Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Kondisi Makroekonomi Indonesia di Era Pandemi Covid-19

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi Makro

DOSEN PENGAMPU : Muh. Dzulfaqori Jatnika S.Pd.,M.SEI

Disusun oleh :

Rafly Moch Rizqi Nur Ihsan


210313366

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya, saya dapat menyusun karya tulis ini yang berjudul “Kondisi Makro Ekonomi
Indonesia Di Era Pandemi Covid-19” dengan baik. Adapun maksud dan tujuan saya menyusun
makalah ini untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester (UAS) Pengantar Ilmu Ekonomi
Makro. saya juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Muhammad Dzulfaqori Jatnika,
S.Pd, M.SEI selaku pengampu materi dalam pembuatan makalah ini. Saya menyadari masih
terdapat banyak kekurangan yang terdapat dalam karya tulis ini. Oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran kepada berbagai pihak untuk saya jadikan sebagai bahan
evaluasi guna meningkatkan kinerja kedepannya.

Bandung 24 Juli 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
RUMUSAN MASALAH........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
1. Bagaimana perbedaan kondisi makroekonomi Indonesia sebelum pandemi dan setelah terjadi
pandemi?.................................................................................................................................................6
2. Sebutkan solusi yang digunakan oleh pemerintah saat pandemi dalam menangani masalah
makroekonomi?.............................................................................................................................7

3.Bandingkan kondisi makroekonomi Indonesia dengan negara ASEAN lainnya...................................9


BAB III.....................................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

Selama tiga bulan pertama (kuartal pertama) yaitu bulan Januari hingga bulan Maret tahun 2020,
Virus Covid 19 sangat cepat penyebarannya di Indonesia dan memberikan dampak yang cukup
besar bagi kegiatan kegiatan perekonomian di Indonesia. Perubahan Inventori merupakan
penyumbang negatif pertumbuhan terbesar dengan nilai sebesar -0.33 persen, diikuti oleh Ekspor
jasa(-0.32) dan Konsumsi LNPRT (Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga) (-0.05).
Hal ini memperlihatkan bahwa pandemi telah menekan aktivitas di sektor jasa dan produksi
industry pengolahan. Terjadinya pertumbuhan ekonomi yang positif di Indonesia disebabkan
oleh terjadinya peningkatan pada beberapa sektor usaha dengan pertumbuhan yang cukup tinggi
pada sektor JasaKeuangan dan Asuransi sebesar 10,67 persen, kemudian sektor Jasa Kesehatan
dan Kegiatan Sosial dengan nilai sebesar 10,39 persen dan Informasi dan Komunikasi dengan
nilai pertumbuhan sebesar9,81persen.Himbauan untuk melakukan PSBB (Pembatasan Sosial
Berskala Besar)dan himbauan-himbauan physical distancing lainnya membuat roda
perekonomian nyaris berhenti.Jumlah kasus positif Covid 19 di Indonesia per tanggal 21 Juni
2020 adalah 45.891 orang, disisi lain banyaknya pasien yang sembuh dari virus ini di Indonesia,
yaitu 18.404 orang dan untuk yang meninggal sebanyak2.465 orang.Pertumbuhan ekonomidi
Indonesia Pada April 2020, IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global padatahun
2020 menjadi -3,0% dari sebelumnya 3,3% (yoy). Ekonomi Indonesia, China, India, Filipina,
dan Vietnam
diproyeksikan masih tumbuh positif pada tahun 2020, dengan inflasi volatile food (VF)
mencapai
5.04% yoy di bulan April 2020. Pada April 2020, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menurun
menjadi 84,8 dan penjualan ritel kontraksi -5,4% yoy pada Maret 2020. Cadangan devisa pada
April meningkat menjadi $127,9 Miliar. Penurunan jumlah impor barang di kuartal I 2020 juga
sedikit menyumbang positif angka pertumbuhan, yaitu sebesar 0,15 persen. Pada Kuartal I 2020,
konsumsi rumah tangga masih menjadi motor utama pertumbuhan yang menyumbang sebesar
1.56 persen dari angka pertumbuhan yang sebesar 2.97% (YoY). Selain konsumsi RT,
pertumbuhan ekonomi dikuartalI 2020 secara tahunan juga didorong oleh ekspor barang (0.45),
PMTDB (0.55) dan Konsumsi pemerintah (0.22). Sektor lainnya tetap tumbuh meskipun lebih
lambat jika dibandingkan dengan triwulan lalu maupun periode yang sama tahun lalu.

RUMUSAN MASALAH

1. (Bagaimana perbedaan kondisi makroekonomi Indonesia sebelum pandemi dan setelah


terjadi pandemi?
2. Sebutkan solusi yang digunakan oleh pemerintah saat pandemi dalam menangani masalah
makroekonomi?
3. Bandingkan kondisi makroekonomi Indonesia dengan negara ASEAN lainya
BAB II
PEMBAHASAN

1. Bagaimana perbedaan kondisi makroekonomi Indonesia sebelum pandemi


dan setelah terjadi pandemi?

Perekonomian Indonesia tahun 2017 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB)
atas dasar harga berlaku mencapai Rp13.588,8 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp51,89 jutaan
US$3.876,8. Ekonomi Indonesia tahun 2017 tumbuh 5,07 persen lebih tinggi dibanding capaian tahun
2016 sebesar 5,03 persen. Dari  sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha
Informasi dan Komunikasi sebesar 9,81 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh
Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 9,09 persen.

Ekonomi  Indonesia  triwulan  IV-2017 bila  dibandingkan triwulan IV-2016 (y-on-y) tumbuh
5,19 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha  Jasa Perusahaan
sebesar 9,25 persen. Dari sisi pengeluaran,  pertumbuhan tertinggi di capai oleh Komponen Ekspor
Barang dan Jasa sebesar 8,50 persen. Ekonomi  Indonesia  triwulan  IV-2017 bila  dibandingkan triwulan
sebelumnya (q-to-q) mengalami kontraksi sebesar  1,70 persen. Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh
efek  musiman pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang mengalami kontraksi
21,60 persen. Dari sisi pengeluaran disebabkan oleh penurunan Eksporneto.

Struktur  ekonomi  Indonesia  secara  spasial  Tahun 2017 didominasi oleh kelompok provinsi di
Pulau Jawa dan Pulau  Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan  kontribusi terbesar
terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 58,49 persen, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21,66
persen, dan Pulau Kalimantan 8,20 persen

Pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi perekonomian Indonesia mulai awal kuartal II


tahun 2020. Hal ini disebabkan adanya peraturan tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) sehingga menimbulkan lockdown kepada beberapa kota bertujuan memutuskan mata
rantai penyebaran Covid-19. Peraturan ini menyebabkan meningkatnya penurunan perekomian
pada perusahaan formal maupun non formal. Penurunan perekonomian menyebabkan munculnya
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) disebabkan oleh perusahaan tidak dapat membayarkan upah
yang seharusnya. Tidak hanya itu, penurunan ini banyak yang menyebabkan perusahaa
memutuskan untuk gulung tikar atau bangkrut.

Kontraksi disebabkan adanya penurunan konsumsi. Selain konsumsi untuk kebutuhan


sehari-hari. Pendapatan konsumsi dari sektor transportasi udara sangat berpengaruh dengan
kontraksi yang dialami pada saat pandemi. Adanya peraturan PSBB menyebabkan masyarakat
terbatas dapat berpergian melalui transportasi udara. Dapat dilihat pendapatan pada sektor
pelayanan udara berkurang sekitar lebih dari Rp200 Miliar. Terbatasnya penggunaan transportasi
udara mengakibatkan wisatawan asing maupun lokal tidak dapat menjalankan kunjungan wisata
di Indonesia. Hal ini sangat berdampak kepada kota Bali dimana pendapatan mereka cukup
banyak dari wisatawan yang sedang berkunjung dilihat dari pendapatan hotel dan restoran yang
menurun sekitar 50 persen dari biasanya.

Para ekonom menilai kondisi deflasi pada tahun 2020 sangat wajar karena adanya
pandemi Covid-19. Deflasi tidak hanya disebabkan oleh Indeks Harga Konsumen (IHK) yang
menurun tapi disebabkan oleh meningkatnya pengangguran. Faktanya Indonesia mengalami
deflasi dengan tingkat inflasi berada pada 1,68 persen dimana angka ini menjadi angka terendah
dan jauh dari target Pemerintah yang tercantum pada PMK No.124/PMK.010/2017.

Berdasarkan kurva diatas, pandemi menyebabkan Indonesia mengalami supply shock dan
demand shock pada waktu yang bersamaan. Supply shock disebabkan adanya pemberlakuan
kebijakan PSBB berdampak meningkatkan pengangguran. Dikarenakan terjadinya pengurangan
kebutuhan ternaga kerja membuat kurva AS1 bergeser ke kiri menjadi kurva AS2. Kondisi
demand stock disebabkan akibat tidak ada kejelasan akan tindakan Pemerintah dalam
memberikan kebijakan ekonomi yang dapat meringankan masyarakat sehingga masyarakat yang
terdampak mengalami penurunan pendapatan. Penurunan pendapatan pada masyarakat
mengakibatkan kemampuan daya beli mereka berkurang. Pada kondisi seperti ini, para investor
pastinya sangat ragu untuk melakukan investasi sampai keadaan kembali seperti normal kembali.
Kondisi demand stock seperti ini membuat kurva AD1 ke arah kiri menjadi AD2. Dapat dilihat
pada kurva diatas, kondisi ouput yang awalnya Y1 menjadi Y2 dan berakhir pada Y3 dengan ouput
semakin ke kiri yaitu semakin berkurang mengartikan bahwa pendapatan negara pada tahun 2020
mengalami kontraksi pada permintaan dan menjatuhkan surplus ekonomi. Dapat disimpulkan
bahwa keadaan pandemi Covid-19 seperti ini mengakibatkan kondisi ekonomi Indonesia menjadi
sangat buruk.

2. Sebutkan solusi yang digunakan oleh pemerintah saat pandemi dalam


menangani masalah makroekonomi?

Perkembangan sektor ekonomi potensial Mendorong berkembangnya sektor ekonomi


potensial daerah sebagai sumber pertumbuhan baru yang disesuaikan dengan karakter daerah.
Perkembangan sektor industri Mendorong berkembangnya sektor industri berdaya saing tinggi.
Selain pengembangan infrastruktur fisik juga dilakukan upaya sebagai berikut: Meningkatkan
kapasitas SDM melalui pendidikan vokasi. Seperti pembangunan dan penyelenggaraan
politeknik atau akademisi di kawasan industri. Meningkatkan skala ekonomi dan kapasitas
industri kecil dan menengah (IKM) dengan pendampingan yang memastikan jaminan produk,
keamanan, dan standar. Optimalisasi penggunaan teknologi dan integrasi IKM ke perekonomian
digital melalui pengembangan e-smart IKM dengan sentra di seluruh Indonesia. Pengembangan
sektor pertanian Pengembangan sektor pertanian difokuskan pada upaya meningkatkan nilai
tambah hasil produksi pertanian. Dengan beberapa cara sebagai berikut: Baca juga: Ekonomi
Makro: Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkupnya Memperkuat kelembagaan petani melalui
pengembangan corporate farming. Sehingga agroindustri-agrobisnsis berkembang.
Meningkatkan akses pembiayaan usaha pertanian antara lain melalui penyaluran KUR pada
sektor primer. Di dukung dengan asuransi pertanian dan peternakan. Melakukan intensifikasi
pertanian, serta meningkatkan efisiensi distribusi logistik dan perbaikan tata niaga pangan.
Pengembangan sektor pariwisata Pengembangan sektor pariwisata bisa dilakukan dengan strategi
penguatan atraksi, akses, dan amenitas sebagai quick wins. Hal tersebut bisa diaplikasikan pada
destinasi unggulan pariwisata tematik, seperti wisata bahari, sejarah, religi, dan tradisi seni
budaya. Penguatan branding dan promosi wisata di daerah juga terus dioptimalkan dengan
menggunakan teknologi dan e-commerce.

3.Bandingkan kondisi makroekonomi Indonesia dengan negara ASEAN lainnya

Beberapa negara G20 dan ASEAN yang ekonominya terkontraksi seperti Amerika
Serikat (AS) minus 3,5%, Jerman minus 5,0%, Rusia minus 3,1%, Singapura minus 5,8%,
Filipina minus 9,5%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia haya lebih rendah dari Korea Selatan
yang minus 1,0%, China positif 2,3%, dan Vietnam 2,9%.
Jika dilihat pada kuartal IV, ekonomi Vietnam tumbuh 4,5% dan China tumbuh 6,5%. Sementara
Indonesia minus 2,19% di kuartal IV-2020.
Menarik Vietnam, di awal mula pandemi pertumbuhan ekonominya sempat terkontraksi
hingga 40% (q-to-q) pada kuartal II, di saat yang sama pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya
terkontraksi 4%,"
Namun demikian karena Vietnam berhasil menanggulangi pandemi dengan baik,
pertumbuhan ekonomi mereka sepanjang tahun bisa rebound mencapai level positif, sementara
Indonesia meski membaik tetapi masih berkutat di level negatif," sambungnya.
Sementara itu, ekonom dari Universitas Indonesia (UI) Ninasapti Triaswati menilai pemerintah
harus lebih gencar lagi mengerahkan anggaran APBN untuk program pemulihan ekonomi
nasional (PEN) di tahun 2021.
BAB III
PENUTUP

Kondisi makro ekonomi Indonesia sebelum dan Ketika pandemic covid-19 mengalami fluktuasi.
Pada tahun 2020 Indonesia mengalami resesi akibat pandemic covid-19, pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada tahun 2020 mengalami kontraksi mencapai -2,07% dan mengalami perbaikan
pada tahun kedua pandemic di Indonesia yaitu pada tahun 2021 mengalami pertumbuhan
mencapai 4,30%. Dari sisi pendaptan nasional pada tahun 2020 indonesia menghasilkan
pendapatan
nasional sebesar 11.365,1 triliun ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
tahun 2019 sebelum pandemi yaitu 11.392,2 triliun, sementara pada tahun 2021
Indonesia menghasilkan pendapatan nasional sebesar 12.570,8 triliun mengalami
pertumbuhan yang cukup besar dalam kondisi pandemi,bahkan pendapatan nasional pada
tahun ini lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan nasional pada tahun sebelum
pandemic yaitu pada tahun 2018 dan tahun 2019. Lalu jika dilihat dari sisi inflasi Indonesia
mengalami inflasi yang rendah ketika pandemi covid-19 yaitu pada tahun 2020 inflasi indonesia
mencapai 1,68% dan pada tahun 2021 mencapai 1,87%. Inflasi tersebut lebih rendahdaripada
inflasi tahun2018 dan 2019 yang masing-masing mencapai 3,13% dan 2,72%.
Untuk menghadapi pandemi covid-19 yang berdampak terhadap perekonomian
Indonesia pemerintah pun mengambil kebijakan-kebijakan fiskal dan moneter supaya
bisa mengendalikan pandemi corana dan mengendalikan perekonomian Indonesia supaya
tidak terus terjun ke jurang resesi dengan berusaha menjaga daya beli masyarakat.
Negara-negara di ASEAN pun tidak luput dari dampak pandemi covid-19
terutama dalam hal ekonomi. Pada tahun pertama corona Indonesia mengalami kontraksi
tetapi jika dibandingkan dengan Malaysia kontraksi Indonesia terbilang rendah dari
Malaysia. Namun, pada tahun 2021 justru pertumbuhan ekonomi Indonesia berada
dibawah Malaysia.
DAFTAR PUSTAKA

blob:https://web.whatsapp.com/45398853-2eba-4b24-a667-51d4fe830c4f
https://penerbitbukudeepublish.com/buku-ekonomi-best-seller/
https://katadata.co.id/agustiyanti/finansial/6034f165ec1fc/sri-mulyani-ekonomi-
indonesia-lebih-baik-daripada-negara-asean-g20

Anda mungkin juga menyukai