, kemudian disusul oleh krisis moneter dan berakhir dengan krisis
ekonomi yang besar. Seperti diungkapkan oleh Haris(1998),
Krisis ekonomi yang dialami Indonesia sejak tahun 1997 adalah yang paling
parah sepanjang orde baru. Ditandai dengan merosotnya kurs rupiah
terhadap dolar yang luar biasa, serta menurunnya pendapatan per kapita
bangsa kita yang sangat drastis. Lebih jauh lagi, sejumlah pabrik dan industri
yang bakal collaps atau disita oleh kreditor menyusul utang sebagian
pengusaha yang jatuh tempo pada tahun 1998 tak lama lagi akan
menghasilka ribuan pengngguran baru dengan sederet persoalan sosial.
Ekonom, dan politik yang baru pula
Menurut Fischer (1998), sesungguhnya pada masa kejayaan Negara-negara
Asia Tenggara, krisis di beberapa negara, seperti Thailand, Korea Selatan,
dan Indonesia, sudah bisa diramalkan meski waktunya tidak dapat
dipastikan.Misalnya di Thailand dan Indonesia, defisit neraca perdagangan
terlalu besar dan terus meningkat setiap tahun, sementara pasar properti
dan pasar modal di dalam negeri berkembang pesat tanpa terkendali. Selain
itu, nilai tukar mata uang di dua Negara tersebut dipatok terhadap dolar AS
terlalu rendah yang mengakibatkan ada kecenderungan besar dari dunia
usaha didalam negeri untuk melakukan pinjaman luar negeri, sehingga
banyak perusahaan dan lembaga keuangan di negara-negara itu menjadi
sangat rentan terhadap risiko perubahan nilai tukar valuta asing. Dan yang
terakhir adalah aturan serta pengawasan keuangan oleh otoriter moneter di
Thailand dan Indonesia yang sangat longgar hingga kualitas pinjaman
portfolio perbankan sangat rendah. Anggapan Fischer tersebut dapat
membantu untuk menentukan apakah krisis rupiah terjadi karena krisis bath
Thailand. Sementara menurut McLeod (1998), krisis rupiah di Indonesia
adalah hasil dari akumulasi kesalahan-kesalahan pemerintah dalam
kebijakan-kebijakan ekonominya selama orde baru, termasuk diantaranya
kebijakan moneter yang mempertahankan nilai tukar rupiah pada tingkat
yang overvalued.
Krisis moneter yang terjadi di Indonesia sejak awal Juli 1997, di akhir tahun
itu telah berubah menjadi krisis ekonomi. Melemahnya nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS, menyebabkan harga-harga naik drastis. Banyak
perusahaan-perusahaan dan pabrik-pabrik yang melakukan pemutusan
pada bulan Juli 1998, yakni mencapai nilai antara Rp14.000,00 dan
Rp15.000,00 per dollar AS. Sedangkan dari bulan September 1998 hingga
Mei 1999, perkembangan kurs rupiah terhadap dolar AS berada pada nilai
antara Rp8.000,00 dan Rp11.000,00 per dollar AS. Selama periode 1 Januari
1998 hingga 5 Agustus 1998, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS
adalah yang paling tinggi dibandingkan dengan mata uang-mata uang
Negara-negara Asia lainnya yang juga mengalami depresiasi terhadap dolar
AS selama periode tersebut.
Sebagai konsekuensinya, BI pada tanggal 14 Agustus 1997 terpaksa
membebaskan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing. Dengan demikian, BI
tidak melakukan intervensi lagi di pasar valuta asing, sehingga nilai tukar
ditentukan oleh kekuatan pasar.
Kurs mata uang untuk US$1
Mata uang
Jun 97
Jul 98
Perubahan
THB
24,50
41,00
40,2%
IDR (k)
2,38
14,15
83,2%
PHP
26,30
42,00
37.4%
MYR
2,50
4,10
39.0%
KRW (k)
0,85
1,29
34.1%
1.
Jun 97
Jul 98
Perubahan
Thailand
170
102
40,0%
Indonesia
205
34
83,4%
Filipina
75
47
37.3%
Malaysia
90
55
38.9%
Korea Selatan
430
283
34.2%
mencapai jumlah yang sangat besar, bahkan sudah jauh melampaui utang
resmi pemerintah yang beberapa tahun terakhir malah sedikit berkurang
(oustanding official debt). Ada tiga pihak yang krisis Moneter Indonesia :
Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran bersalah di sini, pemerintah, kreditur
dan debitur. Kesalahan pemerintah adalah, karena telah memberi signal
yang salah kepada pelaku ekonomi dengan membuat nilai rupiah terusmenerus overvalued dan suku bunga rupiah yang tinggi, sehingga pinjaman
dalam rupiah menjadi relatif mahal dan pinjaman dalam mata uang asing
menjadi relatif murah. Sebaliknya, tingkat bunga di dalam negeri dibiarkan
tinggi untuk menahan pelarian dana ke luar negeri dan agar masyarakat
mau mendepositokan dananya dalam rupiah.
Jadi di sini pemerintah dihadapi dengan buah simalakama. Keadaan ini
menguntungkan pengusaha selama tidak terjadi devaluasi dan ini terjadi
selama bertahun-tahun sehingga memberi rasa aman dan orang terus
meminjam dari luar negeri dalam jumlah yang semakin besar. Dengan
demikian pengusaha hanya bereaksi atas signal yang diberikan oleh
pemerintah. Selain itu pemerintah sama sekali tidak melakukan pengawasan
terhadap utang-utang swasta luar negeri ini, kecuali yang berkaitan dengan
proyek pemerintah dengan dibentuknya tim PKLN. Bagi debitur dalam
negeri, terjadinya utang swasta luar negeri dalam jumlah besar ini, di
samping lebih menguntungkan, juga disebabkan suatu gejala yang dalam
teori ekonomi dikenal sebagai fallacy of thinking , di mana pengusaha
beramai-ramai melakukan investasi di bidang yang sama meskipun
bidangnya sudah jenuh, karena masing-masing pengusaha hanya melihat
dirinya sendiri saja dan tidak memperhitungkan gerakan pengusaha lainnya.
Pihak kreditur luar negeri juga ikut bersalah, karena kurang hati-hati dalam
memberi pinjaman dan salah mengantisipasi keadaan. Jadi sudah
sewajarnya, jika kreditur luar negeri juga ikut menanggung sebagian dari
kerugian yang diderita oleh debitur.
Kalau masalahnya hanya menyangkut utang luar negeri pemerintah saja,
meskipun masalahnya juga cukup berat karena selama bertahun-tahun telah
terjadi net capital outflow yang kian lama kian membesar berupa
pembayaran cicilan utang pokok dan bunga, namun masih bisa diatasi
dengan pinjaman baru dan pemasukan modal luar negeri dari sumber-
luas menyerbu membeli dollar AS agar nilai kekayaan tidak merosot dan
malah bisa menarik keuntungan dari merosotnya nilai tukar rupiah.
Terjadilah snowball effect, di mana serbuan terhadap dollar AS makin lama
makin besar. Orang-orang kaya Indonesia, baik pejabat pribumi dan etnis
Cina, sudah sejak tahun lalu bersiap-siap menyelamatkan harta kekayaannya
ke luar negeri mengantisipasi ketidak stabilan politik dalam negeri. Sejak
awal Desember 1997 hingga awal Mei 1998 telah terjadi pelarian modal
besar-besaran ke luar negeri karena ketidak stabilan politik seperti isu
sakitnya Presiden dan Pemilu. Kerusahan besar-besaran pada pertengahan
Mei yang lalu yang ditujukan terhadap etnis Cina telah menggoyahkan
kepercayaan masyarakat ini akan keamanan harta, jiwa dan martabat
mereka. Padahal mereka menguasai sebagian besar modal dan kegiatan
ekonomi di Indonesia dengan akibat mereka membawa keluar harta
kekayaan mereka dan untuk sementara tidak melaukan investasi baru.
Terdapatnya keterkaitan yang erat dengan yen Jepang, yang nilainya
melemah terhadap dollar AS . Setelah Plaza-Accord tahun 1985, kurs dollar
AS dan juga mata uang negara-negara Asia Timur melemah terhadap yen
Jepang, karena mata uang negaranegaraAsia ini dipatok dengan dollar AS.
Daya saing negara-negara Asia Timur meningkat terhadap Jepang, sehingga
banyak perusahaan Jepang melakukan relokasi dan investasi dalam jumlah
besar di negara-negara ini. Tahun 1995 kurs dollar AS berbalik menguat
terhadap yen Jepang, sementara nilai utang dari negara-negara ini dalam
dollar AS meningkat karena meminjam dalam yen, sehingga menimbulkan
krisis keuangan. Di lain pihak harus diakui bahwa sektor riil sudah lama
menunggu pembenahan yang mendasar, namun kelemahan ini meskipun
telah terakumulasi selama bertahun-tahun masih bisa ditampung oleh
masyarakat dan tidak cukup kuat untuk menjungkir-balikkan perekonomian
Indonesia seperti sekarang ini. Memang terjadi dislokasi sumber-sumber
ekonomi dan kegiatan mengejar rente ekonomi oleh perorangan/kelompok
tertentu yang menguntungkan mereka ini dan merugikan rakyat banyak dan
perusahaan-perusahaan yang efisien.
Subsidi pangan oleh BULOG, monopoli di berbagai bidang, penyaluran dana
yang besar untuk proyek IPTN dan mobil nasional. Timbulnya krisis berkaitan
dengan Krisis Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran
jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS secara tajam, yakni sektor
ekonomi luar negeri, dan kurang dipengaruhi oleh sektor riil dalam negeri,
meskipun kelemahan sektor riil dalam negeri mempunyai pengaruh terhadap
melemahnya nilai tukar rupiah. Membenahisektor riil saja, tidak
memecahkan permasalahan. Krisis pecah karena terdapat ketidak
seimbangan antara kebutuhan akan valas dalam jangka pendek dengan
jumlah devisa yang tersedia, yang menyebabkan nilai dollar AS melambung
dan tidak terbendung.
Sebab itu tindakan yang harus segera didahulukan untuk mengatasi krisis
ekonomi ini adalah pemecahan masalah utang swasta luar negeri,
membenahi kinerja perbankan nasional, mengembalikan kepercayaan
masyarakat dalam dan luar negeri terhadap kemampuan ekonomi Indonesia,
menstabilkan nilai tukar rupiah pada tingkat yang nyata, dan tidak kalah
penting adalah mengembalikan stabilitas sosial dan politik. Program
Reformasi Ekonomi IMF Menurut IMF, krisis ekonomi yang berkepanjangan di
Indonesia disebabkan Program Reformasi Ekonomi IMF. Menurut IMF, krisis
ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia disebabkan karenapemerintah
baru meminta bantuan IMF setelah rupiah sudah sangat terdepresiasi.
Strategipemulihan IMF dalam garis besarnya adalah mengembalikan
kepercayaan pada mata uang, yaitu dengan membuat mata uang itu sendiri
menarik. Inti dari setiap program pemulihan ekonomi adalah restrukturisasi
sektor finansial. Sementara itu pemerintah Indonesia telah enam kali
memperbaharui persetujuannya dengan IMF, Second Supplementary
Memorandum of Economic and Financial Policies (MEFP) tanggal 24 Juni,
kemudian 29 Juli 1998, dan yang terakhir adalah review yang keempat,
tanggal 16 Maret 1999.Program bantuan IMF pertama ditanda-tangani pada
tanggal 31 Oktober 1997. Program reformasi ekonomi yang disarankan IMF
ini mencakup empat bidang:
1.
2.
3.
4.
dari kedua persetujuan sebelumnya, dan aspek baru yang masuk adalah
penyelesaian utang luar negeri perusahaan swasta Indonesia. Jadwal
pelaksanaan masing-masing program dirangkum dalam matriks komitmen
kebijakan struktural. Strategi yang akan dilaksanakan adalah:
1.
Pencairan berikutnya sebesar US$ 1 milyar yang dijadwalkan awal bulan Juni
baru akan terlaksana awal bulan September ini. Kritik Terhadap IMF Banyak
kritik yang dilontarkan oleh berbagai pihak ke alamat IMF dalam hal
menangani krisis moneter di Asia, yang paling umum adalah bahwa: (1)
program IMF terlalu seragam, padahal masalah yang dihadapi tiap negara
tidak seluruhnya sama (2) program IMF terlalu banyak mencampuri
kedaulatan negara yang dibantu . Radelet dan Sachs secara gamblang
mentakan bahwa bantuan IMF kepada tiga negara Asia (Thailand, Korea dan
Indonesia) telah gagal. Setelah melihat program penyelematan IMF di ketiga
negara tersebut, timbul kesan yang kuat bahwa IMF sesungguhnya tidak
menguasai permasalahan dari timbulnya krisis, sehingga tidak bisa keluar
dengan program penyelamatan yang tepat.
Salah satu pemecahan standar IMF adalah menuntut adanya surplus dalam
anggaran belanja negara, padahal dalam hal Indonesia anggaran belanja
negara sampai dengan tahun anggaran 1996/1997 hampir selalu surplus,
meskipun surplus 12 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Maret 1999 ini
ditutup oleh bantuan luar negeri resmi pemerintah. Adalah kebijakan dari
Orde Baru untuk menjaga keseimbangan dalam anggaran belanja negara,
dan prinsip ini terus dipegang. Selama ini tidak ada pencetakan uang secara
besar-besaran untuk menutup anggaran belanja negara yang defisit, dan
tidak ada tingkat inflasi yang melebihi 10%. Memang dalam anggaran
belanja negara tahun 1998/1999 terdapat defisit anggaran yang besar,
namun ini bukan disebabkan karena kebijakan deficit financing dari
pemerintah, tetapi oleh karena nilai tukar rupiah yang terpuruk terhadap
dollar AS.
Semakin jatuh nilai tukar rupiah, semakin besar defisit yang terjadi dalam
anggaran belanja. Karena itu pemecahan utamanya adalah bagaimana
mengembalikan nilai tukar rupiah ke tingkat yang wajar. J. Stiglitz, pemimpin
ekonom Bank Dunia, mengkritik bahwa prakondisi IMF yang teramat ketat
terhadap negara-negara Asia di tengah krisis yang berkepanjangan
berpotensi menyebabkan resesi yang berkepanjangan. Kemudian berlakunya
praktek apa yang dinamakan konsensus Washington, yaitu negara
pengutang lazimnya harus mendapatkan restu pendanaan dari pemerintah
AS, yang pada dasarnya hanya memperluas kesempatan ekonomi AS.
menghapuskan subsidi BBM dan listrik yang kian membesar secara bertahap
dalam jangka waktu tiga tahun sudah benar.
Subsidi listrik relatif lebih mudah untuk dihapuskan, yakni melalui subsidi
silang sehingga masyarakat berpenghasilan rendah tetap dikenakan tarif
listrik yang murah dan melalui peningkatan efisiensi, misalnya penagihan
yang lebih efektif. Namun penurunan subsidi BBM dan listrik oleh pemerintah
secara drastis dan mendadak pada tanggal 4 Mei1998 yang lalu mempunyai
dampak yang sangat luas terhadap perekonomian rakyat kecil,meskipun
kepentingan rakyat kecil sangat diperhatikan dengan adanya jaringan
keselamatan sosial. Tindakan drastis ini sedikit-banyak telah membantu
memicu terjadinya kerusuhan-kerusuhan sosial dan politik. Yang menjadi
pertanyaan di sini adalah, apakah pemerintah tidak bisa menunda kenaikan
BBM dan listrik untuk beberapa bulan, menunggu keresahan masyarakat
reda? Di sini pemerintah salah membaca isi dari kesepakatan dengan IMF,
karena IMF menganjurkan penghapusan subsidi secara bertahap dan tidak
secara mendadak.
Dalam suplemen program IMF April 1998 disebutkan bahwa subsidi masih
bisa diberikan kepada beberapa jenis barang yang banyak dikonsumsi oleh
penduduk berpenghasilan rendah seperti bahan makanan, BBM dan listrik.
Dalam situasi sekarang hampir tidak ada peluang untuk meningkatkan pajak.
Baru pada tanggal 1 Oktober 1998 direncanakan subsidi akan diturunkan
secara berarti. Subsidi untuk bahan pangan, BBM dan listrik sudah
diperhitungkan dan dinaikkan dalam anggaran pemerintah .
Membengkaknya subsidi ini disebabkan Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan, Maret 1999 oleh beberapa faktor, seperti kinerja yang kurang
efisien, tagihan listrik dalam jumlah besar yang tidak dibayar, tetapi sebab
utama karena merosotnya nilai tukar rupiah. Jadi tindakan yang pokok
adalah pertama mengembalikan dulu nilai rupiah ke tingkat yang wajar dan
dari sini baru menghitung besarnya subsidi.
Tidak bisa biaya produksi dihitung atas dasar nilai tukar dengan dollar AS
yang masih relatif tinggi lalu dibebankan kepada konsumen, sementara
pendapatan masyarakat adalah dalam rupiah yang tidak berubah sejak
sebelum terjadinya krisis moneter, kalau tidak menurun dan banyaknya PHK.
Keadaan ini tidak sebanding, kita harus melihat sebab-sebab lain di balik
kenaikan biaya produksi. Halnya akan lain, bila pendapatan masyarakat
dalam rupiah juga ikut naik dua atau tiga kali lipat sesuai dengan kenaikan
nilai tukar dollar AS, seperti orang asing yang tinggal di Indonesia misalnya.
Dalam kaitan ini perlu dipertanyakan, siapa yang menjadi penyebab dari
terjadinya krisis yang berkepanjangan ini, sehingga nilai tukar valas naik
sangat tinggi dan siapa yang menarik keuntungan dari krisis ini? Janganlah
rakyat banyak diminta untuk berkorban mengatasi krisis ini atau
membebankan di atas penderitaan rakyat dengan misalnya menaikkan harga
BBM dan tarif listrik. Di antara saran-saran IMF juga ada yang mengenai
perluasan penyertaan modal asing dalam kegiatan ekonomi Indonesia yang
terlalu jauh. Modal asing sudah diberi peluang yang cukup besar untuk
investasi di Indonesia dengan diperbolehkannya kepemilikan hingga 100%
baik untuk pendirian PMA, bank asing maupun penguasaan saham dari
perusahaan-perusahaan yang telah go public, kecuali saham bank nasional
yang go public.
Meskipun demikian IMF masih meminta dihapuskannya larangan membuka
cabang bagi bank asing, izin investasi di bidang perdagangan besar dan
eceran, dan liberalisasai perdagangan yang jauh lebih liberal dari komitmen
resmi pemerintah di forum WTO, AFTA dan APEC. Masalahnya bukan
sentimen nasionalisme, tetapi apa sumbangan dari keterbukaan ini terhadap
restrukturisasi ekonomi dari program IMF, stabilisasi ekonomi dan moneter,
dan apa sumbangannya terhadap pemasukan modal asing? Bukan masalah
anti asing atau sentimen nasionalisme yang sempit, tetapi apa salahnya bila
pemerintah menyisakan bidang kegiatan untuk pengusaha Indonesia,
terutama yang bermodal kecil?Apa permintaan IMF ini tidak terlalu jauh?
Kedengarannya seperti IMF menerima titipan pesan sponsor dari negaranegara besar yang ingin memaksakan kepentingannya dengan
menggunakan kesempatan dalam kesempitan.
Saran IMF lainnya yang disisipkan dalam persetujuan dan tidak ada
kaitannya denganprogram stabilisasi ekonomi dan moneter adalah
desakannya untuk menyusun Undang-Undang Lingkungan Hidup yang baru .
Ikut campurnya IMF dalam penyelesaian utang swasta adalah sangat baik,
oleh krisis ekonomi ini. Harga bahan baku seperti besi, keramik, semen dan
sejumlah aksesori rumah lainnya yang berasal dari industri manufaktur, kata
dia, sangat rentan mengalami kenaikan.
Kenaikan bahan baku akibat dampak krisis ekonomi ini akan semakin
menyulitkan sektor properti, setelah sebelumnya juga diterpa kenaikan
harga bahan baku akibat kenaikan bahan bakar minyak (BBM).
Selain memberi dampak negatif, krisis ekonomi juga membawa dampak
positif. Secara umum impor barang, termasuk impor buah menurun tajam,
perjalanan ke luar negeri dan pengiriman anak sekolah ke luar
negeri,kebalikannya arus masuk turis asing akan lebih besar, meningkatkan
ekspor khususnya di bidang pertanian, proteksi industri dalam negeri
meningkat, dan adanya perbaikan dalam neraca berjalan. Krisis ekonomi
juga menciptakan suatu peluang besar bagi Unit Kecil Menengah (UKM) dan
Industri Skala Kecil (ISK), yakni pertumbuhan jumlah unit usaha,jumlah
pekerja atau pengusaha, munculnya tawaran dari IMB untuk melakukan
mitra usaha dengan ISK, peningkatan ekspor, dan peningkatan pendapatan
untuk kelompok menengah ke bawah.Namun secara keseluruhan, dampak
negatif dari jatuhnya nilai tukar rupiah masih lebih besar dari dampak
positifnya
1.
BEBERAPA SOLUSI MENGATASI KRISIS EKONOMI GLOBAL OLEH
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Presiden menegaskan 10 langkah yang harus ditempuh semua pihak untuk
menghadapi krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat (AS), sehingga
tidak berdampak buruk terhadap pembangunan nasional.
1.
juga menyentuh dasar jurang. Berapa lama krisis ekonomi ini masih akan
berlangsung, sulit untuk diramalkan karena tergantung pada banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut adalah bantuan IMF dan donor-donor lainnya yang
segera, menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada tingkat yang
wajar, pulihnya kepercayaan investor dalam dan luar negeri, keamanan yang
mantap, suasana politik dan sosial yang stabil. Tapi sekali krisis berakhir dan
ekonomi berbalik bangkit kembali (rebound), maka perbaikan ini
diperkirakan akan berlangsung relatif cepat. Karena prasarana dasar untuk
pembangunan sudah tersedia, tenaga terlatih, pabrik, mesin-mesin sudah
ada, sehingga yang diperlukan adalah pulihnya kepercayaan dan masuknya
modal baru.
the Fed diperkirakan akan menimbulkan arus modal yang terhenti atau
malah berbalik arah. Peristiwa tersebut akan berbahaya padalikuiditas dan
cadangan devisa dalam negeri, karena Indonesia membutuhkan likuiditas
besar untuk menyeimbangkan kedua defisit.
Rupiah juga akan tertekan dengan semakin menguatnya dollar Amerika
Serikat. Dan hal-hal tersebut akan semakin menekan transaksi berjalan di
tahun depan, ujar Raden. Sebagai risiko yang sangat berbahaya, lanjut
Raden, kenaikan suku bunga the Fed patut diantisipasi dengan kebijakan
yang komprehensif.
Dari dalam negeri, rencana pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar
Minyak (BBM) diperkirakan akan membawa tekanan inflasi. Tetapi, tinggi
rendahnya inflasi dan gejolak di masyarakat menjadi pertanyaan lebih lanjut.
Keadaan politik yang tidak ramah membuat peristiwa ini akan memberikan
goncangan sendiri.
Untuk menghadapi tantangan ini pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan
yang agresif. Tetapi sebelum kebijakan terbit, pemerintah perlu
mengidentifikasi dampak yang terjadi akibat goncangan ekonomi dari faktor
eksogen dan menentukan target dari kebijakan yang akan dilakukan untuk
merespon goncangan yang datang. Juga perlu menggerakkan segala
instrumen ekonomi sesuai target yang diinginkan untuk mengatasi dan
mengantisipasi dampak yang akan terjadi akibat goncangan ekonomi.
Pemerintah juga perlu melakukan pemotongan dan realokasi subsidi energi
pada 2014. Melalui kebijakan ini, pemerintah akan mempunyai ruang fiskal
yang lebih besar untuk kemudian dialokasikan kepada belanja infastruktur
publik serta belanja jaring pengaman sosial. Juga membangun infrastruktur
dan sistem logistik yang efisien,
Mantan Menteri Koordinator dan Perekonomian Chairul Tanjung mengatakan,
ekonomi Indonesia dua tahun ke depan menjadi tantangan bagi
pemerintahan era Jokowi-JK. Persoalan ekonomi yang harus diselesaikan oleh
pemerintahan baru cukup rumit seperti defisit neraca transaksi berjalan,
subsidi yang berlebihan, dilema menaikkan harga BBM dengan dampak
meningaktnya inflasi, dan angka kemiskinan yang naik. Dua tahun ke depan
memang tantangan, tapi saya optimis, kata Chairul.
Inilah situasi ekonomi global yang tidak ringan yang akan dihadapi
pemerintahan presiden Jokowi. Maka dia sangat perlu untuk mempersiapkan
secara hati-hati kabinetnya yang menyangkut bidang ekonomi beserta
kebijakannya.
Beberapa masalah yang di hadapi Indonesia pada era pemerintahan jokowijusuf kalla :
1.
Inflasi
Tingkat inflasi pada November sebesar 1,5%.Itu merupakan inflasi terbesar
di 2014 akibat kenaikan harga BBM subsidi. Meskipun demikian, inflasi 2014
diprediksi hanya sekitar 7,3%-8,1%. Angka tersebut lebih rendah bila
dibandingkan dengan inflasi 2013 yaitu 8,38%. Hal itu terjadi karena data
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan inflasi year-on-year November
2014 terhadap November 2013 hanya 6,23%. Jadi diperkirakan, peningkatan
inflasi tidak akan bertahan lama yaitu hanya sekitar 3-6 bulan sejak kenaikan
harga BBM.
Pihak yang paling terkena dampak inflasi ialah orang miskin dan orang
hampir miskin. Hal itu disebabkan pengeluaran keluarga miskin sekitar 67%
untuk kebutuhan pangan jika dibandingkan dengan rata-rata pada umumnya
hanya 49%. Jadi kalau harga pangan meningkat, kesejahteraan keluarga
miskin akan turun. Karenanya pemerintah menyediakan BLT (bantuan
langsung tunai) sebesar Rp 400 ribu untuk dua bulan bagi keluarga miskin.
2.
Nilai tukar rupiah
Nilai tukar rupiah masih melemah sejak awal pekan dan kini tengah
mendekati level 13.000 per dolar AS. Penguatan dolar yang kembali terjadi
mengikis sentimen positif rupiah dari surplus neraca perdagangan pada
Maret. Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, Rabu (22/4/2015)
menunjukkan nilai tukar rupiah mengalami koreksi 10 poin ke level 12.952
per dolar AS. Rupiah tampak melanjutkan pelemahannya sejak awal pekan
lalu dari level 12.875 per dolar AS.Sementara itu, data valuta asing
Bloomberg, mencatat nilai tukar rupiah melemah 0,25 persen ke level
12.922 per dolar AS pada perdagangan pukul 11.05 waktu Jakarta. Nilai tukar
rupiah sempat melemah lebih parah hingga ke level 12.966 per dolar AS.
Masih aktif berfluktuasi, hingga pertengahan hari ini, nilai tukar rupiah masih
berkutat di kisaran 12.913- 12.966 per dolar AS.
Pelemahan rupiah sejak awal pekan juga dialami serentak oleh mata uang
lain di Asia. Itu lantaran dolar AS yang terus menguat karena mendapatkan
momentem dari peningkatan angka inflasi yang keluar dari zona negatif.
Surplus neraca perdagangan yang dicapai pada Maret belum mampu
menahan penguatan rupiah untuk jangka waktu lebih panjang, tutur
ekonom PT samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta.
Dia memprediksi, hari ini rupiah akan melanjutkan pelemahan, sebagian
besar akibat sentimen eksternal.
3.
Naik turun nya harga bbm di indonesia
Belakangan ini harga bbm di indonesia mengalami fruktuasi yaitu naik dan
turun nya harga. Hal ini membuat masyarakat bingung. Salah satunya,
faktor dari naik turunya harga minyak dunia. Harga minyak dunia, ikut
mempengaruhi harga BBM di Indonesia. Sebab, sekitar 70 persen BBM di
Indonesia adalah hasil impor.
Ternyata tak hanya faktor itu saja, masih ada faktor lainnya. Menurut riset,
Indonesia adalah salah negara yang boros dalam pemakaian subsidi energi,
seperti penggunaan BBM. Data lain juga menyebutkan kalau sekitar 53
persen dari total subsidi BBM sebesar 220 Triliun, dinikmati oleh pengguna
mobil pribadi. Sebenarnya, subsidi itu diperuntukkan bagi transportasi
umum, seperti bus kota dan angkutan umum.
Selain itu, anggaran yang dikeluarkan untuk subsidi BBM dinilai terlalu besar.
Sedangkan, bidang-bidang lainnya seperti kesehatan, pembangunan
infrastruktur (sekolah, rumah sakit, jalan umum, jembatan, dll), serta
pendidikan, juga membutuhkan dana subsidi. Tujuannya supaya pemerataan
di setiap bidang dapat terjadi. Alasan ini juga bisa mengakibatkan harga BBM
naik.
Saat ini harga BBM sudah normal kembali. Apapun keputusan pemerintah
terkait harga BBM, semoga menjadi solusi yang tepat bagi bangsa Indonesia.
4.
Pasar bebas ASEAN
Pasar Bebas Asean dan Pasar Bebas Asean-China yg memungkinkan
intensitas lintas barang, jasa dan sumber daya manusia semakin tinggi dan
persaingan tenaga kerja menjadi sangat terbuka secara regional /
internasional; dengan potensi aneka masalah, friksi dan konflik. Untuk itu
kita harus mempersiapkan diri menghadapi pasar bebas tersebut dengan
cara memperbaiki dan menggali lagi sumber daya manusia maupun sumber
daya alam supaya dapat bersaing dengan negara asean lainnya.
Permasalahan pada tahun 2014 adalah kesiapan bangsa indonesia
menghadapi pasar bebas asean, Agar tidak banyak SDM indonesia yang
menganggur atau kalah bersaing dengan SDM asing.
Solusi untuk menghadapi pasar bebas asean:
Ada beberapa hal yang harus mulai disiapkan oleh para pengusaha di
Indonesia untuk menghadapi persaingan di tahun 2015 :
1.
Kesiapan
2015 akan di jelang, pilihan yang ada untuk para pengusaha adalah siap
menghadapi atau tersisih dengan kompetisi yang ada. Kesiapan juga
berbicara mengenai evaluasi-evaluasi terhadap kemampuan bisnis dan
infrastruktur di dalamnya menghadapi persaingan dengan kompetitor.
2.
Kecepatan
Pengusaha harus semakin cepat belajar. Cepat dalam beradaptasi dengan
perkembangan zaman. Sigap dalam mengambil keputusan-keputusan
strategis dalam bisnis. Cepat dalam menganalisa peluang-peluang yang ada
dan mengambil celah di antara kompetitor.
Jangan terlalu cepat bersantai dan tenang-tenang karena itu akan membuat
Anda ketinggalan di banding pesaing Anda, apalagi pesaing sekarang juga
bertambah dari negara-negara lain.
3.
Kapasitas
Jika selama ini Anda hanya melayani kebutuhan-kebutuhan atau order-order
kecil, maka Anda harus mempersiapkan diri dan bisnis untuk pasar yang
lebih besar. Persiapkan sistem yang terstruktur dalam bisnis untuk bisa
mengakomodir peluang-peluang besar yang muncul. Buat standarisasi
produk yang memungkinkan Anda memproduksi produk dalam jumlah besar.
4.
Kompetensi
Pengusaha di tahun 2015 harus siap untuk bernegosiasi ke calon pelanggan
yang memiliki bahasa yang berbeda. Optimalkan kemampuan bahasa inggris
Anda. Buatlah website, brosur,company profile atau kartu nama yang
menggunakan bahasa Inggris, sehingga produk Anda juga bisa dikenal oleh
negara lain, bahkan bisa memperluas jaringan pelanggan Anda.Tenaga
penjual dan costumer service di bisnis Anda juga harus melatih kemampuan
bahasa mereka.
5.
Kolaborasi
Perdagangan bebas di 2015 adalah tantangan kita bersama, oleh karena itu
semua pihak harus berjuang bersama untuk melawan hegemoni produkproduk lintas negara yang akan memonopoli kita. Jalinlah kerjasama dengan
banyak pihak. Ikuti komunitas dan perbesar sinergi, sadarkan semua orang
akan hal ini sehingga semuanya bisa ikut bahu-membahu menghadapi
persaingan ini.
6.
Komitmen
Kunci dari semua hal di atas adalah adanya komitmen untuk terus
mengevaluasi diri. Komitmen untuk terus meningkatkan kualitas produk dan
SDM di dalamnya. Komitmen untuk beradaptasi dengan perubahan
teknologi, penerapan e-commerce.
Peningkatan Mutu SDM dan Prioritas Industri Padat Karya
Sudah tentu nasib tenaga kerja Indonesia, terutama kaum buruh nantinya
akan terlindas oleh kebijakan MEA. Untuk itu perlu dari pemerintah
memberikan solusi nyata terhadap keberlangsungan nasib tenaga kerja ini.
Bagi tenaga kerja potensial dan terbilang masih belum terlambat untuk
menyongsong MEA ini, peningkatan mutu SDM menjadi harga mati,
ketertinggalan kita dengan negara lain seperti Singapura dan Malaysia harus
SARAN
1.
Berdasarkan kinerjanya Perum Pegadaian memiliki potensi untuk
berperan dalam channeling pemberdayaan ekonomi rakyat. Namun untuk
mewujudkan potensi tersebut Perum Pegadaian harus terlebih dahulu
membenahi kelemahan-kelemahan struktural yang ada.
2.
Mengingat masih besarnya potensi pasar yang dapat dimanfaatkan
oleh lembaga keuangan yang memberikan pinjaman berdasarkan sistem
gadai, maka Pemerintah perlu mengkaji kemungkinan pemberian izin bagi
perusahaan lain untuk bergerak dalam usaha pegadaian. Hal ini sekaligus
dapat mendorong kompetisi untuk meningkatkan efisiensi.
3.
Untuk mengetahui efektivitas penggunaan kredit dalam rangka
pemberdayaan ekonomi rakyat, Perum Pegadaian perlu lebih intensif
dalam memonitor nasabah.
4.
http://www.freedom-institute.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=291:laporan-diskusi-publik-ekonomidi-era-jokowi-seperti-apa&catid=52:laporan-diskusi
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5444f9d456375/tiga-goncanganekonomi-tahun-pertama-jokowi-jk
http://bobo.kidnesia.com/Bobo/Info-Bobo/Reportasia/Kenapa-HargaBBM-Naik-Turun
NOTE : PENULISAN INI UNTUK TUGAS MATA KULIAH PEREKONOMIAN
INDONESIA