BPS : 9302023.7302
2010 - 2016
PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO
Menurut Pengeluaran
Kabupaten Bulukumba
id
o.
g
s.
bp
b.
ka
ba
m
ku
lu
bu
://
tp
ht
id
2.6 EKSPOR - IMPOR ............................................................................................................................ 24
.
go
III BAB III TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA ............... MENURUT PDRB PENGELUARAN
s.
2010 -2015................................................................................................................................................ 25
bp
3.1 PERKEMBANGAN PDRB PENGELUARAN .......................................................................................... 26
3.2
b.
PERKEMBANGAN KOMPONEN PDRB PENGELUARAN ...................................................................... 35
ka
id
.
go
s.
bp
b.
ka
ba
m
ku
lu
bu
://
tp
ht
Produk Domestik Regional Bruto menurut pengeluaran (PDRB Pengeluaran) merupakan salah
satu bentuk tampilan data ekonomi suatu wilayah, di samping bentuk tampilan lain seperti PDRB
menurut lapangan usaha, Tabel Input-Output, Sistem Neraca Sosial Ekonomi, dan Neraca Arus Dana.
Di dalam sistem kerangka kerja (frame work) data ekonomi suatu wilayah, PDRB Pengeluaran
merupakan ukuran dasar (basic measure) yang menggambarkan penggunaan atas barang dan jasa
(product) yang dihasilkan melalui aktivitas produksi. Dalam konteks ini, PDRB Pengeluaran itu
menggambarkan hasil “akhir”dari proses produksi yang berlangsung dalam batas-batas teritori suatu
id
wilayah. Berbagai jenis barang dan jasa akhir tersebut akan digunakan untuk memenuhi permintaan
.
go
akhir oleh pelaku ekonomi domestik maupun pelaku ekonomi dari luar wilayah bahkan dari luar
s.
negeri. Beberapa agregat penting dapat diturunkan dari PDRB Pengeluaran ini seperti variabel
bp
Pengeluaran Konsumsi Akhir, pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik, serta ekspor dan
impor.
b.
ka
ba
penghitungan PDRB melalui pendekatan lapangan usaha (production). Sungguhpun demikian, PDRB
ku
Pengeluaran diestimasi secara independen dengan menggunakan data dasar yang relatif berbeda.
lu
PDRB Produksi menggambarkan aktivitas produksi, serta pendapatan yang diterima pemilik faktor
bu
produksi yang terlibat (balas jasa faktor produksi)1. Sedangkan PDRB Pengeluaran menggambarkan
://
tp
aktivitas pengeluaran yang dilakukan para pelaku ekonomi untuk mendapatkan barang dan jasa yang
ht
diproduksi tersebut. Melalui PDRB Pengeluaran juga dapat dilihat keterkaitannya dengan penyediaan
barang dan jasa yang berasal dari domestik maupun dari impor. Melalui hubungan ini terlihat titik
keseimbangan makro antara sisi penyediaan (supply side) dan sisi permintaan (demand side) barang dan
jasa.
1Termasuk di dalamnya penyusutan dan pajak tidak langsung “neto” (pajak tidak langsung dikurangi subsidi)
2Handbook of National Accounting. Accounting for Production: Sources and Methods (Series F no 30 United Nations)
PDRB Kabupaten Bulukumba Menurut Pengeluaran 3
2010 - 2016
Dengan demikian PDRB Pengeluaran menjelaskan besarnya nilai barang dan jasa (output) yang
dihasilkan dalam wilayah domestik, yang digunakan sebagai konsumsi “akhir” oleh masyarakat.
Secara spesifik, yang dimaksud dengan konsumsi akhir adalah penggunaan barang dan jasa yang tidak
dimaksukan untuk diproses lebih lanjut (dikonsumsi habis). Penggunaan produk akhir tersebut
diwujudkan dalam bentuk “permintaan akhir”. Permintaan akhir yang dimaksud terdiri dari
komponen-komponen Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumahtangga (PK-RT), Pengeluaran Konsumsi
Akhir Lembaga Non Profit Yang Melayani Rumahtangga (PK-LNPRT), Pengeluaran Konsumsi Akhir
Pemerintah (PK-P), Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), Perubahan Inventori (PI), serta
komponen Ekspor barang dan jasa.
Dalam menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi permintaan akhir masyarakat tersebut,
id
tidak terlepas dari ketergantungan pada produk yang berasal dari dari luar wilayah atau luar negeri
.
go
(impor). Berbagai barang dan jasa yang menjadi konsumsi akhir masyarakat di dalamnya akan
s.
bp
terkandung produk impor. Sehingga dalam mengukur besarnya nilai tambah domestik (PDRB),
b.
komponen impor barang dan jasa harus dikeluarkan atau dikurangkan dari penghitungan konsumsi
ka
atau permintaan akhir. Tingginya permintaan tidak selalu diimbangi oleh penyediaan domestik,
ba
sehingga kondisi ini menjadi peluang bagi masuknya produk impor. Data empiris menunjukkan
m
bahwa dari waktu ke waktu, perdagangan produk impor terus berkembang baik secara kuantitas, nilai,
ku
maupun ragamnya.
lu
bu
Secara konsep, PDRB Produksi (Y) sama besar dengan PDRB Pengeluaran (E), namun dalam
://
kenyataannya tidaklah demikian. Selain berbeda dalam struktur atau komposisi, pendekatan
tp
pengukuran antar keduanya juga berbeda. Dalam penyajian data PDRB, perbedaan ini diletakkan pada
ht
sisi PDRB Pengeluaran. Unsur yang menyebabkan perbedaan tersebut antara lain adalah konsep dan
basis pengukuran, metoda dan cakupan pengukuran, serta data dasar yang digunakanuntuk estimasi.
Melalui penjelasan inipara pengguna data PDRB tidak mempermasalahkan adanya perbedaan
(statistical descrepancy) tersebut.
3. - Yang dimaksud adalah rumahtangga, pemerintah, lembaga non profit yang melayani rumah tangga serta sektor produksi (produsen) di wilayah
domestik
- Disebut sebagai pendekatan “riil”
- Siklus ekonomi secara umum yang menjelaskan tentang hubungan antara balas jasa faktor produksi (pendapatan) dengan pengeluaran atas
penggunaan berbagai produk barang dan jasa oleh faktor produksi tersebut
4 PDRB Kabupaten Bulukumba Menurut Pengeluaran
Tahun 2010 - 2016
Dari sudut pandang lain, PDRB Pengeluaran juga menjelaskan penggunaan dari sebagian besar
produk domestik bruto untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir, atau dengan istilah yang berbeda
disebut sebagai “output akhir (final output)”. Mengkaitkan antara pendapatan danpengeluaran untuk
pembelian barang dan jasa dari produk domestik maupun impor (termasuk untuk di ekspor)
merupakan bentuk analisis yang sederhana dari data PDRB. Keharusan memiliki jumlah yang sama
pada kedua model pendekatan PDRB tersebut, secara simultan dapat ditunjukkan melalui model atau
persamaan Keynesian sbb :
Y = C + GFCF + Δ Inventori + X – M
. id
go
s.
Y (Income) = PDRB Produksi
bp
C (Consumption) = Konsumsi akhir
GFCF (Gross Fixed Capital Formation)
b.
= Pembentukan Modal Tetap Bruto
ka
X = Ekspor
m
ku
M = Impor
lu
bu
://
Persamaan diatas menunjukkan pendapatan atau nilai tambah bruto dari hasil penghitungan
tp
PDRB Produksi akan “identik” dengan PDRB Pengeluaran. Jika Y adalah pendapatan, C adalah
ht
konsumsi akhir, dan GFCF serta Δ Inventori merupakan bentuk investasi fisik, maka selisih antara
ekspor dengan impor menggambarkan surplus atau defisit dari aktivitas perdagangan barang dan jasa
antar wilayah, baik dengan wilayah lain ataupun dengan luar negeri.
Melalui pendekatan ini dapat diketahui perilaku masyarakat dalam menggunakan pendapatan,
apakah hanya untuk tujuan konsumsi (akhir) atau juga untuk tujuan investasi (fisik). Selain itu juga
dapat diketahui besarnya ketergantungan ekonomi wilayah (domestik) terhadap luar negeri dalam
bentuk perdagangan internasional (external transaction). Selisih antara ekspor dan impor juga disebut
sebagai “ekspor neto” .
Sebagaimana PDRB Produksi, dari PDRB Pengeluaran juga dapat diturunkan berbagai data
agregat tentang perekonomian wilayah seperti nilai nominal, struktur atau distribusi
pengeluarankonsumsi akhir, pertumbuhan “riil”, serta indeks harga implisit. Data yang dimaksud
tersedia baik untuk masing-masing komponen PDRB Pengeluaran maupun untuk total perekonomian.
Selama sepuluh tahun terakhir, banyak perubahan yang terjadi pada kondisi perekonomian
global maupun lokal, yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Krisis finansial
global yang terjadi tahun 2008, penerapan perdagangan bebas antara China-ASEAN (CAFTA),
perubahan sistem pencatatan perdagangan internasional, serta semakin meluasnya jasa layanan pasar
modal merupakan beberapa contoh perubahan yang perlu diantisipasi dalam mekanisme pencatatan
data statistik nasional.
id
Satu bentuk implementasi dari System of National Accounts (SNA) adalah melakukan perubahan
.
go
tahun dasar PDB/PDRB. Di Indonesia kegiatan perubahan tahun dasar dari tahun 2000 ke 2010
s.
dilakukan bersamaan dengan upaya mengimplementasi rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa
bp
(PBB) yang tertuang dalam buku panduan SNA2008. Kegiatan ini diawali dengan menyusun kerangka
b.
ka
kerja dalam bentuk Supply and Use Tables (SUT) Indonesia untuk tahun data 2010. Dari kerangka SUT
ba
tersebut diperoleh nilai estimasi PDB dan komponen-komponennya. Selanjutnya nilai PDB maupun
m
komponennya ini dijadikan sebagai acuan (benchmark) ketika BPS Provinsi maupun BPS
ku
Kabupaten/Kota menyusun PDRB-nya. Untuk itu, guna menjaga konsistensi dengan hasil
lu
penghitungan PDB, maka perubahan tahun dasar PDRB dilakukan secara simultan dengan perubahan
bu
SNA dirancang guna menyediakan informasi tentang aktivitas yang dilakukan oleh para pelaku
ekonomi, utamanya aktivitas produksi, konsumsi, dan aktivitas akumulasi aset fisik. SNA dapat
dimanfaatkan antara lain untuk kepentingan analisis, perencanaan dan penetapan kebijakan ekonomi.
Melalui kerangka SNA, fenomena suatu perekonomi wilayah dapat dijelaskan dan dipahami dengan
lebih baik.
id
a. Meningkatkan nilai PDRB, yang pada gilirannya berpengaruh pada perubahan kelompok
.
go
pendapatan (dari wilayah berpendapatan rendah menjadi menengah atau tinggi), serta
s.
pergeseran struktur ekonomi;
bp
b. Perubahan besaran indikator makro seperti rasio pajak, rasio hutang, rasio investasi dan
b.
tabungan, neraca perdagangan, serta struktur dan pertumbuhan ekonomi;
ka
ba
Terpilihnya tahun 2010 sebagai tahun dasar didasarkan atas beberapa alasan sbb:
bu
://
terutama di bidang informasi, teknologi dan transportasi. Perubahan ini berpengaruh padapola
distribusi dan munculnya beberapa produk baru;
Rekomendasi PBB tentang pergantian tahun dasar, yang harus dilakukan setiap 5 (lima) atau
10 (sepuluh) tahun4;
Adanya pembaharuan konsep, definisi, cakupan, klasifikasi, sumber data, dan metodologi
penghitungan sesuai rekomendasi SNA2008;
Tersedianya data dasar untuk meningkatkan kualitas PDRB seperti hasil Sensus Penduduk
2010 dan Indeks Harga Produsen (Producers Price Index);
Tersedianya kerangka SUT Indonesia tahun 2010, yang menunjukkan keseimbangan antara
produksi, konsumsi serta pendapatan yang tercipta dari aktivitas tersebut.
4SNA1993, para 16.76: “constant price series should not be allowed to run for more than five, or at the most, ten years without rebasing”
PDRB Kabupaten Bulukumba Menurut Pengeluaran 7
2010 - 2016
Implementasi SNA 2008 dalam PDRB tahun dasar 2010
Terdapat 118 revisi di SNA 2008 dari SNA sebelumnya, dan 44 diantaranya merupakan revisi
yang utama. Beberapa revisi yang diadopsi dalam penghitungan PDB/PDRB tahun dasar 2010 antara
lain adalah:
a. Sumber daya hayati (cultivated biological resources/CBR). CBR merupakan nilai aset alam hasil
budidaya manusia, yang diperlakukan sebagai bagian dari output pertanian dan PMTB.
Contohnilai tegakan padi, kelapa sawit dan karet yang belum dipanen, serta nilai sapi perah
yang belum menghasilkan.
id
b. Sistem persenjataan (military weapon systems/MWS). MWS merupakan nilai pengeluaran
.
go
pemerintah untuk pengadaan alat pertahanan dan keamanan, yang diperlakukan sebagai
s.
bagian dari output industri peralatan militer dan PMTB seperti pesawat tempur, kendaraan
bp
lapis baja, dan peluru kendali. b.
ka
c. Penelitian dan pengembangan (research and development/RnD). RnD merupakan nilai
ba
bagian dari output industri yang melakukannya dan PMTB seperti RnD tentang varietas padi,
ku
d. Eksplorasi dan evaluasi mineral (mineral exploration and evaluation/MEE). MEE merupakan
bu
nilai pengeluaran untuk aktivitas eksplorasi dan evaluasi barang tambang dan mineral, tanpa
://
memperhitungkan apakah berhasil atau tidak menemukan cadangan tambang atau mineral.
tp
ht
Biaya eksplorasi dan evaluasi diperlakukan sebagai bagian dari output industri
pertambangan dan PMTB.
e. Bank Sentral (Central Bank/CB).Aktivitas Bank Indonesia yang terkait dengan penyediaan jasa
kebijakan moneter dan pengawasan dipisahkan dari jasa intermediasi keuangan. Aktivitas
tersebut digabungkan dengan aktivitas penyediaan jasa regulasi yang dihasilkan
pemerintahan.
f. Komputer software (computer software and databases/CSD).CSD merupakan nilai pembelian
atau biaya pembangunan databases,yang diperlakukan sebagai bagian dari output industri
yang melakukannya dan PMTB.
g. Produk kekayaan intelektual (entertainment, literary or artistic originals/ELA). ELA merupakan
nilai pembelian atau biaya pembangunannya, yang diperlakukan sebagai bagian dari output
industri yang melakukannya dan PMTB.
Metodologi
Output jasa intermediasi keuangan. Output industri ini diestimasi dengan metoda FISIM
(Financial intermediation services indirectly measured / FISIM). FISIM dihitung berdasarkan tingkat
suku bunga simpanan (deposits), bunga pinjaman (loans), dan suku bunga referensi (reference).
Metoda ini menggantikan metoda Imputed Bank Services Charge (IBSC).
. id
go
Valuasi
s.
Nilai tambah bruto lapangan usaha dinilai dengan harga dasar (Basic Price). Harga dasar
bp
merupakan harga keekonomian suatu barang atau jasa pada tingkat produsen, sebelum ada
b.
ka
intervensi pemerintah dalam bentuk pajak dan subsidi atas produk.
ba
Klasifikasi
m
ku
Klasifikasi yang digunakan adalah Internasional Standard Industrial Classification (ISIC rev.4)
lu
dan Central Product Classification (CPC rev.2). BPS mengadopsi kedua jenis klasifikasi tersebut
bu
Perubahan Klasifikasi PDRB Menurut Pengeluaran Tahun Dasar 2000 dan 2010
id.
go
s.
bp
b.
ka
ba
m
ku
lu
bu
://
tp
ht
i. Pendahuluan
Sektor rumahtangga mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian. Hal ini
tercermin dari besarnya sumbangan komponen konsumsi rumahtangga dalam pembentukan PDRB
pengeluaran5. Di samping berperan sebagai konsumen akhir barang dan jasa, rumahtangga juga
berperan sebagai produsen serta penyedia faktor produksi untuk aktivitas produksi yang dilakukan
oleh sektor institusi lainnya.
id
Pengeluaran konsumsi akhir rumahtangga (PK-RT) merupakan pengeluaran atas barang dan
.
go
jasa oleh rumahtangga untuk tujuan konsumsi. Rumahtangga didefinisikan sebagai individu atau
s.
kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat tinggal. Mereka
bp
mengumpulkan pendapatan, memiliki harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi barang dan jasa
secara bersama-sama utamanya kelompok makanan dan perumahan.
b.
ka
ba
iii. Cakupan
m
PK-RT mencakup pengeluaran atas barang dan jasa oleh rumahtangga residen, baik yang
ku
lu
dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region. Jenis barang dan jasa tersebut
bu
5
Untuk Kabupaten/Kota yang mempunyai hasil tambang/industri/perkebunan dan nilai ekspornya sangat tinggi, umumnya nilai konsumsi
rumahtangganya relatif lebih rendah
PDRB Kabupaten Bulukumba Menurut Pengeluaran 11
2010 - 2016
Namun dalam publikasi ini, PK-RT hanya diklasifikasi ke dalam 7 COICOP, yaitu:
id
Data dasar yang digunakan untuk mengestimasikomponen PK-RT bersumber dari :
.
go
Survei Sosial Ekonomi Nasional/Daerah (Susenas/Suseda), BPS
s.
Survei Khusus Konsumsi Rumahtangga Triwulanan (SKKRT), BPS
bp
Sensus Penduduk 2010, BPS b.
ka
Data Sekunder (dari dalam maupun luar BPS)
ba
v. Metoda Estimasi
lu
2. Data poin 1 dikalikan dengan penduduk pertengahan tahun, dikalikan 12 (PKRT Tahunan)
ht
Catatan:
i Pendahuluan
Sektor Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumahtangga (LNPRT) muncul sebagai sektor
tersendiridi dalam perekonomian suatu wilayah. Sektor ini berperan dalam menyediakan barang dan
jasa bagianggota maupun bagi kelompok rumahtangga tertentu secara gratis atau pada tingkat harga
yang tidak berarti secara ekonomi. Harga yang tak berarti secara ekonomi artinya harga yang
ditawarkan dibawah tingkat harga pasar (tidak mengikuti harga pasar yang berlaku).
. id
go
LNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP). Untuk diketahui, sesuai dengan
s.
fungsinya LNP dapat dibedakan atas LNP yang melayani rumahtangga (LNPRT) dan LNP yang
bp
melayani bukan rumahtangga.
b.
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggota atau rumahtangga, serta tidak dikontrol
ka
oleh pemerintah. Anggota yang dimaksud bukan berbentuk badan usaha.LNPRT dibedakan atas 7
ba
jenis lembaga, yaitu: Organisasi kemasyarakatan, Organisasi sosial, Organisasi profesi, Perkumpulan
m
ku
iii. Cakupan
tp
Nilai PK-LNPRT merupakan nilai output non-pasar yang dihasilkan oleh LNPRT. Nilai output
ht
a. Konsumsi antara, contoh : pembelian alat tulis dan barang cetakan; pembayaran rekening
listrik, air, telepon, teleks, faksimili; biaya rapat, seminar, perjamuan; biaya transportasi, bahan
bakar, perjalanan dinas; belanja barang dan jasa lainnya; sewa gedung, sewa perlengkapan
kantor dll.
b. Kompensasi tenaga kerja, contoh : upah, gaji, lembur, honor, bonus dan tunjangan lain
c. Penyusutan
d. Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contoh: PBB, STNK, BBN dll.
v. Metoda Estimasi
id
Direktori LNPRT;
.
go
3. Terhadap hasil poin 2 dilakukan kontrol/koreksi dengan menggunakan indikator kegiatan
s.
bp
hasil SK-LNP seperti jumlah tenaga kerja, penerima layanan, berbagai even seperti munas,
rakerda, dan penanganan bencana; b.
ka
4. Diperoleh nilai PK-LNPRT tahunan atas dasar harga berlaku (atas dasar harga Berlaku);
ba
6. Nilai PK-LNPRT atas dasar harga Konstan (ADHK) diperoleh dengan membagi hasil poin 4
ku
dengan poin 5.
lu
bu
Catatan :
://
pengeluaran konsumsi LNPRT triwulanan yang diperoleh dari hasil kegiatan SK-LNPT.
i. Pendahuluan
Unit pemerintah merupakan unit institusi yang terbentuk melalui proses politik, serta
mempunyai kekuasaan di bidang legislatif, yudikatif, dan eksekutif atas unit institusi lain yang berada
di dalam batas-batas teritori suatu wilayah atau negara. Pemerintahjuga berperan sebagai penyedia
barang dan jasa bagi individu atau kelompok rumahtangga tertentu, pemungut dan pengelola pajak
atau pendapatan lainnya, serta berfungsi untuk mendistribusikan pendapatan melalui aktivitas
transfer. Dari sudut pandang lain, unit pemerintah terlibat dalam produksi non-pasar.
Dalam suatu perekonomian, unit pemerintah berperan sebagai konsumen maupun produsen
id
barang dan jasa, serta sebagai regulator yang menetapkan kebijakan di bidang fiskal maupun moneter.
.
go
Sebagai konsumen, pemerintah akan melakukan aktivitas konsumsi. Sedangkan sebagai produsen,
s.
pemerintah melakukan aktivitas produksi dan investasi.
bp
ii. Konsep dan Definisi
b.
ka
ba
Nilai PK-P merupakan besarnya nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah untuk
m
dikonsumsi oleh pemerintah itu sendiri. Nilai tersebut diestimasi dengan pendekatan pengeluaran,
ku
yakni sebesar nilai pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin, pembayaran kompensasi
lu
pegawai,transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan penyusutan barang modal, serta nilai output
bu
dari unit Bank Indonesia. Nilai ini masih harus dikurangi nilai penjualan barang dan jasa yang
://
dihasilkan melalui unit produksi yang tak terpisahkan dari aktivitas pemerintahan secara keseluruhan.
tp
ht
1. Memproduksi barang yang sejenis dengan barang yang diproduksi unit perusahaan seperti
publikasi, kartu pos, reproduksi karya seni, dan pembibitan tanaman di kebun percobaan.
Aktivitas menghasilkan barang-barang semacam itu bersifat insidentil dan di luar fungsi utama
dari unit pemerintah.
2. Memproduksi jasa, seperti penyelenggaraan rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, museum,
perpustakaan, tempat rekreasi dan penyimpanan hasil karya seni yang dibiayai oleh
pemerintah. Dalam parktek, pemerintah akan memungut biaya, namun umumnya biaya yang
dikenakan tidak akan melebihi seluruh biaya yang dikeluarkan pemerintah. Pendapatan yang
diperoleh dari aktivitas semacam ini disebut sebagai penerimaan non-komoditi atau
pendapatan jasa.
Sektor pemerintah terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam melakukan
aktivitasnya, pemerintah kabupaten/kota mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) masing-masing.
. id
a. Data realisasi APBD Tahunan, Kementrian Keuangan dan Bappeda
go
b. Statistik Keuangan Daerah, BPS
s.
bp
c. Output Bank Indonesia, Bank Indonesia
d. Gaji Pegawai Negeri Sipil, Kementrian Keuangan dan Bappeda
b.
ka
e. Indeks Harga dan Indeks Upah, BPS
ba
v. Metoda Estimasi
lu
bu
PK-P atas dasar harga Berlaku = Output – Penjualan barang dan jasa + Social transfer in kind
ht
Output non pasar dihitung melalui pendekatan biaya operasional, seperti belanja pegawai,
belanja barang, belanja bantuan sosial dan belanja lain-lain.
Catatan :
Penerimaan barang dan jasa IHK umum Prov atau Kab/Kota terdekat
. id
go
s.
bp
b.
ka
ba
m
ku
lu
bu
://
tp
ht
i Pendahuluan
Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor penentu di dalam perkembangan atau
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Dalam konteks PDRB, aktivitas investas yang dimaksud adalah
investasi dalam bentuk fisik. Aktivitas investasi akan tercermin melalui komponen Pembentukan
Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori (PI). Komponen PMTB terkait dengan keberadaan
aset tetap (fixed asset) yang terlibat dalam proses produksi. Aset tetap dapat diklasifikasi menurut jenis
barang modal, yakni dalam bentuk bangunan dan konstruksi lainnya; mesin dan perlengkapan;
kendaraan; tumbuhan dan ternak; serta barang modal lainnya.
. id
ii Konsep dan definisi
go
s.
PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan barang modal yang ada pada unit
bp
produksi dalam kurun waktu tertentu. Penambahan barang modal mencakup pengadaan, pembuatan,
b.
pembelian, sewa beli (financial leasing) barang modal baru dari dalam negeri, serta barang modal baru
ka
maupunbarang modal bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan besar, transfer dan barter), serta
ba
Sedangkan pengurangan barang modal mencakup penjualan, transfer atau barter, serta sewa beli
lu
(financial leasing) barang modal bekas pada pihak lain. Dalam hal pengurangan barang modal yang
bu
Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, serta mengalami penyusutan
tp
ht
iii Cakupan
PMTB mencakup :
0. Penambahan dikurangi pengurangan barang modal baik baru maupun bekas, seperti bangunan
tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, bangunan dan konstruksi lainnya, mesin &
perlengkapan, alat transportasi, tumbuhan dan hewan yang dibudidaya (cultivated asset),
produk kekayaan intelektual (intellectual property products);
0. Perbaikan besar barang modal, yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan
usia pakai-nya seperti overhaul mesin produksi, reklamasi pantai, pembukaan, pengeringan dan
pengairan hutan, serta pencegahan banjir dan erosi.
iv Sumber Data
id
d. Laporan Keuangan Perusahaan, Data Sekunder dari luar BPS
.
go
e. Publikasi Statistik Industri Besar dan Sedang, BPS
s.
f. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB), BPS
bp
g. Publikasi Statistik Pertambangan dan Penggalian (migas dan non-migas), BPS
b.
ka
h. Publikasi Statistik Listrik, Gas & Air Minum, BPS
ba
v Metoda estimasi
://
Komponen PMTB diestimasi dengan menggunakan metoda langsung ataupun metoda tidak
tp
ht
Metoda Langsung:
PMTB atas dasar harga Berlaku (Domestik) = Barang Modal Domestik + TTM + Pajak atas
Produk (PPN) + Biaya Instalasi
PMTB atas dasar harga Berlaku (Impor)= Barang Modal Impor + TTM +Bea Impor + Biaya
Instalasi
PMTB atas dasar harga Konstan diperoleh dengan cara men-deflate PMTB atas dasar harga
Berlaku dengan IHPB sbb:
IHPB yang digunakan adalah IHPB Nasional (2010=100) sesuai jenis barang modal.
PDRB Kabupaten Bulukumba Menurut Pengeluaran 19
2010 - 2016
Metoda Tidak Langsung:
Pendekatan Supply : PMTB atas dasar harga Berlaku = Total Supply Barang x Rasio PMTB
Pendekatan Ekstrapolasi: PMTB atas dasar harga Konstan (t) = PMTB atas dasar hargak (t-1)
x Indeks Produksi (t)
. id
go
s.
bp
b.
ka
ba
m
ku
lu
bu
://
tp
ht
i Pendahuluan
Dalam suatu perekonomian, inventori atau persediaan merupakan salah satu komponen penting
yang dibutuhkan untuk kelangsungan suatu proses produksi, di samping tenaga kerja dan barang
modal. Komponen tersebut menjadi bagian dari pembentukan modal bruto atau investasi fisik,yang
terjadi di suatu wilayahpada kurun waktu tertentu. Komponen inventori menggambarkan bagian dari
investasi yang direalisasikan dalam bentuk barang jadi, barang setengah jadi, serta bahan baku dan
bahan penolong. Ketersediaan data tentang perubahan inventori pada suatu periode akuntansi
menjadi penting guna memenuhi kebutuhan analisis tentang aktivitas investasi.
. id
ii Konsep dan definisi
go
s.
Pengertian sederhana dari inventori adalah barang yang dikuasai oleh produsen untuk tujuan
bp
diolah lebih lanjut (intermediate consumption) menjadi barang lainnya, yang mempunyai nilai ekonomi
b.
atau manfaat yang lebih tinggi. Termasuk dalam pengertian tersebut adalah barang yang masih dalam
ka
proses pengerjaan (work in progress), serta barang jadi yang belum dipasarkan dan masih dikuasai oleh
ba
produsen.
m
ku
Nilai perubahan inventori merupakan selisih antara nilai inventori di akhir periodedengan nilai
lu
inventori pada awal periode (akuntansi). Perubahan inventori menjelaskan perubahan posisi barang
bu
inventori, yang dapat bermakna penambahan (bertanda positif) ataupun pengurangan (bertanda
://
negatif).
tp
ht
Bagi produsen, keberadaan inventori diperlukan untuk menjaga kelangsungan dari proses
produksi sehingga perlu dicadangkan, baik dalam bentuk bahan baku ataupun bahan penolong. Faktor
ketidakpastian yang disebabkan oleh pengaruh dari faktor eksternal juga menjadi pertimbangan bagi
pengusaha untuk melakukan pencadangan (khususnya bahan baku). Bagi pedagang, pengadaan
inventori lebih disebabkan oleh unsur spekulasi, dengan harapan agar mendapatkan keuntungan yang
lebih besar.
a. Inventori menurut industri, seperti produk atau hasil perkebunan, kehutanan, perikanan,
pertambangan, industri pengolahan, gas kota, air bersih, serta konstruksi;
b. Inventori menurut jenis bahan baku & penolong (material & supplies), mencakup semua bahan,
komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi;
c. Barang jadi, mencakup barang yang telah diproses tetapi belum terjual atau belum digunakan
termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada waktu dibeli;
d. Barang setengah jadi, yang mencakup barang yang sebagian telah diolah atau belum selesai
(tidak termasuk konstruksi yang belum selesai);
. id
e. Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang untuk tujuan dijual;
go
f. Ternak untuk tujuan dipotong;
s.
bp
g. Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau digunakan sebagai bahan bakar atau
persediaan; serta
b.
ka
h. Persediaan pemerintah, yang mencakup barang strategis seperti beras, kedelai, gula pasir, dan
ba
gandum.
m
ku
iv Sumber Data
lu
bu
Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi komponen perubahan inventori adalah :
://
1. Laporan keuangan perusahaan hasil kegiatan survei atau website Bursa Efek Indonesia
tp
(www.idx.co.id);
ht
Komponen Perubahan Inventori (PI) diestimasi dengan menggunakan metoda revaluasi atau
metoda deflasi, tergantung jenis komoditasnya.
a. Metoda Revaluasi
Metoda ini digunakan untuk komoditas pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan
pertambangan.
PI atas dasar harga Berlaku = Volume nventori (t) – Volume inventori (t-1)) x Harga per unit
PI atas dasar harga Konstan = PI atas dasar harga Berlaku / IHPB
b. Metoda Deflasi
. id
Metoda ini digunakan untuk komoditas industri pengolahan dan komoditas lainnya.
go
s.
PI atas dasar harga Konstan = Inventori (t)atas dasar harga Berlaku/IHPB (t)-
bp
Inventori (t-1)atas dasar harga Berlaku/IHPB (t-1)
b.
ka
PI atas dasar harga Berlaku = PI atas dasar harga Konstanx IHPB rata-rata (t)
ba
m
ku
lu
bu
://
tp
ht
i Pendahuluan
Aktivitas ekspor-impor dari dan ke suatu wilayah diyakini telah terjadi sejak lama, bahkan
sebelum wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintahan. Ragam barang dan jasa yang
diproduksi maupun disparitas harganya menjadi faktor utama munculnya aktivitas tersebut. Wilayah
yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri berusaha untuk mendatangkan dari luar wilayah
atau bahkan dari luar negeri. Di sisi lain, wilayah yang memproduksi barang dan jasa melebihi
kebutuhan domestiknya, terdorong untuk memperluas pasar ke luar wilayah atau bahkan ke luar
negeri.
id
Seiring perkembangan zaman, aktivitas produksi dan permintaan masyarakat atas berbagai
.
go
barang dan jasa semakin meningkat. Kemajuan di bidang transportasi dan komunikasi juga turut
s.
memperlancar arus dan distribusi barang dan jasa. Kondisi ini semakin mendorong aktivitas ekspor-
bp
impor dari dan kesuatu wilayah. b.
ka
penjualan/pembelian, barter, pemberian atau hibah) barang dan jasa antar residen wilayah tersebut
lu
iii Cakupan
tp
ht
iv Sumber Data
Nilai ekspor-impor wilayah kabupaten/kota didasarkan pada penghitungan Net Ekspor. Namun
sering kali untuk mengestimasinya tidak ada data yang sesuai dengan konsep dan definisi
yangditentukan. Kondisi inilah yang menyebabkan Net Ekspor kabupaten/kota diperlakukan sebagai
item penyeimbang (residual), yakni perbedaan antara PDRB menurut pengeluaran dengan PDRB
menurut lapangan usaha. Selanjutnya dilakukan pemisahan Net Ekspor menjadi ekspor dan
impordengan mengunakan metoda tidak langsung.
. id
go
BULUKUMBA MENURUT PDRB PENGELUARAN
s.
bp
ka
b. 2010-2016
ba
m
ku
lu
bu
://
tp
ht
Sebagaimana diketahui bahwa sejak tahun 2015, PDRB diestimasi dengan menggunakan tahun
dasar yang baru, tahun 2010 (2010=100) menggantikan tahun dasar lama, tahun 2000 (2000=100).
Penyusunan PDRB dengan tahun dasar baru juga disertai dengan upaya untuk mengimplementasikan
System of National Accounts (SNA) yang baru, SNA 2008. Kedua hal tersebut tentu berdampak pada
besaran maupun struktur PDRB serta indikator ekonomi yang diturunkan dari data PDB/PDRB
tersebut.
Secara total, PDRB Kabupaten Bulukumba atas dasar harga Berlaku di tahun 2016 meningkat
sebesar 29,64%, yakni dari 8.374,05 miliar Rupiah pada tahun 2014 menjadi 10.855,71 milliar Rupiah
id
pada tahun 2016. Jika dinilai atas dasar harga (atas dasar harga) Konstan 2010, maka peningkatan ini
.
go
jauh lebih kecil, yakni dari 6.413,70 miliar Rupiah pada tahun 2014 menjadi 7.241,16 miliar Rupiah pada
s.
tahun 2016 (2010=100), atau meningkat sebesar 12,9%.
bp
b.
Di tengah kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung melemah, perekonomian
ka
Kabupaten Bulukumba periode 2014-2016 dapat tetap tumbuh di atas 5%,yakni sebesar 8,54% pada
ba
tahun 2014, 5,61% pada tahun 2015, dan 6,90% pada tahun 2016. Peningkatan volume ekonomi tersebut
m
ku
tercermin baik dari sisi produksi (supply side) maupun sisi permintaan akhir (demand side). Dari sisi
lu
produksi, pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada kategori Penyediaan Akomodasi dan Makan
bu
Minum yang selalu tumbuh di atas 10% setiap tahunnya. Dari sisi permintaan akhir, pertumbuhan
://
Pada periode tahun 2014 – 2016 PDRB Kabupaten Bulukumba atas dasar harga Berlaku
meningkat cukup signifikan, yakni sebesar 8.374,05 miliar Rupiah (2014); 9.568,06 miliar Rupiah (2015);
dan 10.855,71 miliar Rupiah (2016). Peningkatan ini dipengaruhi baik oleh perubahan harga maupun
perubahan volume. Peningkatan PDRB sisi produksi diikuti oleh peningkatan PDRB dari sisi
permintaan akhir atau PDRB pengeluaran. Peningkatan PDRB menurut komponen pengeluaran
Kabupaten Bulukumba pada periode 2010-2015 dapat dilihat dari tabel 1 dan grafik 1 berikut ini:
id
4.Pembentukan Modal
Tetap
.
go
Bruto /Gross Fixed Capital
Formation 1.100,25 1.252,83 1.498,71 1.755,78 2.036,74 2.428,85 2.874,89
s.
5.Perubahan
bp
Inventori/Change of
Inventory 25,85 25,58 118,01 91,76 176,64 235,63 230,53
6.Net Ekspor Antar
b.
ka
Daerah/ Inter Region Net
Export (218,44) (302,31) (243,23) (247,80) (189,10) (203,50) (45,96)
ba
7.000 255
ht
6.000
250
5.000
245
4.000
Triliun Rp
Juta Orang
3.000
240
2.000
235
1.000
0 230
2010 2011 2012 2013 2014
Tabel 2. PDRB atas dasar harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Kabupaten Bulukumba
id
2010 - 2016
.
go
Table 2. GRDP at 2010 Constant Price by Expenditure, Region Bulukumba
2010-2016
s.
bp
(Miliar Rp/Trillion Rp)
Komponen
2010 2011
b.
2012 2013 2014 2015 2016
Pengeluaran/Expenditure item
ka
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
ba
1. Konsumsi Rumah
Tangga/Household
m
2. Konsumsi LNPRT/NPISH
Consumption 47,06 48,20 51,20 54,67 59,46 64,04 65,63
lu
3. Konsumsi
bu
Pemerintah/Government
Consumption 678,62 712,32 752,56 783,64 814,28 854,44 858,51
://
4.Pembentukan Modal
tp
Tetap
Bruto /Gross Fixed Capital
ht
Dari tabel 2, terlihat bahwa nilai PDRB atas dasar harga Konstan di Kabupaten Bulukumba
meningkat, yakni sebesar 504,41 miliar Rupiah (2014); 359,89 miliar Rupiah (2015); dan 467,57 miliar
Rupiah (2016). Sedangkan dari grafik 2, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Bulukumba cenderung melambat, yakni dari 8,54 persen pada tahun 2014 menjadi 6,9 persen pada
tahun 2016.
5.000 7,00
6,38
6,17
4.500 6,03
5,58 6,00
4.000
5,02
3.500 5,00
3.000
Triliun Rp
4,00
2.500
3,00
2.000
. id
1.500
go
2,00
s.
1.000
bp
1,00
500
0
b. 0,00
ka
2010 2011 2012 2013 2014
ba
Perubahan Inventori Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa y on y
ku
lu
Grafik 3. Perbandingan PDRB atas dasar harga Berlaku dan atas dasar harga Konstan 2010
bu
2010-2016
tp
Figure 1. Comparing of GRDP at current price and GRDP at Constant Price 2010, Region Bulukumba, 2010-
ht
2016
10000
(Tmiliar Rupioah)
8000
6000
Triliun Rp
4000
2000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013
ADHK2010
ADHB
Tabel 3. Distribusi PDRB atas dasar harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Kabupaten Bulukumba
2010 - 2016
Table 3. Distribution of GRDP at Current Price by Expenditure, Region Bulukumba
2010-2016
(%)
Komponen
id
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pengeluaran/Expenditure item
.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
go
1. Konsumsi Rumah
s.
Tangga/Household 65,55 65,90 63,27 63,24 62 60,78 59,42
Consumption
bp
2. Konsumsi LNPRT/NPISH 0,99 0,97 0,92 0,90 0,90 0,90 0,85
Consumption b.
3. Konsumsi
ka
Pemerintah/Government 14,31 14,74 13,81 13,60 12,93 12,59 11,55
ba
Consumption
4. Pembentukan Modal Tetap
m
Bruto/Gross Fixed Capital 23,21 23,61 24,01 24,43 24,32 25,39 26,48
ku
Formation
5. Perubahan
lu
Inventory
6. Net Ekspor Antar Daerah/ -4,61 -5,70 -3,90 -3,45 -2,26 -2,12 -0,43
://
Terbentuknya total PDRB pengeluaran tidak trelepas dari kontribusi seluruh komponen, yang
terdiri dari komponen Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumahtangga (PK-RT), Pengeluaran Konsumsi
Akhir Lembaga Non Profit Yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT), Pengeluaran Konsumsi Akhir
Pemerintah (PK-P), Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), ekspor neto (E)atau ekspor minus impor
barang dan jasa.
Dari tabel 3 terlihat bahwa selama periode 2014-2016, PDRB Kabupaten Bulukumba, sebagian
besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir rumahtangga (PK-RT). Pengeluaran
untuk akitvitas pembentukan modal (PMTB) juga mepunyai kontribusi yang relatif besar, yakni sekitar
24,32 s.d 26,48 persen. Meskipun komponen ekspor berkontribusi sekitar 31,28 s.d 32,98 persen, namun
di sisi lain komponen impor sebagai komponen pengurang dalam PDRB juga masih berkontribusi
relatif besar, yakni sekitar 33,38 s.d 33,54 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian kebutuhan
100%
80%
60%
. id
go
40%
s.
bp
20%
b.
ka
0%
2010 2011 2012 2013 2014
ba
Kontribusi komponen konsumsi pemerintah (PK-P) tiap tahunnya mengalami penurunan dari
lu
bu
tahun 2014 sebesar 12,93 persen menjadi 11,55 persen pada tahun 2016. Hal tersebut menunjukkan
://
peran pemerintah dalam menyerap PDRB tidak terlalu besar. Di sisi lain, pada periode 2014-2016
tp
perdagangan antar wilayah menunjukkan nilai ekspor yang lebih rendah dari nilai impor (dalam
ht
kondisi “defisit” atau merugi), tetapi pada tahun tersebut terjadi penurunan net ekspor antar daerah,
ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan terhadap nilai ekspor sehingga dapat mengimbangi
nilai impor.
Agregat makro lain yang diturunkan dari data PDRB adalah pertumbuhan riil PDRB atau
pertumbuhan ekonomi (economic growth). Indikator ekonomi ini menggambarkan kinerja
pembangunan ekonomi suatu wilayah. Sebagaimana terlihat dari tabel 4, selama periode tahun 2014 -
2016 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bulukumba mengalami perlambatan, yakni sebesar 8,54
persen (2014); 5,61 persen (2015); dan 6,9 persen (2016). Sedangkan dari grafik 5 akan terlihat
pertumbuhan masing-masing komponen PDRB selama periode tahun yang sama.
id
Bruto/Gross Fixed Capital - 8,15 14,70 8,30 8,28 8,10
Formation
.
go
5. Perubahan -8,39
Inventori/Changes of - -7,12 329,57 -23,85 85,13 13,76
s.
Inventory
bp
6. Net Ekspor Antar Daerah/ - 4,78 -9,25 -30,72 -29,74 51,99 -86,00
Net Export Intra Region
- 5,49 9,65b. 7,77 8,54 5,61 6,90
ka
PDRB / GRDP
ba
m
ku
Grafik 5. Pertumbuhan PDRB atas dasar harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran,
lu
20
(persen)
tp
ht
15
10
0
2010 2011 2012 2013 2014
-5
Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah
Komponen
2011 2012 2013 2014 2015 2016
id
Pengeluaran/Expenditure item
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
.
go
1. Konsumsi Rumah
Tangga/Household 107,43 115,53 124,16 133,29 141,40 148,79
s.
Consumption
bp
2. Konsumsi LNPRT/NPISH 106,35 112,27 118,84 126,89 134,67 140,61
Consumption b.
3. Konsumsi
ka
Pemerintah/Government 109,80 114,56 124,74 132,93 141,02 146,00
Consumption
ba
5. Perubahan
Inventori/Changes of 106,54 114,42 116,83 121,49 142,45 152,12
lu
Inventory
bu
6. Net Ekspor Antar Daerah/ 132,08 117,10 172,20 187,02 132,42 213,67
Net Export Intra Region
://
PDRB / GRDP
ht
6 Indeks perkembangan
Komponen
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pengeluaran/Expenditure item
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Konsumsi Rumah
Tangga/Household 3,12 3,28 4,36 4,01 3,40 3,28
Consumption
2. Konsumsi LNPRT/NPISH 0,02 0,06 0,06 0,08 0,07 0,02
Consumption
3. Konsumsi
Pemerintah/Government 0,71 0,80 0,57 0,52 0,63 0,06
Consumption
id
4. Pembentukan Modal Tetap
Bruto/Gross Fixed Capital 1,89 3,50 2,07 2,07 2,02 1,79
.
go
Formation
5. Perubahan
s.
Inventori/Changes of -0,04 1,58 -0,45 1,13 0,31 -0,20
bp
Inventory
6. Net Ekspor Antar Daerah/ -0,22 0,42 1,16 0,72 -0,82 1,95
Net Export Intra Region
b.
ka
5,49 9,65 7,77 8,54 5,61 6,90
PDRB / GRDP
ba
m
ku
lu
bu
://
tp
ht
Perubahan struktur perekonomian suatu wilayah sebagai akibat dari upaya pembangunan
ekonomi yang dilaksanakan pada periode tertentu, tidak terlepas dari perilaku masing-masing
komponen pengguna akhir. Setiap komponen mempunyai perilaku yang berbeda sesuai dengan
tujuan akhir penggunaan barang dan jasa. Data empiris menunjukan bahwa sebagian besar produk
atau barang dan jasa yang tersedia pada periode tertentu digunakan untuk memenuhi permintaan
konsumsi akhir oleh rumahtangga, LNPRT dan pemerintah, sebagian lagi digunakan untuk investasi
fisik dalam bentuk PMTB dan perubahan inventori. Berikut perilaku masing-masing komponen PDRB
pengeluaran Kabupaten Bulukumba untuk periode 2010 – 2016.
id
3.2.1. Konsumsi Akhir Rumahtangga
.
go
Komponen Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumahtangga (PK-RT) merupakan pengeluaran
s.
bp
terbesar atas berbagai barang dan jasa yang tersedia. Data berikut menunjukkan bahwa dari seluruh
b.
nilai tambah bruto (PDRB) yang diciptakan di Kabupaten Bulukumba ternyata sebagian besar masih
ka
digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumahtangga. Dengan kata lain, sebagian besar
ba
produk (domestik) yang dihasilkan di wilayah Kabupaten Bulukumba maupun produk (impor) yang
m
didatangkan dari luar wilayah atau luar negeri akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
ku
Dalam suatu perekonomian, fungsi utama dari institusi rumahtangga adalah sebagai konsumen
://
akhir (final consumer) atas barang dan jasa yang tersedia, termasuk konsumsi oleh rumahtangga khusus
tp
(seperti penjara, asrama dan lain-lain). Selanjutnya, berbagai jenis barang dan jasa yang dikonsumsi
ht
Data berikutmenunjukkan bahwa pada periode tahun 2010 – 2016 pengeluaran konsumsi akhir
rumahtangga mengalami (peningkatan/penurunan) signifikan, baik dari sisi nominal (atas dasar
hargaberlaku) maupun secara riil (atas dasar hargakonstan). Kenaikan jumlah penduduk menjadi salah
satu pendorong terjadinya kenaikan nilai pengeluaran konsumsi rumahtangga. Pada gilirannya
kenaikkan tersebut juga akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
id
Rata-rata konsumsi per-
.
go
Kapita/ Average of per-capita
consumtion (Juta Rp/Million
s.
Rp)
a. ADHB / Currrent 7,85 8,76 9,83 11,23 12,73 14,17 15,61
bp
Prices(Juta Rp/Million Rp)
b. ADHK 2010/2010
Constant Prices 7,85 8,16
b.
8,51 9,03 9,55 10,02 10,49
ka
(JutaRp/Million Rp)
ba
Pertumbuhan/Growth7
a. Total konsumsi RT/ Total - 4,76 5,04 6,99 6,48 5,60 5,40
m
of Household Consumption
ku
Selama periode 2014 – 2016 proporsi pengeluaran konsumsi rumahtangga terhadap total PDRB
://
tp
menurun, yaitu 62 persen (2014); 60,78 persen (2015); dan 59,42 persen (2016). Posisi tertinggi terjadi
ht
pada tahun 2014 sebesar 60,78 persen dan terendah pada tahun 2016 sebesar 59,42 persen. Setiap
tahunnya terjadi penurunan pada proporsi pengeluaran konsumsi rumahtangga tersebut.
Secara rata-rata, konsumsi per rumahtangga dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, baik
menurut atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2010. Pada tahun 2014, setiap
rumahtangga di Kabupaten Bulukumba menghabiskan dana sekitar 12,73 juta Rupiah setahun untuk
memenuhi kebutuhan konsumsinya. Pengeluaran tersebut meningkat menjadi 14,17 juta Rupiah pada
tahun 2015 dan pada tahun 2016 meningkat pula menjadi 15,61 juta Rupiah. Sementara itu, atas dasar
harga Konstan (2010) rata-rata konsumsi per rumahtangga tumbuh pada kisaran 5,5 persen, dengan
pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar 6,48 persen untuk periode waktu 2014 – 2016.
Di sisi lain, kenaikan rata-rata konsumsi per-kapita cenderung searah dengan kenaikan jumlah
penduduk. Pertumbuhan rata-rata konsumsi per-kapita menunjukan peningkatan, baik atas dasar
7Diturunkan dari perhitungan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK 2010)
36 PDRB Kabupaten Bulukumba Menurut Pengeluaran
Tahun 2010 - 2016
harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2010. Kondisi ini menunjukan rata-rata konsumsi
setiap penduduk meningkat, baik secara kuantitas (volume) maupun secara nilai (termasuk
peningkatan kualitas). Rata-rata konsumsi per-kapita secara “riil” meningkat pada kisaran 10 s.d 12
persen. Peningkatan tersebut tentu berpengaruh pada struktur konsumsi rumahtangga, seperti terlihat
pada tabel berikut:
id
Konsumsi/Consumption group
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
.
go
a. Makanan, Minuman, dan
Rokok/ Food, beverages, 56,27 56,06 55,15 54,91 54,71 54,73 55,37
s.
and tobacco
bp
b. Pakaian dan Alas Kaki/ 3,43 3,50 3,57 3,51 3,59 3,70 3,70
Clothing and footwear
c. Perumahan, Perkakas,
b.
ka
Perlengkapan dan
Penyelenggaraan Rumah
ba
Tangga/ Housing,
m
maintenance
d. Kesehatan & Pendidikan/ 8,29 8,46 8,75 8,84 9,00 9,22 9,04
lu
e. Transportasi, Komunikasi,
Rekreasi, dan Budaya/ 16,16 16,06 16,30 16,52 16,44 15,99 15,31
://
Transport, Communication,
tp
and restaurants
g. Lainnya/ Miscellaneous 4,27 4,39 4,43 4,42 4,44 4,37 4,36
goods and services
TotalKonsumsi /Total of 100 100 100 100 100 100 100
consumption
Pada tahun 2014 kelompok Makanan, Minuman, dan Rokok memberikan kontribusi terbesar
dalam pengeluaran konsumsi rumahtangga sebesar 54,71 persen. Kemudian, berturut-turut sebesar
54,73 persen (2015) dan 55,37 persen (2016). Sementara itu, tingkat perubahan harga yang secara
implisit disajikan dalam Tabel 8, menunjukkan peningkatan setiap tahun-nya untuk masing-masing
kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga. Peningkatan harga relatif tinggi terjadi pada tahun
Tabel 8. Pertumbuhan Implisit (Indeks Harga) Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga Kabupaten
Bulukumba
Table 8. Implicit Growth (Price Indices) of Household Final Consumption Expenditure, Region Bulukumba
2010—20169
(%)
Kelompok
Konsumsi/Consumption group
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
a. Makanan, Minuman, dan
Rokok/ Food, beverages, – 8,09 7,78 7,11 7,41 6,16 6,48
and tobacco
id
b. Pakaian dan Alas Kaki/ – 8,78 7,51 3,67 8,66 9,10 5,72
.
go
Clothing and footwear
c. Perumahan, Perkakas,
s.
Perlengkapan dan
Penyelenggaraan Rumah
bp
Tangga/ Housing,
household equipment and
routine household – 4,28
b.
7,92 9,36 8,57 7,82 8,07
ka
maintenance
d. Kesehatan & Pendidikan/ – 8,86 8,28 8,97 8,62 3,92
ba
e. Transportasi, Komunikasi,
Rekreasi, dan Budaya/
ku
and restaurants
g. Lainnya/ Miscellaneous – 5,47 4,60 6,76 7,42 4,87 5,56
://
consumption
Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) adalah salah satu unit institusi
yang melakukan kegiatan produksi, konsumsi dan akumulasi aset. Keberadaannya diakui oleh hukum
atau masyarakat, terpisah dari orang atau entitas lain yang memiliki atau mengendalikan. Dalam
kegiatannya, LNPRT merupakan mitra pemerintah dalam mengatasi berbagai masalah sosial seperti
Kelompok 2016
Konsumsi/Consumption group
2010 2011 2012 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Total Konsumsi LNPRT 47.058,64 51.260,33 57.480,34 64.968,87 75.454,97 86.243,76 92.280,82
a. ADHB (Juta Rp)
b. ADHK 2010 (Juta Rp) 47.058,64 48.199,85 51.198,74 54.674,18 59.456,56 64.042,80 65.630,89
Proporsi terhadap PDRB 0,99 0,97 0,92 0,90 0,90 0,90 0,85
( % ADHB)
Pertumbuhan(ADHK 2010) – 2,43 6,22 6,79 8,75 7,71 2,48
. id
go
Total pengeluaran konsumsi LNPRT dalam kurun waktu tahun 2014-2016 mengalami
s.
bp
peningkatan baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Pada tahun 2014
b.
konsumsi LNPRT sebesar 75,45 miliar rupiah, kemudian pada tahun-tahun berikutnya yaitu 86,24
ka
ba
miliar rupiah (2015) dan 92,28 miliar rupiah (2016). Pertumbuhan pengeluaran konsumsi LNPRT
m
tahun dasar 2010 mengalami penurunan dari tahun 2014-2016, pertumbuhannya berturut-turut adalah
ku
lu
8,75 persen (2014), 7,71 persen (2015), dan 2,48 persen (2016).
bu
://
PengeluaranKonsumsi Kolektif. Barang dan jasa individu merupakan barang dan jasa privat, dimana
ciri-ciri barang privat adalah a) Scarcity, yaitu ada kelangkaan/keterbatasan dalam jumlah. b)
Excludable consumption, yaitu konsumsi suatu barang dapat dibatasi hanya pada mereka yang
memenuhi persyaratan tertentu (biasanya harga). c) Rivalrous competition, yaitu konsumsi oleh satu
konsumen akan mengurangi atau menghilangkan kesempatan pihak lain untuk melakukan hal
serupa.Contoh barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah dan tergolong sebagai barang dan jasa
individu adalah jasa pelayanan kesehatan pemerintah di rumah sakit/puskesmas dan jasa pendidikan
di sekolah/universitas negeri.
rivalry, yaitu pengeluaran satu konsumen terhadap suatu barang tidak mengurangi kesempatan
konsumen lain untuk juga mengkonsumsi barang tersebut. b) Non excludable, yaitu apabila suatu
barang publik tersedia, maka tidak ada yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat
dari barang tersebut atau dengan kata lain setiap orang memiliki akses ke barang tersebut. Contoh
barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah dan tergolong sebagai barang dan jasa kolektif adalah
id
Tabel 11. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah
Kabupaten Bulukumba
.
go
Table 11. Trend of Government Final Consumption Expenditure, Region Bulukumba
2010 - 2016
s.
bp
Uraian 2010 2011 2012b. 2013 2014 2015 2016
ka
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
ba
b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 678,62 712,32 752,56 783,64 814,28 854,44 858,51
ku
Secara total, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah menunjukan peningkatan, baik atas dasar
harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2010. Pada tahun 2014 total pengeluaran konsumsi
akhir pemerintah atas dasar harga berlaku adalah sebesar 1.082,45 miliar rupiah, kemudian pada
Demikian halnya dengan konsumsi pemerintah atas dasar harga konstan 2010, yang juga mengalami
peningkatan pada masing-masing tahun. Hal ini mengindikasikan, bahwa secara riil telah terjadi
Menarik untuk dicermati lebih lanjut bahwa proporsi pengeluaran akhir pemerintah terhadap
PDRB justru mengalami penurunan, dari 12,93 persen (tahun 2014) hingga mencapai 11,55 persen
(tahun 2016). Sepanjang periode tersebut, proporsi terendah terjadi pada tahun 2016 sebesar 11,55
id
persen; sedangkan proporsi tertinggi pada tahun 2014.
.
go
s.
Salah satu fungsi pemerintah adalah memberikan jasa layanan pada publik atau masyarakat
bp
dalam bentuk jasa kolektif maupun individual. Dalam praktek, pengeluaran pemerintah ini selalu
b.
ka
dikaitkan dengan luasnya cakupan layanan yang diberikan pada masyarakat (publik), meskipun tidak
ba
seluruh masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara langsung. Kondisi tersebut dapat diartikan
m
ku
bahwa setiap rupiah pengeluaran pemerintah harus ditujukan untuk melayani penduduk, baik
lu
langsung maupun tidak langsung. Pengeluaran konsumsi pemerintah secara total menunjukkan
bu
://
peningkatan, hal ini diikuti oleh adanya peningkatan pada rata-rata konsumsi pemerintah per-kapita.
tp
ht
Pada tahun 2014, konsumsi pemerintah per-kapita atas dasar harga berlaku sebesar 2,65 juta rupiah,
terus meningkat pada tahun-tahun setelah itu, yaitu menjadi 2,94 juta rupiah pada tahun 2015 dan 3,03
Rata-rata konsumsi pemerintah per-kapita atas dasar harga konstan 2010 terjadi fluktuasi. Pada
tahun 2014 – 2015 terjadi peningkatan komsumsipemerintah per kapita, sedangkan pada tahun 2016
mengalami penurunan nilai, dengan masing-masing senilai 1,99 juta rupiah (2014); 2,081 juta rupiah
(2015); dan 2,077 juta rupiah (2016). Hal ini menunjukkan adanya fluktuasi pengeluaran konsumsi
pemerintah secara kuantitas, dengan laju pertumbuhan sebesar 3,17 persen (2014) dan menjadi 4,24
persen (2016). Kemudian pada tahun berikutnya pertumbuhan konsumsi pemerintah per kapita turun
Pada tahun 2014 konsumsi pemerintah per-pegawai pemerintah sebesar 144,60 juta rupiah, kemudian
pada tahun-tahun berikutnya masing-masing 158,58 juta rupiah (2015) dan 190,12 juta rupiah (2016).
Pada tingkat harga konstan 2010 indikator pemerataan menurut pegawai ini juga menunjukkan
peningkatan dari waktu ke waktu. Persentase kenaikan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2014
Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah menunjukan peningkatan (baik atas dasar harga
id
berlaku maupun atas dasar harga konstan 2010), tidak sejalan juga jumlah pegawai pemerintah yang
.
go
s.
berfluktuatif tiap tahunnya. Pada periode tahun 2014 s.d 2016 jumlah pegawai pemerintah mengalami
bp
fluktuasi, pada tahun 2014 sebesar 7.486 orang kemudian pada tahun 2015 mengalami peningkatan
b.
ka
menjadi 7.598 orang. Lalu pada tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 6.593 orang.
ba
m
Gambaran tentang konsumsi akhir pemerintah secara “riil” ini menunjukkan peningkatan baik
ku
secara keseluruhan maupun rata-rata (per penduduk maupun per pegawai pemerintah). Parameter ini
lu
bu
adalah pendekatan untuk mengukur pemerataan kesempatan masyarakat atas pengeluaran sumber
://
tp
Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada sajian PDRB menurut pengeluaran,
lebih menjelaskan tentang bagian dari pendapatan (income) yang direalisasikan menjadi investasi
(fisik). Atau pada sisi yang berbeda dapat pula diartikan sebagai gambaran dari berbagai produk
barang dan jasa yang sebagian digunakan sebagai investasi fisik (kapital)12. Fungsi kapital adalah
sebagai input tidak langsung (indirect input) di dalam proses produksi pada berbagai lapangan usaha.
Kapital ini dapat berasal dari produksi domestik maupun dari impor.
Pengelompokan PMTB pada PDRB tahun dasar 2010 dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu
Bangunan dan Non Bangunan. Data di bawah ini menjelaskan bahwa, secara keseluruhan
12 Selain bagian lain yang menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor
42 PDRB Kabupaten Bulukumba Menurut Pengeluaran
Tahun 2010 - 2016
pertumbuhan PMTB dalam kurun waktu 2014 – 2016 melambat dari 8,28 persen (2014) menjadi 7,02
persen (2016).
id
(% - ADHB) 23,21 23,61 24,01 24,43 24,32 25,39 26,48
.
Struktur PMTB 13
go
a. Bangunan
(Miliar Rp) 932,97 1.062,16 1.271,54 1.484,02 1.716,44 2.070,13 2.473,12
s.
(%) 84,80 84,78 84,84 84,52 84,27 85,23 86,02
bp
b. Non Bangunan
(Miliar Rp) 167,28 190,67
b.
227,16 271,76 320,29 358,72 401,76
ka
(%) 15,20 15,22 15,16 15,48 15,73 14,77 13,98
ba
Total PMTB
(Miliar Rp) 1.100,25 1.252,83 1.498,71 1.755,78 2.036,74 2.428,85 2.874,89
m
Pertumbuhan14 (%)
a. Bangunan – 7,74 15,40 8,03 7,61 8,31 7,05
lu
Secara konsep, yang dimaksud dengan perubahan inventori adalah perubahan dalam bentuk
“persediaan” berbagai barang yang belum digunakan lebih lanjut dalam proses produksi, konsumsi
ataupun investasi (kapital). Perubahan yang dimaksud disini bisa berarti penambahan (bertanda
positif) dan atau pengurangan (bertanda negatif).
Dari sisi penghitungan, komponen Perubahan Inventori merupakan salah satu komponen yang
hasilnya bisa memiliki 2 (dua) tanda angka, positif atau negatif (disamping komponen net ekspor antar
daerah). Apabila perubahan inventori bertanda positif berarti terjadi penambahan persediaan barang,
sedangkan apabila bertanda negatif berarti terjadi pengurangan persediaan. Terjadinya penumpukan
barang inventori mengindikasikan bahwa distribusi atau pemasaran tidak berjalan dengan sempurna.
Kelompok 2016
Konsumsi/Consumption group
2010 2011 2012 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Total Nilai Inventori 25,85 25,52 118,01 91,76 176,64 235,63 230,53
a. ADHB (Miliar Rp)
b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 25,85 24,01 103,14 78,54 145,40 165,41 151,54
Proporsi terhadap PDRB 0,55 0,48 1,89 1,28 2,11 2,46 2,12
id
( % ADHB)
.
go
s.
Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat dianalisis agak rinci, perubahan
bp
inventori baru dapat dianalisis dari sisi proporsinya saja. Perbedaan dalam pendekatan dan tata cara
b.
ka
estimasi menyebabkan komponen inventori tidak banyak dikaji lebih jauh sebagaimana dilakukan
ba
Pada tahun 2014 perubahan inventori atas dasar harga berlaku sebesar 176,64 miliar rupiah,
bu
yang kemudian meningkat pada tahun 2015 sebesar 235,63 miliar rupiah tetapi menurun pada tahun
://
tp
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2014, proporsi perubahan inventori adalah 2,11 persen, selanjutnya
mengalami peningkatan sebesar 2,46 persen pada tahun 2015. Lalu pada tahun 2016 mengalami
Dalam struktur permintaan akhir, transaksi ekspor menggambarkan berbagai produk barang
dan jasa yang tidak dikonsumsi di wilayah ekonomi Kabupaten Bulukumba tetapi dikonsumsi oleh
pihak yang berdomisili di wilayah lain, baik itu kabupaten lain di dalam satu propinsi, propinsi lain,
maupun luar negeri, baik secara langsung maupun tidak langsung. Termasuk pula dalam ekspor
Kelompok 2016
Konsumsi/Consumption group
2010 2011 2012 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Total Nilai Ekspor 1.429,68 1.521,46 1.863,49 1.860,00 2.619,29 2.990,70 3.580,52
a. ADHB (Miliar Rp)
b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 1.429,68 1.486,47 1.645,02 1.684,49 2.022,62 2.087,38 2.343,00
Proporsi terhadap PDRB 30,16 28,67 29,85 25,88 31,28 31,26 32,98
id
( % ADHB)
.
go
Pertumbuhan(ADHK 2010) – 3,97 10,67 2,40 20,07 3,20 12,25
s.
bp
Secara total, dalam kurun waktu 2014-2016, nilai ekspor barang dan jasa menunjukkan peningkatan
b.
ka
setiap tahun. Pada tahun 2014 nilai ekspor barang dan jasa sebesar 2.619,29 miliar rupiah meningkat
ba
menjadi 2.990,70 miliar rupiah pada tahun 2015. Selanjutnya pada tahun 2016 nilai ekspor barang dan
m
ku
jasa meningkat menjadi 3.580,52 miliar rupiah. Sejalan dengan nilai ekspor atas dasar harga Berlaku,
lu
nilai ekspor barang dan jasa atas dasar harga konstan 2010 juga menunjukan arah pertumbuhan yang
bu
://
sama, yaitu cenderung meningkat dengan nilai “riil” masing-masing tahun sebesar 2.022,62 miliar
tp
ht
rupiah (2014); 2.087,38 miliar rupiah (2015); dan 2.343 miliar rupiah (2016). Sementara itu, pada periode
2014 s.d 2016, proporsi dalam PDRB juga cenderung meningkat dari 31,28 persen pada tahun 2014
menjadi 32,98 persen di tahun 2016. Pertumbuhan riil total ekspor mencapai angka yang tinggi,
khususnya pada tahun 2014 dan 2016, dengan masing-masing tahun mencapai 20,07 persen dan 12,25
persen. Sementara itu, pada tahun 2015, pertumbuhan ekspor sebesar 3,20 persen.
Aktivitas pengeluaran (konsumsi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah) maupun PMTB
(termasuk inventori) dan ekspor, didalamnya terkandung produk yang berasal dari impor. PDRB
menggambarkan produk yang benar-benar dihasilkan oleh ekonomi domestik Kabupaten Bulukumba.
Sehingga untuk mengukur potensi dan besaran produk domestik, maka komponen impor tersebut
harus dikeluarkan dari penghitunganyaitu dengan cara mengurangkan nilai PDRB (E) dengan nilai
PDRB Kabupaten Bulukumba Menurut Pengeluaran 45
2010 - 2016
impornya. Hasil pengurangan inilah yang secara konsep harus sama dengan nilai PDRB menurut
lapangan usaha (sektor).
Berbeda dengan komponen ekspor, transaksi impor menjelaskan ada tambahan penyediaan
(supply) produk di wilayah ekonomi domestik yang berasal dari non residen. Impor terdiri dari produk
barang maupun jasa, meskipun rincian penggolongan-nya bisa berbeda dengan ekspor.Komponen
impor termasuk pembelian berbagai produk barang dan jasa secara langsung (direct purchase) oleh
penduduk (resident) Kabupaten Bulukumba di luar domestik, baik yang berupa makanan maupun
bukan makanan (termasuk jasa). Perkembangan yang terjadi pada transaksi impor barang dan
jasadapat menunjukkan seberapa besar ketergantungan Kabupaten Bulukumba terhadap ekonomi
atau produk wilayah lain, baik wilayah kabupaten/kota lain dalam satu propinsi, propinsi lain,
id
maupun luar negeri.
.
go
Data pada tabel di bawah ini menunjukan bahwa secara total nilai impor barang dan jasa
s.
bp
Kabupaten Bulukumba meningkat (baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan
b.
ka
2010) pada kurun tahun 2014 s.d 2016. Pada tahun 2014 nilai impor barang dan jasa atas dasar harga
ba
berlaku mencapai 2.808,39 miliar rupiah, kemudian meningkat di tahun 2015 menjadi 3.194,20 miliar
m
ku
rupiah dan 3.626,48 miliar rupiah pada tahun 2016. Demikian juga dengan proporsinya, pada tahun
lu
2014 impor barang dan jasa memberikan kontribusi sebesar 33,54 persen. Pada tahun berikutnya
bu
://
kontribusi impor barang dan jasa menurun menjadi 33,38 persen dan 33,41 persen pada tahun 2015
tp
ht
Kelompok 2016
Konsumsi/Consumption group
2010 2011 2012 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Total Nilai Ekspor 1.648,12 1.823,77 2.106,72 2.107,80 2.808,39 3.194,20 3.626,48
a. ADHB (Miliar Rp)
b. ADHK 2010 (Miliar Rp) 1.648,12 1.715,36 1.852,73 1.828,39 2.123,73 2.241,06 2.364,51
Proporsi terhadap PDRB 34,77 34,37 33,74 29,33 33,54 33,38 33,41
( % ADHB)
Pertumbuhan(ADHK 2010) – 4,08 8,01 -1,31 16,15 5,52 5,51
. id
go
s.
2010 - 2016
bp
b.
ka
ba
m
ku
lu
bu
://
tp
ht
diturunkan dari seperangkat dataPRDB. Berikut ini akan disajikan beberapa rasio (perbandingan
. id
go
Dari series data PDRB pengeluaran dapat diturunkan beberapa ukuran yang berkaitan dengan
s.
PDRB maupun variabel pendukung lain (seperti rumah tangga, dan tenaga kerja). Untuk melihat
bp
perkembangan tingkat pemerataan, misalnya, dapat dilihat dari data PDRB perkapita
b.
ka
Tabel 16. Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita
Kabupaten Bulukumba
ba
Table 16. Gross Domestic Regional Bruto and per capita GRDP, Region Bulukumba
m
2010—2016
ku
Uraian
lu
- ADHB
tp
- ADHK 2010
ht
Pertumbuhan
PDRB perkapita ADHK
2001
. id
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
go
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
s.
bp
Konsumsi Akhir (ADHB)
(Miliar Rp)
a. Rumah tangga
b.
ka
b. LNPRT
ba
c. Pemerintah
m
Jumlah
ku
PDRB (ADHB)
lu
(Miliar Rp)
bu
Proporsi
://
tp
ht
Consume/APC) dan keinginan untuk menabung (Average Propensity to Save/APS), yang dinyatakan
dalam satuan rasio. Dengan demikian dapat diartikan, apabila pendapatan meningkat, tetapi APC
menurun, maka APS akan meningkat. Sebaliknya apabila pendapatan meningkat dan APC meningkat,
maka APS akan menurun. Rasio yang digunakan merupakan perbandingan nilai antara bagian dari
total pendapatan yang digunakan untuk konsumsi dan bagian yang digunakan untuk tabungan.
. id
Nilai APC dan APS dapat dihitung dengan menggunakan formula:
go
s.
S xC
bp
APS = APC = b.
ka
Yd Yd
ba
(Miliar Rp)
id
Total Konsumsi LNPRT (ADHB)
.
go
(Miliar Rp)
s.
Total Konsumsi Pemerintah (ADHB)
bp
(Miliar Rp)
APC
ku
APS
bu
://
Kapital diartikan sebagai barang modal fisik yang dibuat oleh manusia dari sumber daya alam,
untuk digunakan secara terus menerus dan berulang dalam proses produksi. Sedangkan output
adalah besarnya nilai keluaran dari suatu proses ekonomi (produksi) yang dalam hal ini digambarkan
melalui parameter ”Nilai Tambah”.
K I It
ICOR
Y Y Yt Yt 1
Yt = Output tahun ke t
id
.
go
s.
bp
Tabel 24. Incremental Capital Output Ratio, b.
Kabupaten/Kota Region/City of ..........
ka
2010-2015
ba
2014
m
(miliar rupiah)
://
Perubahan
tp
(miliar rupiah)
ht
ICOR
VPENUTUP
m
ku
lu
bu
://
tp
ht
2. Publikasi ini menyajikan analisis sederhana tentang perilaku konsumsi, investasi, dan
id
perdagangan luar negeri dan perdagangan antar daerah yang dimaksud. Analisis didasarkan
.
go
pada indikator yang diturunkan dari PDRB pengeluaran. Analisis tersebut juga dilengkapi
s.
bp
dengan indikator sosial demografi (seperti penduduk, rumah tangga, dan pegawai negeri),
sehingga hasil analisis yang disajikan menjadi lebih informatif.
b.
ka
3. Data dapat disajikan dalam bentuk series data dari tahun 2010 s.d 2015, sehingga mudah di
ba
dalam menggambarkan perubahan atau kecenderungan yang terjadi antara waktu. Masing-
m
masing parameter disajikan dalam satuan yang berbeda (rupiah, indeks, persentase, rasio, unit,
ku
4. Data dan indikator yang diturunkan dari sajian data PDRBmenurut pengeluaran, dapat
://
dijadikan acuan bagi pengembangan dan perluasan indikator ekonomi makro lain seperti
tp
pendapatan disposabel, tabungan, serta model ekonomi sederhana yang saling berkaitan antara
ht
seluruh variabel ekonomi dan variabel yang tersedia. Bahkan secara langsung maupun tidak
langsung dapat dikaitkan dengan tampilan data ekonomi makro lain seperti PDRB menurut
lapangan usaha (industri), Tabel Input-Output, Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) dan
bahkan Neraca Arus Dana (NAD).
5. Sebagian data tentang interaksi dengan luar daerah (external account) secara agregat disajikan
disini, seperti ekspor dan impor. Transaksi eksternal ini menggambarkan seberapa jauh
ketergantungan ekonomi Kabupaten/Kota ............terhadap ekonomi luar daerah.
. id
go
s.
bp
b.
ka
ba
m
ku
lu
bu
://
tp
ht
id.
go
s.
bp
b.
ka
ba
m
ku
lu
bu
://
tp
ht
6. Host Poul, Madsen, Macroeconomic Accounts An Overview, Pamphlet Series, No. 29, WashingtonDC,
. id
1979.
go
s.
7. Keuning. J. Steven, An Estimate of the Fixed Capital Stock By Industry and Types of Capital Goods in
bp
b.
Indonesia, Statistical Analysis Capability Program, Project Working Paper, Series No.4, Jakarta
ka
1988.
ba
m
ku
8. , Input-Output Table and Analysis, Studies in Methods, Series F No. 14 Rev 1, New York, 1973.
lu
bu
9. , Handbook of National Accounting for Production, Sources and Methods, Series F No. 39, New York,
://
1986.
tp
ht
10. Verbiest Piet, Investment Matrix, Hasil Kerjasama Asian Development Bank dengan Badan Pusat
11. Ward, Michael, The Measurement of Capital: Methodology of Capital Stock Estimates in OECD Countries,
Paris, 1976.