Anda di halaman 1dari 4

Nama : Akbar Rayhan Hasfi

Kelas : Teknik Elektro


NIM : 211020100040

JEJAK PERTUMBUHAN PDB DI INDONESIA


 Pendahuluan
Antara tahun 1965 dan 1997 perekonomian Indonesia tumbuh
dengan persentase rata-rata per tahunnya hampir tujuh persen. Pencapaian ini
memampukan perekonomian Indonesia bertumbuh dari peringkat ‘negara
berpendapatan rendah’ masuk ke dalam kategori ‘negara berpendapatan
menengah ke bawah’. Namun, Krisis Finansial Asia yang meletus pada akhir
tahun 1990-an mengakibatkan dampak sangat negatif untuk perekonomian
Indonesia, menyebabkan kontraksi produk domestik bruto (PDB) sebesar 13.6
persen pada tahun 1998 dan pertumbuhan yang sangat terbatas (+0.3 persen) pada
tahun 1999. Krisis tersebut mengguncang fondasi ekonomi dan politik Indonesia,
dan menjadi awal sebuah era baru yang penuh dengan tantangan dan peluang.

 Pembahasan

1) ORDE BARU SOEHARTO


Soeharto (1921-2008), Presiden kedua Indonesia, meraih kekuasaan di
tengah periode krisis darurat dan pertumpahan darah. Pendahulunya, Soekarno,
telah menciptakan komposisi pemerintahan antagonistik yang sangat berbahaya
dan terdiri dari fraksi-fraksi nasionalis, komunis, dan agama yang saling
mencurigakan. Pihak lain yang bersemangat untuk memegang kekuatan politik
adalah pihak tentara, yang berhasil menjadi lebih berpengaruh dalam politik
Indonesia pada tahun 1950an waktu perlu menghancurkan sejumlah
pemberontakan yang mengancam kesatuan Indonesia. Di masa orde lama, gagasan
yang bertolak belakang dengan pancasila ini sempat meyebar luas, hal itu yang
membuat Presiden Soeharto melakukan indoktrinasi Pancasila. Sistem pemertintahan
pada masa orde baru terjadi banyak perubahan-perubahan politik dan ekonomi.
Ekonomi Indonesia berkembang pesat. Meski selama masa tersebut perekonomian
Indonesia melaju pesat dan pembangunan infrastruktur yang merata untuk
masyarakat, namum perkembangan tersebut diikuti dengan praktik korupsi. Hal
ini menyebabkan kurangnya kepercayaan terhadap Presiden Soeharto dan memicu
aksi demo mahasiswa dan masyarakat umum.

2) KRISIS FINANSIAL ASIA

Krisis Keuangan Asia dimulai pada tanggal 2 Juli 1997 ketika


pemerintah Thailand yang saat itu dibebani utang luar negeri yang
besar, memutuskan untuk mengambangkan mata uang baht setelah
serangan yang dilakukan para spekulan mata uang terhadap cadangan
devisa negaranya. Pergeseran moneter ini bertujuan untuk merangsang
pendapatan ekspor namun strategi ini terbukti sia-sia. Sehingga
dengan cepat hal ini menimbulkan efek penularan ke negara-negara
Asia lainnya karena investor asing - yang telah menanamkan uang
mereka di 'Asian Economic Miracle countries' ('Ekonomi-Ekonomi
Asia yang Ajaib’) sejak satu dekade sebelum 1997 - kehilangan
kepercayaan di pasar Asia dan membuang mata-mata uang dan aset-
aset Asia secepat mungkin.

3) Pemulihan dari krisis finansial asia

Dalam jangka waktu beberapa bulan ada beberapa tanda pemulihan. Nilai

tukar rupiah mulai menguat sejak pertengahan Juni 1998 (waktu terjun bebas ke

angka Rp 16.000,- per US dolar) menjadi Rp 8.000,- per US dolar. Pada bulan

Oktober 1998, inflasi membaik secara drastis, saham-saham di Bursa Efek

Indonesia mulai bangkit dan ekspor non-migas mulai hidup kembali menjelang

akhir tahun. Sektor perbankan (pusat dari krisis ini) masih rapuh karena adanya

jumlah kredit bermasalah yang sangat tinggi dan bank-bank masih tetap sangat

ragu-ragu untuk meminjamkan uang. Selain itu, sektor perbankan telah

menyebabkan peningkatan utang pemerintah secara tajam dan utang-utang ini


terutama disebabkan oleh penerbitan obligasi untuk restrukturisasi perbankan.

4) BOOM KOMODITAS 2000 AN

Sebagai negara eksportir komoditas yang besar dan kekurangan industri


hilir, maka komoditasnya seringkali diekspor dalam bentuk mentah. Kinerja
ekspor Indonesia sangat terpengaruhi saat harga komoditas (seperti batubara dan
minyak sawit mentah) rendah. Rendahnya harga-harga komoditas setelah tahun
2011 tidak hanya disebabkan oleh permintaan global yang rendah namun juga
karena kelebihan suplai. Pada era boom komoditas di tahun 2000 dan juga setelah
selesainya resesi global yang besar dan terjadi di akhir tahun 2000. Institusi-
institusi seperti Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF) menerbitkan
proyeksi pertumbuhan global yang jauh terlalu optimis. Banyak perusahaan
masuk ke dalam sektor komoditas atau perusahaan-perusahaan komoditi yang dari
dulu aktif berinvestasi kembali untuk meningkatkan kapasitas produksi.

5) PERTUMBUHAN EKONOMI YANG MELAMBAT

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia melambat lebih rendah dibandingkan 2019


yang sebesar 5,07 persen. Pertumbuhan ekonomi yang melambat juga dipengaruhi
beberapa factor, yaitu kinerja ekspor impor tumbuh negative. Ini juga tercatat
mengalami kontraksi cukup dalam yaitu tumbuh negative sebesar 1,81 persen.
Yang kedua yaitu konsumsi rumah tangga tumbuh tinggi. Ini juga tumbuh sebesar
5,17 persen secara tahunan. Yang ketiga yaitu investasi tumbuh melambat,
mengalami perlambatan sekitar 5,01 persen. Dan juga masih banyak factor-faktor
lainnya.

6) AKSELERASI PERTUMBUHAN EKONOMI YANG


SEDERHANA

Realisasi produk domestic semakin menguatkan sinyal terbatasnya akselerasi


pertumbuhan ekonomi pada tahun ini. Asumsi 5,4 persen yang dipatok dalam
APBN 2018 dipastikan tidak akan tercapai. Pemerintah mengestimasi
pertumbuhan ekonomi pada tahun ini sebesar 5,2 persen. Angka ini sama dengan
yang digunakan sebagai acuan pemerintah dalam menyusun APBN 2019. Ditinjau
dari pengeluaran, konsumsi ini masih mendominasi dalam struktur PDB sebesar
55,26 persen. Pada 2018, tumbuh 5,01 persen. Kontribusi terbesar kedua yakni
dengan tumbuh 32,12 persen dan pertumbuhan 6,96 persen.

7) Krisis COVID-19

Dampak sektor perdagangan, khususunya ekspor dan impor, bahan baku dan
barang modal. Produksi turun, barang langka dan harga barang terus meningkat
sehingga menimbulkan inflasi. Kenaikan harga barang yang disertai penghasilan
yang menurun merupakan kondisi fatal daya beli masyarakat. Sebagian bahan
baku untuk industri di Indonesia sendiri masih dipasok dari China yang
mengalami kendala produksi akibat karantina di sejumlah daerah untuk
membendung pandemi Covid- 19.

 PENUTUP
Dari essay ini kita bisa mengetahui jejak pertumbuhan PDB di Indonesia,
dari tahun 1967 – 2021.

Anda mungkin juga menyukai