Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

MENCARI PENDAPATAN PAKAPITA NEGARA INDONESIA

OLEH:

Kelompok 6

Nama Kelompok:

Sainya fiarlitha

Shello mitha tampubolon

Yola ginting

Ade syaputra

Dini yunita sari

Khayrunia sindi

SMA BRIGJEND KATAMSO 1 SUNGGAL


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Suatu negara dikatakan telah memiliki prestasi ekonomi apabila angka
agregatnya tinggi. Masalah yang ingin diselesaikan oleh negara biasanya menyangkut
kesejahteraan dan menuntaskan kemiskinan. Akan tetapi, tolok ukur suatu masyarakat
dianggap miskin adalah tergantung kebutuhan dan gaya hidup masyarakat itu sendiri.
Agar kita dapat mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu negara, tentu kita harus tahu
pendapatan perkapita rata-rata penduduk Indonesia. Karena pendapatan perkapita
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara, oleh karena itu, pertumbuhan
ekonomi tersebut akan mempengaruhi struktur perekonomian suatu negara.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari tema yang akan kita bahas kali ini adalah
1. Bagaimana penghitungan pendapatan nasional Indonesia?
2. Apa sajakah yang mempengaruhi pendapatan nasional?
3. Bagaimana pertumbuhan ekonomi di negara Indonesia?
4. Bagaimana struktur perekonomian negara Indonesia?

C. TUJUAN
Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui penghitungan pendapatan nasional segara Indonesia
2. Untuk mengetahui hal-hal yang memmpengaruhi pendapatan nasional
4. Untuk mengetahu pertumbuhan ekonomi Indonesia
4. Untuk megetahui struktur perekonomian negara Indonesia
BABII
PEMBAHASAN

A. KONSEP-KONSEP PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA


Istilah pendapatan nasional dapat berarti luas dan sempit. Dalam arti sempit,
pendapatan nasional adalah terjemahan langsung dari national income sedangkan
pendapatan nasional dalam arti luas dapat merujuk ke Produk Domestik Bruto (PDB)
atau Gross Domestik Product (GDP); atau merujuk ke Produk Nasional Bruto (PNB)
atau Gross National Product (GNP); Produk Nasional Neto (PNN) atau Net National
Product (NNP); atau merujuk ke Pendapatan Nasional (PN) alias National
Income (NI). Pendapatan nasional suatu negara digunakan untuk mengukur prestasi
suatu negara.

B. PENDAPATAN NASIONAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI


Setiap tahun, PDB senantiasa lebih besar daripada PNB. Hal ini mencerminkan
nilai produk orang asing di Indonesia lebih besar daripada produk orang Indonesia di
luar negeri bagi negara-negatra maju, PNB mereka biasanya lebih besar daripada
PDB-nya.
Secara spesifik, jika diukur berdasarkan angka-angka PDB, pertumbuhan
ekonomi Indonesia sepanjang periode 25 tahun era PJPT tergolong tinggi. Selama
Pelita I, perekonomian tumbuh dengan rata-rata 8,56% per tahun. Dalam Pelita II
menurun menjadi rata-rata 6,96% per tahun. Tingginya pertumbuhan ekonomi selama
dua Pelita ini adalah karena minyak bumi di dunia mengalami krisis akibat embargo
oleh negara-negara Arab anggota OPEC dengan konflik Arab-Israel, membumbung
luar biasa. Jadi, karena Indonesia termasuk dalam OPEC,ini bisa menguntungkan
Indonesia. Dalam Pelita III pertumbuhan ekonomi menurun lagi menjadi 6,24%
karena sebaliknya, harga minyak bumi anjlok di pasaran dunia. Saat itu hendak
memasuki Pelita III. Karena minyak bumi pada waktu itu masih menjadi andalan
ekspor. Pada tahun awal 1920-an resi ekonomi melanda seluruh dunia. Dan ini juga
menjadi penyebab turunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam Pelita IV laju
pertumbuhan menurun sedikit , 5,32% pertahun. Akan tetapi selama Pelita IV
berlangsung perubahan sruktural yang signifikan bagi perekonomian Indonesia.
Ketergantungan penerimaan devisa pada minyak bumi berkurang, ekspor nonmigas
berperan. Upaya mengurangi ekonomi biaya tinggi dan meningkatkan efisiensi
nasional melalui deregulasi dan debirokratisasi terus dilanjutkan selama Pelita V, dan
membuahkan hasil dengan naik 6,7% pertahun.
Data Pendapatan Nasional

PRODUK DOMESTIK
BRUTO
(miliar rupiah) 2003 2004 2005 2006
a. Nilai 1,577,171.30 1,656,516.801,750,815.201,847,292.90
b. Pertumbuhan(%) 4.78 5.03 5.69 5.51
Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
Dengan demikian secara sederhana, kita dapat menghitung PDB per kapita Indonesia
tahun 2005 adalah sebesar; Rp. 7,999,382.61
Recent Gross National Product and Gross Domestic Product of Indonesia (2000-2008)
Year GNP1 GNP2 (2000 prices) GDP1 GDP2 (2000 prices)
2000 1297607 1297636 1389769 1389770
2001 1623229 1376773 1684279 1442984
2002 1767319 1448023 1897799 1504379
2003 1936260 1495940 2013674 1579558
2004 2190475 1576047 2295825 1656516
2005 2639279 1643432 2774280 1750815
2006 3196948 1733269 3339215 1847126
2007 3786836 1842682 3949321 1963091
2008 4778162 1985081 4954027 2082103

C. PENDAPATAN PERKAPITA DAN KEMISKINAN


Pertumbuhan ekonomi yang dihitung dari angka-angka di atas dihitung
berdasarkan angka kenaikan PDB. Bukan semata-mata kenaikan produk atau
pendapatan secara makro. Pertumbuhan ekonomi itu juga telah menaikkan pendapatan
perkapita masyarakat.
Dalam ruang lingkup ASEAN, Indonesia termasuk lebih tinggi daripada
sebagian negara ASEAN pada tahun 1993.
Tolok ukur lainn yang digunakan untuk mengukur kemakmuran suatu negara
adalah kesejahteraan penduduk. Kesejahteraan dan kemiskinan tidak hanya ditinjau
dari pendapatan saja, yang dari pendekatan ekonomi, tetapi juga pendekatan lain
seperti pendekatan sosial, ataupun non ekonomi. Ataupun masalah yang klasik itu jika
dilihat dari sudut pandang lain karena pendidikan yang kurang, sistem pemerintahan
yang kurang sesuai/ pragmatis.
Berikut adalah kutipan data pendapatan perkapita dan data kemiskinan yang
kami ambil dari internet.
Data Pendapatan Perkapita

Tingkat pendapatan masyarakat Indonesia pada tahun 2009, menurut Badan Pusat
Statistik (BPS) sudah semakin baik dibanding tahun 2007. Itu menandakan secara
rata-rata masyarakat Indonesia semakin makmur dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya.
Versi BPS pendapatan per kapita masyarakat di seluruh Indonesia termasuk warga
negara asing yang tinggal di Indonesia, pada 2009 adalah Rp 24,3 juta atau US$
2.590,1.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Slamet Sutomo mengatakan angka ini
meningkat dibanding tahun 2007 yang hanya US$ 1.938,2 atau sebesar Rp 17,5 juta
per kepala”

Data Kemiskinan

- Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis


Kemiskinan di Indonesia pada Bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,15 persen).
Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Bulan Maret 2008 yang berjumlah 34,96
juta (15,42 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta.

- Selama periode Maret 2008-Maret 2009, penduduk miskin di daerah perdesaan


berkurang 1,57 juta,sementara di daerah perkotaan berkurang 0,86 juta orang.
- Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak
berubah. Pada Bulan Maret 2009, sebagian besar (17,35 persen) penduduk miskin
berada di daerah perdesaan.

- Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar


dibandingkan peranankomoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan
kesehatan). Pada Bulan Maret 2009,sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap
Garis Kemiskinan sebesar 73,57 persen.

- Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan


adalah beras, gula pasir, telur, mie instan, tahu dan tempe. Untuk komoditi bukan
makanan adalah biaya perumahan, biaya listrik, angkutan dan minyak tanah.

- Pada periode Maret 2008-Maret 2009, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Ini
mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin
mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga
semakin menyempit. Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis
Kemiskinan di Indonesia pada Bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,15 persen).

D. STRUKTUR EKONOMI INDONESIA


Struktur ekonomi sebuah negara dapat dilihat dari berbagai sudut tinjauan. Dalam
hal ini struktur ekonomi dapat dilihat setidaknya berdasarkan empat macam sudut,
yaitu:
 Tinjauan makro sektoral
 Tinjauan keruangan
 Tinjauan penyelenggaraan kenegaraan
 Tinjauan birokrasi pengambilan keputusan
Dua yang disebut pertama merupakan tinjauan ekonomi murni, sedangkan dua
yang disebut merupakan tinjauan politik.
Berdasarkan tinjauan makro sektoral sebuah perekonomian dapat berstruktur
misalnya agraris, industrial atau niaga tergantung pada sektor produksi apa/mana
yang menjadi tulang punggung perekonomian yang bersangkutan. Berdasarkan
tinjauan keruangan, suatu perekonomian dapat dinyatakan berstruktur
kedesaan/tradisional dan berstruktur kekotaan/modern. Hal itu bergantung pada
apakah wilayah pedesaan dengan teknologinya yang tradisional yang mewarnai
kehidupan ekonomi itu, ataukah wilayah perkotaan dengan teknologinya yang sudah
relati modern yang mewarnainya.
Orang dapat pula melihatnya dengan tinjauan penyelenggaraan kenegaraan
menjadi perekonomian yang berstruktur etatis, egaliter, atau borjuis. Predikat struktur
ini tergantung pada siapa atau kalangan mana yang menjadi pemeran utama dalam
perekonomian yang bersangkutan, apakah pemerintah/negara, ataukah rakyat
kebanyakan, ataukah kalangan pemodal ditambah usahawan. Bias pula struktur
ekonomi dilihat berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusannya.

1. Tinjauan Makro Sektoral


Dilihat secara makro sektoral keindustrian struktur ekonomi Indonesia
sesungguhnya belum sejati, masih sangat dini. Keindustriannya barulah berdasarkan
kontribusi sektoral dalam membentuk produk domestik bruto atau pendapatan
nasional. Keindustrian yang ada belum didukung dengan dengan kontribusi sektoral
dalam menyerap tenaga atau angkatan kerja. Apabila kontribusi sektoral dalam
menyumbang pendapatan dan dalam menyerap pekerja ini dihadapkan atau
diperbandingkan, maka struktur ekonomi Indonesia secara makro sektoral ternyata
masih dualistik. Mengapa? Karena dari segi penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian
hingga saat in masih merupakan sektor utama sumber kehidupan rakyat.
Jadi, ditinjau secara makro sektoral struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya
masih dualistis. Sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk masih
sektor pertanian. Dalam kaitan ini berarti struktur tersebut masih agraris. Tergantung
dari sektor mana yang menjadi tulang punggung (dominan). Bisa berstruktur agraris,
industrial, dll.

2. Tinjauan Keruangan (spasial)


Berstrutur kedesaan/ teknologi tradisional. Berstruktur perkotaan/ teknologi
modern.

3. Tinjauan penyelenggaraan kenegaraan


Berstruktur etatis, egaliter,atau borjuis. Tergantung pada siapa atau kalangan
mana yang menjadi pemeran utama dalam perekonomian. Apakah pemerintah, rakyat,
atau pemilik modal dan usahawan (kapitalis)

4. Birokrasi Pengambilan
Berstruktur ekonomi yang sentralis dan desentralis.

Tinjauan Lain
Berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusannya, beralasan untuk
mengatakan bahwa struktur perekonomian Indonesia selama era pembangunan jangka
panjang tahap pertama sentralistis, pembuatan keputusan lebih banyak ditetapkan oleh
pemerintah pusat atau kalangan atas pemerintah, apalagi rakyat dan mereka yang tidak
memiliki access ke pemerintah. Lebih cenderung menjadi pelaksana atau sekedar
sebagai pendengar. Mengapa struktur birokrasi pengambilan keputusan yang
sentralistis ini terpelihara rapi, alasannya adalah karena budaya atau kultur masyarakat
Indonesia yang parernalistik.
Struktur ekonomi yang etatis, berkaitan erat. Argumentasi yang sering
dijadikan legimitasinya adalah karena, sebagai sebuah negara berkembang, kita baru
memulai proses panjang perjalanan pembangunan. Dalam kondisi seperti itu,
diperlukan peran sekaligus dukungan pemerintah sebagai agen pembangunan,
sehingga menjadikannya sentralistis. Namun demikian patut dicatat, sejak awal era
pembangunan jangka panjang tahap kedua struktur ekonomi yang etatisdan
sentralistis ini mulai berkurang kadarnya. Keinginan untuk desentralisasi dan
demokratisasi ekonomi kian besar akhir-akhir ini.
Struktur ekonomi yang tengah kita hadapi saat ini sesungguhnya merupakan
suatu struktur yang transisional. Kita sedang beralih dari struktur yang
kedesaan/tradisional ke kotaan/modern, sementara dalam hal birokrasi dan
pengambilan keputusan mulai desentralistis.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Pendapatan nasional negara Indonesia bila dibandingkan dengan negara lain
yang sudah maju masih tergolong rendah. Indonesia belum bisa menaikkan
pendapatan nasional karena faktor-faktor tertentu. Jika pendapatan penduduk
Indonesia sudah menuju ke tingkat yang sejahtera, maka perumbuhan ekonomi akan
meningkat dan nantinya bisa berpengaruh terhadap pembangunan, dan merubah
struktur perekonomian ke arah yang lebih baik dan meningkat.
Penghitungan pendapatan nasional Indonesia dimulai dengan Produk
Domestik Bruto. PDB itu sendiri sebagaimana diketahui dapat dihitung atau diukur
dengan tiga macam pendekatan yaitu:
(1) pendekatan produksi;
(2) pendekatan pendapatan;
(3) pendekatan pengeluaran. Setiap tahun, PDB senantiasa lebih besar daripada PNB.
Hal ini mencerminkan nilai produk orang asing di Indonesia lebih besar daripada
produk orang Indonesia di luar negeri bagi negara-negatra maju, PNB mereka
biasanya lebih besar daripada PDB-nya. Pertumbuhan ekonomi yang dihitung dari
angka-angka di atas dihitung berdasarkan angka kenaikan PDB. Bukan semata-mata
kenaikan produk atau pendapatan secara makro. Pertumbuhan ekonomi itu juga telah
menaikkan pendapatan perkapita masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai