Anda di halaman 1dari 24

Contoh Permasalahan Ekonomi di

Indonesia, Berikut Rinciannya


Permasalahan ekonomi merupakan permasalahan yang timbul akibat
sumber daya tersedia dalam jumlah terbatas, sementara kebutuhan
manusia tidak ada batasnya.

Faktor yang Memengaruhi Permasalahan Ekonomi

1. Sumber Daya Alam (SDA).


2. Sumber Daya Manusia (SDM).
3. Modal kerja
4. Proses distribusi
5. Tingkat konsumsi.
Contoh Permasalahan Ekonomi di Indonesia
Persoalan ekonomi dan kesejahteraan sosial masih menjadi masalah
utama di Indonesia. Berikut ini beberapa contoh permasalahan
ekonomi yang telah dirangkum oleh Ekonom Senior Indef, Nawir
Messi:
1. Urgensi Memperbaiki Kuantitas dan Kualitas
Pertumbuhan Ekonomi
Indef mencatat, Indonesia mengalami pertumbuhan dengan rata-rata
laju 5,27 persen dalam dua dasawarsa terakhir (2000-2018). Namun
untuk keluar dari jebakan status negara berpendapatan menengah
dan menjadi negara maju, laju pertumbuhan tersebut tidak cukup.
Selain itu, Indonesia juga menghadapi masalah kualitas pertumbuhan
ekonomi. Sebab, angka kemiskinan, ketimpangan sosial, dan
pengangguran masih tinggi. Porsi PDB juga masih 58,5 persen
terkonsentrasi di Jawa dan mengalami peningkatan dalam lima tahun
terakhir.
ADVERTISEMENT

2. Dilema Pertumbuhan Ekonomi vs. Impor


Tingkat impor Indonesia masih tinggi hal ini dikarenakan output di
sektor pertanian dan peternakan kian merendah sementara
pertumbuhan penduduk, terutama kelas menengah, terus menerus
meningkat.
Impor sendiri adalah kegiatan transportasi barang atau komoditas
dari suatu negara ke negara. Proses impor umumnya adalah kegiatan
memasukkan barang atau komoditas dari suatu negara lain ke dalam
negeri.
Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan
dari bea cukai di negara pengirim dan penerima. Sektor industri juga
masih mengandalkan bahan baku impor yang kini pertumbuhannya
mencapai 9% dalam tiga tahun terakhir.
Hal ini kemudian memperlihatkan bahwa industri dalam negeri tidak
mampu memenuhi kebutuhan dikarenakan kian bergesernya struktur
ekonomi ke arah jasa. Selain itu deindustrialisasi juga terjadi dengan
lebih cepat.
Indonesia mengalami penurunan porsi manufaktur terhadap PDB
sebesar 7 persen dalam sepuluh tahun terakhir padahal Thailand dan
Malaysia tidak lebih dari 4 persen. Deindustrialisasi di Indonesia juga
diperparah dengan perubahan pola investasi asing (FDI) yang
cenderung berada di sektor tersier (jasa, ekonomi digital)
dibandingkan sekunder (industri manufaktur).
3. Daya Beli Stagnan
Inflasi secara tahunan tercatat 2,48 persen dari tahun ke tahun, meski
demikian hal ini tidak berhasil mengangkat daya beli yang masih
stagnan. Sangat mungkin inflasi rendah saat ini disertai juga dengan
penurunan daya beli masyarakat.
Selain itu suku bunga pinjaman yang tetap hingga akhirnya ekspansi
dunia usaha pun tidak ikut terakselerasi. Penyebab daya beli yang
stagnan dari masyarakat umumnya dipengaruhi oleh pendapatan yang
ia terima, Harga Barang dan Jasa, hingga berapa Banyaknya Barang
yang ia konsumsi.
ADVERTISEMENT
4. Daya Saing Rendah
Dalam tiga tahun terakhir Indonesia sebagai negara tujuan investasi
langsung terus mengalami penurunan. Selain itu jumlah perusahaan
di Indonesia juga mulai berkurang. Di sisi lain, Vietnam terus
menunjukkan peningkatan performa dalam menarik FDI, salah
satunya dari Jepang. Berkebalikan dengan Indonesia, popularitas
Vietnam bagi investor Jepang terus meningkat dalam tiga tahun
terakhir ini.
5. Ketidaksiapan Menghadapi Revolusi Industri 4.0
INDEF memandang, wacana Revolusi Industri 4.0 tidak dilakukan
dengan perencanaan matang. Hal ini disebabkan oleh perencanaan
mendasar mengenai apa yang perlu dikembangkan di sektor prioritas
dan tidak ada perencanaan infrastruktur dasar industri 4.0 yaitu
Internet of Things (IoT), selain itu tidak ada perencanaan dalam
memitigasi tenaga kerja yang terkena dampak dari
pengimplementasian otomatisasi di sektor ini.
6. Inkonsistensi Kebijakan Subsidi Energi
Pada Tahun 2015, subsidi energi dipangkas hingga 65,16 persen
menjadi Rp 119 triliun. Penurunan subsidi terus berlanjut pada 2016
dan 2017. Namun pada tahun 2018, subsidi energi kembali melonjak
hingga 57 persen, dan tahun 2019 naik lagi 4,23 persen.
Agar subsidi energi tidak terus melonjak, INDEF menilai, pemerintah
perlu membenahi sasaran penerima subsidi agar lebih tepat, seperti
Gas 3 kg, pelanggan listrik golongan 900 VA yang mampu.
Selain itu, komitmen pemerintah menurunkan subsidi energi secara
gradual juga harus diikuti dengan pembangunan infrastruktur untuk
Energi Baru Terbarukan (EBT) demi mencapai target bauran EBT
sebesar 23 persen pada 2025.
7. Kinerja Pajak Rendah Sementara Rasio Utang Kian
Meningkat
INDEF mencatat tax ratio Indonesia mengalami penurunan selama
periode 2012-2017. Pencapaian tax ratio tersebut juga masih jauh dari
target dalam RPJMN 2015-2019 sebesar 15,2 persen.
Penerimaan pajak yang tidak optimal juga tercermin dari shortfall
pajak yang masih terjadi. Sementara, peningkatan rasio utang
terhadap PDB berbanding terbalik dengan tax ratio. Implikasinya
beban pembayaran bunga utang terhadap belanja pemerintah pusat
semakin tinggi, dari 11 persen pada 2014 menjadi 17,13 persen per.
8. Dana Desa Bermasalah
Alokasi Dana Desa terus meningkat dari Rp 20,8 triliun menjadi Rp
70 triliun tahun ini. Proporsi Dana Desa terhadap Transfer ke Daerah
juga terus naik dari 3,45 persen menjadi 8,47 persen. Namun, INDEF
mencatat, kenaikan dana tersebut tidak berbanding lurus dengan
peningkatan indikator sosial di pedesaan.
Masih ada 10 Provinsi dengan tingkat ketimpangan perdesaan yang
lebih tinggi dibandingkan level nasional yaitu Yogyakarta, Jawa
Timur, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Gorontalo, Papua, dan Papua Barat.
(AAG)

ARTIKEL PEMBANGUNAN & PERTUMBUHAN EKONOMI


 Admin bappeda |  30 Mei 2017 |  318781 kali
Pembangunan Ekonomi Di Indonesia
salah satu masalah ekonomi di indonesia yang sering kita jumpai adalah pengangguran
yang tiap tahun semakin meningkat.

Penyebab Pengangguran

Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding


dengan jumlahlapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran
seringkali menjadi masalah dalamperekonomian karena dengan adanya pengangguran,
produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat
menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah


pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.

Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran


konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.
Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang
buruk terhadap penganggur dankeluarganya.

Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik,


keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita
suatu negara.

Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran


terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja
sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama


sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran
umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak
sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya.
Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya
pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga
dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah


pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan
pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya
yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.
Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang
buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi
juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga
mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah
menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara
berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di mana
pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh
lebih banyak orang.
Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai: perkembangan kegiatan dalam


perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakat bertambah. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai
masalah makroekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periode ke periode lainnya
kemampuan sesuatu negara untuk menghasilkan barang dan jasabarang faktor produksi
akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan
menambah jumlah barang modal. Teknologi yang digunakan berkembang. Disamping
itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk, dan pengalaman
kerja dan pendidikan menambah ketrampilan mereka.
Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan
faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi
barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi kerap kali
lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian
perkembangan ekonomi adalah adalah lebih lambat dari potensinya.
Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.

Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith, David Ricardo dan TR. Malthus. Berikut ini akan
diuraikan satu per satu.

1. Adam Smith

Adam Smith adalah ahli ekonomi yang menulis buku “The Wealth of Nation”
(kemakmuran suatu negara) yang sangat terkenal. Ia merupakan tokoh yang
mengemukakan pentingnya sistem ekonomi liberal (bebas), yakni sistem ekonomi yang
bebas dari campur tangan pemerintah yang diperkuat dengan semboyan “Laissez Faire,
Laissez Passer”. Adam Smith percaya bahwa dengan menggunakan sistem ekonomi
liberal (bebas), pertumbuhan ekonomi dapat dicapai secara maksimum. Pertumbuhan
ekonomi bisa dicapai dengan melibatkan dua unsur, yaitu:

1. Pertumbuhan penduduk.
2. Pertumbuhan output total.

Selanjutnya, pertumbuhan output yang berupa barang dan jasa dipengaruhi oleh tiga
komponen, yaitu sumber-sumber alam, tenaga kerja, jumlah persediaan barang.
Agar terjadi pertumbuhan output, sumber-sumber alam harus dikelola oleh tenaga kerja
dengan menggunakan barang modal. Sumber-sumber alam sangat penting untuk
menentukan pertumbuhan ekonomi, karena sumbersumber alam merupakan batas
maksimum output jika sudah dimanfaatkan secara maksimum. Sumber-sumber alam
mencapai batas maksimum apabila telah dikerjakan oleh tenaga kerja yang handal
dengan menggunakan barang modal yang cukup.

1. David Ricardo dan TR Malthus

Pemikiran David Ricardo dan TR Malthus tidak sama dengan Adam Smith. Mereka
mengkritik Adam Smith, bila Adam Smith berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, maka David Ricardo berpendapat bahwa
pertumbuhan penduduk yang terlalu besar (hingga 2 kali lipat) bisa menyebabkan
melimpahnya tenaga kerja.

Tenaga kerja yang melimpah menyebabkan upah yang diterima menurun, di mana upah
tersebut hanya bisa untuk membiayai tingkat hidup minimum (subsistence level). Pada
taraf ini, perekonomian mengalami stagnasi (kemandegan) yang disebut Stationary
State.

TR Malthus sependapat dengan David Ricardo dan mengemukakan bahwa bahan


makanan bertambah menurut deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya), sedangkan
penduduk bertambah menurut deret ukur (1, 2, 4, 8, 16 dan seterusnya). Akibatnya,
bahan makanan tidak cukup untuk menghidupi penduduk, sehingga masyarakat hidup
pada tingkat subsistence dan perekonomian mengalami kemandegan.

Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik

Ada tiga tokoh Neoklasik yang akan dibahas, yakni Robert Slow, Harrod Domar serta
Joseph Schumpeter.

1. Robert Solow

Robert Solow adalah ahli ekonomi yang memenangkan hadiah nobel pada tahun 1987.
Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi akan tercapai jika ada pertumbuhan
output. Pertumbuhan output terjadi jika dua faktor input, yakni modal dan tenaga kerja
dikombinasikan, sedangkan faktor teknologi dianggap konstan (tidak berubah). Adapun
yang tergolong sebagai modal adalah bahan baku, mesin, peralatan, komputer,
bangunan dan uang. Dalam memproduksi output, faktor modal dan tenaga kerja bias
dikombinasikan dalam berbagai model kombinasi. Sehingga, bisa dituliskan dalam
rumus sebagai berikut:
Q = f (C.L)

Keterangan:
Q = Jumlah output yang dihasilkan
f = Fungsi
C = Capital (modal sebagai input)
L = Labour (tenaga kerja, sebagai input)

Rumus di atas menyatakan bahwa output (Q) merupakan fungsi dari modal (C) dan
tenaga kerja (L). Ini berarti tinggi rendahnya output tergantung pada cara
mengombinasikan modal dan tenaga kerja.

1. Harrod dan Domar

Harrod dan Domar mengemukakan perlunya pembentukan modal sebagai syarat untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi yang mantap (steady growth). Menurut mereka, bila
pembentukan modal telah dilakukan pada suatu masa, maka pada masa berikutnya
perekonomian akan sanggup memproduksi barang-barang dalam jumlah lebih besar.
Keinginan masyarakat dalam pembentukan modal (berinvestasi) ditentukan oleh
permintaan agregat (keseluruhan) dari masyarakat dan oleh MEC (Marginal Efficiency of
Capital), yakni perbandingan antara pertambahan modal terhadap pertambahan output.

1. Joseph Schumpeter

Menurut Joseph Schumpeter pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada inovasi dari para
pengusaha (wiraswasta). Dalam hal ini, inovasi merupakan penerapan pengetahuan dan
teknologi yang baru di dunia usaha. Inovasi memiliki pengaruh sebagai berikut:

1. Diperkenalkannya teknologi baru.


2. Menimbulkan keuntungan yang lebih tinggi.
3. Menimbulkan imitasi inovasi, yaitu peniruan teknologi baru oleh pengusaha-pengusaha
lain yang dapat meningkatkan hasil produksi

Faktor-faktor pembangunan ekonomi

Sumber daya alam yang dimiliki memengaruhi pembangunan ekonomi.

Ada beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi,


namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu
faktor ekonomi dan faktor nonekonomi.
Faktor ekonomi yang memengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan
keahlian atau kewirausahaan.

Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah,
keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat memengaruhi
pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku
produksi. Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah
bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi (disebut juga
sebagai proses produksi).

Sumber daya manusia juga menentukan keberhasilan pembangunan nasional melalui


jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan pasarpotensial
untuk memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas penduduk menentukan
seberapa besar produktivitas yang ada.

Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan mentah


tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan mengolah
kekayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi
perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal
juga dapat meningkatkan produktivitas.

Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat,


keadaanpolitik, kelembagaan, dan sistem yang berkembang dan berlaku.

Pembangunan ekonomi

 Merupakan proses perubahan yang terus menerus menuju perbaikan termasuk usaha
meningkatkan produk per kapita.
 Memperhatikan pemerataan pendapatan termasuk pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya.
 Memperhatikan pertambahan penduduk.
 Meningkatkan taraf hidup masyarakat.
 Pembangunan ekonomi selalu dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi.
 Setiap input selain menghasilkan output yang lebih banyak juga terjadi perubahan – perubahan
kelembagaan dan pengetahuan teknik.

Indikator merupakan sumber informasi yang sistematik serta obyektif yang hampir
setiap hari beberapa surat kabar menulis statistic yang baru dikeluarkan oleh
pemerintah. Indicator adalah sebuah instrument yang menunjukkan keterkaitan
berbagai hal. Pemerintah misalnya, secara regular mensurvei rumah tangga ataupun
perusahaan untuk mempelajari aktivitas dan dampak kegiatan mereka terhadap
kesejahteraannya. Tanpa adanya indicator-indikator ini, pola atau gejala yang sedang
terjadi serta pengaruhnya akan sulit diketahui secara pasti. Indikator yang diperoleh
secara survey oleh pemerintah ataupun lembaga yang berkepentingan digunakan
sebagai tolak ukur untuk mengawasi dan merumuskan suatu kebijakan. Dapat
disimpulkan bahwa indicator pembangunan ekonomi adalah suatu instrument untuk
mengetahui derajat pembangunan yang dilakukan oleh suatu Negara yang meliputi
beberapa aspek.

Adapun pentingnya indicator-indikator pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut :

1. Memantau perilaku perekonomian


2. Kepentingan analisis ekonomi
3. Dasar pengambilan keputusan
4. Dasar perbandingan internasional

Pembangunan Ekonomi memiliki tiga Indikator pokok, berikut ini adalah penjelasan dari
masing-masing Indikator Pembangunan Ekonomi :

Indikator Moneter

Indikator ini berkaitan dengan uang. Uang disini berupa tingkat income yang diterima
oleh masyarakat. Dalam indicator moneter, ada beberapa indicator yang dapat diukur,
yakni :

Indikator Non-Moneter

Indikator ini merupakan indicator yang diambil dari beberapa hal pokok yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat. Sama halnya dengan indicator sebelumnya, Indikator
memiliki beberapa macam-macam sub- Indikator. Berikut ini adalah uraiannya.

1. Indikator Sosial

Ahli Pembangunan Ekonomi yang bernama Beckerman membedakan berbagai


penelitian tentang cara-cara membandingkan tingkat kesejahteraan dalam 3 kelompok.

Kelompok pertama, merupakan suatu usaha untuk membandingkan tingkat


kesejahteraan yang terjadi dalam masyarakat yang ada di dalam dua atau beberapa
Negara dengan cara memperbaiki pelaksanaan dalam perhitungan pendapatan nasional
biasa. Usaha ini dipelopori oleh Colin Clark yang selanjutnya disempurnakan oleh Gilbert
dan Kravis.
Kelompok kedua, dengan usaha membuat penyesuaian dalam pendapatan masyarakat
yang dibandingkan dengan melihat pertimbangan perbedaan tingkat harga disetiap
Negara.

Kelompok ketiga, adalah usaha untuk membuat perbandingan tingkat kesejahteraan


dari setiap Negara berdasarkan pada data yang tidak bersifat moneter seperti, jumlah
kendaraan bermotor, konsumsi minyak, jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan,
dan usaha ini dipelopori oleh tokoh yang bernama Bennet.

Menurut Beckerman, dari tiga cara diatas, cara yang dirasa paling tepat adalah cara yang
dilakukan oleh Gilbert dan Kravis. Cara ini merupakan usaha untuk membandingkan
tingkat kesejahteraan dan pembangunan di berbagai Negara dengan memperbaiki
metode pembanding dengan menggunakan data pendapatan nasional dari masing-
masing Negara.

Indikator Campuran

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu indicator yang digunakan dalam mengukur pembangunan


ekonomi suatu Negara. Pada umumnya, dalam Negara maju tingkat pendidikan rata-
rata tinggi dengan TPAK dari tahun ketahun selalu meningkat. Negara maju sangat
memperhatikan tingkat pendidikan para penduduknya. Berbeda dengan Negara sedang
berkembang, pendidikan di NSB masih rendah jika dibandingkan Negara maju. Terbukti
tingkat melek huruf dan TPAk serta angka partisipasi sekolah masih rendah. Sehingga,
dari perbandingan tersebut, indicator yang dapat diukur dalam pendidikan yakni ;
tingkat pendidikan, tingkat melek huruf, dan tingkat partisipasi pendidikan.

2.Kesehatan

Kesehatan merupakan hak asasi yang harus dipenuhi demi keberlangsungannya


kehidupan bermasyarakat. Indikator tingkat kesehatan dapat dilihat dari rata-rata hari
sakit dan ketersediaannya fasilitas kesehatan. Ketika terpenuhinya pembangunan
ekonomi berupa kesejahteraan dalam bidang kesehatan, dapat dilihat dari beberapa
indikasi berupa tingkat mortalitas yang rendah, angka pertumbuhan penduduk yang
tinggi, dan angka harapan hidup yang tinggi.

3.Perumahan
Rumah merupakan kebutuhan primer yang harus terpenuhi oleh masing-masing
penduduk.  Indicator perumahan yang sesuai dengan tujuan kesejahteraan penduduk
yakni sumber air bersih dan listrik, sanitasi, dan mutu rumah tinggal.

4.Angkatan Kerja

Penduduk yang dikatakan angkatan kerja adalah orang yang telah berumur 15-64
tahun. Angkatan kerja ini juga dibagi lagi menjadi dua yakni bekerja dan sedang
mencari pekerjaan (Menganggur). Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
kesejahteraan angkatan kerja adalah, partisipasi tenaga kerja, jumlah jam kerja, sumber
penghasilan utama, dan status pekerjaan.

5. KB dan Fertilitas

Indikator yang dapat digunakan yakni, penggunaan asi, tingkat imunisasi, kehadiran
tenaga kesehatan pada kelahiran, dan penggunaan alat kontrasepsi.

6. Ekonomi

Pembangunan ekonomi pada dasarnya di ikuti dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan


adanya pertumbuhan ekonomi, kita dapat melihat Indikator ekonomi itu sendiri, yakni
tingkat pendapatan dan konsumsi per kapita.

     7.Kriminalitas

Pada dasarnya Negara maju memiliki tingkat kriminalitas yang rendah, hal ini
disebabkan sudah lengkapnya alat keamanan Negara yang digunakan oleh Negara
tersebut.  Hal ini berbeda dengan keadaan di Negara sedang berkembang. Di NSB,
banyak terjadi kriminalitas yang disebabkan beberapa factor seperti adanya cultural
shock, ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan, dan adanya kepentingan dari
suatu pihan. Indicator kriminalitas itu sendiri diantaranya adalah, jumlah pencurian per
tahun, jumlah pembunuhan per tahun, dan jumlah pemerkosaan per tahun.

       8.Perjalanan Wisata

Indikatornya adalah frekuensi perjalanan wisata per tahun.

     9.Akses Media Massa

Akses media bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi dalam masyarakat itu
sendiri. Indikatornya antara lain : jumlah surat kabar, jumlah radio, dan jumlah televisi.
 

7 Masalah Pokok Ekonomi di Indonesia dan Cara


Mengatasinya
By Sandi Ma'rufPosted on December 29, 2021

Akuntansilengkap.com – Masalah Ekonomi Yang Dihadapi


Pemerintah | Permasalah ekonomi yang dihadapi oleh pemerintah bisa
dikelompokkan menjadi dua yaitu dari sudut pandang ekonomi mikro dan
ekonomi makro. Dan dari perbedaan tersebut analisis yang dibutuhkan juga
berbeda.
Dalam Artikel Ini [tampilkan]
Permasalahan Ekonomi Mikro Yang Dihadapi Pemerintah
Permasalahan dengan sudut pandang Ekonomi Mikro adalah Kegagalan
Pasar (market failure).

1. Kegagalan Pasar (Market Failure)

Tahukah Kamu ?
Istilah Kegagalan pasar (market failure) adalah untuk menyebut kegagalan
pasar dalam mencapai alokasi atau pembagian sumber daya yang optimum.

Hal ini bisa terjadi apabila pasar di dominasi oleh para pemasok


monopoli atau apabila produksi atau konsumsi dari sebuah produk
mengakibatkan dampak sampingan (eksternalitas) contohnya pencemaran
lingkungan.
Upaya untuk mengatasi dampak kegagalan pasar seperti kekakuan harga,
eksternalitas yang merugikan, monopoli sangat dibutuhkan peranan pemerintah.

Pemerintah bisa melakukan bentuk campur tangan baik secara langsung atau
tidak langsung. Bentuk campur tangan pemerintah dalam penentuan harga pasar
untuk mencegah atau mengatasi kekakuan harga adalah upaya untuk
melindungi konsumen atau produsen, diantaranya adalah:

1. Penetapan Harga Minimum (Floor Price)

Melindungi produsen adalah tujuan dari penetapan harga minimum atau


harga dasar oleh pemerintah, terlebih untuk produk dasar pertanian.
Contohnya adalah harga dasar gabah kering dinilai terlalu rendah. Dilakukan
penetapan untuk menghindari tengkulak yang membeli produk di luar harga yang
sudah ditetapkan pemerintah.

Ketika pada harga tersebut pasar (konsumen) tidak tertarik untuk membeli,
pemerintah melalui Badan Urusan Logistik (BULOG) akan membelinya dan
kemudian disalurkan (distribusikan) ke pasar.

Meskipun demikian, masih terdapat praktik pasar gelap yang membentuk harga
di luar harga minimum yang ditetapkan pemerintah.

2. Penetapan Harga Maksimum (Ceiling Price)

Tujuan penetapan harga maksimum atau Harga Eceran Tertinggi


(HET) adalah untuk melindungi konsumen. Hal ini dilakukan oleh pemerintah
jika dinilai harga pasar konsumen di luar batas daya beli masyarakat (konsumen
atau terlalu tinggi.

Artinya, penjual tidak boleh menetapkan harga diatas harga maksimum


tersebut. Contohnya adalah penetapan harga obat-obatan di apotek, tarif kereta
api, tiket bus kota, harga BBM, tarif taxi per kilometer, Harga Patokan Setempat
(HPS) untuk semen dan lainnya.

3. Penetapan Pajak Penjualan

Artinya, pemerintah akan mengenakan pajak yang berbeda-beda untuk


berbagai komoditas.

Contohnya adalah untuk melindungi produsen dalam negeri, pemerintah bisa


meningkatkan tarif pajak yang tinggi untuk impor barang, dampaknya konsumen
lebih tertarik membeli produk dalam negeri dengan harga yang lebih terjangkau
(murah).

4. Pemberian Subsidi Penjualan

Dalam hal ini pemerintah bisa mempengaruhi dalam pembentukan harga pasar
dengan jalan pemberian subsidi penjualan. Subsidi penjualan biasanya diberikan
kepada perusahaan yang menghasilkan kebutuhan pokok atau kepada
perusahaan yang berkembang sehingga dapat menekan biaya produksi supaya
bisa bersaing dengan produk imor.

Kebijakan ini bisa dilakukan pemerintah guna pengendalian harga untuk


melindungi pihak produsen dan konsumen dan sekaligus untuk menekan laju
inflasi.
Baca juga: 

1.  8 Konsep Pendapatan Nasional Serta Contoh dan Manfaatnya


2. 09: 8+ Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Dan Penawaran Suatu
Barang

Permasalahan Ekonomi Makro Yang Dihadapi Pemerintah


Ekonomi makro adalah cabang ilmu ekonomi yang bisa membantu
memecahkan permasalahan kebijakan ekonomi secara makro. Permasalahan
pemerintah dalam hal ini adalah meliputi masalah yang berkaitan dengan
pengendalian dan pengelolaan perekonomian secara umum.

Pengendalian ekonomi makro berfungsi untuk mengusahakan supaya


perkeonomian bisa bekerja dan tumbuh dengan seimbang serta terhindar dari
keadaan yangbisa mengganggu keseimbangan umum tersebut.

Permasalah ekonomi makro yang biasa terjadi pada negara berkembang


contohnya Negara Tahiland, Indonesia, dan Fhilipina. Permasalah tesebut
diantaranya:

1. Masalah Kesempatan Kerja/Tingkat Employment


Perkonomian yang ideal seharusnya dijaga supaya pengangguran dapat teratasi.
Pengangguransendiri adalah gejala yang tidak diinginkan oleh masyarakat
manapun, namun pada kenyataannya, tidak bisa/mudah untuk dihilangkan.

Kriteria pengangguran yang dibawah 4% dikategorikan full employment. Berikut


ini adalah tabel yang menunjukkan tingkat pengangguran di Indonesia.
Tingginya para pencari/pelamar kerja menunjukkan tingginya tingkat
pengangguran

2. Masalah Kapasitas Produksi Nasional


Pertumbuhan ekonomi bisa dipertahankan dan ditingkatkan dengan cara
peningkatan pada kapasitas produksi nasional. Bagi negara-negara berkembang
hal ini sangat penting dilakukan mengingat untuk terus meningkatkan
pertumbuhan ekonomi negara.

3. Masalah Pendapatan Negara


Tingkat pendapatan yang tinggi menggambarkan bahwa suatu negara bisa
menghasilkan barang dan jasa dalam perkeonomian dengan jumlah besar.
Dampaknya, tingkat pendapatan nasional yang tinggi bisa tercapai apabila
permasalahan pada point 1 dan 2 bisa teratasi.

4. Masalah Kestabilan Situasi Perekonomian


Kestabilan ini meliputi kestabilan kesempatan kerja, tingkat pendapatan,
kestabilan tingkat harga dan kestabilan nilai mata uang dalam negeri terhadap
mata uang asing.
Apabila hal tersebut belum bisa tercapai, maka akan sulit bagi negara
berkembang dikarenakan kurangnya minat investor untuk menanmkan modalnya
di Indonesia.

Baca juga:  Pengertian, Contoh dan Ciri-Ciri Pasar Persaingan Sempurna


[Lengkap]

5. Neraca Pembayaran Luar Negeri


Dari sudut pandang ekonomi murni, neraca pembayaran luar negeri yang defisit
atau surplus bertendensi merupakan keadaan yang tidak diinginkan. Keadaan
yang diinginkan baik menurut ekonomi dan dari sudut pandang politik adalah
neraca pembayaran yang surplus.

6. Kemiskinan dan Pemerataan Distribusi Pendapatan


Distribusi Pendapatan nasional yang merata dianggap sebagai distribusi
pendapatan yang adil. Mengapa demikian? Karena dikhawatirkan akan
menimbulkan ketegangan sosial jika pendapatan yang tidak merata yang bisa
berdampak pada ketidakstabilan ekonomi dan poliitk.

Jika kita lihat pada lingkungan perkotaan, masih banyak perumahan mewah
yang berdampingan dengan daerah kumuh. Jika kita lihat secara nasional,
perekonomian Indonesia masih lebih banyak berputar di daerah Indonesia
bagian Barat. Oleh karena itu pemerintah sedang giat memeratakan
pembangunan di wilayah Indonesia bagian Timur.

Hal demikian bisa menjadi salah satu ciri dari kesenjangan ekonomi yang juga
terjadi di Indoesia dan belahan negara lainnya.

1. Kemiskinan

Kemiskinan termasuk masalah kompleks yang disebabkan oleh berbagai faktor


seperti tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, askses terhadap
barang dan jasa dimana seseorang atau masyarakat tidak bisa terpenuhi hak-
hak dasarnya guna mengembangkan dan mempertahankan kehidupan yang
bermartabat.
Kemis
kinan termasuk ke dalam masalah makro ekonomi

Bagaimana kita bisa mengenali kondisi kemiskinan di sekitar kita?

Pertama adalah dengan cara mengukur kemiskinan absolut. Kemiskinan absolut


mencerminkan keadaan seseorang yang mempunyai pendapatan dibawah garis
kemiskinan (proverty line) yakni besarnya nilai rupiah yang harus dikeluarkan
untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal.

Kedua adalah kita bisa mengukur kemiskinan relatif, yaitu dengan melihat orang
yang memiliki tingkat pendapatan yang relatif lebih rendah dibandingkan
masyarakat lainnya.

Ciri ciri masyarakat miskin

Masyarakat yang termasuk miskin adalah:

1. Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan.


2. Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha.
3. Terbatasnya akses dan rendahnya mutu kesehatan.
4. Beban tanggungan yang tinggi karena banyaknya jumlah anak dalam
keluarga.
5. Terbatasnya akses terhadap perumahan sehat, air bersih, dan sanitasi.

2. Kesenjangan Distribusi Pendapatan


Kasusnya sama dengan perumahan di perkotaan tadi, yaitu perbedaan yang
mencolok antara masyarakat yang penghasilannya tinggi dengan masyarakat
yang penghasilannya rendah.

Tinggi rendah kesenjangan pendapatan bisa kita ukur melalui kreiteria bank
yaitu:

1. Ketimpangan pendapatan dikatakan tinggi, jika kelompok penduduk


termiskin sebesar 40% dengan pendapatan lebih kecil dari 12% dari
keseluruhan pendapatan nasional.
2. Ketimpangan pendapatan dikatakan sedang (moderat), jika jika
kelompok penduduk termiskin sebesar 40% dengan pendapatan lebih kecil
dari 12-7% dari keseluruhan pendapatan nasional.
3. Ketimpangan pendapatan dikatakan rendah, jika jika kelompok
penduduk termiskin sebesar 40% dengan pendapatan lebih kecil dari 17%
dari keseluruhan pendapatan nasional.
4. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi

Setiap negara manapun pasti mengharapkan perekonomian yang dicapai


senantiasa mengalami peningkatan secara terus menerus. Dampaknya,
peningkatan perekonomian tersebut akan memupuk investasi serta kemampuan
teknik produksi supaya hasil produksinya terus meningkat. Hasil produksi yang
meningkat akan diiringi dengan pendapatan masyarakat yang meningkat pula,
sehingga perekonomian akan mengalami pertumbuhan.

Negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi memeiliki ciri-ciri


menurut Economic Commission for Asia and Far East (ECAFE) diantaranya
adalah:

1. Peningkatan GNP atau pendapatan per kapita dari tahun ke tahun (Flow
Output Approach) di suatu negara.
2. Negara tersebut mengalami peningkatan investasi potensial (Level of
Living Approach).
3. Di negara tersebut ditemukan sumber-sumber produktif dan dapat
didayagunakan dengan lebih baik (Stock of Resources for Productive
Asset Approach).

Sedangkan beberapa hal berikut ini bisa menghambat pertumbuhan ekonomi di


Indonesia diantaranya seperti berikut:

1. Masih tingginya pengangguran dan kerentanan pasar tenaga kerja.


2. Lemahnya kegiatan investasi dan permasalahan fundamental terkait.
3. Tingginya potensi tekanan inflasi secara struktural.
Demikianlah pembahasan tentang 7 Masalah Pokok Ekonomi di Indonesia
dan Cara Mengatasinya. Artikel ini adalah hasil penelusuran penulis, lebih dan
kurangnya penulis mohon maaf. Silahkan hubungi kami jikalau terdapat
kekurangan dan jika terdapat tambahan dari pembaca sekalian.

Semoga bermanfaat dan terimakasih banyak atas kunjungannya. 🙂

Ar

5 Masalah Ekonomi Di indonesia dan


Solusinya
SMP DAN SMA ciplux November 09, 2022 8:49 pm comments off

5 Masalah Ekonomi Di indonesia dan Solusinya – Sekarang ini masalah


perekonomian di Indonesia masih cukup banyak yang menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan ekonomi. Ada sekitar 5 masalah ekonomi di Indonesia dan solusinya yang
mungkin dapat dilakukan oleh pemerintah untuk dapat memperbaiki perekonomian ke
arah yang lebih baik lagi. Apa bila suatu negara memiliki banyak masalah ekonomi
sudah tentu masyarakatnya akan sulit memiliki kesejahteraan yang tinggi. Oleh sebab
itu, setiap permasalahan ekonomi yang ada harus dapat segera diselesaikan dengan
baik supaya tidak semakin merembet ke mana-mana. Berikut ini penjelasan singkat
mengenai 5 masalah ekonomi di Indonesia dan solusinya yang penting untuk
diperhatikan, seperti:
 Peranan APBN sebagai stimulus ekonomi yang belum optimal

APBN ini penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, jika jumlahnya
besar tetapi belum berperan penting untuk menstimulus ekonomi maka bisa menjadi
masalah tersendiri. Solusi yang tepat ialah pemerintah harus melakukan pengurangan
pajak penghasilan dalam jumlah dan waktu tertentu kepada investor khusus indutri
pionir.

 Tingkat pengangguran yang tinggi


Pengangguran di Indonesia disebabkan karena semakin sedikitnya jumlah lapangan
pekerjaan serta disebabkan oleh pertumbuhan tingkat tenaga kerja yang tidak
diimbangi dengan pertumbuhan jumlah usaha. Solusinya adalah dengan memberikan
fasilitas yang baik di bidang fiskal, perkreditan, maupun partnership guna menciptakan
usaha yang padat karya untuk menyerap banyak tenaga kerja.

 Sumber daya alam yang belum dikelola dengan baik

Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah, tetapi sangat disayangkan
belum dapat dikelola dengan maksimal seperti di sektor pertanian yang mana
pemerintah masih melakukan impor dari luar negeri. Solusinya dengan mengelola
sumber daya alam dengan teknologi canggih ramah lingkungan agar dapat
menghasilkan barang yang lebih bernilai lagi supaya dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi rakyat.

 Inflasi yang disebabkan oleh adanya peningkatan harga energi dunia

Inflasi yang terjadi ini menyebabkan adanya kenaikan harga pangan dan juga harga
lainnya. Hal tersebut sangat berkaitan dengan kenaikan harga energi di dunia. Solusinya
dengan melakukan antisipasi di mana menikkan BI rate di bulan-bulan terakhir yang
akan dapat menekan angka inflasi akan tetapi di sisi lain akan mempengaruhi sektor riil.

 Transmigrasi yang sudah tidak berjalan dengan baik lagi

Jika program transmigrasi tidak berjalan dengan baik pemerataan daerah pun juga
terhambat. Terlebih dengan berlakunya otonomi daerah yang seakan menyebabkan
transmigrasi menjadi mati suri. Solusi yang tepat adalah dengan koordinasi antara pusat
dengan daerah supaya masalah transmigrasi ini dapat terselesaikan.

Masalah ekonomi yang ada di setiap negera mungkin berbeda-beda. Akan tetapi,
dengan penjelasan mengenai 5 masalah ekonomi di Indonesia dan solusinya mungkin
bisa menjadi alternatif cara untuk dapat menyelesaikan berbagai permasalahan ekonomi
yang sedang melanda suatu negara.
I. PENDAHULUAN

Anda mungkin juga menyukai