Anda di halaman 1dari 16

Perekonomian Indonesia

Krisis ekonomi di indonesia

Kelompok 5
Aldin At-Thariq
Amelia Sekar Lestari
Devina Fitrianawulan
Fatih Junius Rahman
Muhamad Nur Handoyo
Savira Aulia
Materi pembahasan:

Latar belakang
penyebab
Dampak
kebijakan
Krisis Ekonomi 1960

 Latar Belakang
Pasca prokmalasi kemerdekaan, Indonesia
mulai memikirkan cara untuk membangun
negaranya. Namun, ternyata sekutu belum
merelakan merdekanya Indonesia. Kembalinya
sekutu ke Indonesia mengharuskan pemerintah
mengambil tindakan perang untuk
mempertahankan kemerdekaan. Hingga akhirnya
kesepakatan tercipta pada perundingan terakhir
dalam Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949.
Bersamaan dengan kembalinya sekutu,
muncul berbagai macam pemberontakan di
Indonesia dengan berbgai motif. Mulai dari
perbedaan ideologi, ketidakpuasan kebijakan,
ketimpangan ekonomi, serta adanya kepentingan
golongan.
Penyebab Terjadinya Krisis
Ada berbagai macam penyebab yang mengakibatkan krisis ekonomi pada masa orde lama.
Baik dalam bidang ekonomi, politik, maupun militer. Berikut penyebabnya:
 Defisit & Beban Hutang
Indonesia mengalami defisit anggaran belanja dikarenakan pengeluaran besar-besaran di
bidang militer untuk mempertahankan kedaulatan RI.
 Alokasi Dana Yang Tidak Proporsional
Dengan adanya demokrasi terpimpin, pemerintah lebih mementingkan pembangunan besar
dan infrastruktur di Pulau Jawa yang berbanding terbalik dengan pulau di luar Jawa.
 Printing Money
Pencetakan uang secara masif untuk membiayai proyek mercusuar dan anggaran militer
menyebabkan nilai tukar rupiah melemah serta naiknya harga kebutuhan bahan pokok.
 Konfrontasi Dengan Malaysia
Indonesia melakukan embargo ekonomi dan serangan militer kepada Malaysia
karena menolak rencana berdirinya Federasi Malaysia yang dianggap sebagai boneka
Inggris oleh Soekarno. Hal ini membuat hubungan kedua negara memanas hingga
berujung dengan keluarnya Indonesia dari forum PBB.
Kebijakan Yang Dilakukan

 Pembentukan Dapernas dan Bappenas


 Pelaksanaan Deklarasi Ekonomi
 Proyek Mercusuar
Proyek mercusuar merupakan proyek pembangunan ibu kota negara.
 Devaluasi / Sanering
Pada 25 Agustus 1959, pemerintah mengumumkan keputusan mengenai devaluasi
dengan nilai (Rp500 menjadi Rp50, Rp1000 menjadi Rp100). Devaluasi kembali
dilakukan pada 1965 dengan menjadikan uang Rp1000 menjadi Rp1
 Peleburan Bank
Presiden berusaha menyatukan semua bank negara dalam bank sentral. Lewat
Perpres No 7/1965 didirikan Bank Tunggal Milik Negara. 
 Meningkatkan Perdagangan dan Perkreditan Luar Negeri
Sebagai langkah dari ekonomi berdikari, pemerintah berusaha membangkitkan
sektor agraris yang menjadi ciri khas ekonomi Indonesia.
Krisis Moneter 1998

 Latar Belakang
Pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an, banyak
negara Asia Tenggara, termasuk Thailand,
Singapura, Malaysia, serta Korea Selatan di Asia
Timur, mengalami pertumbuhan ekonomi hingga 8-12
persen dalam produk domestik bruto (PDB).
Namun pada tanggal 2 Juli 1997, krisis
keuangan Asia dimulai ketika pemerintah Thailand
memiliki beban utang luar negeri yang besar serta
memutuskan untuk mengambangkan mata uang bath
secara bebas (free floating).
Dampaknya, mata uang bath mengalami
penurunan drastis yang juga berakibat buruk
terhadap perekonomian di Kawasan Asia. Indonesia,
Thailand dan Korea Selatan menjadi negara yang
paling parah terkena imbas krisis ini.
Penyebab Krisis Moneter 1998
 Rupiah Melemah
Mata uang rupiah mengalami penurunan drastis dari rata-rata Rp2.450 pada
Juni 1997 menjadi Rp13.513 di akhir Januari 1998. Selain itu, cadangan devisa
negara juga tidak mampu untuk menahan gejolak penurunan nilai mata uang rupiah.
 Utang Membengkak
Pada Maret 1998, total utang luar negeri Indonesia yaitu sebesar 138 miliar
dolar Amerika Serikat, di mana setengah dari jumlah tersebut ialah milik swasta.
Lebih buruknya lagi, sepertiga dari utang tersebut bersifat jangka pendek dan akan
jatuh tempo pada akhir tahun 1998.
 Sistem Perbankan Yang Lemah
Banyaknya kerdit macet menyebabkan likuiditas bank memburuk sehingga
banyak bank ditutup. Atas kepanikan itu terjadilah penarikan uang secara masif dari
bank.
 Penarikan Modal Asing
Kepanikan investor yang menjual aset atau menarik uang dari rekening tabungan
karena takut nilainya menurun.
Kebijkan Yang Dilakukan

 Membentuk BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional)


Lembaga ini dibentuk dengan tugas pokok untuk penyehatan perbankan, penyelesaian aset
bermasalah dan mengupayakan pengembalian uang negara yang tersalur pada sektor perbankan.
 Menutup Bank Yang Bermasalah
IMF menyarankan pemerintah Indonesia untuk menutup bank yang bermasalah, kurang lebih
sekitar 16 bank yang ditutup.
 Membentuk Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
Pemerintah memberikan jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank, termasuk
simpanan masyarakat (blanket guarantee).
 Alokasi APBN
Defisit APBN diperlonggar menjadi 8,5% di PDB untuk membiayai program Jaringan
Pengaman Nasional dan penyediaan kebutuhan pokok.
Krisis Ekonomi 2008
 Latar Belakang
Krisis tahun 2008 dilatarbelakangi oleh upaya
The Fed selaku bank sentral AS dalam
memberlakukan kebijakan moneter seperti tingkat
suku bunga dan standar pinjaman yang rendah.
Kebijakan tersebut bermaksud untuk mengatasi
dampak dari fenomena dotcom bubble, serangkaian
skandal akuntansi perusahaan, hingga serangan
teroris 9/11.
Di Indonesia, imbas krisis mulai terasa terutama
menjelang akhir 2008. Hal itu tercermin pada
perlambatan ekonomi secara signifikan terutama
karena anjloknya kinerja ekspor. Di sisi eksternal,
neraca pembayaran Indonesia mengalami peningkatan
defisit dan nilai tukar rupiah mengalami pelemahan
signifikan. Di pasar keuangan, selisih risiko (risk
spread) dari surat-surat berharga Indonesia
mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang
mendorong arus modal keluar dari investasi asing di
bursa saham, Surat Utang Negara (SUN), dan
Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Dampak Krisis 2008
 Penurunan IHSG
Krisis moneter 2008 menyebabkan dana-dana asing keluar dan menyebabkan Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot tajam. BEI bahkan harus melakukan suspensi
perdagangan pada 9 dan 10 Oktober 2008 untuk memberikan jeda kepada investor agar bisa
lebih rasional di tengah gejolak krisis keuangan.
 Tekanan di Pasar Obligasi
Krisis moneter 2008 juga menyebabkan kinerja pasar obligasi melemah dan mencapai
puncaknya pada bulan Oktober dengan harga rata-rata terkoreksi hingga 27,4 persen. Selain
itu, harga surat utang Indonesia juga menurun drastis, dengan imbal hasil melonjak sekitar 10
persen menjadi 17 persen.
 Krisis Likuiditas pada Perbankan
Sektor perbankan merupakan titik rawan ketika terjadi krisis, mereka mengalami krisis
finansial terutama pada likuiditas. Situasi perekonomian tersebut juga semakin sulit karena
tidak diberlakukannya peminjaman dana nasabah. Pemerintah hanya membuat keputusan
dengan menaikkan penjamin oleh LPS dari simpanan maksimal Rp 100 juta menjadi Rp 2 miliar.
Cara Pemerintah Mengatasi Krisis Moneter 2008

Krisis moneter 2008 memang mengguncang perekonomian Indonesia. Namun, dampaknya


tidak berkepanjangan seperti pada tahun 1998. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang pada Oktober 2008 dan dijabarkan sebagai berikut.
1. Perppu 2/2008 untuk memperketat fungsi lender of the last resort BI dengan
memperluas aset yang bisa dijadikan agunan oleh bank untuk mendapatkan pinjaman.
2. Perppu 3/2008 untuk memperkuat peran LPS di masa krisis.
3. Perppu 4/2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK) menetapkan
mekanisme, tata cara, dan koordinasi antar lembaga untuk mencegah serta menangani
krisis.
4. Bapepam-LK (sekarang OJK) juga mengeluarkan aturan untuk memudahkan emiten
melakukan buyback. Sementara BEI melarang transaksi short selling dan membatasi
perdagangan marjin.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi aksi jual di saat terjadi penurunan harga sebagai
upaya meredam volatilitas di pasar saham. Untuk mengatasi ketatnya likuiditas, bank
menghapus pembatasan saldo harian pinjaman valuta asing jangka pendek dan tenor fasilitas
swap untuk memperoleh likuiditas diperpanjang dari 7 hari menjadi 1 bulan.
Krisis Ekonomi 2020

 Latar Belakang
Pada akhir tahun 2019, Wuhan membawa
kabar buruk kepada dunia setelah Coronavirus
disease 2019 (Covid-19) diumumkan oleh WHO
sebagai pandemi. Kabar ini tidak hanya
menggemparkan dunia Kesehatan. Namun,
perekonomian juga mulai ikut merasakan
dampaknya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik (BPS), Indonesia mengalami kontraksi
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 sebesar
-2,07 persen. Hal ini menyebabkan
perekonomian Indonesia pada tahun 2020
mengalami deflasi atau penurunan drastis
karena perkembangan ekonomi di Indonesia
mempunyai pegerakan yang kurang stabil.
Perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh adanya
pandemi Covid-19.
Dampak Yang Dirasakan

 Penurunan permintaan dari Negara lain


Aktivitas perdagangan yaitu ekspor dan impor dengan pihak luar negeri juga mengalami
penurunan dari -0,87 persen menjadi -7,70 persen pada ekspor dan -7,69 persen menjadi -17,71
persen pada impor.
 Penurunan Produksi
Dikarenakan adanya kebijakan social distancing dan juga pembatasan kegiatan perusahaan
menyebabkan kegiatan produksi melambat.
 Penurunan Investasi
Investasi mengalami penurunan dari 3,25 persen menjadi 1,94 persen.
 Penurunan Pendapatan
Pendapatan per kapita Indonesia turun dari US$4.050 di tahun 2019 menjadi US$3.870 di
tahun 2020.
 Penurunan Nilai Tukar Rupiah
Pada 2 Maret 2020, nilai rupiah tercatat pada level Rp14.265 per dolar AS. Seiring dengan
berjalannya pandemi virus corona, nilai rupiah terus terjadi hingga nilai tukar mata uang Garuda
sempat menembus Rp16.575 per dolar AS pada 23 Maret 2020.
Kebijakan Yang Dilakukan

 Percepatan Belanja Pemerintah


Pemerintah melakukan percepatan pencairan belanja modal, mempercepat penunjukan
pejabat perbendaharaan negara, melaksanakan tender, mempercepat pencairan belanja
bantuan sosial dan tranfer ke dana daerah dan desa.
 Relaksasi Pajak Penghasilan
Pemerintah meringankan besaran pajak dengan menanggung pajak penghasilan Pasal 21,
pembebasan impor pajak penghasilan yang terdapat pada Pasal 22, pengurangan pajak
penghasilan Pasal 25, dan pengembalian PPN dipercepat.
 Relaksasi APBN
Relaksasi APBN mempersiapkan defisit yang dapat melampaui 3 persen dengan tujuan
tahun 2023 akan kembali seperti semua ke level maksimal 3 persen. Relaksasi akan berkaitan
dengan alokasi belanja antar organisasi, antar fungsi, dan antar program serta mandatory
spending.
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai