Nanda Pratama Putra (1902196232) Teguh Prayoga (1902111343) BAB 9 KEBANGKITAN,KRISIS,DAN “BOOM”EKSPOR 2004-2014
Pada akhir 2004,tahap penyembuhan dari krisis 1998 dapat
dikatakan selesai.Indonesia mengalami dampak terparah karena Indonesia menghadapi krisis ekonomi sekaligus krisis politik,namun akhirnya indonesia bangkit dari keterpurukan ,setelah 6 tahun dalam proses penyembuhan. SUASANA SEBELUM KRISIS,2004-2008
Dalam perode ini,kita perlu mencatat peristiwa-peristiwa
penting yang mempengaruhi perkembangan ekonomi Tsunami Aceh Harga Minyak Bumi Melambung Boom Ekspor Pertumbuhan ekonomi dalam periode(2004- 2008
Sampai menjelang pecahnya krisis,pertumbuhan
ekonomi secara bertahap meningkat dari 5% pada 2004 menuju sekitar 6% pada 2008.Suatu kemajuan dibanding periode sebelumnya(2000-2004)yang mencapai rata-rata4,5%,tapi walaupun begitu indonesia belum bisa dikatakan telah mencapai potensi penuh. Krisis dan Penanganannya
Kabar mengenai masalah pinjaman dari bank (sub prime
loans)di Amerika Serikat dan kesulitan likuiditas yang dihadapi oleh bank-bank disana dan di Eropa, sudah terjadi sejak pertengahan 2007. pemerintah dan otoritas moneter di Amerika serikat, inggris, dan di Eropa melakukan penyelamatan beberapa bank dan perusahaan asuransi yang mengalami kesulitan. Sampai pertengahan september 2008 bank investasi raksasa Lehman Brothers ditutup, dampak ini dengan cepat mengacaukan pasar keuangan di Asia-pasifik. Sehingga likuiditas dipasar ini menjadi kering, dan menimbulkan kesulitan serius bagi bank di Asia-pasifik. Krisis dan Likuiditas
Dalam setiap krisis keuangan, gejala yang selalu hadir yaitu
aliran likuiditas di perekonomian yang terganggu secara masih dan mendadak. Pada ekonomi terbuka seperti Indonesia, gangguan pada likuiditas akan berdampak langsung pada kelangkaan devisa. Apabila terjadi kelangkaan devisa untuk mengatasinya yaitu menggunakan mencadangkan devisa yang ada di bank sentral. Bank sentral bisa menambahkan cadangan devisanya dengan mengambil tambahan pinjaman dolar, akan tetapi ada batasnya dan memakan waktu sehingga tidak bisa dipakai secara terus menerus. Dana Global Pulang Kandang
Kebangkrutan Lehman Brothers pada pertengahan September
menimbulkan shock pada sistem keuangan dunia. Kelangkaan likuiditas dirasakan di Indonesia mulai sangat terasa pada awal oktober 2008. Sebagai akibatnya, pasar keuangan di Indonesia guncang dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) runtuh. Pada waktu yang sama, harga Surat Utang Negara (SUN) ikut anjlok. Imbal hasil SUN meningkat drastis dalam waktu singkat yang mencerminkan keinginan pemegang saham untuk cepat-cepat mendapatkan likuiditas (rupiah) untuk dibelikan kedolar dan dibawa pergi Bank Dalam Negeri tanpa payung pengaman
Pada bulan Oktober setelah peristiwa Lehman Brothers
sejumlah negara seperti Singapura, Malaysia, Hongkong, Australia, dan Taiwan mengambil langkah pengamanan drastis, yaitu menerapkan penjaminan penuh bagi semua simpanan di bank. Kebijakan tersebut merupakan indikasi betapa seriusnya resiko sistemik dipandang oleh otoritas moneter dinegara- negara tersebut, yang sistem perbankannya jauh lebih kuat dan lebih maju dibanding Indonesia. Di Indonesia penjaminan penuh tidak diterapkan. Langkah yang diambil hanya menaikan simpanan yang dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dari Rp.100juta menjadi Rp. 2 miliar. Alasannya, takut BLBI ( kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) terjadi lagi. Masalah Bank-bank Kecil : Pasar uang macet
Kekeringan likuiditas yang dialami perbankan nasional ini
begitu serius. Masalah likuiditas ini lebih telak dihadapi oleh bank-bank nasional kelas menengah dan kecil. Bank-bank ini dengan likuid yang terbatas, biasanya mengandalkan pada pendanaan dari pinjaman di pasar uang antar bank (PUAB) untuk menopang operasinya sehari-hari. Krisis mengakibatkan PUAB, penopang utama operasi kelompok bank ini macet. Suplai dana dari bank-bank besar mendadak berhenti, karena mereka mmau mengamankan kondisi likuiditasnya sendiri sebelum melepas dana dipasar. Risiko Sistemik Meningkat
Yaitu proses besar yang menimbulkan tekanan krisis di
Indonesia dan negara-negara lain. Para pengelola bank dan pelaku dipasar keuangan, suasana krisis ini sangat terasa. Dalam suasana krisis , berita gagal bayar oleh sebuah bank dapat menmbulkan nasabah yang menyerbu bank. Langkah- langkah yang diambil otorisasi moneter & pemerintah pada krisis ini adalah meredamkan gejolak kurs mata uang. Bank sentral melakukan intervensi besar-besaran di pasar devisa. Sehingga masyarakat tidak panik dan apabila mereka merasakan ada masalah, fokusnya lebih pada perkembangan kurs dolar, yang meningkat sangat tajam pada bulan oktober sampai desember 2008. PerPPu untuk keadaan darurat
Pada pertengahan oktober 2008 pemerintah mengeluarkan 3
peraturan PerPPu mengenai produk hukum yang dikeluarkan dalam keadaan genting. PerPPu 2/2008: memperkuat fungsi lender of the last resort bank Indonesia dengan memperluas macam aset yang bisa dijadikan agunan oleh bank untuk mendapatkan pinjaman likuiditas , fasilitas pembiayaan jangka pendek (FPJP) dari bank sentral. PerPPu 3/2008: dimaksudkan untuk memperkuat peran LPS dimasa krisis PerPPu 4/2008: mengenai jaring pengaman sistem keuangan (JPSK) menetapkan mekanisme, tata cara , dan koordinasi antar lembaga yang bertugas dan berwenang mencegah dan menangani krisis Langkah-langkah Operasional Adalah landasan hukum untuk menangani keadaan darurat dengan berbagai langkah bersama antara pemerintah dan otorisasi moneter. Pada pertengahan oktober, serangkaian langkah diambil antara lain: penurunan giro wajib minimum(GWM),yaitu uang/ aset likuid yang harus disimpan oleh bank pada bank Indonesia sebagai jaminankelancaran pembayaran kewajiban-kewajibannya. Untuk memperlonggar keketatan likuiditas valas, pembatasan saldo harian pinjaman valas jangka pendek oleh bank-bank dihapus dan tenor (jangka waktu), fasilitas swap (yaitu bank menggadaikan dolarnya kepada bank Indonesia untuk memperoleh likuiditas rupiah yang di perlukannya) diperpanjang dari 7 hari menjadi 1 bulan. Dan selama 3 bulan terakhir 2008, bank indonesia mengucurkan dolar ke pasar devisa dalam jumlah besar. Mengambil alih sebuah bank untuk menyelamat sistem perbankan
Posisi kebijakan bank Indonesia ini mendapatkan uji lapangan
sewaktu ada satu bank, Bank Century, yang mengalami kesulitan likuiditas serius pada akhir oktober. Bank ini menghadapi masalah likuiditas dan meminta bantuan kepada bank Indonesia. Otritas moneter dihadapi pada 2 pilihan: Membiarkan bank bermasalah ini tetap atau Menopangnya agar tidak tutup pada waktu risiko sistemik tinggi Krisis 2008 merupakan krisis keuangan global dengan sakla Ritcher yang lebih besar dari pada krisis keuangan Asia 1997/98. Tetapi kali ini indonesia bisa melewatinya dengan kerusakan jauh lebih kecil dari pada krisis sebelumnya. “Boom” Ekspor dan Sesudahnya
Kepercayaan Berangsur Pulih
sepanjang tahun 2009 perekonomian indonesia mengalami proses konsolidasi, diantara nya: a. Kurs rupiah terus menguat menuju kestabilan b. Para investor portofolio berangsur kembali ke indonesia, beserta dolar mereka c. Para nasabah yang sebelumnya memindah kan simpanannya ke negara lain membawa kembali dananya karena imbalannya yang menarik dan perbankan Indonesia aman. Harga komoditas ekspor menguat meningkatnya kembali harga komoditi ekspor utama indonesia yaitu, batu bara, hasil tambang dan mineral, kelapa sawit, dan karet. Hal ini disebabkan karena kembalinya kepercayaan pelaku pasar dan boom ekspor. Selain itu munculnya satu faktor negatif yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Faktor ini adalah peningkatan peningkatan harga minyak di pasar dunia yang terjadi secara terus-menerus dalam jangka waktu yang panjang. Defisit ganda kembali Boom ekspor memberi berkah pada anggaran pemerintah, tetapi harga minyak justru meningkat. Kenaikan harga minyak dunia, bersama-sama dengan kenaikan volume konsumsi BBM dalam negeri yang sulit di bendung, mengakibatkan subsidi BBM meningkat tajam sejak 2011. defisit APBN pun meningkat. Sejak september 2011 harga komoditas ekspor melemah, awalnya transaksi berupa surplus erubah menjadi defisit karena impor, lebih khususnya impor migas terus meningkat. Subsidi BBM menyandera APBN masalah APBN menjadi sandera gejolak harga minyak dunia kali ini bukan lah yang pertama kita alami. Upaya untuk membebaskan APBN dari gejolak harga minyak telah diupayakan berulangkali, tetapi sampai sekarang belum berhasil. Rambu-rambu mengelola defisit ganda defisit ganda adalah gejala yang harus dianggap sebagai risiko yang inheren pada setiap perekonomian terbuaka diindonesia. Pengambil kebijakan harus selalu siap mengelolanya apabila ia muncul. Defisit ganda harus dikendalikan pada batas-batas yang aman. Disinilah seni dari pengelolaan kebijakan makro: mengetahui kapan batas-batas yang aman mulai terlampaui dan kapan langkah-langkah koreksi harus diambil. Tantangan ke Depan
Tantangan Stabilitas : Kondisi Ekonomi Global Tidak
pasti Tantangan Pembangunan : Defisit Infrastruktur Tantangan Pembangunan : Pengangguran Tantangan Pengangguran : Kemiskinan dan Ketimpangan Tantangan Pembangunan : Menyiapkan Generasi Unggul
Pengaruh Penerapan Struktur Pengendalian Manajemen Melalui Proses Pengendalian Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial Pada Rumah Sakit Pemerintah Di Kota Jambi.17312459