Anda di halaman 1dari 22

STANDARISASI SEBAGAI MOTOR PENGGERAK

PERTUMBUHAN UMKM DI INDONESIA

Paper ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Standarisasi

Dosen : Bapak Tulus Widjajanto, S.T., M.T.


Disusun oleh :
Kelompok 4
Kelas R7G

Risky Tambarta Singarimbun ( 201944500520 )


Hoesup Pamoajer ( 201944500527 )
Ebrahim ( 201944500543 )
Novan Nur Ilham ( 201944500548 )
Iman Nur Cahyadi ( 201944500549 )
Faisal Dwi Anugerah ( 201944500550 )
Salma Daroein Sujati ( 201944500566 )

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas

paper standarisasi. Paper ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok

dalam mata kuliah Standarisasi.

      Dalam menyususn paper yang berjudul “Standarisasi Sebagai Motor

Penggerak Pertumbuhan UMKM di Indonesia”, kami banyak memperoleh

bantuan dari berbagai pihak, maka kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-

pihak yang terkait. Dalam menyusun paper ini kami telah berusaha dengan

segenap kemampuan untuk membuat paper yang sebaik-baiknya.

      Semoga dengan tersusunnya paper ini diharapkan dapat berguna bagi kami

semua dalam belajar dimata kuliah Standarisasi. Sebagai pemula tentunya masih

banyak kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan paper ini, oleh karenanya

kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen agar paper ini bisa menjadi lebih

baik.

      Demikianlah kata pengantar ini dan kami berharap semoga paper ini dapat

digunakan sebagaimana mestinya. Amin.

Jakarta, 21 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR……………………………………………………. i

DAFTAR ISI……………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………… 1

A. Latar Belakang……………………………………………… 1

B. Maksud dan Tujuan ………………………………………… 3

C. Permasalahan………………………………………….……..3

BAB II LANDASAN TEORI …………………….............................. 4

A. Teori Tentang Pertumbuhan Ekonomi……………………… 4

B. Teori Tentang Standarisasi……………………….…………. 6

1. Definisi……………………………………………… 6

2. Tujuan standarisasi…………………………...…….. 7

3. Prinsip standarisasi………………………..………... 9

BAB III PEMBAHASAN………………………………………...……... 11

A. Pertumbuhan UMKM di Indonesia…………………………. 11

B. Peran Standarisasi dalam Menumbuhkan UMKM…………. 13

BAB IV PENUTUP ……………………………………………..………. 18

A. Kesimpulan………………………………………….…….... 18

B. Saran…………………………………………….…………... 18

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19 yang pertama kali ditemukan

pada Desember 2019 di Wuhan, Tiongkok, kini telah menginfeksi lebih dari

29,1 juta orang (WHO, 14 September 2020) yang telah menyebar ke lebih

dari 200 negara. Meskipun angka kesembuhan pasien COVID-19 terus

mengalami peningkatan, namun diikuti dengan angka penyebaran kasus yang

juga mengalami peningkatan.

Melihat semakin mengkhawatirkannya pandemic COVID-19, berbagai

negara mengambil tindakan konstruktif yang efektif untuk menangani kasus

COVID19. Secara spesifik, pandemic COVID-19 dapat dikurangi

penyebarannya dengan langkah penanganan seperti selalu menggunakan

masker, melakukan isolasi diri di dalam rumah, serta tidak melakukan kontak

fisik dengan orang lain. Tetapi langkah tersebut tidak serta-merta dapat

mengatasi perekonomian dunia yang jatuh akibat pandemi COVID-19.

Dalam laporan International Monetary Fund (IMF) yang dirilis dalam

World Economic Outlook (WEO) pada bulan Juni 2020, memproyeksikan

ekonomi global akan minus di angka 4.9% (International Monetary Fund

2020). Keadaan ekonomi yang disebabkan adanya pandemic COVID-19

tersebut menyebabkan banyak negara mengalami resesi ekonomi. Bila dalam

suatu negara banyak masyarakatnya yang kehilangan pekerjaan, perusahaan

menghasilkan sedikit penjualan, dan pengeluaran ekonomi negara secara

1
2

keseluruhan mengalami penurunan, maka negara tersebut berpotensi

mengalami resesi ekonomi.

Di Indonesia sendiri dimulai pada Maret 2020, Pemerintah telah

memberikan bantuan dalam bentuk tunai (BLT) sebagai upaya pemulihan

ekonomi nasional akibat COVID-19. Kini bantuan tersebut telah didapatkan

oleh lebih dari 10 juta pengusaha UMKM dengan bantuan dalam bentuk tunai

(BLT) sebanyak Rp2,4 juta dan akan diberikan kepada sisa pengusaha

UMKM secara bertahap. Selain bantuan kepada UMKM, Pemerintah juga

memberikan BLT berupa upah BPJS Ketenagakerjaan, Bansos PKH Tunai

dan Sembako, dan Kartu Prakerja.

Saat situasi krisis seperti saat ini maka diperlukan perlakuan khusus

kepada UMKM yang berkontribusi besar dalam PDB nasional dan menjadi

salah satu sumber penyerapan jumlah pengangguran terbanyak. Di negera

berkembang, keberadaaan UMKM memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi (Prasetyo 2020). UMKM dianggap sebagai

pendorong penting dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu

negara karena membantu menciptakan peluang kerja, meningkatkan standar

hidup dan mengurangi jumlah kemiskinan (Zeb and Ihsan 2020).

UMKM di Indonesia harus digerakkan dan diarahkan oleh pemerintah

untuk dapat mengurangi jumlah kemiskinan dan penguatan perekenomian

negara. Pada saat yang sama, UMKM adalah bisnis yang paling rentan karena

keterbatasan keuangan, teknologi, dan administrasi (Picard, 2017) dalam

(Mavrodieva et al. 2019).


3

B. Maksud dan Tujuan

1. UMKM di Indonesia pada saat pandemic

Untuk mengusai pasar saat terjadinya persaingan dan perubahan

lingkungan internal dan eksternal. tujuannya yaitu agar tidak terjadi

penurunan pendapatan, mengungguli pesaing dan mempertahankan

bisnis.

2. UMKM di Indonesia pada saat pasca pandemic

Untuk manajeman sumber daya manusia meliputi peningkatan

pengetahuan, wawasan dan keterampilan. Manajeman keungan meliputi

pengelolaan keungan yang efektif dan efesien. Manajeman operasional

yang mencangkup peningkatan kualitas, efesiensi biaya dan distribusi

yang tepat. Tujuannya yaitu untuk mengkonfirmasi teori 5P yaitu

position, plan, perspective, project, dan prepare.

C. Permasalahan

1. UMKM di Indonesia pada saat pandemic

Terjadi resesi pada saat pandemic sehingga para UMKM mencari tau

perubahan lingkungan eksternal dan internalnya.

2. UMKM di Indonesia pada saat pasca pandemic

Pada saat pasca pandemic permasalahan datang dengan diberlakukan

PSBB dan WFH sehingga terjadi penutupan lapak para UMK diharapkan

dapat meningkatkan wawasanya dibidang teknologi dan memahami teori

5P.
4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Keberhasilan pembangunan suatu negara dilihat dari beberapa indikator.

Salah satu indikator penting dalam keberhasilan pembangunan negara yaitu

pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan pendapatan negara

yang mengalami kenaikan secara nasional agregatif ataupun peningkatan

output dalam suatu periode tertentu. Makna lainnya dari pertumbuhan

ekonomi yakni pertumbuhan ekonomi yang menunjukan peningkatan

kapasitas produksi dalam barang dan jasa dengan fisik sesuai pada kurun

waktu tertentu. Pertumbuhan tersebut dapat diketahui melalui bertambahnya

produksi barang industri, jumlah sekolah, berkembangnya infrastruktur,

bertambahnya sektor jasa, serta bertambahnya produksi barang modal. Setiap

negara akan berupaya untuk menaikan dan memberikan hal yang terbaik

guna mendukung pertumbuhan ekonomi negara dengan optimal. Termasuk

Indonesia, yang merupakan salah satu negara berkembang yang berupaya

menaikan pertumbuhan ekonominya guna kesejahteraan masyarakat dan

kehidupan yang lebih baik.

Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan yang

menciptakan pemerataan pendapatan, pengentasan kemiskinan dan membuka

kesempatan kerja yang luas. Di Indonesia, capaian pertumbuhan ekonomi

berkualitas menjadi sasaran pembangunan dalam dokumen pembangunan

seperti RPJP, RPJMN, dan RKP. Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi


5

Indonesia sudah semakin meningkat, namun perlu dikaji kualitas

pertumbuhannya. Pada periode 2009-2013 pertumbuhan rata-rata ekonomi

Indonesia ialah 6,2% dimana pertumbuhannya ditopang dari komponen

konsumsi rumah tangga yang diikuti oleh sektor Pembentuk Modal Tetap

Bruto (PMTB).

Pada awal tahun 2020, pertumbuhan ekonomi dunia mengalami

penurunan, termasuk Indonesia. Perihal tersebut disebabkan karena wabah

yang melanda seluruh Indonesia, yaitu adanya Coronavirus Disease.

Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai

dari gejala ringan sampai berat. Dengan adanya coronavirus ini yang melanda

di seluruh negara di dunia, sekitar 200 negara lebih yang terkena wabah ini.

Sehingga, pada tanggal 30 Januari 2020 World Healthy Organization

menetapkan sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan

dunia. Pada tanggal 11 Maret 2020 Organisasi kesehatan Dunia (WHO) resmi

mengumumkan bahwa wabah Coronavirus sebagai pandemi global.

Coronavirus (COVID-19) ini memiliki dampak bagi pertumbuhan ekonomi

yang berupa menurunya tingka perekonomian dunia terkhusus Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kelambatan yang menjadi

dampak dari adanya pandemi COVID-19. Badan Pusat Statistik (BPS)

menginformasikan bahwa ekonomi Indonesia tumbuh melambat sebesar

2,97% (year on year) yang terjadi pada kuartal I per tahun 2020. Jika

dibandingkan dengan kuartal IV per tahun 2019 pertumbuhan ekonomi

Indonesia mengalami penurunan sebesar 2,41%. Pertumbuhan ekonomi


6

melambat seiring dengan melemahnya daya beli masyarakat. Daya beli

msayarakat merupakan ihwal yang menjadi komponen yang dijadikan alat

ukur terhadap pengeluaran pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan konsumsi

rumah tangga melemah. Pada kondisi pandemi ini pertumbuhan konsumsi

rumah tangga mencapai 2,84%, hal itu melambat jika dibandingkan dengan

kuartal IV per tahun 2019 yang dapat menembus angka 5,02%. Kinerja

konsumsi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi, karena konsumsi rumah tangga dapat menopang lebih dari 50%

produk domestik bruto.

B. Teori Standarisasi

1. Definisi Standarisasi

Dalam bahasa Indonesia kata standar pada dasarnya merupakan

sebuah dokumen yang berisikan persyaratan tertentu yang disusun

berdasarkan konsensus oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan

disetujui oleh suatu lembaga yang telah diakui bersama. Definisi standar

dan standardisasi yang digunakan BSN (Badan Standardisasi Nasional)

diacu dari PP No. 102 Tahun 2000 adalah sebagai berikut: Standar adalah

spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan

metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait

dengan 4 memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan,

kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang

akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya.


7

Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan

merevisi standar, yang dilaksanakan secara tertib melalui kerjasama

dengan semua pihak yang berkepentingan. Standar Nasional Indonesia

(SNI) adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional

(BSN) dan berlaku secara nasional.

2. Tujuan Standarisasi

a. Kesesuaian untuk penggunaan tertentu (fitness for purpose)

Kemampuan proses, produk atau jasa untuk memenuhi kegunaan

yang ditetapkan dalam kondisi spesifik tertentu. Setiap proses, produk

atau jasa dimaksudkan untuk dapat memenuhi kebutuhan pemakai.

Standar berguna untuk mengidentifikasi parameter optimum bagi

kinerja suatu proses, produk atau jasa dan metode untuk evaluasi

pemenuhan persyaratan terkait. Standar dapat pula mempersyaratkan

kondisi penggunaan proses, produk atau jasa, untuk mencegah

terjadinya kegagalan proses, produk atau jasa akibat pemakaian yang

tidak tepat oleh pengguna atau akibat tidak dipenuhinya persyaratan

mutu proses, produk atau jasa.

b. Mampu tukar (interchangeability) Kesesuaian bahwa suatu produk,

proses atau jasa dapat digunakan untuk mengganti dan memenuhi

persyaratan relevan disebut mampu tukar. Melalui penetapan standar

proses, produk atau jasa dapat saling dipertukarkan. Contoh: bilah

pisau cukur (silet) dari merek berbeda dapat digunakan di alat cukur

yang sama.
8

c. Pengendalian keanekaragaman (variety reduction) Salah satu tujuan

pengendalian keaneka ragaman adalah untuk menentukan jumlah

ukuran optimum, grade, komposisi, “rating”, dan cara kerja

(practices) untuk mememenuhi kebutuhan tertentu. Jumlah ragam

yang berlebihan akan menyulitkan konsumen dalam memilih produk

yang sesuai dengan keinginannya serta dari segi produsen akan

meningkatkan biaya produksi. Contoh: standar ukuran kertas (seri A).

d. Kompatibilitas (compatibility) Tujuan dari kompatibilitas adalah

kesesuaian proses, produk atau jasa untuk digunakan secara

bersamaan dengan kondisi spesifik untuk memenuhi persyaratan

relevan, tanpa menimbulkan interaksi yang tidak diinginkan. Contoh:

pemrosesan data elektronik, informasi harus dalam bentuk kode untuk

penyimpanan, transmisi dan retrival dalam bentuk pulsa elektronik.

Agar kode tadi pada setiap saat dikenali oleh berbagai jenis piranti,

kode harus distandardisasi. Standardisasi di bidang ini mendukung

usaha untuk memperoleh kompatibilitas antara berbagai piranti atau

subsistem dan membuka peluang untuk ekspansi fitur dan pertukaran

informasi antar berbagai sistem.

e. Meningkatkan pemberdayaan sumber daya Pencapaian ekonomi

menyeluruh secara maksimum dengan meningkatkan pemanfaatan

sumber daya seperti material, modal dan optimasi pemberdayaan

manusia merupakan tujuan penting dari standardisasi. Di unit

manufaktur misalnya, aspek standardisasi material, komponen dan


9

metode produksi dimanfaatkan untuk mengurangi pemborosan dan

memungkinkan penerapan produksi dengan cara yang lebih baik.

Sebagai contoh: konstruksi bangunan sipil, pencampuran adukan

(semen : pasir : air sesuai standar) dilakukan dengan perbandingan

yang benar, begitu pula pemakaian besi beton untuk beton bertulang

sehingga mencapai kekuatan yang dipersyaratkan sesuai rekomendasi

standar dan pedoman bangunan.

f. Komunikasi dan pemahaman yang lebih baik Salah satu fungsi

penting dari standar adalah untuk memperlancar komunikasi antara

produsen dan pemakai/konsumen dengan memspesifikasi subjek yang

ada dan memberikan kepercayaan bahwa produk yang dipesan

memenuhi persyaratan yang tercantum dalam standar.

3. Prinsip Standarisasi

a. Standardisasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sadar

dengan tujuan penyederhanaan oleh suatu masyarakat tertentu. Hal ini

akan mengecah timbulnya keanekaragaman produk yang tidak perlu.

Keanekaragaman berlebih ini tidak menghasilkan suatu manfaat baru

atau jasa tertentu yang lebih bermutu.

b. Standardisasi adalah suatu kegiatan sosial, politis dan ekonomis dan

sejogianya digalakkan oleh berbagai pemangku kepentingan secara

konsensus.

c. Standar hanya bermanfaat bila digunakan dan diterapkan dengan

benar. Ada kemungkinan bahwa penerapannya merupakan suatu


10

“kerugian” bagi pihak tertentu tetapi memberikan keuntungan bagi

masyarakat secara menyeluruh.

d. Standar merupakan kompromi antara berbagai alternatif yang ada, dan

mencakup ketetapan terbaik serta penerapan yang bijaksana selama

kurun waktu tertentu.

e. Standar perlu ditinjau ulang dalam perioda tertentu dan direvisi atau

bila perlu dinyatakan tidak berlaku lagi agar standar yang berlaku

selalu sesuai dengan perkembangan di masyarakat.

f. Bila karakteristik produk di spesifikasi, maka harus didesain pula

metode pengujiannya. Bila diperlukan metode pengambilan contoh

(sampling), maka jumlah contoh dan frekuensi pengambilan harus

dicantumkan dengan jelas.

Bila suatu standar harus ditetapkan secara wajib, maka hal ini harus

didukung oleh regulasi teknis pihak berwajib dan memenuhi peraturan-

perundangan yang berlaku. Dalam menetapkan penerapan secara wajib perlu

dipertimbangkan jenis standar, tingkat perkembangan industri dan sarana

pendukung lainnya seperti lembaga penilaian kesesuaian, lembaga penguji

dan lembaga kalibrasi.


11

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan UMKM di Indonesia

Krisis yang menimpa Indonesia tahun 1997 diawali dengan krisis nilai

tukar rupiah terhadap dollar AS dan krisis moneter yang berdampak pada

perekonomian Indonesia yakni resesi ekonomi. Hal ini merupakan pelajaran

yang sangat penting untuk kembali mencermati suatu pembangunan ekonomi

yang benar-benar memiliki struktur yang kuat dan dapat bertahan dalam

situasi apapun (Anggraini dan Nasution,2013:105). Ketika krisis ekonomi

menerpa dunia otomatis memperburuk kondisi ekonomi di Indonesia.

Kondisi krisis terjadi priode tahun 1997 hingga 1998, hanya sector UMKM

(Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang mampu tetap berdiri kokoh. Data

Badan Pusat Stastistik merilis keadaan tersebut pasca krisis ekonomi jumlah

UMKM tidak berkurang, justru meningkat pertumbuhannya teruas, bahkan

mampu menyerap 85 juta hingga 107 juta tenaga kerja samapai tahun 2012.

Pada tahun itu jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak 56.539.560 unit. Dari

jumlah tersebut, UMKM sebanyak 56.534.592 unit atau sebesar 99,99%.

Sisanya sekitar 0,01% atau sebesar 4.968 unit adalah Usaha berskala besar.

Fenomena ini menjelaskan bahwa UMKM merupakan usaha yang

produktif untuk dikembangkan bagi mendukung perkembangan ekonomi

secara makro dan mikro di Indonesia dan mempengaruhi sektor-sektor yang

lain bisa berkembang. Salah satu sektor yang terpengaruh dari pertumbuhan

UMKM adalah sektor jasa perbank yang ikut terpengar, sebab hampir 30%
12

usaha UMKM mengunakan modal oprasioanal dari perbankan. Pengalaman

tersebut telah menyadar kan banyak pihak, untuk memberikan porsi lebih

besar terhadap bisnis skala mikro, kecil, dan menengah. Persoalan klasik

seperti akses permodalan kepada lembaga keuangan pun mulai bisa teratasi.

Karena di dalam peraturan itu tercantum mengenai perluasan pendanaan dan

fasilitasi oleh perbankan dan lembaga jasa keuangan non-bank

(LPPI&BI,2015:1).

Darwanto (2013:142-149) melakukan pengamatan terhadap

perutumbuhan UMKM dalam perekonomian di Indonesia. UMKM sebagai

bagian dari perekonomian juga harus lebih meningkatkan daya saing dengan

melakukan inovasi. Keunggulan bersaing berbasis inovasi dan kreativitas

harus lebih.

Penanggulangan kemiskinan dengan cara mengembangkan UMKM

memiliki potensi yang cukup baik, karena ternyata sektor UMKM memiliki

kontribusi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja, yaitu menyerap lebih

dari 99,45% tenaga kerja dan sumbngan terhadap PDB sekitar 30%. Upaya

untuk memajukan dan mengembangkan sektor UMKM akan dapat menyerap

lebih banyak lagi tenaga kerja yang ada dan tentu saja akan dapat

meningkatkan kesejahteraan para pekerja yang terlibat di dalamnya sehingga

dapat mengurangi angka pengangguran. Dan pada akhirnya akan dapat

digunakan untuk pengentasan kemiskinan. Program Aksi Pengentasan

Kemiskinan melalui pember dayaan UMKM yang telah dicanangkan


13

Presiden Yudhoyono pada tanggal 26 Pebruari 2005, terdapat empat jenis

kegiatan pokok yang akan dilakukan yaitu:

1. Penumbuhan iklim usaha yang kondusif.

2. Pengembangan sistem pendukung usaha.

3. Pengembangan wirausaha dan keunggulan kompetitif.

4. Pemberdayaan usaha skala mikro.

Dengan pesatnya perkembangan UMKM saat ini, maka UMKM di

Indonesia dapat dibedakan menjadi 4 kriteria yaitu:

1. UMKM sektor informal, seperti pedagang kaki lima.

2. UMKM Mikro yaitu para UMKM dengan kemampuan sifat pengrajin

namun kurang memiliki jiwa kewirausahaan untuk mengembangkan

usahanya.

3. Usaha Kecil Dinamis yaitu kelompok UMKM yang mampu

berwirausaha dengan menjalin kerjasama (menerima pekerjaan sub

kontrak) dan ekspor.

4. Fast Moving Enterprise adalah UMKM yang mempunyai kewirausahaan

yang cakap dan telah siap bertransformasi menjadi usaha besar.

B. Peran Standarisasi Dalam Menumbuhkan UMKM

UMKM dalam mengeluakan suatu produk harus disesuaikan dengan

standar, produk yang memenuhi standar secara konsisten agar dapat bertahan

dan memenangkan persaingan dalam menghadapi pasar internasional.

Standar melalui pengukuran dan pengujian akan menghasilkan sertifikasi

yang disahkan oleh lembaga akreditasi yang memiliki kompetensi teknis


14

sehingga menghasilkan produk siap masuk ke pasar internasional dan

bersaing dengan produk negara lain.

Standarisasi adalah proses merencanakan, merumuskan, menetapkan,

menerapkan, memberlakukan, memelihara, dan mengawasi Standar yang

dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semua Pemangku

Kepentingan. Undang-undang Nomor 20 tahun 2014 tentang Standardisasi

dan Penilaian Kesesuaian (selanjutnya disebut dengan UU SPK) merupakan

pengaturan standar di Indonesia yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik

Indonesia. SNI adalah satu-satunya standar yang berlaku di Indonesia. Agar

SNI memperoleh keberterimaan yang luas antara para stakeholder, maka SNI

dirumuskan dengan memenuhi World Trade OrganizationCode of good

practice, yaitu:

1. Openess (keterbukaan)

Terbuka bagi agar semua stakeholder yangberkepentingan dapat

berpartisipasi dalam pengembangan SNI.

2. Transparency (transparansi)

Transparan agar semua stakeholder yangberkepentingan dapat

mengikuti perkembangan SNI mulai dari tahap pemprograman dan

perumusan sampai ke tahap penetapannya dan dapat dengan mudah

memperoleh semua informasi yang berkaitan dengan pengembangan SNI.

3. Consensus and impartiality (konsensus dan tidak memihak)

Konsensus dan tidak memihak agar semua stakeholder dapat

menyalurkan kepentingannya dan diperlakukan secara adil


15

4. Effectiveness and relevance

Efektif dan relevan agar dapat memfasilitasiperdagangan karena

memperhatikan kebutuhan pasar dan tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

5. Coherence

Koheren dengan pengembangan standar internasional

agarperkembangan pasar negara kita tidak terisolasi dari perkembangan

pasar global dan memperlancar perdagangan internasional.

6. Development dimension (berdimensi pembangunan)

Berdimensi pembangunan agar memperhatikan kepentingan publik

dan kepentingan nasional dalam meningkatkan daya saing perekonomian

nasional.

Dilakukannya penerapan standar konsumen memperoleh kepastian

kualitas dan keamanan produk. Sementara publik dilindungi dari segi

keamanan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungannya. Dari sisi

produsen, kepentingan bisnis dikedepankan khususnya kualitas produk yang

akan menyangkut standar dan mutu mengingat konsumen sudah bergeser

pola hidupnya dari orientasi harga ke orientasi kualitas. Dilihat dari

perspektif dunia, diakui bahwa Usaha Mikro, Kecil, Menengah (Selanjutnya

akan disebut dengan UMKM) memainkan suatu peran vital di dalam

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut dapat kita

lihatberdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah Bab II pasal 3 tujuan dari UMKM adalah:
16

“Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bertujuan menumbuhkan dan

mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian

nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan”

Dengan menyadari betapa pentingnya UMKM tersebut, tidak heran

kenapa pemerintah-pemerintah di hampir semua negara sedang berkembang

mempunyai berbagai macam program, dengan skim-skim kredit bersubsidi

sebagai komponen terpenting, untuk mendukung perkembangan dan

pertumbuhan UMKM. Memahami pengaturan dalam perdagangan dunia, isu

standardisasi barang menjadi penting bagi pelaku usaha khususnya bagi

UMKM.

Salah satu upaya dalam meningkatkan UMKM di Indonesia harus

dilakukannya penyeragaman mutu. Selanjutnya dilakukan standardisasi atau

pembakuan mutu dan kemudian secara selektif diadakan standardisasi mutu

khusus komoditi ekspor. Menurut Peni, Standar adalah satuan ukuran yang

dipergunakan sebagai dasar pembanding kuantitas, kualitas, nilai dan hasil

karya yang ada. Dalam arti yang lebih luas maka standar meliputi spesifikasi

baik produk, bahan maupun proses. Standar harus sedapat mungkin diikuti

agar upaya kegiatan maupun hasilnya dapat diterima umum. Penggunaan

standar adalah hasil kerja sama pihak-pihak yang berkepentingan dalam

industri dimana perusahaan itu berada.

Standar produk adalah standar yang sangat banyak digunakan. Jenis

standar ini mencakup: persyaratan yang harus dipenuhi oleh produk, material

setengah jadi dan material; pedoman untuk produksi, pemprosesan,


17

penjualan, pembelian dan penggunaan produk; dimensi, kinerja, metode

sampling, metode pengujian, cara pengemasan dan cara penandaan. Standar

spesifikasi memuat tiga kategori persyaratan, yaitu persyaratan wajib

(karakteristik yang diperlukan untuk memastikan daya guna suatu produk);

persyaratan bersifat rekomendasi (berguna untuk meningkatkan daya pakai

produk atau untuk memenuhi persyaratan spesifik bagi pelanggan khusus)

dan persyaratan yang bersifat informatif belaka.

Tujuan standardisasi produk untuk UMKM yang dirumuskan UU SPK

yaitu:

1. Meningkatkan jaminan mutu, efisiensi produksi, daya saing nasional,

persaingan usaha yang sehat dan transparan dalam perdagangan,

kepastian usaha, dan kemampuan pelaku usaha, serta kemampuan inovasi

teknologi.

2. Meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga

kerja, dan masyarakat lainnya, serta negara, baik dari aspek keselamatan,

keamanan, kesehatan, maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup.

3. Meningkatkan kepastian, kelancaran, dan efisiensi transaksi perdagangan

barang di dalam negeri dan luar negeri.


18

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa

menanggulangi UMKM pada saat pandemic dengan cara mengembangkan

UMKM yang potensi yang cukup baik. Hal itu dilakukan dengan menerapkan

standarisasi pada produk yang dihasilkan oleh UMKM. Standarisasi adalah

proses merencanakan, merumuskan, menetapkan, menerapkan,

memberlakukan, memelihara, dan mengawasi Standar yang dilaksanakan

secara tertib dan bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan dan

pemerintah juga menyadari jumlah UMKM terutama usaha mikro yang sangat

banyak dan daya serap tenaga kerja sangat besar.

B. Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya melakukan riset lebih lanjut

kepada UMKM dari segala kalangan dan pemerintah perlu mengambil

kebijakan untuk meningkatkan kapasitas UMKM yang memenuhi standar

menjadi meningkat lagi dalam penjualan khususnya dalam penjualan suatu

barang antara lain: subsidi bunga pinjaman, restrukturisasi kredit, pemberian

jaminan modal kerja dan insentif perpajakan terhadap UMKM.


DAFTAR PUSTAKA

Ir. B. Purwanggono, dkk. (2009). Pengantar Standarisasi. Jakarta: Badan Standar

Nasional.

Aldania, A., & Niswah, F. (2021). Strategi Kompetitif Melalui Program

Pahlawan Ekonomi Dalam Pemberdayaan UMKM Pasca Pandemi Covid-19

(Studi padaPemerintah Kota Surabaya). Publika, 137-148.

Fitriyani, I., Sudiyarti, N., & Fietroh, M. N. (2020). Strategi manajemen bisnis

pasca pandemi covid-19. Indonesian Journal of Social Sciences and

Humanities, 1(2), 87-95.

Indayani, S., & Hartono, B. (2020). Analisis pengangguran dan pertumbuhan

ekonomi sebagai akibat pandemi covid-19. Jurnal Perspektif, 18(2), 201-208.

Suci, Y. R. (2017). Perkembangan UMKM (Usaha mikro kecil dan menengah) di

Indonesia. jurnal ilmiah cano ekonomos, 6(1), 51-58.

Wardhanie, A. P., Kartikasari, P., & Wulandari, S. H. E. (2018). Pertumbuhan

bisnis melalui metode o2o pada usaha mikro, kecil dan menengah (umkm) di

indonesia. Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi Asia, 12(2), 76-83.

Anda mungkin juga menyukai