Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ANANDA PUTRA PRATAMA

NIM : 3230023012

KONDISI/SITUASI EKONOMI MAKRO DI INDONESIA


Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mengatakan akan terus mewaspadai sejumlah risiko
yang dapat mempengaruhi perekonomian tanah air. Namun, pemerintah memastikan seluruh gejolak
yang ada saat ini akan diredam.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu
menjelaskan sejumlah risiko yang terus diawasi pemerintah saat ini, diantaranya yaitu kebijakan 'Zero
Covid-19' oleh China.

Adanya penerapan Zero Covid-19 tersebut, China sebagai negara terbesar pemasok kebutuhan
berbagai komoditas dunia, diperkirakan akan merusak rantai pasok. Yang berimbas terhadap
peningkatan inflasi di sejumlah negara, tak terkecuali Indonesia.

Ditambah adanya kondisi geopolitik Rusia juga menjadi risiko yang harus dimitigasi dalam
konteks perekonomian global.

"Ini risiko yang masih harus kita hadapi dan mitigasi dalam konteks perekonomian
globalnya," jelas Febrio dalam bincang dengan media, Jumat (13/5/2022).

Inflasi yang meningkat, membuat negara-negara maju mulai mengetatkan kebijakan


moneternya. Di Indonesia sendiri, kata Febrio inflasi masih terbilang cukup rendah.

Badan Pusat Statistik mencatat, pada April 2022, tingkat inflasi mencapai 3,5% (year on
year). Tingkat inflasi tersebut, diklaim Febrio masih sejalan dengan outlook pemerintah. Febrio
memastikan, tingkat inflasi yang ada saat ini tidak perlu dikhawatirkan.

"Kita sudah memanage dan tingkat inflasi kita jika dibandingkan dengan banyak negara, kita
masih sangat rendah, dan ini lah yang menjadi strategi pemerintah ke depan untuk terus mengelola
inflasi kita tetap berada di sekitar targetnya (2% sampai 4%). Kita tentunya akan terus pantau dan
antisipasi," ujarnya.

Pertumbuhan Ekonomi Telah Pulih

Febrio juga menilai, capaian pertumbuhan ekonomi pada Kuartal I-2022 yang mencapai
5,01% (yoy), sudah mencapai level di atas seperti sebelum adanya pandemi Covid-19 melanda.
(Pertumbuhan ekonomi) kuartal I kita sudah keluar dari pra pandemi, karena sudah diatas 3 persen itu
diatas rata-rata PDB di tahun 2019. Ini sangat menggembirakan, ekonomi mulai pulih dan terus
meningkat diatas level PDB 2019," jelas Febrio.
Secara rinci, sejumlah negara di kuartal I yang pertumbuhan ekonominya lebih rendah dari
Indonesia yakni Tiongkok sebesar 4,8%, kemudian Amerika Serikat 3,6%, Singapura 3,4%, Korea
3,1%, dan Taiwan 3,1%. Bahkan Filipina yang mencatatkan pertumbuhan ekonomi kuartal I mencapai
8,3%.

Secara umum Febrio menegaskan pada kuartal I, sebagian besar negara masih
mempertahankan pertumbuhan ekonomi positif. Dan beberapa negara sudah tunjukan pemulihan.

"Ini hal yang baik bagi global, dan ini bagus bagi pertumbuhan ekonomi global dan berdampak positif
bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia," jelas Febrio.

"Untuk industri manufaktur di banyak negara berkembang dan maju ini mayoritas sudah terus berada
ekspansi Indonesia konteks ekspansi," tuturnya lagi.

Pada Kuartal II-2022, Febrio optimistis pertumbuhan ekonomi masih tumbuh positif, sebab
terdapat penggelontoran Tunjangan Hari Raya (THR) dan gaji ke-13 PNS yang bisa meningkatkan
konsumsi masyarakat dan menjadi motor pertumbuhan ekonomi.

"Nah, ini juga akan menjadi faktor pendorong yang cukup kuat untuk pertumbuhan ekonomi di
kuartal kedua dan tentunya nanti kita harapkan ada multiplier effect-nya ke berikut-berikutnya," jelas
Febrio.

Reverensi :

https://www.cnbcindonesia.com/news/20220513143745-4-338853/jangan-kaget-begini-kondisi-
ekonomi-indonesia-terkini

Studium Generale ITB: Kondisi Perekonomian Indonesia Setelah Pandemi


COVID-19

BANDUNG, itb.ac.id – Pada Rabu (23/2/2022), Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali
menyelenggarakan Studium Generale KU 4078. Kegiatan SG kali ini membahas tentang
Perekonomian Indonesia Pasca-Pandemi COVID-19: Hijau, Digital, Inklusif, dan Berkelanjutan.
Acara tersebut menghadirkan Teguh Dartanto, Ph.D., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Indonesia (FEB UI).

Mengawali pemaparannya, ia bertanya kepada para peserta tentang bagaimana


perekonomian Indonesia ke depannya. Tentu saja keadaan ekonomi Indonesia telah terdampak oleh
pandemi yang berlangsung selama dua tahun terakhir. Pandemi menyebabkan berbagai penurunan
dalam sektor ekonomi yang merupakan konsekuensi dari pembatasan sosial. Munculah pertanyaan
di benak kita, bagaimanakah cara kita untuk mengembalikan kondisi ekonomi kita?

Teguh menjelaskan terdapat tiga hal pokok yang dibatasi pada hari ini, yakni keadaan
sebelum, saat, dan sesudah pandemi. Sebelum pandemi terjadi, terdapat tiga tantangan yang selalu
menjadi perbincangan, yakni rendahnya daya saing ekonomi dalam lingkup ASEAN yang
disebabkan oleh rendahnya produktivitas pekerja Indonesia. Dua faktor lainnya terdiri dari
perbandingan kebutuhan modal untuk produksi di Indonesia lebih tinggi jika dibandingkan dengan
negara lain dan rendahnya kepastian hukum.

Dalam lingkup global, daya saing Indonesia memiliki satu isu utama, yakni pendidikan
dasar dan kesehatan. Kedua hal tersebut seharusnya dibedakan antara sekolah dan belajar dan ada
pembahasan khusus pada masing-masing poin tersebut. Hal ini bertujuan agar anak-anak Indonesia
bisa belajar untuk bisa bersekolah. “Saat ini banyak anak Indonesia yang bersekolah, namun belum
bisa belajar,” ujar Dekan FEB UI tersebut. Selanjutnya hal yang diperlukan adalah efisiensi tenaga
kerja yang relatif tidak produktif dan siap menyambut teknologi.

“Pandemi COVID-19 adalah salah satu disruptor perekonomian Indonesia, bahkan sampai
gelombang ketiga yang terjadi sekarang,” ucapnya. Perekonomian saat ini sangat bergantung
terhadap pengendalian pandemi yang dilakukan. Tahun 2020 lalu, ekonomi kita bertumbuh negatif
dan mulai pulih pada tahun 2021.
Lebih lanjut Teguh menyampaikan, pada 2021, ekonomi Indonesia mengalami pemulihan akibat
dari kebijakan yang berupa koordinasi fiskal dan moneter yang baik. Hal ini terlihat dari turunnya
dana stimulus dalam usaha perbaikan ekonomi, PPKM, dan lancarnya program vaksinasi.
Beruntungnya, pada kondisi itu komoditas gas dan batu bara naik.

Ia mengatakan, setelah pandemi, akan terdapat pembangunan ekonomi yang hijau,


berkelanjutan, dan inklusif. Tahap pertama adalah memiliki ketahanan ekonomi yang kuat terhadap
disrupsi. Kemudian digalakkannya bantuan sosial kepada masyarakat dan berusaha menekan resesi
ekonomi. Tahap selanjutnya adalah proses pemulihan ekonomi berkelanjutan, dan terakhir secara
jangka panjang menghadirkan ekonomi yang hijau, digital, inklusif, dan stabil.

Reverensi :

https://itb.ac.id/berita/studium-generale-itb-kondisi-perekonomian-indonesia-setelah-pandemi-
covid-19/58446

Kondisi Perekonomian Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19

1. Kondisi Perekonomian di Negara-negara Tertentu Akibat Covid-19

Dampak yang terlihat dari adanya Covid-19 tidak hanya mempengaruhi kesehatan masyarakat,
tetapi turut mempengaruhi perekonomian diberbagai Negara. Bahkan saat ini perekonomian dunia
mengalami tekanan berat yang diakibatkan oleh virus tersebut. Perekonomian dunia pada negara-
negara tertentu seperti Indonesia, Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Hongkong, Uni Eropa,
Singapura, dan beberapa Negara lain mengalami pertumbuhan ekonomi negatif pada pada triwulan I
dan II di tahun 2020. Pandemi Covid-19 menimbulkan efek negatif dari kesehatan ke masalah sosial
dan berlanjut ke ekonomi Negara.
2. Data Perekonomian di Indonesia Tahun 2020

Indonesia di hadapkan dengan banyak masalah terkait aspek ekonomi akibat dari Covid-19.
Ekonomi di Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan tumbuh negatif, angka pengangguran dan
kemiskinan meningkat. Berdasarkan perhitungan Year on Year pertumbuhan ekonomi pada triwulan
pertama tahun 2020 menunjukkan adanya pelemahan dengan hanya mencapai 2,97% dibandingkan
capaian triwulan pertama tahun 2019 yang sebesar 5.07%. Data pada triwulan kedua juga kurang
bersahabat dengan menunjukkan kemunduran yang dalam sebesar -5,32%, terburuk sejak tahun 1999.
Data pada triwulan ketiga mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 3,49 %, sedangkan pada
triwulan keempat mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,19%. Dampak dari menurunnya
persentase ekonomi di Indonesia, salah satunya adalah peningkatan angka pengangguran dan
penduduk miskin yang disebabkan karena PHK selama masa pandemi Covid-19.

3. Kondisi Perekonomian di Indonesia

Keputusan pemerintah yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa
daerah sejak April 2020 berdampak luas dalam proses produksi, distribusi, dan kegiatan operasional
lainnya yang pada akhirnya mengganggu kinerja perekonomian. Triwulan II merupakan puncak dari
semua kelesuan ekonomi karena hampir seluruh sektor usaha ditutup untuk mencegah penyebaran
virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. PSBB sebagai langkah penanganan pandemi Covid-19 yang
diterapkan pada sejumlah daerah di Indonesia merupakan faktor yang menyebabkan kontraksi
pertumbuhan ekonomi pada pada triwulan II 2020. Kebijakan PSBB untuk mencegah penyebaran
pandemi Covid-19 menyebabkan terbatasnya mobilitas dan aktivitas masyarakat yang berdampak
pada penurunan permintaan domestik. Penghasilan masyarakat yang menurun karena pandemi
menyebabkan sebagian besar sektor usaha mengurangi aktivitasnya atau tutup total. Angka
pengangguran pun meningkat. Badan Pusat Statistik dalam Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus
2020 menunjukkan, Covid-19 berimbas pada sektor ketenagakerjaan.

4. Kebijakan Pemerintah dalam Pemulihan Ekonomi di Indonesia

Sebagai penanggulangan dampak dari pandemi Covid-19, pemerintah Negara Indonesia


mengeluarkan kebijakan – kebijakan guna mengupayakan pemulihan ekonomi. Pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintanh Pengganti Undang-Undang (PERPPU) Nomer 1 Tahun 2000
tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi
Corona Virus Covid-19 dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan. Perppu tersebut mengatur tentang
kebijakan keuangan negara meliputi kebijakan pendapatan negara termasuk kebijakan di bidang
perpajakan, kebijakan belanja negara termasuk kebijakan di bidang keuangan daerah, dan kebijakan
pembiayaan. Sedangkan, kebijakan stabilitas sistem keuangan meliputi kebijakan untuk penanganan
permasalahan lembaga keuangan yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas
sistem keuangan. Seiring penurunan kinerja ekonomi karena terganggunya belanja pemulihan
kesehatan dan ekonomi, pemerintah mulai melakukan upaya pemulihan ekonomi nasional melalui
Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Tujuannya untuk mempertahankan dan meningkatkan
kemampuan ekonomi para pelaku usaha dari sektor riil dan sektor keuangan dalam menjalankan
usahanya selama pandemi Covid-19.
5. Strategi Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)

Pemerintah daerah Indonesia mempunyai peran strategis dalam mendorong percepatan dan
efektivitas pemulihan ekonomi nasional. Pemerintah membentuk 3 (tiga) kebijakan yang akan
dilakukan diantaranya peningkatan konsumsi dalam negeri, peningkatan aktivitas dunia usaha serta
menjaga stabilitasi ekonomi dan ekpansi moneter. Salah satu penggerak ekonomi nasional adalah
konsumsi dalam negeri, semakin banyak konsumsi maka ekonomi akan mengalami kenaikan.
Konsumsi memiliki peran penting terkait dengan daya beli masyarakat. Oleh sebab itu, Pemerintah
telah mengalokasi anggaran sebesar Rp172,1 triliun untuk mendorong konsumsi/kemampuan daya
beli masyarakat. Dana tersebut disalurkan melalui Bantuan Langsung Tunai, Kartu Pra Kerja,
pembebasan listrik dan batuan – bantuan lainnya. Pemerintah daerah berusaha menggerakkan dunia
usaha melalui pemberian insentif/stimulus kepada UMKM dan korporasi. Pemerintah memberikan
bantuan penundaaan angsuran dan subsidi bunga kredit perbankan, subsidi bunga melalui Kredit
Usaha Rakyat dan Ultra Mikro, penjaminan modal kerja sampai Rp10 miliar dan pemberian insentif
pajak misalnya Pajak Penghasilan (PPh Pasal 21) Ditanggung Pemerintah. Dalam rangka mendukung
pemulihan ekonomi nasional, Bank Indonesia menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, menurunkan suku
bunga, melakukan pembelian Surat Berharga Negara, dan stabilitas makro ekonomi dan sistem
keuangan. Penurunan suku bunga guna meningkatkan likuiditas keuangan untuk mendorong aktivitas
dunia usaha.

Reverensi :

http://bem.fmipa.unej.ac.id/kastrad-beraksi2-kondisi-perekonomian-indonesia-di-tengah-pandemi-
covid-19/

Anda mungkin juga menyukai