Anda di halaman 1dari 6

Nama : Novicalia Caroline Sianipar

Kelas : X IPS 2

Masalah Ekonomi Inndonesia


ONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani
Indrawati menjelaskan, pandemi Corona (Covid-19) menimbulkan tiga
masalah terhadap perekonomian di dalam negeri.

Pertama, pandemi ini menimbulkan masalah sosial di tengah masyarakat.


Khususnya, pada saat pemerintah menjalankan berbagai langkah untuk
melakukan pencegahan penyebaran Covid-19.

"Terutama pada usaha kecil menengah atau sektor informal yang menjadi
salah satu bantalan bagi perekonomian Indonesia, saat ini pun ikut terpukul,"
ujar Sri Mulyani di dalam di dalam diskusi virtual

Ini dikarenakan, kebijakan pemerintah dalam mencegah penyebaran pandemi


telah membatasi interaksi fisik antarmasyarakat, sehingga berbagai aktivitas
ekonomi secara informal menjadi terpukul.

Terkecuali, mereka yang bisa berpindah ke platfowm daring yang mungkin


masih bisa bertahan.

Oleh karena itu, di dalam penanganan dampak Covid-19 ini pemerintah


melihat konsumsi masyarakat akan turun secara drastis. Padahal, konsumsi
masyarakat memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian, yaitu hampir
59%.

Kedua, adanya ketidakpastian di tengah pandemi membuat tingkat investasi


juga ikut melemah. "Ini karena orang yang akan melakukan investasi, atau
sedang dalam posisi menjalankan suatu investasi, mereka terhenti akibat
Covid-19," papar Sri Mulyani.

Ketiga, dikarenakan perekonomian di seluruh dunia mengalami pelemahan,


maka kinerja ekspor juga ikut terpukul. Hal ini tecermin dari penurunan harga
komoditas, minyak, batu bara, sampai Crude Palm Oil (CPO).
Alhasil penurunan ini berpengaruh terhadap basis perekonomian Indonesia
yang berorientasi ekspor. Tak hanya itu, bahkan sektor manufaktur Indonesia
yang membutuhkan impor juga mengalami penurunan karena adanya
disrupsi dari pandemi.

"Jadi kondisi ekonomi kita itu sangat dipengaruhi oleh situasi Covid-19, baik
yang terjadi di Indonesia maupun di seluruh dunia. Semua negara juga
melakukan upaya untuk mengurangi penularan Covid-19 melalui langkah-
langkah yang cukup drastis, serta mempengaruhi kegiatan sosial ekonomi,"
kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani menegaskan, pandemi ini akan sangat memengaruhi kinerja


perekonomian maupun kehidupan masyarakat. Untuk itu dampaknya
terhadap perekonomian harus segera diatasi.

Salah satunya, melalui perubahan postur Anggaran Pendapatan dan Belanja


Negara (APBN) 2020 yang difokuskan untuk penanganan pandemi di dalam
negeri.
OKEFINANCE - JAKARTA - Indonesia hari ini merayakan Hari Ulang Tahun
(HUT) Kemerdekaan yang ke 75. Meski telah 75 tahun merdeka, namun masih
banyak pekerjaan rumah serta beragam tantangan yang harus diselesaikan.
Salah satu tantangannya ialah dalam hal ekonomi. Tantangan-tantangan
maupun pekerjaan rumah yang masih akan dihadapi Indonesia itu
diungkapkan oleh sejumlah pengamat ekonomi. Apalagi, tahun ini akan sangat
berbeda dan berat dalam memperbaiki ekonomi yang mana adanya pandemi
virus covid-19.
Berikut beberapa pekerjaan yang perlu dilakukan pemerintah untuk ekonomi
Indonesia.
1. Kemiskinan
Kemiskinan menjadi masalah yang terus muncul dan belum bisa diselesaikan.
Padahal, Indonesia diprediksi bakal menjadi negara maju pada tahun 2045.
Artinya Indonesia harus bisa mengurangi tingkat kemiskinan yang saat ini
masih tinggi.
"Indonesia adalah negara besar dengan potensi ekonomi yang berlimpah.
Untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara lima besar Dunia dibutuhkan
sinergi semua pihak,"kata Ekonom Piter Abdullah.
2. Pengangguran
Pandemi Corona (Covid-19) diperkirakan menyebabkan capaian penurunan
angka pengangguran Indonesia dalam 10 tahun terakhir berbalik arah.
Ekonom Institute for Development on Economic and Finance (INDEF), Ahmad
Heri Firdaus mengatakan program kartu pra kerja belum bisa mengurangi
pengangguran yang akan terus melonjak. Adapun, pemerintah adalah adanya
stimulus untuk terbukanya dunia usaha melalui investasi.
“Jadi kan investasi related ke penyerapan tenaga kerja, kalau misalnya enggak
ada investasi ya enggak ada pembukaan lowongan pekerjaan. Jadi pemerintah
sekarang ya bagaimana strateginya mengundang investor seluas-luasnya
terutama yang padat karya," katanya.

3. Daya beli stagnan


Daya beli menjadi kunci utama dalam membangun pondasi ekonomi
Indonesia. Hal ini bisa membuat pertumbuhan ekonomi bergerak pada kuartal
ketiga. Ekonom INDEF Eko Listiyanto, tren inflasi saat ini terbilang sangat
rendah yang mana dikarenakan daya beli masih kurang dan belum
mendongkrak ekonomi Indonesia.
"Berhenti saling menyalahkan. Nyalakan kembali semangat proklamasi..
bersama-bersama membangun negeri. Tujuan kita semua sama, perbedaan
jangan jadi hambatan. Tidak Ada program ekonomi dari pemerintah yang
sempurna. Siapa pun presidennya, tugas kita semua anak bangsa untuk
menyempurnakannya," jelasnya

4. Daya saing investasi perlu didongkrak


Indonesia sebagai negara tujuan investasi langsung (Foreign Direct
Investment/FDI) masih sangat rendah. Dalam tiga tahun terakhir ini
peringkat Indonesia terus turun. Selain itu jumlah perusahaan di Indonesia
juga mulai berkurang.
"Investasi perlu ditingkatkan karena kita tahu daya saing investasi kita masih
rendah. Kalau investasi meningkat pertumbuhan ekonomi juga terdongkrak,"
jelas Ekonom Indef Bhima Yudistira.

5. Kualitas sumber daya manusi


Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kunci dalam
memajukan Indonesia. Selain percepatan pembangunan dalam bidang
ekonomi dan infrastruktur. Ekonom Center of Reform on Economic (CORE)
Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan peningkata kualitas sumber daya
manusia ini adalah fokus utama Indonesia dalam beberapa tahun ke depan.
Pasalnya, Indonesia akan memanfaatkan periode bonus demografi di mana
proporsi penduduk di usia produktif lebih banyak. Jangan sampai bonus
demografi berubah menjadi bencana demografi karena tidak optimalnya
pemerintah dalam mempersiapkan strategi.
"Saya kira dalam jangka panjang pekerjaan rumah meningkatkan kualitas
sumber daya manusia (SDM) merupakan hal esensial yang perlu diperhatikan
pemerintah," katanya.

6. Pertumbuhan ekonomi
Enomi Indonesia mengalami penyusutan atau kontraksi pada triwulan kedua,
menurut data Badan Pusat Statistik (BPS). BPS menyatakan angka Produk
Domestik Bruto pada triwulan II 2020 menyusut sebesar minus 5,32%.
Penyusutan ini lebih besar dari prediksi pemerintah dan Bank Indonesia.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi PDB di kuartal II
akan jatuh -3,8%, sementara Bank Indonesia memprediksi penurunan sebesar
-4,8%.
" Memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi. Artinya tidak hanya sekedar
mengejar tingginya pertumbuhan ekonomi namun juga kualitasnya," kata
Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Rendy.

7. Atasi Resesi
Isu resesi ekonomi pada 2020 makin santer usai negara-negara maju di dunia
mengonfirmasi masuk dalam krisis tersebut akibat pandemi Covid-19.
Teranyar, Malaysia telah mengkonfimrasi alami resesi ketika ekonominya
anjlok dua periode berturut.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance
(Indef) Tauhid Ahmad mengatakan ada sejumlah langkah yang perlu
dilakukan pemerintah untuk menghindari resesi. Pertama, keseriusan dan
ketegasan pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19.
Selain itu, berbagai insentif berupa bantuan sosial (bansos) terus digalakkan.
Dia menyarankan setidaknya, nilai bansos juga harus diperbesar menjadi
Rp1-1,5 juta. Hal itu agar pemenuhan kebutuhan per keluarga bisa terpenuhi.
"Pemerintah harus serius dan tegas dalam melakukan tracing, testing,
isolating dan curing," imbuhnya.
8. Perbaiki logistik
Frekuensi perdagangan di Indonesia masih rendah dibandingkan negara
sebaya (peers) ASEAN. Indonesia hanya memiliki rasio nilai perdagangan
terhadap PDB sebesar 39,54%, sementara negara ASEAN seperti Malaysia
memiliki 135,9% dan Thailand sebesar 121,66%.
" Logistik juga punya peran penting dalam jalur perdagangan ekspor. Kalau
logistik dibenahi biaya akan lebih murah,"kata Ekonom Indef Bhima Yudistira.

9. Pengelolaan utang
Bank Indonesia (BI) mencatat total Utang Luar Negeri (ULN) per triwulan
kedua cenderung meningkat menjadi 5,0% yoy, dari triwulan pertama yang
tercatat 0,6% yoy.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan agar pemerintah tidak
terlalu mengandalkan utang dalam memperbaiki ekonomi Indonesia.
"Seiring dengan peningkatan utang secara umum. Peningkatan DSR ini dapat
berarti bahwa meskipun transaksi berjalan mencatatkan defisit yang rendah
pada kuartal I 2020, namun pertumbuhan utang yang tinggi menggerus
dampak dari defisit transaksi berjalan, pemerintah harus punya cara lain,"
jelasnya.

10. Mendorong berkembangnya sektor ekonomi potensial


Stabilitas makroekonomi perlu didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang
inklusif dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan
dua kebijakan penting. Pertama, pemenuhan berbagai faktor pendukung
(enablers) bagi pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja
khususnya percepatan pembangunan infrastruktur baik fisik maupun lunak.
"Mendorong berkembangnya sektor ekonomi potensial daerah sebagai
sumber pertumbuhan baru yang disesuaikan dengan karakteristik daerah,"
tandasnya.

Anda mungkin juga menyukai