Anda di halaman 1dari 8

Nama : Dinda Rifka Mentari Potabuga

Fakultas Agama Islam


S1 Ekonomi Syariah B

1. GEJOLAK NILAI TUKAR RUPIAH

a. Keadaan Ekonomi

Keadaan Ekonomi Indonesia saat terjadi Gejolak Nilai Tukar Rupiah menuai banyak
polemik. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan, perekonomian Indonesia saat ini mulai
terasa imbasnya dari gejolak global yang mengganggu sektor keuangan. Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) pun ikut tersungkur hingga anjlok secara signifikan sebesar 4,5 persen
meninggalkan jauh level 6.000-nya. di sisi lain pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini justru
sedang mengalami akselerasi setelah mengalami tekanan merosotnya harga komoditas sejak
2015-2016. Pertumbuhan ekonomi berada pada tingkat 5,17% di semester I 2018 tertinggi sejak
2014 dan tingkat pengangguran berada pada posisi 5,13% (terendah dalam dua dekade) dan
tingkat kemiskinan pada 9,8% (terendah dalam dua dekade).

Kondisi Ekonomi Indonesia Saat ini:

 Dari sisi moneter, Inflasi sangat terjaga 3,2% di semester 1 2018. Kondisi ini terjaga
selama 3 tahun terakhir pada kisaran 3,5%. Situasi membaik dengan tingkat kecukupan
modal perbankan (CAR) 22%di triwulan 2018 tingkat kredit macet yang menurun pada
2,7% pertumbuhan kredit sebesar 10,7% yang terus membaik, dan rata-rata
pertumbuhan kredit sebesar 10-12%.

 Dari sisi fisikalm penerimaan Negara di semester 1 telah mencapai 44,0% dari target
dan pertumbuhan penerimaan pajak membaik 14,3%. Realisasi penyerapan belanja
Negara hingga Juli 2018 mencapai 51,5% . Realisasi transfer ke daerah dari dana desa
58,6%. Defisit hingga Juli 2018 sekitar 1,02% dan keseimbangan primer posotif 46,4
triliun. Suatu kemajuan kesehatan APBN yang luar biasa disbanding situasi 3 tahun
terakhir.

 Dari sisi kegiatan ekonomi, pertumbuhan Indonesia saat ini justru sedang mengalami
akselerasi setelah merosotnya harga komoditas sejak 201502016. Pertumbuhan ekonomi
berada pada tingkat 5,17% di semester 1 2018 (tertinggi sejak 2014), tingkat
pengangguran berada pada posisi 5,13% (terendah dalam 2 dekade) dan tingkat
kemiskinan pada 9,8% (terendah dalam dua decade).

 Dari sisi neraca pembayaran Indonesia, mengalami perubahan yang sangat drastic pada
tahun 2018. Sejak 2016-2017 transaksi berjualan (ekspor dikurang impor untuk barang
dan jasa) mengalami deficit sebesar ausd 17 miliar (-1,8% PDB) dan USD 17,3% miliar
(-1,7% PDB). Namun dapat diatasi dengan arus modal dan keuangan yang masuk ke
Indonesia sebesar USD 29,3 miliar dan USD 29,2 miliar. Secara keseluruhan neraca
pembayaran surplus sebesar USD 12,1 miliar dan USD 11,6 miliar. Sehingga cadangan
devisa Indonesia meningkat hingga pernah mencapai titik tertinggi pada angka USD 132
miliar.

b. Analisa Penyebab

1.        Perekonomian Indonesia yang kurang mapan


Rupiah termasuk soft currency, yaitu mata uang yang mudah terdepresiasi ( depresiasi :
melemahnya nilai mata uang suatu negara terhadap negara lain yang ditentukan oleh mekanisme
pasar ) karena perekonomian negara asalnya relatif kurang mapan. Mata uang negara – negara
berkembang umumnya adalah mata uang tipe ini, sedangkan mata uang negara maju seperti
Amerika Serikat disebut hard currency, karena kemampuannya untuk mempengaruhi nilai mata
uang yang lebih lemah. Selain itu, sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia berbagi
sentimen dengan negara berkembang lainnya. Artinya, ketika sentimen terhadap negara – negara
berkembang secara umum baik, maka nilai rupiah akan cenderung menguat. Sebaliknya, ketika
di negara-negara berkembang yang lain banyak kerusuhan, bencana, dan lain sebagainya, maka
nilai Rupiah akan melemah.
2.        Pelarian modal kembali ke luar negeri (Capital Flight)
Modal yang beredar di Indonesia, terutama di pasar finansial, sebagian besar
adalah modal asing. Ini membuat nilai rupiah sedikit banyak tergantung pada kepercayaan
investor asing terhadap prospek bisnis di Indonesia. Semakin baik iklim bisnis Indonesia maka
akan semakin banyak investasi asing di Indonesia dan dengan demikian Rupiah akan semakin
menguat. Sebaliknya, semakin negatif pandangan investor terhadap Indonesia, Rupiah akan kian
melemah.
Mari ambil contoh pemotongan stimulus yang dilakukan oleh Bank Sentral Amerika Serikat, The
Fed, baru-baru ini. Kebijakan uang ketat (tight money policy) tersebut membuat investor
memindahkan investasinya dari Indonesia kembali ke Barat sehingga kemudian diikuti oleh
pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar.
3.        Ketidakstabilan Politik – Ekonomi di Indonesia
Faktor yang paling mempengaruhi Rupiah adalah kondisi politik – ekonomi.
Performa data ekonomi Indonesia, seperti pertumbuhan PDB ( Produk Domestik Bruto/Gross
Domestic Product ), inflasi, dan neraca perdagangan, juga cukup mempengaruhi Rupiah.
Pertumbuhan yang bagus akan menyokong nilai Rupiah, sebaliknya defisit neraca perdagangan
yang bertambah akan membuat Rupiah terdepresiasi. Dua sisi dalam neraca perdagangan, impor
dan ekspor, sangat penting disini. Inilah sebabnya kenapa sangat penting bagi Indonesia untuk
menggenjot ekspor dan mengurangi ketergantungan pada produk impor, defisit neraca
perdagangan Indonesia dan tingginya inflasi yang menyebabkan kebutuhan akan dolar
meningkat tajam karena impor lebih besar daripada ekspor.
4.        Kultur bangsa yang cenderung konsumtif dan boros
Kultur bangsa yang cenderung konsumtif dan boros serta public policy terkait
utang. Pemerintah akan kesulitan berutang di dalam negeri, maka kekurangan akan ditutupi
dengan berutang ke luar negeri. Maka karena utang harus dibayar dengan mata uang dolar, nilai
tukar rupiah terhadap dolar dipastikan melemah.

c. Solusi
Untuk dapat mengatasi masalah defisit transaksi berjalan dapat dilakukan dengan
tiga cara yaitu: mengendalikan impor, meningkatkan ekspor dan meningkatkan daya kompetisi
industri Indonesia, serta meningkatkan arus modal dan keuangan.
Mengendalikan Impor:
1. Pengenaan Pajak Impor barang-barang konsumsi dan barang yang diproduksi dalam negeri
(dampak langsung dan segera)
2. Penggunaan biodiesel B20 sebagai pengganti solar (untuk membatasi impor BBM)
3. Penggunaan komponen dalam negeri dalam proyek ifrastruktur
4. Menunda proyek infrastruktur dengan konten impor besar, dan
5. Instensif fisikal (tax holiday-tax allowance, bea masuk ditanggung Pemerintah) untuk investasi
industry hulu dan substitusi impor.
Pertumbuhan impor meningkat pesat lebih dari 13,4% hingga agustus 2018, di atas pertumbuhan
ekspor yang hanya tumbuh sekitar 5% pada periode yang sama.

Meningkatkan ekspor dan meningkatkan daya kompetisi industry Indonesia melalui:


1. Perbaikan pendidikan dan Vokasi, pemberian beasiswa, anggaran/instensif inovasi dan penelitian
2. Pembangunan infrastruktur untuk konektivitas
3. Penyerdehanaan perizinan melalui One Single submission (OSS) serta perbaikan layanan
kepebeanan untuk menunjang daya saing dunia usaha dan ekspor
4. Instensif melalui instrument fisikal dan pembiayaan melalui LPEI, dan
5. Mendorong produktivitas sector Industri, pertanian, perikanan, pertambangan, kehutanan, dan
pariwisata.

Meningkatkan arus modal dan keuangan:


1. Menjaga stabilitas dan sustainabilitas petumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan
2. Pengembangan instrumen keuangan yang menarik dan berdaya saing.

2. KEMISKINAN

a. Keadaan Ekonomi

Kemiskinan di Indonesia telah dimulai awal tahun 1970-an diantaranya melalui program
Bimbingan Masyarakat (Bimas) dan Bantuan Desa (Bandes). Tetapi upaya tersebut mengalami
tahapan jenuh pada pertengahan tahun 1980-an, yang juga berarti upaya penurunan kemiskinan
di tahun 1970-an tidak maksimal, sehingga jumlah orang miskin pada awal 1990-an kembali
naik. Disamping itu kecenderungan ketidakmerataan pendapatan nasional melebar yang
mencakup antar sektor, antar kelompok, dan ketidakmerataan antar wilayah. Berdasarkan data
Bank Dunia jumlah penduduk miskin Indonesia pada tahun 2002 bukanlah 10 sampai 20% tetapi
telah mencapai 60% dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 215 juta jiwa.

Hal ini diakibatkan oleh ketidakmampuan mengakses sumber-sumber permodalan, juga


karena infrastruktur yang juga belum mendukung untuk dimanfaatkan masyarakat memperbaiki
kehidupannya, selain itu juga karna SDM, SDA, Sistem, dan juga tidak terlepas dari sosok
pemimpin. Kemiskinan harus diakui memang terus menjadi masalah fenomenal sepanjang
sejarah Indonesia sebagai negara bangsa, bahkan hampir seluruh energi dihabiskan hanya untuk
mengurus persoalan kemiskinan.

b. Analisa Penyebab

1.   Pendidikan yang Terlampau Rendah

Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai


keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan pendidikan atau
keterampilan yang dimiliki seseorang menyebabkan keterbatasan kemampuan seseorang untuk
masuk dalam dunia kerja.

2.   Malas Bekerja

Adanya sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada nasib) menyebabkan seseorang
bersikap acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk bekerja.
3.   Keterbatasan Sumber Alam

Suatu masyarakat akan dilanda kemiskinan apabila sumber alamnya tidak lagi
memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka. Hal ini sering dikatakan masyarakat itu miskin
karena sumberdaya alamnya miskin.

4.   Terbatasnya Lapangan Kerja

Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi masyarakat.


Secara ideal seseorang harus mampu menciptakan lapangan kerja baru sedangkan secara faktual
hal tersebut sangat kecil kemungkinanya bagi masyarakat miskin karena keterbatasan modal dan
keterampilan.

5.   Keterbatasan Modal

Seseorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi alat maupun
bahan dalam rangka menerapkan keterampilan yang mereka miliki dengan suatu tujuan untuk
memperoleh penghasilan.

6.  Beban Keluarga

Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak diimbangi dengan usaha
peningakatan pendapatan akan menimbulkan kemiskinan karena semakin banyak anggota
keluarga akan semakin meningkat tuntutan atau beban untuk hidup yang harus dipenuhi.

c. Solusi

 Agrobisnis Hanya untuk Rakya, tutup bisnis pangan kebutuhan utama rakyat dari para
pengusaha besae Para petani/pekebun kecil sulit untuk mengekspor produk mereka, begitupun
sebaliknya.

 Pendidikan, meningkatkan pendidikan rakyat, pendidikan harus terjangkau oleh seluruh


rakyat Indonesia Indonesia.

 Reformasi Tanah untuk Rakyat, pembagian tanah/lahan pertanian untuk petani.

 Efisiensi, lakukan efisiensi di bidang pertanian.

 Penuhi kebutuhan yang Masih Impor, data produk-produk yang masih kita impor.

 Nasionalisasi Perusahaan Tambang Asing (migas, emas, perak, tembaga, dsb), mengelola
sendiri kekayaan alam.
3. KELANGKAAN ATAU KENAIKAN HARGA BARANG POKOK

a. Keadaan Ekonomi

Harga pangan global naik berturut-turut kenaikan terjadi pada harga pangan dipicu oleh
kenaikan harga minyak mentah dunia,sehingga beban kehidupan masyarakat akan semakin
berat. Kenaikan harga BBM dipastikan akan berpengaruh pada harga sembako. Dengan
demikian, daya beli masyarakat akan menurun. Padahal, sembako adalah kebutuhan
masyarakat yang harus dipenuhi setiap hari.

Praktek nya dalam ilmu-ilmu Ekonomi, harga merupakan salah satu faktor utama--
meskipun bukan faktor satu-satunya yang mempengaruhi pilihan pembeli. Harga menjadi
faktor utama pilihan pembeli semakin terlihat di antara kelompok-kelompok miskin. Namun,
harga bukan menjadi faktor utama pilihan pembeli bagi masyarakat yang mampu/kaya.
Namun, teori ini hanya berlaku bagi produk-produk di luar kebutuhan bahan pangan. Untuk
kebutuhan bahan pangan yang termasuk kebutuhan primer, akan memiliki dampak garis lurus
dengan turunnya pembelian pada kebutuhan sekunder dan pertumbuhan ekonomi.

Bila harga bahan pokok secara umum naik secara terus-menerus, maka masyarakat panik,
sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang
berlebihan untuk memborong barang, sementara yang kekurangan tidak bisa membeli barang.
Akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.

b. Analisa Penyebab

1. Para buruh yang menginginkan upahnya dinaikkan


2. Harga naik terjadi karena ulah pedagang yang selalu ingin mendapatkan keuntungan sebesar-
besarnya
3. Faktor musim yang berkepanjangan seperti kemarau yang sangat panjang dapat
mengakibatkan harga naik secara drastis karena padi yang ditanam mereka kering bahkan
mati. Begitu pula hujan yang berkepanjangan yang mengakibatkan banjir sehingga petani
gagal panen
4. Pemberitaan akan kenaikan harga di media informasi

c. Solusi

Salah satu upaya mengatasi kenaikan harga pangan dalam jangka pendek adalah melalui
upaya pengaktifan peran Bulog. Hal ini sangat penting untuk menstabilkan harga bahan
pangan dan melindungi kepentingan petani sebagai produsen yang rentan terhadap fluktuasi
harga. Kebijakan strategis dalam jangka menengah adalah meningkatkan produksi bahan
pangan terutama beras, jagung, dan kedelai. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus
lebih fokus dalam meningkatkan produksi pangan. Program ekstensifikasi maupun
intensifikasi melalui penyediaan bibit unggul, kredit, dan penyuluhan juga sangat penting
untuk ditingkatkan. Tentu untuk meningkatkan produksi domestik tidak bisa dilakukan
dalam sekejap. Berbagai tahapan perlu dikaji dan dilakukan. Bibit unggul harus disediakan,
lahan pertanian di luar Jawa harus dibuka lebih luas, dan petani di Jawa terpaksa harus
ditransmigrasikan. Pembangunan sektor pertanian pun sebaiknya dilakukan melalui
pendekatan agrobisnis agar produksi pertanian mempunyai value added dan nilai jual yang
tinggi. ”Selain itu, penciptaan lapangan kerja bidang perpanganan juga merupakan cara yang
tepat untuk mengatasi dampak kenaikan harga pangan”.

4. INFLASI

a. Keadaan Ekonomi

Inflasi dalam tahun 1998 diperkirakan akan mencapai tingkat yang tertinggi sejak
tahun 1970. Perkiraan ini berdasarkan pencapaian inflasi sebesar 35,07 persen selama
periode Januari - Mei 1998. Angka inflasi yang relatif tinggi tercatat sebesar 33,3 persen
pada tahun 1974. Berdasarkan tingkat inflasi dan bobotnya maka kelompok bahan makanan
merupakan penyumbang inflasi terbesar selama lima bulan terakhir ini. Dalam kelompok ini
tercatat beberapa jenis komoditi yang memberikan sumbangan besar terhadap inflasi, seperti
bawang merah, tomat sayur, ikan segar, telur ayam ras, beras, dan minyak goreng. Namun
demikian kenaikan harga dalam kelompok ini memperlihatkan kecenderungan yang semakin
menurun. Kenaikan harga yang terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi kasi
sebesar 17,25 persen pada bulan Mei 1998 diperkirakan dapat mendorong laju inflasi yang
relatif tinggi pada bulan mendatang. Kenaikan biaya transportasi ini merupakan akibat
langsung dari kenaikan harga bahan bakar minyak.

b. Analisa Penyebab

1. Inflasi karena permintaan, infalsi karena permintaan disebabkan karena permintaan


atau daya tarik masyarakat yang kuat terhadap suatu barang.

2. Inflasi karena bertambahnya uang yang beredar, eori inflasi disebabkan karena
bertambahnya uang yang beredar dikemukakan oleh kaum klasik yang menyatakan
bahwa ada keterkaitan antara jumlah uang yang beredar dengan harga-harga.

3. Inflasi karena kenaikan biaya produksi (Cost push inflation), Inflasi kenaikan biaya
produksi atau cost push inflation disebabkan karena adanya dorongan kenaikan biaya
produksi dalam jangka waktu tertentu secara terus menerus.

4. Inflasi campuran (Mixed inflation), Inflasi campuran atau mixed inflation terjadi
karena adanya kenaikan penawaran dan permintaan. Hal ini terjadi karena adanya
ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan.
5. Inflasi ekspektasi (Expected inflation), Expected inflation atau inflasi inspektasi terjadi
sebagai akibat dari perilaku masyarakat yang berpendapat bahwa kondisi ekonomi di
masa yang akan datang akan menjadi lebih baik lagi.

3. Solusi

Cara mengatasi inflasi dengan menggunakan kebijakan moneter, ada beberapa


cara yang dapat dilakukan dengan kebijakan ini, contohnya adalah dengan politik
diskonto, cara politik diskonto ini dilakukan dengan cara menaikkan suku bunga bank,
dengan harapan agar masyarakat lebih tertarik untuk menyimpan uang yang dimilikinya
dibank, jika cara tersebut sukses, maka jumlah uang yang beredar akan berkurang.

Anda mungkin juga menyukai