PENDAHULUAN
Krisis ekonomi adalah krisis dimensional yang menuntut berbagai
kebijakan penanggulangan dari pemerintah. Menurut Market Business News
sendiri, krisis ekonomi adalah keadaan di mana perekonomian di suatu negara
mengalami penurunan secara signifikan.1 Umumnya, negara yang menghadapi
keadaan tersebut akan mengalami penurunan PDB (Produk Domestik Bruto),
anjloknya harga properti dan saham, serta naik turunnya harga karena inflasi.
Banyak negara telah dirugikan akibat krisis ekonomi ini.
1
“What is an economic crisis? Definition and examples”,
https://marketbusinessnews.com/financial-glossary/economic-crisis/ (diakses pada 16 April 2021,
pukul 14.30)
2
“Ditakuti oleh Semua Negara, Apa Penyebab Terjadinya Krisis Ekonomi?”,
https://glints.com/id/lowongan/krisis-ekonomi/#.YH3DopMzafQ (diakses pada 16 April 2021,
pukul 15.00)
Dalam artikel tersebut disebutkan pendapat Bank Dunia terhadap krisis
ekonomi pada saat itu, sebagai berikut,
3
"Krisis Moneter 1997/1998 adalah Periode Terkelam Ekonomi Indonesia", https://tirto.id/f6YV
(diakses pada 16 April, 17.30)
4
Lepi Tarmidi, “Krisis Moneter Indonesia :Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran. Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 1998.
5
Nasution, “Lessons from the Recent Financial Crisis in Indonesia”. makalah pada “1997
Economics Conference”, diselenggarakan bersama oleh USAID, ACAES, LPEM-FEUI, Jakarta, 17-18
Desember.
Nurhayani dalam jurnalnya berjudul Upaya Penyelesaian BLBI (Bantuan
Likuiditas Bank Indonesia) menekankan pentingnya penyelesaian permasalahan
BLBI dari berbagai aspek. Salah satunya aspek politik dimana pemisahan tugas
policy dan finance. Dimana sebelumnya sesuai dengan Undang-undang No.13
Tahun 1968 tentang Bank Sentral yang mengatur kedudukan Gubernur Bank
Indonesia sebagai anggota Dewan Moneter membawa konsekuensi tanggung
jawab di bidang policy dan finance. 6
6
Nurhayani, “Upaya Penyelesaian BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia)”. Lex Jurnalica.
Vol.4 No.1, 2006, hal. 28-37
menolak dan atau mengabaikan segala bentuk campur tangan dari pihak mana pun
dalam rangka pelaksanaan tugasnya.
Dalam RUU yang sedang dibahas DPR, Pasal 9 tersebut akan dihapuskan
dan digantikan dengan pasal 9a yang akan menambahkan badan baru bernama
Dewan Kebijakan Ekonomi Makro. Dewan Kebijakan Ekonomi Makro ini
bertugas untuk memimpin, mengkoordinasikan, dan mengarahkan kebijakan
moneter sejalan dengan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian”
dan diketuai oleh Menteri Keuangan. Selain itu, Dewan Kebijakan Ekonomi
Makro juga beranggotakan satu orang menteri yang membidangi perekonomian,
Gubernur Bank Indonesia, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, dan Ketua
Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan.7
Hal ini menuai kontroversi dari beberapa kalangan, sama seperti yang
telah disinggung sebelumnya keberadaan Dewan Moneter pada masa sebelum
terjadinya krisis ekonomi menjadikan status dan peranan Bank Indonesia
dipandang tidak sesuai lagi dalam menghadapi tuntutan perkembangan dan
dinamika perekonomian nasional dan internasional dewasa ini dan di masa yang
akan datang. Keberadaan Dewan Moneter mengakibatkan perumusan, penetapan
dan pelaksanaan kebijakan moneter yang seharusnya dilakukan oleh Bank
Indonesia menjadi tidak fokus dan independen. Oleh sebab itu, diperlukan
landasan hukum yang baru, yang memberikan status, tujuan, dan tugas yang
sesuai kepada Bank Indonesia selaku bank sentral.
Dalam landasan hukum UU No. 3 Tahun 2004 yang baru ini Bank
Indonesia mempunyai tujuan yang lebih fokus, yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah merupakan sebagian prasyarat bagi
tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada gilirannya
akan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Reorientasi sasaran Bank Indonesia
7
“Jika Ada Dewan Moneter di Atas Bank Indonesia, Apa Dampaknya?”,
https://asumsi.co/post/jika-ada-dewan-moneter-di-atas-bank-indonesia-apa-dampaknya (diakses
pada 18 April 2021, pukul 08.00)
tersebut merupakan bagian dari kebijakan pemulihan dan reformasi perekonomian
untuk keluar dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Hal itu sekaligus
meletakkan landasan yang kokoh bagi pelaksanaan dan pengembangan
perekonomian Indonesia di tengah-tengah perekonomian dunia yang semakin
kompetitif dan terintegrasi. Sebaliknya, kegagalan untuk memelihara kestabilan
nilai rupiah seperti tercermin pada kenaikan harga-harga dapat merugikan karena
berakibat menurunkan pendapatan riil masyarakat dan melemahkan daya saing
perekonomian nasional dalam perekonomian dunia.8
8
Perry Warjiyo dkk, Kebijakan Moneter di Indonesia (Pusat Pendidikan Dan Studi
Kebanksentralan (Ppsk) Bank Indonesia), hal. 34-35.
9
“Ekonom: Wacana Dewan Moneter Bentuk Pemerintah Emosional”,
https://www.suara.com/bisnis/2020/09/15/181413/ekonom-wacana-dewan-moneter-bentuk-
pemerintah-emosional (diakses pada 18 April 12.00)
10
“Dewan Moneter, Panglima Ekonomi Indonesia”,
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200901162403-8-183642/dewan-moneter-panglima-
ekonomi-indonesia (diaskses pada 18 April 15.00)