OLEH:
Kelompok 6
Nama Kelompok:
Sainya fiarlitha
Yola ginting
Ade syaputra
Khayrunia sindi
A. LATAR BELAKANG
Suatu negara dikatakan telah memiliki prestasi ekonomi apabila angka
agregatnya tinggi. Masalah yang ingin diselesaikan oleh negara biasanya menyangkut
kesejahteraan dan menuntaskan kemiskinan. Akan tetapi, tolok ukur suatu masyarakat
dianggap miskin adalah tergantung kebutuhan dan gaya hidup masyarakat itu sendiri.
Agar kita dapat mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu negara, tentu kita harus tahu
pendapatan perkapita rata-rata penduduk Indonesia. Karena pendapatan perkapita
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara, oleh karena itu, pertumbuhan
ekonomi tersebut akan mempengaruhi struktur perekonomian suatu negara.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari tema yang akan kita bahas kali ini adalah
1. Bagaimana penghitungan pendapatan nasional Indonesia?
2. Apa sajakah yang mempengaruhi pendapatan nasional?
3. Bagaimana pertumbuhan ekonomi di negara Indonesia?
4. Bagaimana struktur perekonomian negara Indonesia?
C. TUJUAN
Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui penghitungan pendapatan nasional segara Indonesia
2. Untuk mengetahui hal-hal yang memmpengaruhi pendapatan nasional
4. Untuk mengetahu pertumbuhan ekonomi Indonesia
4. Untuk megetahui struktur perekonomian negara Indonesia
BABII
PEMBAHASAN
PRODUK DOMESTIK
BRUTO
(miliar rupiah) 2003 2004 2005 2006
a. Nilai 1,577,171.30 1,656,516.801,750,815.201,847,292.90
b. Pertumbuhan(%) 4.78 5.03 5.69 5.51
Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
Dengan demikian secara sederhana, kita dapat menghitung PDB per kapita Indonesia
tahun 2005 adalah sebesar; Rp. 7,999,382.61
Recent Gross National Product and Gross Domestic Product of Indonesia (2000-2008)
Year GNP1 GNP2 (2000 prices) GDP1 GDP2 (2000 prices)
2000 1297607 1297636 1389769 1389770
2001 1623229 1376773 1684279 1442984
2002 1767319 1448023 1897799 1504379
2003 1936260 1495940 2013674 1579558
2004 2190475 1576047 2295825 1656516
2005 2639279 1643432 2774280 1750815
2006 3196948 1733269 3339215 1847126
2007 3786836 1842682 3949321 1963091
2008 4778162 1985081 4954027 2082103
Tingkat pendapatan masyarakat Indonesia pada tahun 2009, menurut Badan Pusat
Statistik (BPS) sudah semakin baik dibanding tahun 2007. Itu menandakan secara
rata-rata masyarakat Indonesia semakin makmur dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya.
Versi BPS pendapatan per kapita masyarakat di seluruh Indonesia termasuk warga
negara asing yang tinggal di Indonesia, pada 2009 adalah Rp 24,3 juta atau US$
2.590,1.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Slamet Sutomo mengatakan angka ini
meningkat dibanding tahun 2007 yang hanya US$ 1.938,2 atau sebesar Rp 17,5 juta
per kepala”
Data Kemiskinan
- Pada periode Maret 2008-Maret 2009, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Ini
mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin
mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga
semakin menyempit. Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis
Kemiskinan di Indonesia pada Bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,15 persen).
4. Birokrasi Pengambilan
Berstruktur ekonomi yang sentralis dan desentralis.
Tinjauan Lain
Berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusannya, beralasan untuk
mengatakan bahwa struktur perekonomian Indonesia selama era pembangunan jangka
panjang tahap pertama sentralistis, pembuatan keputusan lebih banyak ditetapkan oleh
pemerintah pusat atau kalangan atas pemerintah, apalagi rakyat dan mereka yang tidak
memiliki access ke pemerintah. Lebih cenderung menjadi pelaksana atau sekedar
sebagai pendengar. Mengapa struktur birokrasi pengambilan keputusan yang
sentralistis ini terpelihara rapi, alasannya adalah karena budaya atau kultur masyarakat
Indonesia yang parernalistik.
Struktur ekonomi yang etatis, berkaitan erat. Argumentasi yang sering
dijadikan legimitasinya adalah karena, sebagai sebuah negara berkembang, kita baru
memulai proses panjang perjalanan pembangunan. Dalam kondisi seperti itu,
diperlukan peran sekaligus dukungan pemerintah sebagai agen pembangunan,
sehingga menjadikannya sentralistis. Namun demikian patut dicatat, sejak awal era
pembangunan jangka panjang tahap kedua struktur ekonomi yang etatisdan
sentralistis ini mulai berkurang kadarnya. Keinginan untuk desentralisasi dan
demokratisasi ekonomi kian besar akhir-akhir ini.
Struktur ekonomi yang tengah kita hadapi saat ini sesungguhnya merupakan
suatu struktur yang transisional. Kita sedang beralih dari struktur yang
kedesaan/tradisional ke kotaan/modern, sementara dalam hal birokrasi dan
pengambilan keputusan mulai desentralistis.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendapatan nasional negara Indonesia bila dibandingkan dengan negara lain
yang sudah maju masih tergolong rendah. Indonesia belum bisa menaikkan
pendapatan nasional karena faktor-faktor tertentu. Jika pendapatan penduduk
Indonesia sudah menuju ke tingkat yang sejahtera, maka perumbuhan ekonomi akan
meningkat dan nantinya bisa berpengaruh terhadap pembangunan, dan merubah
struktur perekonomian ke arah yang lebih baik dan meningkat.
Penghitungan pendapatan nasional Indonesia dimulai dengan Produk
Domestik Bruto. PDB itu sendiri sebagaimana diketahui dapat dihitung atau diukur
dengan tiga macam pendekatan yaitu:
(1) pendekatan produksi;
(2) pendekatan pendapatan;
(3) pendekatan pengeluaran. Setiap tahun, PDB senantiasa lebih besar daripada PNB.
Hal ini mencerminkan nilai produk orang asing di Indonesia lebih besar daripada
produk orang Indonesia di luar negeri bagi negara-negatra maju, PNB mereka
biasanya lebih besar daripada PDB-nya. Pertumbuhan ekonomi yang dihitung dari
angka-angka di atas dihitung berdasarkan angka kenaikan PDB. Bukan semata-mata
kenaikan produk atau pendapatan secara makro. Pertumbuhan ekonomi itu juga telah
menaikkan pendapatan perkapita masyarakat.