Anda di halaman 1dari 16

TATA KELOLA PERUSAHAAN

Perlindungan Terhadap Hak Pemegang Saham

 
Dosen pengampu :
Dra.Susilatri, MM., Ak.
Disusun oleh :
Kelompok 4
1. Neneng rahayu 190211017
rulida  8
2. Isasmi Hana Ikram  190211256
3. Latifa Nur Amalia 8
4. Putri Malasari S  190211312
9
190211258
5
 
UNIVERSITAS RIAU
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
AKUNTANSI
2021

KATA PENGANTAR
 
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat nya
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Perlindungan Terhadap
Hak Pemegang Saham. 
Dalam penulisan ini kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam
penulisan maupun dalam materi yang di sampaikan. Dalam penulisan makalah ini
penulis mengharapkan saran dan kritik dan tidak lupa mengucapkan terimakasih
kepada pihak-pihak ynga telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
 
 
 
Pekanbaru, 21 Maret 2021
 
 
Penyusun
 
 
 
 
 
 
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Dalam hubungan bisnis perusahaan dikenal adanya istilah pemangku kepentingan
atau yang dikenal dengan istilah stakeholders. Pemangku kepentingan (stakeholders)
merupakan pihak yang dipengaruhi dan mempengaruhi oleh kebijakan perusahaan.
Stakeholders sendiri dibagi atas 2 macam yaitu internal stakeholder yang terdiri atas
karyawan dan manajer, dan eksternal stakeholder yang terdiri atas market
stakeholders seperti pemegang saham (stockholders), pelanggan, kreditur, supplier,
pedagang besar dan pengecer, serta nonmarket stakeholders seperti pemerintah,
komunitas, media, dan kompetitor.
Sebagai bagian dari pemangku kepentingan, pemegang saham (stockholders)
menempati posisi yang sangat penting di perusahaan karena mereka adalah pemilik
perusahaan yang sah dengan membeli saham perusahaan. Sebagai pemilik, mereka
mengejar tujuan finansial dan non finansial, untuk mencapai tujuan-tujuan mereka
tersebut, mereka memiliki hak-hak yang diterima dari perusahaan tempat mereka
berinvestasi. Disamping itu, untuk menjamin hak-hak mereka tersebut terselenggara
dengan baik dan dana yang mereka investasikan tidak sia-sia,tentu saja perlu adanya
jaminan perlindungan hukum dari pemerintah terkait dimana perusahaan itu
beroperasi.
Dari sisi perusahaan, untuk memenuhi kepentingan dan tujuan dari pemegang
saham (stockholder), para direksi dan pihak internal perusahaan lainnya tentu harus
dapat menjalankan perusahaan dengan baik, sebab sudah menjadi tanggung jawab
mereka khususnya direksi untuk memastikan perusahaan dapat berjalan dengan baik
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan, dan tentu saja memuaskan
para pemegang saham mereka, dan hal tersebut hanya dapat dicapai dengan
menerapkan suatu tata kelola perusahaan yang baik (good coporate governance).

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Siapa yang dimaksud dengan pemegang saham (stockholder)?
2. Apa tujuan kepemilikan saham?
3. Bagaimana hak-hak dan perlindungan hukum pemegang saham?
4. Bagaimana perlindungan hak pemegang saham?
5. Bagaimana aktivisme pemegang saham?
6. Apa tuntunan hukum pemegang saham?
7. Bagaimana bentuk perlindungan pemerintah atas kepentingan pemegang saham?

1.3. Tujuan
Secara umum tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang hak
para pemegang saham dan prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Secara khusus,
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui siapa yang dimaksud dengan pemegang saham (stockholder)
2. Untuk mengetahui apa saja tujuan kepemilikan saham
3. Untuk mengetahui bagaimana hak-hak dan perlindungan hukum pemegang saham
4. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hak pemegang saham
5. Untuk mengetahui bagaimana aktivisme pemegang saham
6. Untuk mengetahui apa saja tuntunan hukum pemegang saham
7. Untuk mengetahui bagaimana bentuk perlindungan pemerintah atas kepentingan
pemegang saham
BAB II
Pembahasan
2.1. Pemegang Saham (Stockholder)
Pemegang saham (stockholders / shareholders) adalah pemilik sah dari perusahaan
bisnis. Dengan membeli saham perusahaan, mereka menjadi pemilik bagian. Untuk
alasan ini, pemegang saham (stockholders) memiliki andil besar dalam seberapa baik
kinerja perusahaan mereka. Mereka dianggap sebagai salah satu pemangku
kepentingan (stakeholders) pasar perusahaan.
Terdapat 2 jenis pemegang saham yang memiliki saham di perusahaan, yaitu:
- Pemegang saham individu (individual stockholders), adalah orang-orang yang secara
langsung memiliki saham yang diterbitkan oleh perusahaan. Saham ini biasanya dibeli
melalui pialang saham (stockbroker) dan dipegang akun pialang. Misalnya, seseorang
mungkin membeli 100 saham Intel Corporation untuk portofolionya. Pemegang
saham seperti itu kadang-kadang disebut investor “main street”, karena mereka datang
dari semua lapisan masyarakat.
- Institusi (institutions), adalah investor yang berupa lembaga institusi yang sudah
berbadan hukum, seperti dana pensiun, reksadana, perusahaan asuransi. Misalnya,
reksadana seperti Fidelity Contrafund dan dana pensiun seperti California Public
Employees Retirement System (CalPERS) yang membeli saham atas nama investor
atau anggotanya. Lembaga-lembaga ini kadang-kadang disebut investor “wall street”.
Untuk alasan yang jelas, lembaga biasanya memiliki lebih banyak uang untuk
berinvestasi dan membeli lebih banyak saham daripada investor perorangan.

2.2. Tujuan Kepemilikan Saham


Individu dan institusi memiliki saham perusahaan karena sejumlah alasan, yang
terpenting diantara mereka adalah menghasilkan uang. Orang membeli saham karena
mereka percaya bahwa saham akan menghasilkan laba yang lebih besar daripada yang
dapat mereka terima dari investasi alternatif. Para pemegang saham menghasilkan
uang ketika harga saham naik (ini disebut penghargaan modal) dan ketika mereka
menerima bagian mereka dari pendapatan perusahaan (disebut dividen).
Meskipun motivasi utama kebanyakan pemegang saham adalah menghasilkan uang
dari investasi mereka, beberapa memiliki motivasi lain juga. Beberapa investor
menggunakan kepemilikan saham untuk mencapai tujuan sosial atau etis. Investor
juga dapat membeli saham untuk mengambil kendali perusahaan dalam tawaran
pengambilalihan musuh. Beberapa investor memiliki tujuan yang beragam. Misalnya,
mereka ingin mendapatkan pengembalian yang wajar atas investasi mereka tetapi juga
untuk memajukan tujuan sosial atau etika.

2.3. Hak-Hak dan Perlindungan Hukum Pemegang Saham


Manajer memiliki kewajiban kepada semua pemangku kepentingan, tidak hanya
bagi mereka yang memiliki saham di perusahaan mereka. Namun demikian, di
Amerika Serikat dan sebagian besar negara lain, pemegang saham memiliki hak
hukum yang seringkali lebih luas daripada pemangku kepentingan (stakeholder)
lainnya.
Untuk melindungi saham keuangan mereka di perusahaan yang sahamnya mereka
pegang, pemegang saham memiliki hak hukum tertentu, antara lain:
1. Hak untuk menerima dividen.
Para pemegang saham memiliki hak untuk berbagi dalam keuntungan perusahaan
jika para direktur menyatakan dividen.
2. Hak untuk memilih:
- Anggota dewan direksi
Para pemegang saham memiliki hak untuk memilih anggota dewan direksi,
biasanya dengan dengan dasar “satu saham sama dengan satu suara”. Mereka juga
memiliki hak untuk menahan para direktur dan pejabat perusahaan yang bertanggung
jawab atas tindakan mereka, dengan gugatan jika mereka ingin bertindak sejauh itu.
- Merger dan akuisisi besar
Para pemegang saham biasanya memiliki hak untuk memilih pada merger dan
beberapa akuisisi
- Perubahan dalam piagam dan peraturan
- Proposal oleh pemegang saham
3. Hak untuk menerima laporan tahunan (annual reports) tentang kondisi keuangan
perusahaan
Para pemegang saham berhak untuk menerima laporan tahunan (annual reports)
atas pendapatan perusahaan, kegiatan perusahaan, dan untuk memeriksa buku-buku
perusahaan, asalkan mereka memilikii tujuan bisnis yang sah untuk melakukannya
dan itu tidak akan mengganggu operasi bisnis.
4. Hak untuk menjual saham mereka sendiri kepada orang lain.
Banyak dari hak ini dilakukan pada pertemuan pemegang saham tahunan (RUPS),
dimana para direktur dan manajer menyajikan laporan tahunan, dan pemegang saham
memiliki kesempatan untukk menyetujui atau menolak rencana manajemen. Biasanya
hanya sebagian kecil dari para pemegang saham yang memilih secara langsung.
Mereka yang tidak hadir diberi kesempatan untuk memilih dengan suara tidak hadir,
yang disebut proxy.
Di Indonesia hak bagi para pemegang saham diatur dalam Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, diantaranya terdapat dalam pasal 43 ayat
(1) dan ayat (2), pasal 52 ayat (1), pasal 61 ayat (1), pasal 62 ayat (1), pasal 79 ayat
(2a), pasal 97 ayat (6), pasal 114 ayat (6), pasal 138 ayat (3a), pasal 144 ayat (1).

2.4. Perlindungan terhadap Hak Pemegang Saham


Pada dasarnya, pemegang saham berhak mempertahankan haknya sehubungan
dengan saham yang dimilikinya dengan cara menggugat segala tindakan perseroan
yang merugikan kepentingannya dalam perseroan yang bersangkutan. Tindakan
perseroan tersebut dapat berupa tindakan RUPS, Komisaris dan atau Direksi (lihat
ps.54 (1) Undang-undang No.1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas atau UUPT).
Perlu diperhatikan bahwa perseroan didirikan dan dijalankan atas dasar Anggaran
Dasar yang dibuat di antara para pemegang saham. Sehingga segala hak dan
kewajibannya pun harus dituangkan sejelas mungkin di dalam Anggaran Dasar
tersebut, yang dapat dikatakan sebagai perjanjian di mereka. Karena dianggap sebagai
perjanjian, maka Anggaran Dasar harus tunduk pada UUPT, Undang-Undang dan
peraturan lain yang terkait dengan hak dan kewajiban pemegang saham.
Salah satu efek dari struktur kepemilikan melalui saham adalah terciptanya struktur
pemegang saham mayoritas dan minoritas. Pada dasarnya masing-masing mempunyai
hak yang sama. Terutama terhadap hak suara. Yaitu 1 saham adalah 1 suara.
Ketentuan tambahan terhadap hak suara dapat diatur secara tegas-tegas sehubungan
dengan klasifikasi saham. Dengan mekanisme pemilikan yang demikian, pemegang
saham mayoritas menjadi pihak yang diuntungkan dengan sendirinya. Semakin
banyak saham yang dimilikinya, maka makin dapat berkuasa ia dalam menentukan
keputusan mengenai keberadaan dan jalannya suatu perseroan terbatas.
Persoalannya adalah bagaimana melindungi kepentingan pemegang saham
minoritas yang beresiko dirugikan oleh kekuasaan pemegang saham mayoritas. Ini
beberapa pasal yang dapat berusaha mengatur kepentingan pemegang saham baik
mayoritas dan minoritas:
A. Tindakan Derivatif
Ketentuan ini mengatur bahwa Pemegang saham dapat mengambil alih untuk
mewakili urusan perseroan demi kepentingan perseroan, karena ia menganggap
Direksi dan atau Komisaris telah lalai dalam kewajibannya terhadap perseroan.
1. Pemegang saham dapat melakukan tindakan-tindakan atau bertindak selaku
wakil perseoran dalam memperjuangkan kepentingan perseroan terhadap tindakan
perseroan yang merugikan, sebagai akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan
oleh anggota Direksi dan atau pun oleh komisaris.
2. Melalui ijin dari Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi
kedudukan perseroan, pemegang saham dapat melakukan sendiri pemanggilan RUPS
(baik RUPS tahunan maupun RUPS lainnya) apabila direksi ataupun komisaris tidak
menyelenggarakan RUPS atau tidak melakukan pemanggilan RUPS.
B. Hak Pemegang Minoritas
Pada dasarnya ketentuan-ketentuan di bawah ini terutama ditujukan untuk
melindungi kepentingan pemegang saham minoritas dari kekuasaan pemegang saham
mayoritas.
1. Hak Menggugat 
Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan melalui
Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi kedudukan perseroan, bila
tindakan perseroan merugikan kepentingannya.
2. Hak Atas Akses Informasi Perusahaan
Pemegang saham dapat melakukan pemeriksaan terhadap perseroan, permintaan
data atau keterangan dilakukan apabila ada dugaan bahwa perseroan dan atau anggota
direksi atau komisaris melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan
pemegang saham atau pihak ketiga.
3. Hak Atas Jalannya Perseroan
Pemegang saham dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri
untuk membubarkan perseroan.
4. Hak Perlakuan Wajar
Pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli
dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan
perseroan yang merugikan pemegang saham atau perseroan, berupa:
(i) perubahan anggaran dasar perseroan;
(ii) penjualan, penjaminan, pertukaran sebagian besar atau seluruh kekayaan
perseroan; atau
(iii) penggabungan, peleburan atau pengambilalihan perseroan. 
         
2.5. Aktivisme Pemegang Saham
Pemegang saham tidak harus bergantung secara eksklusif pada dewan direksi.
Banyak Pemilik, baik individu maupun intitusional, juga telah mengambil tindakan
lansung untuk melidungi kepentingan mereka sendiri. Bagian ini akan
menggambarkan peningkatan aktivisme dari tiga kelompok pemegang saham :
lembaga besar, investor sosial, dan pemilik yang mencari ganti rugi melalui
pengadilan.

2.6. Tuntutan hukum pemegang saham


Cara lain di mana pemegang saham dapat berusaha untuk memajukan kepentingan
mereka adalah dengan menggugat perusahaan. Jika pemilik berpikir bahwa mereka
atau perusahaan mereka telah dirusak oleh tindakan petugas atau direktur perusahaan,
mereka memiliki hak untuk mengajukan tuntutan hukum di pengadilan, baik di nama
diri mereka sendiri atau atas nama perusahaan (yang disebut terakhir adalah gugatan
derivative). Tuntutan hukum pemegang saham dapat dimulai untuk memeriksa banyak
pelanggaran, termasuk perdagangan orang dalam (insider trading), sebuah harga yang
tidak memadai yang diperoleh untuk saham perusahaan dalam pembelian (atau harga
yang baik ditolak), atau kegagalan untuk mengungkapkan informasi material secara
tepat waktu. Hasilnya bisa sangat mahal untuk perusahaan.

2.7. Perlindungan Pemerintah atas Kepentingan Pemegang Saham


2.7.1. Securities and Exchange Commission
Lembaga pemerintah utama yang melindungi kepentingan pemegang saham adalah
Securities and Exchange Commission (SEC). Didirikan pada 1934 setelah jatuhnya
pasar saham dan Depresi Besar, misinya adalah melindungi hak-hak pemegang saham
dengan memastikan pasar saham berjalan dengan adil dan informasi investasi
sepenuhnya diungkapkan. Badan, tidak seperti kebanyakan di pemerintahan,
menghasilkan pendapatan untuk membiayai operasinya sendiri. (Pendapatannya
berasal dari biaya yang dibayarkan oleh perusahaan yang terdaftar di bursa saham
utama.)
Peraturan pemerintah diperlukan karena pemegang saham dapat dirusak oleh
kekerasan praktik. Dua bidang menyerukan perhatian regulasi melindungi pemegang
saham dari akuntansi keuangan curang dan dari perdagangan yang tidak adil oleh
orang dalam.
2.7.2. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Jika di Amerika Serikat ada Securities and Exchange Comission (SEC) sebagai
lembaga yang melindungi kepentingan pemegang saham. Maka, di Indonesia ada
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2011, berdasarkan Undang-Undang tersebut yang dimaksud dengan OJK
adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang
mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan
penyidikan. OJK didirikan untuk menggantikan peran Bapepam-LK dalam
pengaturan dan pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan, serta menggantikan
peran Bank Indonesia dalam pengaturan dan pengawasan bank, serta untuk
melindungi industri jasa keuangan.
Bentuk perlindungan hukum yang dilakukan OJK terhadap konsumen pasar modal
(investor) bersifat pencegahan atau preventif dan pemberian sanksi atau represif,
mengingat bahwa tugas OJK adalah menjalankan fungsi pengaturan dan pengawasan
sektor jasa keuangan. Pasal 28 UU OJK memberikan perlindungan hukum bersifat
pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat yang dilakukan oleh OJK adalah:
1). Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik sektor
jasa keuangan, layanan, dan produknya;
2). Meminta lembaga jasa keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila
kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat;
3). Tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan di sektor jasa keuangan.
Bentuk perlindungan hukum lainnya yang bersifat represif adalah jika terjadi
sengketa antara konsumen (investor) dengan perusahaan industri jasa keuangan, maka
OJK berwenang melakukan pembelaan hukum demi kepentingan konsumen dan
masyarakat. Pembelaan hukum tersebut meliputi memerintahkan perusahaan jasa
keuangan untuk menyelesaikan pengaduan yang dilakukan oleh konsumen yang
merasa dirugikan melalui cara;
a). Memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu kepada lembaga jasa
keuangan dimaksud;
b). Mengajukan gugatan untuk memperoleh kembali harta kekayaan milik pihak
yang dirugikan dari pihak yang menyebabkan kerugian, baik yang berada dibawah
penguasaan pihak yang menyebabkan kerugian dimaksud maupun dibawah
penguasaan pihak lain dengan itikad tidak baik; dan/atau untuk memperoleh ganti
kerugian dari pihak yang menyebabkan kerugian pada konsumen dan/atau lembaga
jasa keuangan sebagai akibat dari pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di
sektor jasa keuangan.

2.7.3. Keterbukaan Informasi dan Pengungkapan Informasi


Memberi pemegang saham informasi perusahaan yang lebih banyak dan lebih baik
adalah salah satu cara terbaik untuk menjaga kepentingan mereka, dan ini adalah misi
utama dari SEC. Pemegang saham seharusnya diinformasikan sepenuh mungkin
untuk membuat investasi yang sehat. Secara hukum, pemegang saham memiliki hak
untuk mengetahui tentang urusan perusahaan di mana mereka memegang kepemilikan
saham. Mereka yang menghadiri pertemuan tahunan belajar tentang kinerja masa lalu
dan tujuan masa depan melalui pidato yang dibuat oleh pejabat perusahaan dan
dokumen seperti laporan tahunan perusahaan. Mereka yang tidak menghadiri
pertemuan harus sangat bergantung pada laporan tahunan yang dikeluarkan oleh
perusahaan dan pendapat para analis keuangan independen.
Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen cenderung mengungkapkan lebih
banyak informasi daripada sebelumnya kepada pemegang saham dan orang lain yang
tertarik. Diminta oleh SEC, kelompok akuntansi profesional, dan investor individu,
perusahaan sekarang mengungkapkan banyak hal tentang keuangan mereka, dengan
banyak informasi yang tersedia di bagian hubungan investor di halaman web
perusahaan. Pemegang saham dapat belajar tentang penjualan dan pendapatan, aset,
pengeluaran modal dan penyusutan oleh lini bisnis, rincian operasi asing, dan banyak
masalah keuangan lainnya. Perusahaan juga diminta untuk mengungkapkan informasi
yang rinci tentang direksi dan eksekutif puncak dan kompensasi mereka. Selain itu,
banyak perusahaan telah mulai melaporkan informasi rinci tentang sosial dan
lingkungan, serta keuangan, dan kinerja. Meskipun tren keseluruhan telah menuju
transparansi yang lebih besar, beberapa pengamat merasa bahwa kurangnya
pengungkapan tentang instrumen keuangan yang rumit, seperti hipotek yang didukung
sekuritas, yang menjadi umum pada pertengahan tahun 2000-an, yang mungkin telah
menyebabkan investor meremehkan resiko mereka.
Di Indonesia sendiri peraturan tentang pelaporan dan keterbukaan informasi telah
diatur dalam UU No 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal dan peraturan OJK Nomor
31/POJK.04/2015 Tentang Keterbukaan Atas Informasi Atau Fakta Material Oleh
Emiten Atas Perusahaan Publik.

2.7.4. Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading)


Berdasarkan Undang-Undang No 8 Tahun 1995, yang dimaksud dengan insider
yaitu orang yang bekerja di emiten atau perusahaan publik dan mengetahui informasi
yang tidak diketahui publik. Perdagangan orang dalam terjadi ketika seseorang
memperoleh akses ke informasi rahasia tentang kondisi keuangan perusahaan dan
kemudian menggunakan informasi itu, sebelum menjadi pengetahuan umum, untuk
membeli atau menjual saham perusahaan. Karena orang lain tidak tahu apa yang
dilakukan oleh pedagang di dalam, orang dalam itu memiliki keuntungan yang tidak
adil.
Perdagangan orang dalam adalah tindakan ilegal berdasarkan Securities and
Exchange Act tahun 1934, yang dianggap melanggar hukum "Perangkat manipulatif
atau menipu." Pengadilan pada umumnya menafsirkan ini berarti bahwa itu
melanggar hukum untuk:
- Menyalahgunakan (mencuri) informasi non-publik dan menggunakannya untuk
memperdagangkan saham.
- Memperdagangkan saham berdasarkan tip dari seseorang yang berkewajiban untuk
tetap diam (misalnya, seorang pria akan bersalah atas perdagangan orang dalam jika
dia membeli saham setelah saudara perempuannya, yang berada di dewan direksi,
memberi tahu dia tentang penawaran yang tertunda untuk membeli perusahaan).
- Memberikan informasi kepada orang lain dengan harapan memperoleh keuntungan
langsung atau tidak langsung, bahkan jika individu tersebut tidak memperdagangkan
saham tersebut untuk akunnya sendiri.
Jenis insider trading yang paling terkenal terjadi ketika orang-orang secara tidak
benar mendapatkan kerahasiaan informasi tentang merger yang akan datang dari
perusahaan besar untuk membeli dan menjual saham sebelum merger diumumkan
kepada publik. Baru-baru ini, jenis lain dari perdagangan orang dalam, yang disebut
front-running, telah menjadi lebih umum. Front-runners membeli dan menjual
pesanan untuk saham sebelum bergerak dari investor institusional besar, seperti
reksadana, berdasarkan tip dari informan. Bentuk perdagangan orang dalam ini
seringkali lebih sulit bagi regulator untuk mendeteksi dan mengadili.
Perdagangan orang dalam bertentangan dengan logika yang mendasari pasar
saham: Semua pemegang saham harus memiliki akses ke informasi yang sama
tentang perusahaan. Hukum perdagangan orang dalam adalah penting bagi investor
untuk memiliki kepercayaan penuh pada keadilan mendasar dari pasar saham.
Penegakan hukum insider trading di Indonesia mencakup tiga hal, yaitu penegakan
secara adminnistratif, perdata, dan pidana. Pada dasarnya UU Pasar Modal telah
meletakkan landasan bagi penegakan hukum sebagai bentuk perlindungan untuk
setiap pelanggaran terhadap kegiatan pasar modal, yakni adanya sanksi administratif
(Pasal 102 UUPM), sanksi pidana (pasal 103-110 UUPM), tuntutan ganti kerugian
secara perdata (Pasal 111 UUPM).
BAB III
Penutup
3.1. Kesimpulan
Pemegang saham (stockholder / shareholder) adalah pemilik sah dari perusahaan
bisnis. Dengan membeli saham perusahaan, mereka menjadi pemilik bagian. Untuk
alasan ini, pemegang saham (stockholders) memiliki andil besar dalam seberapa baik
kinerja perusahaan mereka. Mereka dianggap sebagai salah satu pemangku
kepentingan (stakeholders) pasar perusahaan. Terdapat 2 jenis pemegang saham
(stockholders) di perusahaan yaitu pemegang saham individu dan pemegang saham
institusi.
Meskipun motivasi utama kebanyakan pemegang saham adalah menghasilkan uang
dari investasi mereka, beberapa memiliki motivasi lain juga. Beberapa investor
menggunakan kepemilikan saham untuk mencapai tujuan sosial atau etis. Investor
juga dapat membeli saham untuk mengambil kendali perusahaan dalam tawaran
pengambilalihan musuh.
Sebagai pemilik perusahaan, para pemegang saham (stockholders) memiliki
beberapa hak dalam perusahaan tempat mereka berinvestasi, adapun hak-hak mereka
antara lain:
- Hak untuk memperoleh dividen
- Hak untuk memilih anggota dewan direksi, merger dan akuisisi besar, perubahan
dalam piagam dan peraturan, serta proposal oleh pemegang saham.
- Hak untuk menerima laporan tahunan (annual reports) tentang kondisi keuangan
perusahaan
- Hak untuk menjual saham mereka sendiri kepada orang lain.
Selain memperoleh hak atas perusahaan, para pemegang saham tersebut juga
memperoleh jaminan perlindungan hukum dari pemerintah terkait, perlindungan
hukum diperlukan untuk melindungi para pemegang saham dari tindakan-tindakan
yang dapat merugikan mereka, misalnya pada tindakan insider trading. Untuk
memastikan hak dan perlindungan hukum para pemegang saham berjalan dengan baik
dibentuk suatu badan pengawas, di Indonesia badan yang bertanggung jawab untuk
mengawasi dan menjamin perlindungan hukum para pemegang saham adalah Otoritas
Jasa Keuangan (OJK)

3.2. Saran
Tindakan insider trading disebut-sebut merupakan salah satu kejahatan pasar modal
yang sulit untuk dideteksi, pengembangan dan pelatihan terhadap cara pendeteksian
tindakan ini mungkin perlu diperluas lagi. Disamping itu, berbagai kritikan tentang
jaminan perlindungan hukum para investor terhadap kejahatan di pasar modal
khususnya insider trading yang tertuang dalam UU Pasar Modal banyak bermunculan,
beberapa beranggapan bahwa UU tersebut belum cukup memberikan sanksi hukum
bagi para pelakunya. Mungkin adanya peninjauan kembali bagi UU perlindungan
investor terhadap kejahatan-kejahatan di pasar modal perlu dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl1017/perlindungan-terhadap-
pemegang-saham/
pdfcoffee.com_perlindungan-hukum-pemegang-saham-pdf-free.pdf

Anda mungkin juga menyukai